NovelToon NovelToon

Ghani Dan Ratna

Pertemuan Pertama

Disalah satu rumah sakit ternama di kota tersebut, seorang dokter tampan baru saja keluar dari dalam ruangan operasi, wajahnya sedikit memperlihatkan kelegaan nya karena ia berhasil menyelamatkan nyawa seseorang.

Ghani pun berjalan melewati sepanjang koridor rumah sakit untuk menuju ke ruangannya, ia sangat lelah sekali hari ini, dan ia ingin istirahat di ruang kerjanya.

"Dokter, dokter Ghani, dokter tunggu", Ucap salah seorang perempuan yang kini mengejar dirinya, Ghani pun menoleh, ia melihat siapa yang memanggil nya sedari tadi dan mengikutinya sampai disini.

"Iya, ada yang bisa saya bantu", Ucap Ghani dengan sangat berwibawa, ia tak mau menunjukkan senyum nya kepada semua wanita, takutnya jika nanti wanita itu akan modus terhadapnya, maklum saja Ghani merupakan salah satu dokter tertampan di rumah sakit ini.

"Saya hanya ingin menanyakan keadaan papa saya, bagaimana keadaannya dok??", Tanya Ratna, putri dari orang yang telah diselamatkan nyawanya oleh Ghani.

"Mari ikut ke ruangan saya", ucap Ghani lalu berjalan terlebih dahulu tanpa memperdulikan Ratna yang hampir pingsan karena mengejarnya.

Ratna pun membuang nafasnya kasar, mengikuti dokter ini membuat ia sedikit kesal, "Tinggal bilang aja disini aja pakek keruangan nya segala", Gerutu Ratna dalam hatinya.

Ghani terus saja berjalan tanpa memperdulikan Ratna,

Ratna kemudian mengikuti Ghani, dan kemudian masuk kedalam ruangan tersebut, Ratna saat ini duduk tepat di hadapan Ghani, laki-laki itu masih enggan menatap Ratna sampai saat ini dan ia amysih fokus dengan beberapa laporan kesehatan yang sudah berada di atas meja kerjanya.

Nafas Ratna masih saja ngos-ngosan, berlari mengejar dokter dingin dan Cuek ini membuat ia sangat haus sekarang,

"Dokter, boleh saya minta air, saya haus dok??", Tanya Ratna tanpa rasa sungkan, tenggorokan nya sudah sangat kering sekali dan ia ingin segera membasahi tenggorokan nya dengan satu gelas air putih.

Ghani mendengus kesal, dan ia pun berjalan menuju ke arah dispenser airnya, lalu ia mengisi gelas yang ada ditangannya dengan segelas penuh air putih, Ghani kemudian menyerahkan gelas tersebut, dan tanpa malu-malu Ratna meneguk air putih tersebut sampai habis. ada rasa kasihan saat melihat wanita ini kehausan, tapi Ghani tak mau menunjukkan itu semua, ia takut perhatian nya akan disalahgunakan oleh kebanyakan wanita yang pernah ia temui dan salah satunya wanita yang ada di hadapannya saat ini.

Gelas itu di letakkan kembali oleh Ratna, dan matanya kini kembali menatap dokter tampan yang ada dihadapannya.

"Sudah hilang haus nya??", Tanya Ghani, Ratna hanya mengangguk, sejujurnya ia juga malu harus meminta air minum kepada dokter yang menangani papanya.

"Baik kalau begitu saya tidak mau membuang waktu saya, dan saya akan mengatakan bagaimana keadaan dan kondisi ayah anda, operasi nya berjalan dengan lancar, dan ayah anda hanya perlu memulihkan keadaan nya untuk saat ini, jangan terlalu banyak bergerak, jangan membebani pikiran nya, dan jaga pola makannya dengan makan makanan yang bergizi, Itu saja", Ucap Ghani tegas dan lugas.

Wanita ini mengangguk tanda ia mengerti,

"Kalau sudah tidak ada yang ingin ditanyakan, saya mohon anda segera keluar karena saya mau istirahat", ujar Ghani yang secara langsung mengusir Ratna dari ruangannya.

Ratna mendelik tajam ke arahnya, "Dasar dokter sombong", Gumam Ratna, Ratna kemudian menggeser kursi tersebut dengan kasar, dan dia segera keluar tanpa mengucapkan permisi.

Ratna sangat kesal sekali kepada dokter itu, biarpun sudah berjasa mengobati papanya, tapi kalau sifatnya seperti ini tentu saja Ratna akan sangat kesal sekali.

Ghani pun menggeleng kan kepalanya, Melihat wanita yang ada dihadapannya ini saja membuat Ghani kesal, tapi Ghani tak mau ambil pusing, ia tak mau memikirkan wanita yang namanya saja ia tak tahu.

Ratna keluar dari ruangan itu dengan sangat kesal, rasa kesal yang masih terus berada di hati Ratna saat ini.

"Kalau dia bukan dokter yang menangani papa, aku tidak mau di usir seperti ini, dasar dokter sombong", Ratna pun semakin kesal dengan Ghani.

Disepanjang koridor rumah sakit, tak henti-hentinya Ratna mengomel, banyak orang dan perawat yang melihatnya dengan tatapan aneh, Seorang wanita cantik berjalan dengan terus berbicara tanpa berhenti.

Ratna kembali berjalan menuju ke arah ruangan papa nya, ranjang itu bertuliskan nama Pak Bambang, laki-laki paruh baya itu tengah selesai menjalani operasi beberapa jam yang lalu, yang jelas dokter yang menangani pak Bambang adalah dokter sombong itu.

Ratna menghempaskan tubuhnya di sofa yang terletak di sisi ranjang pasien, tubuhnya sangat lelah sekali, sudah seminggu ini ia menemani papanya disini, Ratna menguap, matanya sudah tidak sanggup untuk ia buka, maka tak perlu menunggu waktu lama ia sudah tertidur di sofa tersebut.

Keesokan paginya, Ghani yang baru saja datang dari rumah sakit langsung dihadapkan dengan keberangkatan keluarganya ke Surabaya, Ghani tak masalah jika ia harus sendiri di rumah, lagi pula pasiennya dirumah sakit sedang menunggu nya, jadi apa jika Ghani meninggalkan pasiennya dirumah sakit saat semua pasiennya sedang menunggu dirinya.

Ghani akhirnya melawan rasa kantuk nya kembali untuk mengantar Mommy nya ke bandara,

"Kamu beneran kuat nyetir sendiri, Mommy gak mau sampai terjadi sesuatu sama kamu", Ujar Alisa saat melihat putra keduanya yang ingin mengantarkan dirinya meskipun dia sedang mengantuk.

"Aku gak apa-apa Mom, Mommy tidak perlu khawatir, aku bisa kok",Ghani tetap memaksa, dan Alisa pun hanya pasrah saja.

Mereka membawa satu mobil yang cukup muat untuk 6 orang, Dan ide Alisa pun muncul, Ghani tak perlu membawa mobil sendiri, ia akan membawa supir untuk mengemudikan mobilnya sementara Ghani bisa duduk manis dan tak perlu menyetir mobilnya sendiri.

Mereka kini sudah sampai di bandara, Ghani masih duduk sambil menunggu keberangkatan keluarganya.

"Kamu jangan sampai lupa makan, Mommy akan selalu telfon kamu setiap hari, Mommy tidak mau sampai kamu lupa makan karena pekerjaan kamu", Alisa pun kini duduk tepat disamping Ghani, meskipun Ghani sudah dewasa tapi untuk urusan kesehatan putra putrinya Alisa akan turun sendiri, meskipun Ghani seorang dokter terkadang ia melupakan makan siangnya karena terlalu banyak pasien atau mungkin ia masih terjebak di dalam meja operasi saat jam makan siangnya.

"Iya Mom, Ghani akan selalu jaga kesehatan Ghani, kan gak lucu Mom jika dokter sakit gara-gara lupa makan", ucap Ghani yang membuat Alisa terkekeh.

"Ya sudah Mommy mau check in dulu, kamu hati-hati dirumah",

Ghani kemudian memeluk dan mencium Mommy nya.

Setelah itu ia juga mencium punggung tangan Daddy nya,

"Hati-hati ya dad", Ujar Ghani kepada Daddy nya.

"Iya kamu juga hati-hati dirumah, ingat pesan Mommy mu ya", ucap Fandi mengingatkan

"Iya Dad, pasti, Ghani tidak akan mengecewakan Mommy.

"Selamat jalan kak, hati-hati dijalan, jaga Mommy kak, dan salam buat Kaka ipar", Rafa pun mengangguk dan menepuk bahu adiknya tersebut.

Pura-pura

Ghani kini beralih ke adik kembarnya tersebut,

"Yang kemarin itu pacar Lo ya, boleh juga, ganteng, selera Lo bagus", bukan kata-kata perpisahan yang di katakan Ghani, melainkan ia membahas laki-laki yang mengantar Ghina tadi sore.

"Iya, itu calon pacar gue, Lagian ngapain bahas dia sih, bukannya ngucapin selamat tinggal, hati-hati dijalan, eh malah ngomong hal lain", Ucap Ghina kesal.

Alisa dan Fandi dapat melihat jika kedua anak kembarnya itu sedang berdebat lagi, dan Alisa dan Fandi hanya saling menggelengkan kepala mereka.

"Sudah-sudah, kalian ini gak di rumah, gak disini kok berdebat aja", ucap Fandi.

Mereka berdua pun kemudian saling diam,

"Ya udah Lo hati-hati dijalan, Jangan lupa telfon pacar Lo nanti dia ngambek lagi kayak Lo", Rafa yang melihatnya pun juga ikut menggeleng kan kepalanya,

"Sudah-sudah, kalian tuh udah besar", Ucap Rafa yang kemudian mengajak Ghina untuk segera masuk karena pesawat akan berangkat.

"Dek, kakak berangkat dulu", ucap Rafa kepada Ghani,

"Iya kak, hati-hati". Rafa, Ghina dan kedua orang tuanya pun akhirnya pergi meninggalkan Ghani.

Beberapa menit kemudian akhirnya Alisa, Fandi , Rafa dan Ghina sudah berangkat, Ghani pun segera kembali dan mengajak supirnya untuk pulang ke rumah karena ia sudah tidak kuat lagi untuk membuka matanya, didalam perjalanan pulang, Ghani sudah tidak bisa membuka matanya kembali, ia tertidur pulas sampai supir yang sedang mengemudi pun merasa kasihan kepada majikannya tersebut.

Kini Ghani sudah berada di pelataran rumahnya, dengan pelan supir itu pun membangunkan Ghani,

"Den, sudah sampai, ayo turun Den", Ghani pun menggeliat, ia kemudian perlahan membuka matanya dan saat ia lihat pertama kalinya ia masih berada di dalam mobil.

"Sudah sampai ya pak, terimakasih ya, kalau gitu aku masuk dulu", supir itu pun mengangguk dan Ghani kemudian segera masuk kedalam rumahnya dan segera melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu tadi.

Hari ini merupakan hari terakhir pak Bambang dirawat di rumah sakit, Ghani pun sudah memberitahu jika pak Bambang sudah bisa pulang, keadaan pak Bambang memang sudah cukup membaik setelah menjalani beberapa pemeriksaan selama ini.

Ratna pagi ini berniat menjemput orang tuanya setelah kurang lebih satu Minggu berada di sini, Ratna memang capek terkadang harus bolak-balik ke kampus, pulang dan setelah itu ke rumah sakit.

"Mah, sudah selesai atau belum??", Tanya Ratna kepada Mamanya.

"Iya sebentar lagi, kamu temui duku dokter Ghani ya, bilang terimaksih kepadanya", Ucap Bu Dina kepada Ratna putrinya.

Ratna pun mengangguk, tapi sejujurnya ia malas sekali jika harus bertemu degan dokter Ghani, Dokter yang paling dingin di rumah sakit ini, para suster muda dan para dokter muda pun masih belum menyerah mendekati seorang dokter Ghani, tapi lagi-lagi dokter Ghani hanya menganggap itu biasa saja.

Ratna kini berjalan menuju ke ruangan dokter Ghani, ruangan yang mengingatkan kejadian dirinya yang tak tahu malunya meminta minum didalam ruangan tersebut.

"Gimana ya, aku masuk atau tidak??", tanya Ratna dalam hatinya, sejujurnya ia sangat malas jika harus kehadapan dengan dokter yang dianggap sombong oleh Ratna itu.

Tangan Ratna sudah terangkat ingin mengetuk pintu ruangan tersebut, tapi ia urungkan kembali, sudah hampir lima kali Ratna ingin mengetuk pintu tersebut dan sudah hampir lima kali juga Ratna urungkan niatnya,

Ratna kemudian membuang nafasnya kasar dan menetralkan degupan jantungnya, ia sendiri tidak tahu kenapa di saat mau bertemu dengan dokter Ghani kinerja jantungnya tak dapat di kondisikan seperti ini.

Ratna sudah memutuskan untuk mengetuk dan masuk kedalam ruangan dokter itu, Ratna sudah tidak mau membuang waktu lagi, jika tidak sekarang, mau kapan lagi, toh ia sudah tidak mau kembali ke tempat ini, lagi pula siapa yang mau kembali ke ruang sakit, tidak akan pernah.

Tangan Ratna sudah terangkat kembali, mencoba untuk mengetuk, tapi siapa sangka saat ia benar-benar ingin mengetuk, justru pintu tersebut terbuka tiba-tiba dan sial nya lagi mengenai wajah tampan dokter itu, Ratna pun seketika kaget, mulutnya seketika menganga mengingat apa yang ia lakukan barusan.

"Maaf dokter, saya tidak sengaja", Dokter Ghani pun saat ini tengah mengusap kening yang sudah terkena tangan Ratna, Memang apa yang dilakukan Ratna memang cukup kerasa sehingga membuat dokter Ghani seketika memelototkan matanya.

"Kamu???, apa yang kamu lakukan??, apa kamu tidak lihat kamu sedang mengetuk kening ku", Ucap Ghani kepada Ratna.

Ratna pun lagi-lagi tertunduk mendengarkan ocehan Ghani untuk yang ke tiga kalinya.

"Maafkan saya dok, saya tidak sengaja, saya memang berniat untuk menemui dokter, tapi saat saya ingin mengetuk pintu, ternyata dokter malah keluar terlebih dahulu", ucap Ratna yang mencoba menjelaskan semuanya.

Ghani pun terlihat masih setengah kesakitan, tapi ia memaklumi apa yang dilakukan wanita ini.

"Ada apa kamu mau menemui ku??", tanya dokter Ghani akhirnya, Ratna pun mulai lega karena urusan kening tadi sudah terselesaikan.

" Saya hanya ingin mengucapkan terimakasih kepada dokter, dan hari ini saya akan membawa ayah saya pulang", ucap Ratna.

"Hmm, baiklah, itu semua sudah tugas saya sebagai seorang dokter, jadi kamu tidak perlu melakukan hal itu", ucap Ghani.

Ratna merasa urusan nya sudah selesai, dan ia kini berniat pamit karena tidak mau sampai berlama-lama berurusan dengan yang namanya doker Ghani.

"Saya rasa sudah tidak ada lagi yang ingin saya katakan dokter, kalau begitu saya mau pamit duku, permisi", ucap Ratna yang saat itu juga dihentikan oleh Ghani.

"Mau kemana kamu??", Tanya Ghani kepada Ratna.

"Saya mau pulang Dok, bukannya urusan saya sendiri dah selesai disini, jadi untuk apa saya masih berada disini??", tanya Ratna.

"Selesai katamu??", Tanya Ghani lagi dan Ratna pun hanya mengangguk.

"Urusan kita belum selesai begitu saja, kamu harus bertanggung jawab, kening saya masih sakit, jangan pernah kabur dari saya", ucap Ghani.

Ratna pun semakin kesal, bukannya semua sudah selesai tapi ini apalagi, tanggung jawab??, rasanya Ratna mau pukul saja wajah dokter itu dengan tasnya.

"Mana ponselmu??", Tanya Ghani kepada Ratna.

"Ponsel??, untuk apa??", tanya Ratna tidak mengerti

"Sudan jangan banyak tanya, cepetan mana ponselmu", perintah Ghani kepada Ratna, dengan terpaksa pun Ratna akhirnya menyerahkan ponselnya kepada Ghani, entah apa yang akan dilakukan dokter itu dengan ponsel Ratna, Ratna pun masih belum tahu dan hanya sebatas melihat saja

Terdengar ponsel berbunyi dari saku jas putih milik Ghani, dan setelah itu ghnyai pun menyerahkan ponsel Ratna kembali.

"Jangan pernah kabur dari ku, Jika sewaktu-waktu aku memintamu untuk bertanggung jawab kamu harus segera datang", ucap Ghani yang kemudian berlalu dari hadapan Ratna.

Ratna pun mendengus kesal, dia kemudian memasukkan ponselnya kembali kedalam tasnya,

"Dasar dokter gila", ucap Ratna sedikit keras membuat Ghani berbalik arah melihat Ratna.

Ratna pun menutup mulutnya, tak sangka apa yang ia ucapkan tadi terdengar oleh Ghani yang Ratna rasa sudah berjalan cukup jauh dari dirinya.

Ratna akhirnya pun kembali kedalam ruang rawat ayahnya, memang ruang rawat itu cukup jauh, dan itu lagi-lagi membuat Ratna lelah saat berjalan menyusuri koridor rumah sakit untuk segera sampai di ruang rawat inap ayahnya.

Ratna berubah pikiran, ia kemudian tidak menuju ruang rawat ayahnya terlebih dahulu, ia akan mengurus pembayaran perawatan ayahnya selama di rumah sakit ini, jadi Ratna memutuskan untuk langsung turun ke lantai utama untuk melakukan pembayaran di bagian administrasi rumah sakit.

Langkah Ratna sangat cepat,ia baru ingat jika jam 11 nanti ia ada jam kuliah, kemudahan ia segera kembali ke ruangan ayahnya dan segera membawa ayahnya pulang dari rumah sakit ini.

Akhirnya Ratna pun lega, ia bisa keluar juga dari rumah sakit ini, dengan mengendarai mobil pribadinya ia kemudian mengantar ayah dan mamanya pulang terlebih dahulu, supir yang biasanya menjemput pun hari ini tak datang, sengaja Ratna tidak memberi tahu, ia ingin dirinya sendiri lah yang menjemput kedua orangtuanya tersebut.

Satu jam kemudian Ratna akhirnya sampai di pelataran rumahnya, rumah yang tidak cukup besar tapi juga tidak kecil, hanya dua lantai,Ratan pun turun dan kemudian membukakan pintu untuk mamanya.

Terlihat pak Bambang sudah sangat sehat sehingga membuat Ratna tak khawatir lagi, pekerjaan ayahnya yang sangat sibuk membuat pak Bambang akhirnya jatuh sakit dan dilarikan kerumah sakit selama satu Minggu ini.

Setelah mengantarkan orang tuanya ke dalam, Ratna pun kembali berpamitan, Ratna sudah hampir telat dan ia segera berangkat menuju ke kampusnya.

Ia kemudian kembali mobilnya dengan kecepatan lumayan tinggi, ia sudah hampir telat dan tak mungkin juga jika ia akan kena hukum dari dosen yang akan mengisi jam kuliah nya sekarang.

3

Di rumah sakit, Ghani kini tengah terdiam sambil menikmati sisa waktu istirahatnya, ia sama sekali belum memakan makan siangnya yang ia pesan lewat jasa pemesanan online, Makanan itu masih berada tepat di atas meja kerjanya, menunggu seseorang untuk memakan makanan tersebut.

Tak lama setelah itu terdengar suara pintu terbuka, ya siapa lagi jika bukan Mesya, Setiap hari gadis ini selalu datang sejak kedatangannya dari luar negri tempo hari lalu, sebenarnya Ghani sudah melarang Mesya untuk datang, tapi rasanya larangan itu tak didengar atau di lakukan oleh Mesya, gadis ini selalu saja datang dan membuat Ghani seketika bad mood jika melihat nya.

Memang dari dulu, semenjak SMA Mesya selalu mengejar Ghani, mengejar cinta seorang Ghani Adelio Wiratama, tapi sayangnya Ghani sama sekali tidak meresponnya.

"Hay Ghan, makan siang bareng yuk, aku belum makan siang nih", Mesya kini sudah duduk tepat dihadapan Ghani, memang gadis ini cukup cantik dan seksi, tapi tak membuat Ghani luluh sama sekali dengan kecantikan seorang Mesya.

"Maaf Mey, Tapi aku sudah makan", ucap Ghani, berharap penolakan itu tak menyakiti hati Mesya.

"Kok udah makan sih, kamu kan tahu setiap hari aku akan datang kesini buat makan sama kamu, tapi kamu kok tega makan duluan tanpa nunggu aku",

Mesya kini tampak cemberut, tapi tak mampu meluluhkan hati Ghani lagi,

"Mey, udah ya, kan aku sudah bilang, kamu gak perlu panas-panas datang kesini, dan maaf Mey, sebaiknya kamu cepat pergi dari sini, masih banyak pasien yang harus aku tangani", Ghani pun akhirnya bangkit dari tempat duduk nya dan berjalan untuk membuka pintu ruangannya.

Mata Mesya pun mengikuti kemana Ghani pergi,

"Jika tidak ada urusan lagi kamu bisa pergi, aku juga mau keluar, mau memeriksa pasienku",

Akhirnya Mesya pun pergi, dengan hati yang sedikit dongkol akhirnya Mesya pun menyerah dan pergi meninggalkan ruangan Ghani.

Ghani pun akhirnya bisa bernafas lega, bagaimana caranya bisa membuat gadis ini menyerah, Ghani hanya menganggap Mesya seperti adiknya tidak lebih, dan kini Ghani harus mencari cara agar Mesya tak lagi mengganggu dan mendatangi nya setiap saat.

Ghani teringat dengan seseorang, ia kemudian merogoh ponselnya dan segera mencari nomor kontak gadis yang selalu membuat ia kesal, ya, dia adalah Ratna, gadis yang selalu membuat masalah dengan Ghani.

Ghani segera menulis pesan kepada Ratna berharap gadis itu mau menemuinya sore ini.

Temui aku di kafe Anggrek sore ini, aku tunggu, harus datang, jika tidak datang kamu tahu sendiri konsekwensinya

Pesan pun terkirim, memang sedikit mengancam, tapi Ghani harus melakukan itu, ia tak mau terus diganggu oleh Mesya setiap hari.

Dilain tempat, Ratna yang masih berada di dalam kampus dan sedang menikmati makan siang di kantin, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi, ada pesan masuk dan Ratna pun segera membacanya.

Ratna tiba-tiba memelototkan matanya, Dokter gila itu tengah mengirim pesan dan bernada ancaman.

"Dasar dokter gila, dia pikir mau ngancem gue", Seseorang yang tengah makan bersama Ratna pun seketika menatap Ratna.

"Ada apa Rat, siapa yang ngancem kamu??", tanya Rio menyelidik.

Ratna baru sadar jika dirinya tidak makan sendirian, ia kini sedang makan bersama dengan Rio sahabat nya.

"Oh, enggak kok, cuma SMS dari orang aneh, orang yang suka nipu-nipu itu", ucap Ratna mengelak, ia tak mau jika Rio tau dan ini akan merepotkan Rio nantinya.

"Oh, aku kira ada yang ngancem kamu beneran", Ratna pun menunjukan senyum palsunya, ia harus cepat-cepat ia harus menelfon dokter gila ini dan menanyakan apa yang ia mau.

Ratna kemudian berpamitan pulang, dan Rio pun hanya mengangguk,

"Hati-hati dijalan, mau nya sih nganterin Lo pulang, tapi setiap hari Lo bawa mobil sendiri jadi ya bagaimana lagi", ucap Rio kepada Ratna.

"Kapan-kapan aja ya, ya udah gue pulang dulu, gue ada urusan", Ratna akhirnya pergi meninggalkan Rio sendirian.

Ratna masuk kedalam mobilnya dan kemudian mengeluarkan ponselnya kembali, ia harus menanyakan apa yang diinginkan dokter itu.

Panggilan pun tersambung dan tak lama setelah itu Ghani pun menerima panggilan tersebut.

"Halo!!", Ucap Ghani ketus saat menerima panggilan tersebut.

"Halo ada apa!!", Tanya Ratna yang tak kalah ketus.

"Nanti sore kamu harus temuin aku di kafe yang sudah aku kasih tahu tadi, gak ada penolakan, kamu masih harus tanggung jawab dengan apa yang udah kamu lakuin tadi pagi", Ucap Ghani kepada Ratna.

"Iya, iya aku akan datang, kamu gak perlu khawatir pak dokter", Jawab Ratna.

"Aku tunggu, awas kalau kamu gak datang, aku bakalan cari kamu", Nada Ghani penuh dengan ancaman , membuat Ratna mau tak mau harus menuruti dokter yang menurut Ratna sudah gila itu.

"Iya, ya udah gue cuma mau tanya itu doang", Panggilan pun di putus sepihak oleh Ratna membuat Ghani menjadi bertambah kesal.

"Dasar cewek aneh", Ghani pun kemudian berjalan menuju ke ruangan pasien dan segera melakukan pemeriksaan karena ia harus pulang lebih awal karena ia kan bertemu dengan Ratna nanti sore.

Sore harinya, Ratna menepati janjinya, ia datang ke tempat yang sesuai dengan janji mereka tadi, kini Ratna sudah duduk di meja kosong yang berada di bagian ujung sendiri, tempat yang cukup sepi tak akan ada orang yang tahu dengan apa yang akan dibicarakan nanti.

Ratna terlihat mengarahkan pandangannya, mencari sosok orang yang sedang ia tunggu, sudah sepuluh menit, tapi dokter itu tak kunjung datang.

"Udah ditungguin tapi gak datang-datang", Ratna agak sedikit kesal, tapi setelah itu Terlihat seseorang yang tengah ditunggu pun akhirnya datang, Ghani pun segera duduk.

"Maaf, aku telat",

"Iya gak apa-apa, ya udah langsung aja, kamu mau ngomong apa, aku masih banyak urusan",

Akhirnya mereka berdua saling menatap satu sama lain, dan akhirnya juga Ghani mulai berbicaralah kepada Ratna.

"Ok, gak perlu lama-lama, aku mau minta tolong sama kamu, besok kamu harus datang ke rumah sakit, ke ruangan aku, kamu harus pura-pura jadi pacar aku", Mata Ratna seketika mendelik,

"Pura-pura jadi pacar kamu??, Gak mau!!", Ucap Ratna langsung menolak apa yang dikatakan oleh Ghani.

Ratna tak menyangka jika dia akan menjadi pacar pura-pura dokter gila ini

"Kamu gak boleh nolak, bukannya kamu janji mau bertanggung jawab dengan apa yang kamu lakukan tadi pagi, jadi ini yang aku minta, dan kamu harus mau",

Ratna pun membuang nafasnya kasar,

"Ok, cuma pura-pura aja kan, besok aku akan pergi ke rumah sakit, sesuai dengan permintaan kamu",

Akhirnya Ghani pun dapat tersenyum lega, Jadi besok dia akan memberitahu siapa Ratna kepada Mesya jika Mesya datang ke Ruangannya, jadi ia tak perlu lagi diganggu oleh Mesya lagi.

"Ok, kalau sudah aku mau pergi dulu", Ratna pun beranjak dari tempat duduk nya dan segera pergi meninggalkan Ghani.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!