NovelToon NovelToon

Cikarang ( Pekerjaan Dan Cinta )

Episode 1

Awal kelulusan.

Tahun 2002 seorang gadis bernama Dinda Ayu telah lulus sekolah tamatan Sekolah Menengah Kejuruan atau di singkat SMK. Yang dipikirkan setelah lulus sekolah oleh Dinda adalah segera mendapatkan pekerjaan. Sebelum mencari pekerjaan, terlebih dahulu ada hal yang harus dipersiapkan.

Syarat-syarat melamar pekerjaan antara lain KTP atau Kartu Tanda Penduduk, kartu kuning atau kartu pencari kerja, SKCK atau Surat Keterangan Catatan Kepolisian, foto entah ukuran 3*4 atau 4*6, DRH atau Daftar Riwayat Hidup dan yang pasti surat lamaran pekerjaan.

Semua itu nantinya pasti dibutuhkan pada saat melamar pekerjaan. Kalau tempat yang di tuju meminta syarat-syarat tersebut atau pabriknya ya gaes. Kecuali kalau melamar pekerjaannya di warteg, di toko sembako, di kios-kios baju itu sih mungkin tidak meminta syarat-syarat seperti tersebut di atas ya gaes. Paling di tanya tuh sama yang punya tuh toko lulusan apa dek?. Maaf ya yang punya toko.

Nah, karena itulah setelah lulus sekolah Dinda mengurus surat-surat tersebut. Dari KTP, SKCK, dan lain-lainnya yang diperlukan sebagai syarat melamar pekerjaan.

Untuk mengurus itu semua pertama dan yang paling utama adalah KTP, benar tidaaak?. Benar lah kalau tidak punya KTP mengurus surat yang lain bagaimana bisa karena tidak terdaftar dalam nomor kependudukan. Sebagai warga yang baik Dinda mengurus itu semua sendiri dari tingkat bawah yaitu RT.

Dinda menemui pak RT untuk meminta surat pengantar untuk membuat KTP. Dari RT lalu dilanjutkan ke pak RW, meminta tanda tangan dari RW. Setelah dari RW, Dinda melanjutkannya ke kantor kelurahan setempat yaitu kantor Desa di mana Dinda tinggal.

Surat pengantar untuk membuat KTP dari kantor kelurahan di desa sudah jadi, Dinda langsung menuju ke kantor kecamatan. Di sana Dinda menyerahkan surat pengantar yang telah di tandatangani oleh lurah setempat. Di dalam kecamatan, Dinda menyerahkan foto ukuran 2*3.

Pada tahun 2002 KTP nya itu masih lembaran kertas yang di ketik dan fotonya masih di lem atau di tempel ya gaes kalau Author tidak salah ingat. Bila Author salah, mohon maaf mungkin Authornya khilaf atau lupa. Bagi yang masih ingat monggo kolom komentar masih kosong.

Setelah KTP sudah jadi, Dinda tinggal mengurus surat-surat yang lainnya yang mendukung sebagai syarat untuk mengajukan lamaran pekerjaan. Karena seharian mengurus KTP, Dinda merasa capek, lelah, letih dan lesu, Dinda lalu langsung pulang ke rumah.

Setelah sampai di rumah, Dinda ditanya oleh kedua orang tuanya.

"Din, sudah buat KTPnya?". Tanya Bapak kepada Dinda sambil duduk di kursi ruang tamu.

"Sudah Pak, ini KTP nya sudah jadi". Jawab Dinda sambil memberikan KTP nya yang sudah jadi barusan lalu membawa tas masuk ke dalam kamarnya.

"Ya sudah ini KTP nya simpan baik-baik". Ucap Bapak Dinda sembari memberikan lembar KTP kepada Dinda dengan tangan kanan.

"Din, kamu tadi tidak sekalian mengurus surat yang lainnya seperti SKCK?". Tanya Ibu kepada Dinda sambil masuk kedalam kamar Dinda dan duduk di atas kasur Dinda.

"Tidak Bu, Dinda seharian ini cuma buat KTP saja, Dinda cape Bu. besok saja Dinda melanjutkan kembali mengurus surat-surat yang lainnya". Jawab Dinda kepada Ibunya sembari rebahan diatas kasur tempat tidurnya.

"Ya sudah kalau cape, istirahat saja. Besok lanjutkan lagi, yang semangat ya Din cari kerja itu susah lho...". Ucap Ibu Dinda sembari bangun dari duduknya berdiri lalu berjalan pergi keluar kamar Dinda.

"Ya Bu, Dinda tahu. Makanya Ibu doakan Dinda, biar Dinda cepat dapat kerjaan dan dapat duit buat bantu Ibu dan Bapak". Jawab Dinda, sambil memejamkan matanya dan memeluk bantal guling, entah Ibunya mendengar atau tidak.

"Ya pasti tho Din, Bapak sama Ibu pasti selalu mendoakan tidak lupa itu. Setiap saat lho, kamu saja yang tidak tahu". Jawab Bapak yang mendengar ucapan Dinda tadi dari ruang tamu.

Tidak lama Dinda sudah terlelap dalam tidur siangnya. Ibu yang tahu Dinda langsung tidur karena kecapean, tidak berani untuk membangunkannya dan menyuruhnya membantu Ibu bersih-bersih rumah karena sudah sore.

Jam menunjukkan pukul 4 sore, Ibu terpaksa membangunkan Dinda dari tidurnya. Sebenarnya Ibu tidak ingin, tapi Ibu harus membangunkannya untuk mandi sore kemudian sholat ashar. Terlalu sore kan tidak baik juga, makanya Ibu membangunkannya saat ini.

"Din, bangun ndo. Sudah sore, mandi dulu lalu sholat ashar. Din, ayo tho bangun sudah jam 4 sore tuh. Nanti kesorean lho terus asharnya mau kemana?". Ucap Ibu yang membangunkan Dinda sambil menggoyang-goyangkan kakinya Dinda agar Dinda terbangun.

"Iya Bu, ini Dinda mau bangun. Tapi Dinda masih cape Bu, boleh bentar lagi tidak?". Jawab Dinda sambil menguap dan menggerakkan badannya menjulur lurus melemaskan otot-ototnya yang tadi diam membeku karena tertidur.

"Eh anak Ibu, kalau lanjut bentar lagi, asharnya keburu habis ndo. Kamu belum mandi lho, ayo bangun sudah sore". Ibu tetap memaksa Dinda untuk bangun, lalu mandi dan kemudian sholat ashar". Ucap Ibu Dinda sambil mengambil bantal guling yang dipeluk Dinda agar Dinda bangun dari tidurnya.

"Iya Buuu, Dinda bangun deh. Padahal tadi Dinda lagi mimpi indah lho Bu. Masa tahu-tahu dibangunin mendadak gini, Dinda kaget Bu". Jawab Dinda lalu mengambil bantal gulingnya kembali dari Ibunya. kemudian menaruhnya dan merapihkan tempat tidurnya.

"Memangnya tadi kamu mimpi apa Din?, nih handuknya sana mandi tuh lihat hampir setengah 5 buruan mandi". Tanya Ibu sambil memberikan handuk yang berada di gantungan baju Dinda agar Dinda segera mandi.

"Ah Ibu mau tahu saja, ada deh pokoknya Dinda mimpi indah". Jawab Dinda sambil berlalu keluar dari kamarnya dan berjalan ke kamar mandi.

"Hmmm, Dinda Dinda Ibu nanya serius kok jawabnya gitu. Ya sudah makan tuh mimpinya sendiri sampai kenyang". Ucap Ibu Dinda sambil bercanda.

Tidak lama kemudian, Dinda sudah bersih dan wangi. Dinda melaksanakan sholat ashar, setelah sholat tak lupa beberapa ayat Al Qur'an Dia lantunkan.

Dinda keluar dari kamarnya, dan menuju meja makan. Dinda mengambil gelas dan sendok. ternyata Dinda ingin membuat teh manis hangat untuk menikmati sore dan bersantai dengan keluarganya.

"Din sedang apa kamu ndo?". Tanya Ibu yang juga akan membuat minuman teh manis hangat untuk Bapak.

"Dinda mau buat teh manis hangat Bu, buat teman santai". Jawab Dinda sambil memasukkan satu sendok gula ke dalam gelasnya.

"Ibu tolong ya, ini buatkan juga untuk Bapak biasa jangan kemanisan". Ucap Ibu sambil memberikan gelas besar kepada Dinda.

"Ok Bu, kenapa jangan kemanisan Ibu tahu ga ?". Tanya Dinda sambil menuangkan teh hangat ke dalam gelas.

"Kenapa Din?, itu kan memang kebiasaan Bapak kalau minum teh manis tidak kemanisan malah tanya. Tapi menurut Dinda kenapa?". Jawab Ibu lalu kembali bertanya.

"Karena kalau minum teh manis tidak kemanisan sambil lihat Ibu jadi manis pas heehee". Jawab Dinda sembari meledek Ibunya.

"Kamu ya ada-ada saja, mana sini teh manis hangatnya Bapak. Ibu mau ke depan dulu temani Bapak kamu minum teh". Ucap Ibu Dinda sambil mengambil gelas besar berisi teh manis hangat untuk Bapak.

"Temani saja terus, lha wong Bapak di rumah kok temani terus Bu Bu apa ga bosan heehee". Ucap Dinda meledek Ibunya.

"Kamu tuh ya, Din Din". Jawab Ibu Dinda menyudahi percakapannya dengan Dinda di meja makan.

Itulah sedikit cerita keseharian Dinda dengan keluarganya. Dinda adalah anak pertama yang mempunyai dua adik, satu adik laki-laki dan satunya perempuan. Meskipun hidup sederhana dengan keluarganya, Dinda selalu semangat menjalani hari-harinya.

Karena ini episode pertama, like, vote, dan komentarnya ya. Author berharap Reader dapat menikmati karyaku ini. Terimakasih sudah membaca salam dari Author.

Episode 2

Membuat SKCK atau Surat Keterangan Catatan Kepolisian.

Malamnya, Dinda mempersiapkan beberapa lembar foto kopi KTP dan KK serta foto setengah badan ukuran 3*4 dan 4*6. Sebagai persyaratan untuk membuat SKCK atau Surat Keterangan Catatan Kepolisian.

Di dalam kamarnya Dinda sibuk dengan berkas-berkas yang akan di bawanya besok pagi. Ibu Dinda yang tahu putrinya sibuk, masuk ke dalam kamarnya. Ibu Dinda duduk di atas kasur sambil melihat putrinya yang sibuk menata berkas-berkasnya.

"Din, besok kamu mau pergi kemana?. Apa semuanya sudah disiapkan?". Ibu berkata kepada Dinda sambil memperhatikannya.

"Dinda rencananya besok akan membuat SKCK Bu, yaitu Surat Keterangan Catatan Kepolisian di POLSEK". Jawab Dinda sambil mengecek syarat-syarat yang harus di bawanya besok pagi.

"SKCK itu maksudnya gimana Din, Ibu boleh tahu ndo?". Tanya Ibu Dinda yang sedari tadi masih duduk di atas kasur Dinda dan memperhatikannya.

"SKCK itu Bu, surat dari kepolisian yang menerangkan bahwa yang bersangkutan tidak sedang dalam proses hukum, atau pernah melakukan tindak kriminal, atau kejahatan gitu Bu. Itu salah satu syarat sebagai bahan pertimbangan dalam surat lamaran mencari pekerjaan Bu. Dinda tahunya itu, kalau selain itu Dinda kurang tahu Bu". Jawab Dinda, menjelaskan kepada ibunya apa itu SKCK, dan itu setahu Dinda.

Maaf ya Reader, Author menjelaskan SKCK nya hanya sebatas itu saja. Kalau menurut Reader ada yang lain, monggo silahkan nanti di tambahkan sendiri keterangannya apa itu SKCK. Boleh ketik di kolom komentar agar para Reader tahu betul apa itu SKCK.

"Ooo begitu rupanya, jadi harus buat SKCK ya untuk lampiran gitu Din?. Memangnya harus ada SKCK kalau melamar pekerjaan?, Ibu baru tahu. Maklum ya Din, Ibu kan orang jaman dulu jadi tidak tahu dan nanya sama kamu". Ibu Dinda berkata, lalu berdiri di samping Dinda melihatnya memasukkan lembaran kertas ke dalam tas.

"Sebagai persyaratan untuk melamar pekerjaan ya surat itu harus ada Bu. Makanya besok Dinda mau urus SKCK dulu, yang lainnya nanti menyusul". Jawab Dinda sambil memasukkan lembaran kertas ke dalam tasnya.

"Ya sudah pastikan jangan ada yang tertinggal, repot nanti bisa bolak-balik. Ini sudah malam istirahat, jangan tidur kemalaman. Nanti besok bangunnya kesiangan Ibu tinggal ya ndo". Ibu Dinda mengingatkan Dinda, kemudian pergi keluar kamar.

"Ya Bu, Dinda tahu. Sebentar lagi, ini juga sudah dirapihkan. Besok kalau Dinda kesiangan tolong bangunin ya Bu". Ucap Dinda kepada ibunya yang sudah keluar dari kamarnya.

"Kamu itu lho kebiasaan maunya di bangunkan terus. Bangun sendirinya kapan ndo? Cuma kalau libur?. Nanti kalau sudah kerja gimana ?, masa Ibu bangunin kamu terus Din Din". Ucap ibu Dinda dari luar kamarnya yang terdengar agak marah, karena Dinda tidak bangun tidur sendiri. Tetapi masih di bangunkan oleh ibunya.

Dinda yang dari tadi membereskan lembar demi lembar kertas foto kopi KTP dan lain-lain, kini sudah selesai di masukkan ke dalam tasnya. Semuanya sudah rapih, dan Dinda juga sudah mengantuk. Akhirnya Dinda merebahkan tubuhnya di kasur. Rasa kantuknya yang tidak tertahan telah membuat mata Dinda tertutup. Malam itu Dinda tertidur dengan lelapnya.

Keesokan harinya, adzan subuh berkumandang. Dinda terbangun dari tidurnya. Karena mendengar jam Beker nya berbunyi, dan juga mendengar adzan subuh. Dinda segera bangun dan pergi menuju kamar mandi.

"Tumben sudah bangun Din, ga salah nih. Kamu sehat kan Din, coba Ibu lihat". Ucap ibu Dinda yang melihat Dinda bangun subuh sambil memasak di dapur.

"Iya nih Bu, Dinda masih sehat kok. Apaan ibu ini, semalam katanya suruh bangun sendiri giliran bangun sendiri malah ditanya kayak gitu. Dinda mau berangkat pagi Bu, biar nanti pulangnya tidak sampai habis Dzuhur Bu. Soalnya panas Bu, Dinda ga mau kepanasan. Capeknya itu Bu, masyaAllah luar biasa". Jawab Dinda menjelaskan kepada ibunya tentang dirinya yang bangun tidur pagi.

"Nah, gitu dong anak gadisnya ibu. Ya sudah sana mandi dulu lalu sholat subuh. Ibu tak lanjut masaknya". Ucap ibu Dinda yang sedang masak lauk untuk sarapan.

Dinda masuk ke kamar mandi, lalu mandi dan berwudhu. Setelah selesai, Dinda pergi ke kamarnya untuk menunaikan sholat subuh. Selesai sholat subuh, Dinda membantu ibunya menyiapkan sarapan dan minuman untuk semua anggota keluarga.

Semua anggota keluarga telah siap untuk sarapan. Pagi itu mereka sarapan bersama. Setelah sarapan, Bapak memberikan uang saku kepada anak-anaknya. Setelah adik-adik Dinda selesai makan dan bersiap-siap berangkat sekolah dengan bapaknya, Dinda pun bersiap-siap juga pergi berangkat untuk membuat SKCK.

"Bu, Dinda berangkat ya. Bu, uang sakunya tolong tambahin dong Bu. Tadi di kasih bapak cuma Rp 10.000,00 tolong Bu ya, kan nanti lama. Ini cuma buat ongkos, buat beli minum sama jajannya belum Bu. Nanti kalau Dinda sudah kerja, Dinda kasih deh gaji Dinda ke ibu. Meskipun ga semua heehee". Dinda berpamitan sambil meminta tambahan uang saku.

"Mmm kamu ini, iya ibu kasih. Tapi ingat jangan boros di jalan lho. Seperlunya saja, hemat ya Din. Kamu kan tahu sendiri ibu belum dapat uang lagi. Sudah sana berangkat nanti tambah siang ntar kepanasan. Hati-hati di jalan ya". Ibu memberi tambahan uang saku kepada Dinda sambil menasehatinya.

"Iya Bu, Dinda akan hati-hati di jalan. Terimakasih Bu, Dinda berangkat dulu assalamu'alaikum". Dinda berpamitan kepada ibunya sambil mencium tangan kanan ibunya lalu mengucapkan salam.

"Wa'alaikummussalam". Ibu Dinda menjawab salam.

Dinda berangkat untuk membuat SKCK. Sebelumnya Dinda telah meminta surat pengantar pembuatan SKCK dari RT, RW lalu Kelurahan dan Kecamatan. Setelah dari Kecamatan, Dinda pergi ke POLSEK setempat.

Dinda pergi dari Kelurahan ke kantor Kecamatan menggunakan Dokar, yaitu sebutan untuk kereta kuda di daerah tempat tinggal Dinda. Kemudian pergi ke POLSEK nya dengan menggunakan angkutan umum. Pada waktu itu belum ada ojek motor seperti sekarang dan Dinda tidak naik motor. Motornya di pakai oleh bapaknya Dinda untuk pergi berangkat kerja.

Setelah sampai di POLSEK, Dinda masuk ke sebuah ruangan di mana di atas pintu tersebut terdapat tulisan ruang pembuatan SKCK. Dinda lalu memberikan persyaratan pembuatan SKCK kepada bapak petugas. Tidak lama kemudian, Dinda diberikan selembar kertas formulir untuk di isi. Kertas tersebut sebagai biodata diri untuk diserahkan kepada bapak petugas kepolisian.

Setelah lembar kertas di isi oleh Dinda, kertas tersebut lalu di serahkan kepada petugas yaitu bapak kepolisian. Oleh bapak petugas tersebut, Dinda di suruh menunggu di panggil. Menunggu di panggil oleh petugas kepolisian, Dinda membeli segelas minuman dan makanan ringan.

Tidak lama kemudian, nama Dinda di panggil oleh bapak petugas. Dinda masuk ke dalam ruang pembuatan SKCK, lalu menunggu surat SKCK diberikan kepadanya. Setelah di stempel dan di tandatangani oleh kepala POLSEK surat SKCK tersebut diserahkan kepada Dinda.

Sembari menerima surat SKCK dari bapak petugas kepolisian, Dinda mengucapkan terima kasih. Dengan membayar uang administrasi pembuatan surat SKCK, Dinda telah selesai.

Akhirnya selesai juga pembuatan surat SKCK nya. Butuh waktu setengah hari hanya untuk pembuatan surat SKCK. Tubuh Dinda merasa lelah dan cape. Kemudian Dinda langsung pulang ke rumah dengan menggunakan kendaraan umum.

Sesampainya di rumah, Dinda langsung masuk ke kamar. Diletakkannya tas di atas meja belajarnya, kemudian Dinda berganti baju. Setelah itu, Dinda langsung rebahan di atas kasurnya. Rasa lelah dan cape yang di rasakan oleh Dinda membuatnya mengantuk. Akhirnya Dinda pun tertidur, ibu Dinda yang melihatnya hanya membiarkannya.

Ok Reader simak kelanjutan ceritanya dalam episode yang berikutnya. Bagaimanakah perjuangan Dinda selanjutnya?. Tunggu di episode yang akan up berikutnya. Tolong untuk like, vote dan komentarnya kepada Author. Author berterimakasih karena karyanya sudah di baca oleh Reader. Salam sehat selalu.

Episode 3

Membuat surat kartu kuning atau surat pencari kerja.

Malam telah terlewati, kini berganti pagi. Sinar matahari mulai menyapa kembali, aktifitas sehari-hari mulai dikerjakan lagi. Dinda juga telah bersiap-siap untuk membuat kartu kuning atau kartu pencari kerja.

"Bu, Dinda minta uang Bu buat ongkos buat kartu kuning". Dinda berkata kepada ibunya sambil mengambil minuman teh manis hangat di meja lalu meminumnya.

"Kamu sudah di kasih sama Bapak belum?". Tanya Ibu Dinda kepadanya sebelum memberi uang saku.

"Belum Bu, tadinya mau minta sama bapak. Eh bapak keburu berangkat. Mungkin bapak lupa kali Bu, terus sudah gitu bapak sepertinya sedang buru-buru. Jadi uangnya dari Ibu dulu yah". Jawab Dinda menjelaskan kepada ibunya.

"Uang yang kemaren masih sisa tidak Din?, kalau masih, Ibu tinggal nambahin saja ya. Ini ada uang tapi buat belanja, bumbu dapur sudah pada habis Din. Ga apa-apa yah". Ibu mengatakan apa adanya masalah keuangan.

"Masih ada sih Bu, tinggal Rp 5.000,00 tok. Kemaren waktu buat SKCK bayar Bu, jadi uangnya tinggal segini". Jawab Dinda kepada ibunya.

"Ya sudah yang penting buat ongkos ada, kamu mau buat kartu kuning di mana Din?". Tanya Ibu kepada Dinda.

"Kemaren waktu ambil ijazah, Reni temanku bilang Bu kalau di kantor BP bisa buat kartu kuning itu dari sekolah dan pihak DEPNAKER. Ada kerjasama antara pihak sekolah dengan DEPNAKER. Kan sekolah Dinda SMK, jadi bisa membantu siswanya yang mau cari kerja Bu". Dinda menjelaskan kepada ibunya.

"Berarti kamu mau ke sekolah?, nanti bertemu sama guru kamu. Kamu tidak apa-apa kalau seandainya ditanya mengenai kuliah". Ibu bertanya kepada Dinda.

"Iya Bu Dinda pergi ke sekolah, tidak ke kantor DEPNAKER. Lagian kantor DEPNAKER nya jauh Bu. Ongkosnya nanti kurang, terus Dinda pulangnya gimana?. Masa Dinda pulangnya jalan kaki, ya Allah janganlah Bu itu jauh banget. Bisa-bisa Dinda pulang sampai rumah, kaki Dinda langsung pegal-pegal dan minta dipijitin sama ibu. Emangnya ibu mau pijitin kaki Dinda?, Ibu saja yang pijitin Dinda. Kalau bertemu guru mungkin saja Bu. Seandainya ditanya ya...Dinda tinggal jawab mau kerja, kuliahnya nanti dipikirin dulu. Mau bantu ibu sama bapak cari duit dulu buat bayar sekolah adek". Dinda menjawab dengan panjangnya kepada ibunya.

"Kamu itu Din, ibu tanyanya apa jawabannya panjaaang sekali. Tuh lihat jam, nanti kesiangan. Din Din, minumnya habiskan dulu, sayang yang minum ga ada lho". Ibu Dinda mengingatkan Dinda waktu sudah agak siang.

"Iya Bu, nih sudah habis. Dinda berangkat ya Bu, assalamu'alaikum". Dinda berpamitan kepada ibunya sambil mencium tangan kanannya untuk berangkat membuat kartu kuning.

"Ini uang saku tambahannya, hati-hati di jalan Din. Wa'alaikummussalam". Ibu Dinda memberikan uang saku tambahan dan mengingatkan untuk selalu hati-hati.

"Iya Bu, Dinda akan hati-hati". Jawab Dinda kemudian mengambil tasnya dan dislempangkan di pundak, lalu membawa sepasang sepatunya di tangan.

Dinda memakai sepatunya, kemudian berjalan menuju pinggir jalan raya. Di pinggir jalan raya Dinda menunggu angkutan umum. Tidak lama kemudian angkutan umum yang di tunggu Dinda telah datang. Dinda menyetop angkutan umum tersebut, kemudian masuk dan duduk di dalamnya.

Angkutan umum itu melaju dengan kecepatan sedang. Jika ada penumpang yang menyetop, maka angkutan itu akan berhenti. Sebaliknya jika ada yang meminta berhenti, maka angkutan tersebut juga akan berhenti untuk menurunkan penumpangnya.

Beberapa waktu kemudian, Dinda telah sampai di tempat tujuannya. Dinda meminta berhenti kepada supir angkutan umum tersebut. Setelah angkutan umumnya berhenti, Dinda keluar dari dalam angkutan umum. Dinda lalu turun dan memberikan ongkos naik kendaraan umum kepada supirnya.

Berhubung sekolah Dinda berada di pinggir jalan, Dinda turun pas di depan pagar sekolah. Setelah membayar ongkos naik kendaraan umum, Dinda masuk ke dalam sekolah. Dinda melewati pintu gerbang sekolah yang telah di buka dari pagi hari.

Ketika mulai memasuki sekolah, Dinda bertemu dengan temannya. Teman sekelasnya yang ternyata juga akan membuat kartu kuning di sekolah. Melewati jalan di depan ruang guru, Dinda tidak bertemu dan melihat guru di sekitar.

"Din, apa kabar?, kamu ke sekolah mau buat kartu kuning ya?". Tanya temannya Dinda yang sekelas dengannya yang bernama Mira.

"Iya mir, Aku ke sekolah mau buat kartu kuning. Kamu mir, mau ngapain?". Dinda menjawab kemudian balik bertanya.

"Iya sama Aku juga Din, mau buat kartu kuning. Katanya, buatnya di kantor BP sama Pak Sugeng. Terus katanya foto kopi ijazah di suruh di legalisir dulu Din sebanyak 5 lembar gitu". Jawab Mira lalu berkata tentang legalisir.

"Kamu bilang katanya, kata siapa Mir?. Kok Aku tidak tahu ya, Aku cuma bawa foto kopi ijazah cuma satu lembar. Terus gimana ini Mir?, boleh tidak ya?". Dinda menjawab tapi sebenarnya bertanya.

"Kata teman-teman yang sudah buat kartu kuning di sini, di sekolah. Kemaren tuh ada yang langsung buat kartu kuning sama pak Sugeng. Memang kamu belum tahu ya Din, kamu kemaren dari hari Senen memangnya kemana?. Teman-teman yang tidak bisa meneruskan kuliah atau sekolah ke perguruan tinggi lalu ingin kerja, semuanya buat kartu kuningnya di sekolah Din". Mira menjawab sekaligus menjelaskan.

"Ooo gitu ya, ya sudah aku ke tempat foto copi dulu ya Mir. Biar nanti tidak bolak-balik, sekalian Aku minta legalisir. Mir, minta legalisir yang banyak tidak apa-apa kan?. Aku maunya sekalian, jadi nanti tidak usah balik lagi ke sekolah". Tanya Dinda mengenai legalisir.

"Kurang tahu ya Din, kata teman-teman cuma 5 lembar. Lebih dari itu, coba saja siapa tahu boleh. Nanti bilang saja kalau di tanya sama Bu Nur. Legalisirnya sama Dia Din. Eh Aku lupa, Aku ke koperasi dulu ya Din mau beli pulpen buat cadangan. Coba saja ya Din, mudah-mudahan boleh sama Bu Nur". Ucap Mira kemudian meninggalkan Dinda lalu pergi ke koperasi.

Dinda melangkahkan kakinya keluar sekolah menuju tempat foto copi. Tidak jauh dari sekolahnya ada tempat foto copi. Dinda lalu memanggil orang yang jaga tempat foto copi, dan memintanya memfoto copi ijazah dan lain-lain. Sambil menunggu, Dinda melihat-lihat beberapa barang yang di pajang di dalam etalase. Setelah selesai di foto copi, Dinda membayar kemudian berjalan menuju ke sekolah.

Di sekolah, Dinda masuk ke ruang administrasi dan bertemu dengan Bu Nur. Dinda menyampaikan maksud kedatangannya ke sekolah dan bertemu Bu Nur untuk meminta legalisir. Ternyata Dinda diperbolehkan melegalisir foto copi ijazah lebih dari 5 lembar.

Setelah semua foto copi ijazah di legalisir oleh Bu Nur, Dinda berpamitan dan langsung menuju ke ruang BP. Dinda berjalan masuk ke ruang BP dan bertemu dengan Pak Sugeng. Dinda menyampaikan maksudnya bertemu Pak Sugeng untuk meminta kartu kuning. Oleh Pak Sugeng, Dinda di suruh menyerahkan foto copi ijazah yang di legalisir, KTP, KK, dan foto ukuran 2*3. Dinda menyerahkan semua persyaratan tersebut. Kemudian Dinda menunggu Pak Sugeng membuatkan kartu kuningnya.

Sembari menunggu kartu kuning sedang dibuatkan oleh Pak Sugeng, Dinda melihat ada beberapa lembar kertas yang di tempel di dalam Mading. Dinda membaca lembar kertas tersebut yang ternyata bertuliskan lowongan pekerjaan di luar kota.

Nah Reader, apakah Dinda tertarik dengan lowongan kerja di luar kota. Atau mencari pekerjaan di sekitar tempat tinggalnya. Simak kembali ceritanya di dalam episode yang berikutnya. Like, vote, dan komentarnya di tunggu. Salam untuk Reader semoga sehat selalu. Aaamiiiin.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!