Dalam budaya batak ada hubungan ber-pariban. Pariban itu sebenarnya sepupu. Yang artinya anak lelaki dari (Bou/Namboru) dan anak perempuan dari Tulang dapat dipasangkan/dinikahkan. Namboru itu sendiri adalah adik/kakak dari ayah kita. Dan Tulang itu adalah adik/abang dari Ibu kita. Dalam arti kita menikah dengan keluarga(sepupu) sendiri. Namun dalam hukum adat dan Agama itu diperbolehkan.
Orang batak juga tidak hanya dapat menemukan istilah pariban hanya dalam hubungan keluarganya saja. Tetapi melalui partuturan (menentukan hubungan kekerabatan melalui marga).
Partuturan ber-pariban itu sendiri sebenarnya berpatokan pada marga Ayah si wanita dengan marga Ibu si pria yang harus sama. Sehingga walau pun tidak satu Ibu tetapi sama marga itu sudah termasuk saudara dalam partuturan Batak. Sehingga anak-anak mereka di-partuturkan menjadi sepupu dan bisa juga di-pariban kan.
Seperti yang kita tahu suku batak menganut garis keturunan yang Patrilineal. Jadi bagi pria tidak perlulah dia capek-capek mencari tahu dan kemudian mencocokkan marga calon mertuanya dengan marga Ibunya (Jika sama! Pariban). Cukup hanya menanyakan marga dari si wanita. Jika marga si wanita sama dengan marga Ibunya maka itu Pariban.
Sebuah percakapan yang sering terjadi jika seorang pria batak melakukan pendekatan pada wanita batak.
Hihihi... Kalau dipikir-pikir Pariban itu sangat indah yah? Saudara, tapi bisa dipasangkan. Hehehehehehehe.
Horasss!!!
💖Tutur dalam budaya Batak sebagai berikut:
@ Batak sub etnik Batak Angkola.
1.Angkang (abang)
2.Iboto/Ito (saudara perempuan/laki-laki atau sepupu. Orang yang dipanggil ito tidak boleh dinikahi)
3.Amang (ayah atau bisa juga panggilan untuk anak laki-laki)
4.Inang (ibu atau panggilan untuk anak perempuan)
5.Nantulang (istri dari saudara laki-laki ibu)
6.Tulang (saudara laki-laki ibu atau panggilan cicit dari anak perempuan kepada buyutnya)
7.Ompung bayo (ompung dari pihak ibu)
8.Ompung suhut (ompung dari pihak bapak)
9.Uda (adik laki-laki ayah)
10.Nanguda (istri uda)
11.Babere/bere (keponakan dari saudara perempuan)
12.Namboru (adik perempuan ayah)
13.Amang boru (suami namboru)
14.Eda (ipar perempuan)
15.Tunggane (saudara laki-laki istri)
16.Lae (panggilan dari tunggane kepada suami saudara perempuan)
17.Tulang poso (naposo artinya yang muda. Adalah panggilan untuk keponakan dari tunggane)
18.Aya poso (panggilan untuk keponakan atau putra tunggane yang diucapkan istri)
19.Bujing (adik ibu)
20.Amang poso (panggilan untuk keponakan laki-laki dari saudara laki-laki)
21.Inang poso (saudara perempuan amang poso)
22.Parumaen (istri dari anak laki-laki alias menantu perempuan)
23.Anggi (adik)
24.Pariban (anak perempuan tulang/namboru)
25.Pahompu (cucu)
26.Inang tobang (kakak dari ibu atau bisa juga panggilan oleh cicit dari anak laki-laki kepada buyutnya)
27.Amang tobang (suami inang tobang)
Mungkin ada pertanyaan kenapa panggilan dari cicit kepada buyutnya menjadi inang tobang? Ini terjadi karena tutur kepada cucu laki-laki berulang seperti kepada ompungnya. Dengan kata lain, cucu laki-laki adalah pengganti dari ompung. Sehingga, anak laki-laki dari cucu menjadi keponakan dari buyut yang mengakibatkan buyut dipanggil inang/amang tobang (tante/om
@Tutur Batak Toba
Ompung \= kakek/nenek, orang yang sepuh, tetua, leluhur, kakek/nenek moyang: Ompung Doli \= kakek; Ompung Boru \= nenek.
Amang \= bapak, ayah (Daamang/Damang, Among \= papa, Ama)
Inang \= ibu, bunda (Dainang, Inong \= mama, Ina)
Anak \= anak, anak laki-laki, putra
Boru \= anak perempuan, putri
Pahompu \= cucu
Haha (Angkang) \= kakak laki-laki atau perempuan.
Anggi (Anggia) \= adik
Iboto (ito) \= saudara perempuan (kakak atau adik perempuan), sepupu perempuan
Amangtua \= saudara laki-laki ayah yang lebih tua (kakak laki-laki ayah)
Inangtua \= isteri dari Amangtua
Amanguda (Uda) \= saudara laki-laki ayah yang lebih muda (adik laki-laki ayah)
Inanguda \= isteri dari Amanguda
Tulang \= paman, saudara (kandung) laki-laki ibu
Nantulang \= bibi, tante, isteri dari tulang.
Amangboru \= suami dari saudara perempuan ayah
Namboru \= saudara perempuan ayah, Iboto/ito dari ayah
Lae \= ipar (suami saudara perempuan), panggilan lelaki kepada anak lelaki dari saudara perempuan ayah; secara umum panggilan sesama lelaki yang dianggap sebaya atau belum diketahui kekerabatannya atau tidak ada hubungan kekerabatan.
Eda \= sapaan antar perempuan yang beripar; panggilan seorang perempuan kepada putri pamannya, panggilan seorang perempuan kepada perempuan lain yang dianggap sebaya (biasa di temp[at umum atau kepada perempun yang sebaya jika belum tahu tutur kerabatnya)
Bere \= keponakan laki-laki/perempuan
Pariban \= sepupu yang bisa saling kawin
Parumaen \= menantu perempuan
Hela \= menantu laki-laki
Simatua \= mertua: Amang Simatua \= mertua laki-laki; Inang Simatua \= mertua perempuan.
Inang Bao \= panggilan oleh lelaki yang beripar kepada isteri dari iparnya
Amang Bao \= panggilan oleh perempuan yang menjadi isteri lelaki yang beripar kepada ipar suaminya
Ampara \= panggilan akrab sesama laki-laki yang sebaya
Angkang Boru \= panggilan lelaki kepada istri dari abangnya.
Anggi Boru \= panggilan lelaki kepada istri adiknya
Berikut sapa untuk tutur pengulangan, setelah tingkatan kelima --generasi: 1. kakek/nenek, 2. orangtua, 3. anak, 4. cucu -- maka sapa kembali diulang (mangulahi).
Amang Naposo
Inang Naposo
Tulang Naposo
Angkang Mangulahi
Iboto Mangulahi
Amang Mangulahi \= ayah dari kakek/nenek
Inang Mangulahi \= ibu dari kakek/nenek.
💖💖💖
Pengenalan Tokoh
Sutan Batara Guru Siregar
Punya karakter cool dan penyayang. Usia 24 tahun.
Siti Embun Harahap
Mahasiswa Jurusan Ekonomi. Karakternya periang dan jutek
Usia 21 tahun.
Ardi Shiraz
Kekasih Embun, usia 30 tahun. Tegas dan sabar.
Mohon beri dukungan nya dengan memberi like coment rate 🌟 5 dan jadikan novel ini sebagai favorit.
Jangan lupa vote ya kak.
Mari belajar berbagai etnis suka bangsa kita yang beragam. Hidup Bhinneka tunggal Ika.
Ini Novel kedua ku, saya sarankan juga untuk baca novel pertama saya, yang berjudul Misteri Jodoh (Janda Tapi Perawan) Klik profil saya ya kakak bunda sayang. Agar lebih mudah menemukan novelnya. ❤️❤️
Ceritapun dimulai.👇🙏
"Sebel, sebel..... sama Mama....!" Embun mendumel sembari memasukkan beberapa helai pakaian dan barang-barang yang dianggap penting ke dalam koper warna pink miliknya.
"Gagal..... gagal maning.....!" teriaknya histeris, sambil mengacak-acak rambutnya yang tergerai sampai pinggangnya itu.
"Kenapa sih Mama maksain harus pulang kampung besok, padahal besok Aku dan Mas Ardi akan camping di Sibolangit." Embun terus saja mengoceh sembari mengepak barang-barangnya.
Dert....Dert.... Dert.... Getaran ponsel di ranjang empuknya, membuatnya menghentikan aktivitasnya beres-beres. Keningnya menyergit dan bibirnya berdecak berulang-ulang.
"Ada apa lagi Ma?" jawab Embun kesal dari VC yang dilakukannya dengan Mamanya. Dilayar ponsel, nampak wajah-wajah anggota keluarganya yang tengah berkumpul di ruang keluarga sambil nonton TV. Ada Ayah, Ompung Doli dan Ompung Boru.
"Halo cucuku sayang?" ucap Nenek Embun Ibu dari dari Ayahnya. (Ompung Boru).
"Halo Ompung ku yang cantik, Ompung lagi makan apa itu?" ucap Embun tersenyum, Dia sangat menyayangi Ompungnya itu. Sehingga Dia rela melakukan apapun permintaan Ompungnya.
"Katanya kamu tidak mau pulang. Padahal Ompung sudah kangen sama cucuku yang sangat cantik ini." Ucap Ompung Boru dengan tersenyum.
"Siapa bilang, Aku gak mau pulang Pung?" Embun sudah mulai kesal, karena topik pembahasan mengenai Dia yang tidak mau Pulang kampung. Padahal Dia bukannya tidak mau pulang kampung. Dia sudah sangat kepingin bercamping dengan Ardi.
"Mamamu yang bilang."
"Bukannya tidak mau Pung, tapikan Embun baru pulang sebulan yang lalu. Lagian ada apa sih? kenapa Embun dipaksa pulang?" merengek dan menampakkan wajah kesal, sehingga Mamanya yang melihatnya dilayar ponsel, langsung ikut nimbrung.
"Tidak ada penolakan, kamu harus pulang. Uang beli tiket pesawat sudah ditransfer kemarin. Jangan lupa beli kue Bika 10 kotak." timpal Mamanya yang membuat Embun diam, tapi dalam hati menggerutu.
"Iya, Iya..... Embun akan pulang. Puas kalian!" Embun langsung mematikan panggilan video tersebut dan melempar ponselnya sembarangan. Dia pun membaringkan tubuhnya di ranjang. Tangan kanannya memijat-mijat keningnya yang terasa sakit.
Dia sedang memikirkan Ardi pacar pertamanya yang sudah 3 tahun mengejar cintanya. Dan akhirnya Embun menerimanya, karena Dia menilai Ardi pria yang sangat baik dan sangat sopan.
Embun dilarang pacaran sebelum tamat kuliah. Sempat Dia ketahuan pacaran, maka orang tuanya akan memasukkannya ke pesantren. Tentunya jenis pesantren yang menghasilkan Ijazah tingkat S-1. Selain hukuman memasukkan ke pesantren, orang tuanya juga akan menarik semua fasilitas mewah yang sudah memanjakan cara hidupnya. Mulai dari mobil dan kartu kredit yang tanpa batas.
Dia nekat berpacaran dengan Ardi. Karena Dia memang sangat menyukai Ardi dan Ardi juga sangat mencintainya. Jikalau orang tuanya melarang hubungan mereka, Dia tidak akan takut lagi. Karena kehidupan Ardi sudah mapan. Ardi sudah punya banyak rumah. Dia juga sudah punya perusahaan sendiri yang bergerak di bidang Konstruksi.
Dari lima jam yang lalu Embun sudah mengirim pesan WA kepada Ardi. Isi pesannya membatalkan kepergian mereka untuk camping besok. Tapi, Ardi hanya membacanya tanpa membalasnya.
"Dia pasti marah kepadaku. Aku yang merengek minta untuk bercamping, sehingga Dia mengatur jadwalnya." Embun berbicara sendiri dan terus memijat kening dan kepalanya yang terasa sakit itu.
Tok.....tok....tok.....
"Embun, ada tamu." Ucap Ibu kos dari balik pintu kamarnya. Suara Ibu Kos mengejutkan Embun. Dia pun keluar dari kamarnya menuju ruang khusus bertamu yang disediakan diKos-kosan itu.
Embun tidak diperbolehkan orang tuanya mengontrak rumah. Orang tuanya takut, Embun terpengaruh dengan pergaulan bebas.
Orang tuanya mencarikan Kos yang fasilitasnya lengkap dan penjagaannya ketat. Kos itu khusus dihuni oleh kaum wanita.
Embun kuliah di salah satu Universitas Negeri di kota Medan. Dia mengambil Jurusan Ekonomi. Saat ini Embun sedang menyelesaikan skripsinya. Setelah sidang meja hijau. Dia akan mengenalkan Ardi kepada orang tuanya. Karena Ardi sudah sangat ingin melamar Embun.
"Mas Ardi?" ucap Embun, saat Dia melihat pria yang dicintainya itu sedang duduk di sofa ruang tamu. Dia dengan cepat berjalan melewati kamar-kamar lainnya yang saling berdempet.
Ruang khusus tamu di kosan Embun terletak ditengah kamar-kamar Kos yang berbentuk letter U. Di depan ruang tamu itu, ada taman dan air mancur yang bisa menyejukkan mata. Bahkan terkadang anak-anak kos sering menghabiskan waktunya bercengkrama di ruang tamu tersebut. Karena TV juga ada diruangan itu. Terkadang para penghuni kos sama-sama menonton drama kesukaan mereka.
Dari jauh Embun sudah melihat raut wajah Ardi yang masam. Sesampainya di ruang tamu. Embun duduk disofa yang ada dihadapan Ardi.
"Apa maksud pesan yang Adek kirim?" tanya Ardi dengan menatap tajam wanita yang sangat dicintainya itu.
"Campingnya batal Mas." Jawab Embun, dengan sedikit rasa takut, karena Ardi menatapnya dengan kesal. Pasalnya Dia yang merengek minta Camping dan sekarang Dia yang batalin.
"Kenapa dibatalin?" Ardi memelankan suaranya, Dia tahu embun sedang enggan kepadanya. Ardi berjalan mendekat ke arah Embun, Dia pun mendudukkan bokongnya disofa yang sama yang diduduki embun.
"Mama meminta Embun pulang kampung." Jawabnya dengan memain-mainkan ujung piyama tidurnya dengan jarinya. Matanya tidak berani menatap Ardi yang duduk disebelah kanannya.
"Dalam rangka apa Adek diminta pulang? bukannya bulan lalu juga sudah pulang?" Ardi meraih tangan Embun yang memainkan ujung piyamanya dan menggenggamnya erat, kemudian Ardi mencium tangan Embun. Tindakan Ardi itu sukses membuatnya jantungan.
"Aaa..ku.. tidak tahu keperluan apa. Mama tidak mau memberitahunya." Ucap Embun dengan grogi, kini Dia memutar kepalanya dan mata keduanya bersitatap.
"Kalau begitu Mas ikut ke kampung Adek ya? Mas ingin kenalan dengan orang tua Adek dan Mas juga akan menyampaikan niat baik Mas untuk menjadikan Adek istri Mas." Ucap Ardi dengan serius. Dia pun kembali mencium tangan Embun dan menautkan jemari mereka.
Embun terdiam, otaknya sedang berpikir keras. Kalau Dia membawa Ardi. Tentu Dia akan kena marah. Dia dilarang keras menjalin hubungan dengan pria sebelum Dia mendapat gelar S-1.
"Eeummmm.... Jangan Mas. Adek belum siap kenalin Mas sama keluarga besar." Embun melepas tangannya dari genggaman Ardi. Dia menarik napas dalam dan menghembuskan dengan kasar. Dia mengubah posisi duduknya dengan tatapan lurus kedepan. Embun sedang bersiap-siap mendengar ocehan Ardi, karena Dia membatalkan rencana mereka untuk camping. Tapi, ternyata Ardi tidak marah.
"Adek kenapa sikapnya jadi dingin begini. Adek takut ya, Mas marah karena Adek batalin rencana yang telah Adek susun sendiri?" Ardi meraih kedua pundak Embun, sehingga Ardi bisa menatap kedua bola mata Embun yang jernih dan hitam itu. Sungguh wajah embun yang cantik pasti membuat orang terhanyut disaat menatapnya.
Kemudian Ardi memeluk embun, dan menyandarkan kepala Embun didadanya.
"Iya. Padahal Embun ingin sekali ikut camping." Ucapnya dengan terisak-isak di dalam dekapan kekasihnya itu.
"Sudah, tidak apa-apa. Jangan menangis, nanti Adek makin jelek." Goda Ardi. Yang membuat Embun cemberut. Melihat Embun cemberut, Ardi mencium puncak kepala Embun dengan sayang. Sedangkan Embun, Diam saja menikmati perlakuan kekasihnya itu.
"Dek,"
"Hhmmm...."
"Keluar yuk, temenin Mas makan!" Embun melerai pelukannya dari Ardi.
"Mas belum makan malam? Ini udah jam 9."
"Belum, tadi Mas ada pertemuan dengan investor. Karena dapat SMS dari Adek, Mas tidak semangat untuk makan malam. Dan sekarang Mas lapar banget." Ucap Ardi dengan gemas dan sayang, Dia kembali mencium puncak kepala Embun berulangkali yang membuat Embun malu. Dia takut, penghuni kos lain melihat sikap tingkah mereka. Karena, Ibu Kos pasti marah, kalau ada kontak fisik yang dilakukan anak kos saat bertamu.
Embun berdiri, "Mas, Embun ganti baju dulu." Ucapnya dan menatap Ardi yang masih duduk di sofa.
"Tidak usah diganti. Begini aja cantik koq sayang." Ucap Ardi dan langsung menarik lengan Embun. Mereka pun berjalan menuju parkiran dengan saling bergandeng tangan.
"Kenapa lihatin Adek terus. Abang konsentrasi dong nyetirnya." Ucap Embun dan melirik Ardi yang mengemudi disebelahnya.
"Adek cantik."
"Dari dulu emang cantik." Jawab Embun dengan menahan senyumnya, Dia begitu senang dipuji. dan mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Agar Ardi tidak melihat wajahnya yang memerah, karena sering dapat pujian dari Mas Ardinya.
Sesampainya di cafe favorit mereka, banyak mata tertuju kepada Embun. Mungkin karena Dia yang cantik, terus penampilannya yang datang ke cafe itu lain dari yang lain sehingga Dia menjadi pusat perhatian. Gimana tidak jadi pusat perhatian. Dia digandeng cowok tampan dan kren. Sedangkan pakaian yang dikenakan embun, baju tidur lengan pendek motif keropi dan celana yang panjangnya pas dilutut. Rambut panjangnya diikat kuncir kuda.
"Ya ampun itu cowok tampan banget." Ucap seorang wanita yang sedang menikmati makan malamnya dengan dua temannya. Mendengar ucapan temannya, otomatis kedua temannya itu melirik ke arah yang dimaksud.
"Bos Ardi?" ucapnya dengan mulut menganga dan mata melotot, melihat wanita yang duduk disebelah Ardi.
"Kamu kenal pria itu Imel?" tanya kawannya dengan keponya. Dia sampai menarik-narik lengan Imel yang tergeletak di meja makan.
"Dia Bos ku." Ucapnya Dengan sedih. Matanya nampak berkaca-kaca. Dia cemburu kepada Embun. Padahal Imel sudah pernah mengutarakan isi hatinya kepada Ardi, tapi ditolak mentah-mentah.
"Itu Bos yang sering kamu ceritain?"
"Iya."
"Ya ampun tampan banget ya. Cewek yang disebelahnya juga cantik sih." Ucap Rani teman Imel. Imel kesal mendengar ucapan temannya itu. Selera makan Dia pun mendadak hilang.
"Mas, Aku ke toilet dulu ya!" ucap Embun sambil memegangi perutnya. Dari tadi Dia kebelet pipis.
"Iya sayang, hati-hati jalannya." Ardi kemudian meraih ponselnya dari saku celananya. Dari tadi ponselnya bergetar.
"Ada apa Ma?" jawabnya dengan malas.
"Bukannya jawab salam Mama dulu." terdengar suara Mama Ardi yang kesal.
"Mama menelpon, karena ingin membahas yang kemarin kan? Ardikan sudah jawab Ma. Ardi bisa cari istri sendiri. Mama tidak usah jodoh-jodohin Ardi." Wajah Ardi mendadak berubah jadi cemberut. Dia malas sekali membahas perjodohan itu.
"Kalau kamu tidak mau, tidak apa-apa sayang. Tapi, coba kamu kenalan dulu." Terdengar suara Mama Ardi yang lembut merayu putranya.
"Sudah ya Ma, Ardi tutup. Assalamualaikum." Ardi meletakkan ponselnya diatas meja. Dia mengusap wajahnya dengan kasar dan menyandarkan punggungnya dikursi, sedangkan wajahnya menatap langit yang penuh dengan bintang-bintang yang berkelap-kelip.
"Aaooowww...!" terdengar suara Embun yang berteriak meringis kesakitan.
TBC.
Semoga ceritanya pas dihati.
Mohon beri like, coment positif, rate 🌟 5 dan jadikan Novel ini sebagai favorit.
Sumbangan votenya sangat kuharapkan kakak-kakak cantik.
"Ma*mpus rasain!" ucap Imel pelan,tetapi masih didengar oleh Embun. Embun yang melintas di dekat meja Imel saat keluar dari toilet, dengan cepat Imel menendang tulang kering Embun dengan heels nya yang runcing dan melihat Embun seperti ingin jatuh, Dia kembali menyandung kaki Embun.
Setelah Embun terjatuh dan mengaduh kesakitan, dengan cepat Dia berlari menyelamatkan diri, dari arah belakang yang diikuti oleh kedua teman wanitanya.
Embun sangat kesal, Dia ingin langsung menjambak rambut wanita yang menendang dan menyandungnya. Tapi, rasa sakit di tulang kering dan lututnya lumayan terasa. Sehingga Dia kehilangan jejak Imel.
"Dek, kamu tidak apa-apa?" Ardi membantu Embun berdiri. Dia memapah Embun berjalan ke kursinya. Embun masih meringis kesakitan memegangi tulang kering dan lututnya yang memerah dan bengkak.
"Sakit sekali Mas." Rengeknya, Dia menggigit bibir bawahnya menahan sakit ditulang keringnya.
"Mas akan cari orang yang mencederai kamu." Ardi hendak pergi mencari wanita yang mencelakai Embun, yang sebenarnya adalah Sekretaris nya sendiri.
"Tidak usah. Kita pulang aja. Dia sudah pergi dengan teman-temannya." Ucap Embun masih meringis kesakitan dan memijat-mijat tulang keringnya.
"Mas akan minta pemilik Cafe untuk melihat rekaman CCTV." Ardi masih bersih keras, ingin mengetahui orang yang sengaja menyandung Embun.
"Tidak usah Mas, tidak ada yang serius koq. Kita pulang aja ya?" Ardi merasa sedih, melihat kekasihnya yang menahan sakit dikakinya itu. Dia pun meniup-niup tulang kering Embun yang membuat Embun terharu, karena Ardi sangat mengkhawatirkannya.
Ardi mendongak, kedua mata tajamnya kini nampak sendu menatap mata Embun yang berkaca-kaca. Dia pun berdiri dan melap air mata Embun yang jatuh dipipinya.
"Sakit banget ya Dek?" raut khawatir dan sedih nampak jelas diwajah Ardi. Embun menggeleng.
"Jadi kenapa Adek menangis?" Ardi kembali melap air mata Embun dan merapikan rambut Embun yang nampak sedikit acak-acakan itu.
"Entah kenapa Adek merasa kita akan berpisah." Air mata semakin merembes diwajah putihnya. Para pengunjung cafe melirik ke arah mereka. Karena Embun menangis. Tapi, mereka tidak ambil pusing.
"Itu tidak akan terjadi. Kita pulang ya?" Ardi meletakkan dua lembar uang berwarna merah di meja mereka tempat makan dan dengan cepat Dia membopong Embun masuk ke mobilnya ala bridal style. Wanita mana yang tidak klepek-klepek mendapat perlakuan seperti yang dilakukan oleh Ardi.
Sepanjang perjalanan pulang, Embun terus saja memandangi Wajah Ardi, yang membuat Ardi kali ini grogi dan malu. Jujur saja, setiap dekat dengan Embun, perasaan Ardi selalu tidak tenang. Pesona wanita itu sukses membuatnya selalu kena serangan jantung. Walau Dia bisa menyembunyikan perasaan yang membuat tidak tenang itu.
"Tumben betah mandangin wajah Mas." Ardi mencubit gemes pipi Embun. Dia tersenyum.
"Mau puas-puasin aja mandangin nya. Nanti biar gak cepat kangen, kalau Adek sudah dikampung." Mata Embun yang indah masih setia memandangi wajah Ardi yang tampan itu.
"Kan kalau kangen bisa VC sayang." Wajah tampan Ardi yang kulitnya memang putih itu nampak memerah, karena grogi dipandangin Embun.
"Bedalah, Mas itu lebih ganteng dilihat langsung." Cebik Embun, Dia tiba-tiba kesal melihat Ardi yang kegeeran itu.
Sesampainya di kos an Embun, Ardi pamit. Tapi, Dia meminta agar mengantar Embun ke Bandara Kualanamu. Embun berangkat pukul 7 pagi.
"Tidur yang nyenyak, kakinya jangan lupa diolesin minyak Karo yang kita beli tadi." Ucap Ardi Kedua tangannya memegang bahu Embun.
Tiba-tiba saja, jantung embun berdetak dengan sangat cepat, disaat Ardi mendekatkan wajahnya, Ardi nampak memiringkan sedikit wajahnya. Seperti sedang mengambil ancang-ancang untuk mencium bibirnya.
Sudah satu bulan mereka jadian. Tapi Takbir atau tabrakan bibir belum pernah mereka lakukan. Keseringan Ardi mencium kening dan puncak kepala Embun.
Entah kenapa Ardi seperti ingin menciumnya dan sepertinya Embun sedang menginginkannya jua. Tubuh Embun bergetar, mengetahui Ardi akan menciumnya. Embun menutup matanya disaat Dia sudah merasakan hembusan nafas Ardi menyapu wajahnya.
Satu.....dua....ti.... Embun bergumam dalam hati. Dia berharap dihitungan ketiga. Bibir mereka akan bertemu.
Tinn....tin....tin.... Suara klakson mobil penghuni kos yang hendak memasuki pagar menyadarkan keduanya. Mereka yang sedang berdiri didekat mobil Ardi, akhirnya kikuk dan saling pandang dengan senyam-senyum. Ardi sampai menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal itu. Tabrakan bibir pun akhirnya Gatot.
TBc.
Mohon Beri like coment positif rate 🌟 dan jadikan novel ini sebagai favorit.
Jangan lupa VOTE ya kak.
Terimakasih
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!