NovelToon NovelToon

AFFAIR

A 1

Untuk kalian yang baru mulai membaca novel ini Berikan Rate ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ karena ini hanya berlalu sekali untuk setiap pembaca.

Dan jangan Lupa Like dan Komentar kalian juga sangat Author nantikan di setiap bab.

Karena sekarang sistemnya adalah vote dan memberi hadiah, author juga berharap partisipasi kalian semua untuk memberi vote pada novel karya ini sekali seminggu. Terima kasih🙏🏻❤🙏🏻❤🙏🏻❤

“Bisakah kau jangan terlalu kasar...” Keluh Patricia saat, kornel memaksanya untuk bercinta dengannya.

“Bukankah kau menyukainya Pat, jangan lupa perjanjian kita, kau adalah istriku sekarang? Jangan membuat aku mengulang kalimat itu. Aku juga tidak suka.” Ujar Kornel, yang mendadak melembut, setelah seperti sedang mengancam Pat.

Patricia hanya bisa pasrah, karena ini adalah malam pertamanya bersama Kornelius sebagai pasangan. Tapi siapa sangka bagi Pat ini bukanlah malam pertama. Karena jauh sebelum ini terjadi, ia sudah memberikan miliknya, pada pria dari masa lalunya. Pria yang mungkin akan membencinya semur hidup.

Lupakan soal bercinta, Pat sama sekali tidak menikmatinya, meskipun Kornel begitu puas dengan permainannya sendiri.

“Ah...Ah...” Desah Pat. Entah kenapa itu memang terasa nikmat, tapi ada hal yang menyayat di hati Patricia saat melihat wajah pria itu. Bukan pria ini yang diinginkannya.

...****...

Pagi harinya. Patricia bangun dari tidur panjangnya. Ia hanya berharap ketika matanya terbuka semua yang terjadi hanya mimpi.

Tapi inilah kenyataanya,

“Dasar bodoh... Ayo Pat, kau sekarang sudah bukan wanita lajang lagi. Bersikaplah menjadi istri yang baik untuk suamimu.” Patricia mendoktrin dirinya sendiri.

“Hai...” Pria yang tertidur disampingnya baru saja bangun.

“Hai...” Jawab Pat, tersenyum.

“Apa kau lelah sayang...” Tanya Kornel, mengelus rambut panjang Pat.

“Sedikit. Tapi itu sama sekali tidak menggangu ku, kau tenang saja.” Jawab Pat. Kemudian segera bangun dan kembali mengenakan pakainya.

Pat segera ke dapur menyiapkan sarapan untuk Kornel, setidaknya begitulah tugas seorang istri, bukan?

Sebelum menikah Patricia sudah memberi syarat kepada Kornel, ia tidak ingin tinggal di rumah, ia ingin sesuatu yang lebih privasi untuknya dan Kornel, tanpa keluarga besar, dan tanpa siapapun kecuali dirinya dan Kornel. Kornel menyanggupi permintaan Pat. Dan disini lah mereka sekarang Apartemen Dwang Ji.

Dengan begini cepat atau lambat cinta mungkin akan tubuh di hati Patricia untuk Kornel, mungkin saja... Siapa yang tahu.

“Apa kau sedang memikirkan sesuatu sayang.” Bisik Kornel, yang entah sejak kapan sudah berada disampingnya.

“Neil, kau mengagetkanku !.”

“Maafkan aku...”

“Sayang...” Ucap Kornel lagi

“Hah...” Respon Pat.

“Beberapa hari ini aku akan pergi, apa kau tidak keberatan ku tinggal beberapa hari.”

“Apa aku tidak boleh ikut Niel?.” Tanya Pat.

“Ini hanya pekerjaan. Bagaimana jika setelah aku menyelesaikan semuanya, kita bulan madu ke Hawai...”

“Tidak perlu sejauh itu, berada didekat mu saja itu sudah sangat baik.” Ucap Pat. Ia sangat berusaha menyenangkan hati Kornel.

Kornel tersenyum, sambil mengelus pipi Patricia lembut. Pat menatap mata suaminya itu, ia tersenyum.

“Aku mencintaimu...” Pat reflek mengatakan kalimat itu. Bukan untuk Kornel. Hanya saja saat ini Bryan seperti berada dihadapannya. Pat yang sadar ada yang tidak beres dengan matanya, reflek memperbaiki sikapnya dan mulai terlihat canggung.

“Duduklah Neil, sebentar aku akan menyiapkan sarapan untukmu.” Ucap Pat.

“Pat....” Kornel menahan Patricia.

“Apa makannya sudah siap?.” Tanya Kornel.

“Ya tentu saja...”

“Aku akan mengambilnya nanti. Tapi bisakah kita mengulang kejadian semalam...” Pinta Kornel.

Deg. Patricia sangat terkejut dengan permintaan Kornel, tapi pria itu adalah suaminya. Apa yang harus Pat lakukan? Bahkan ia sudah berjanji untuk mencintai Kornel.

“Ada apa denganmu? Tentu saja boleh sayang.” Jawab Pat, menguatkan hatinya. Kemudian berjalan menuju kedalam pelukan kornel.

Pat memejamkan matanya, ia tidak ingin memikirkan dan membayangkan sesuatu yang akan menggoyahkannya.

“Apa kau tidak ingin melihat suamimu? Apa kau terlalu malu sayang.” Bisik Kornel, sambil berusaha melucuti pakaian Pat.

Pat membuka matanya perlahan. Ia tidak mungkin hanya menutup mata. Tapi lagi-lagi yang ada disana bukan Kornel tapi Bryan.

Pat mengalungkan tangannya pada tengkuk Kornel, ia tidak perduli nyata atau tidak, setidaknya ia bisa menikmati ini, namun dengan bayangan wajah pria lain. Setiap ciuman dan permainan Kornel, dibalas Pat dengan cara yang sama.

“Bryan... Maafkan aku...” Batin Pat berkata.

Air mata Pat berlinang, namun seperti mengabaikannya Kornel tetap menggerakkan miliknya dalam Pat.

Beberapa hari kemudian, sejak Kornel pergi karena urusan pekerjaan. Pat hanya mengurung diri di rumah. Entah kenapa sekarang dunia luar menjadi begitu membosankan baginya. Terkadang Pat hanya membalas beberapa pesan dari teman dan keluarga, yang mengucapkan selamat atas pernikahannya.

Tapi tidak ada yang tahu, serapuh apa Patricia saat ini, dihadapakan dengan keadaan yang seperti ini, kira-kira adakah yang akan setegar dirinya. Jika wanita lain bisa bahagia dengan pilihannya, Pat harus bahagia dengan pilihan Diana, ibunya.

Tidak ! Jika itu hanya masalah sebuah pilih memilih, mustahil bagi Pat melakukanya, jelas dia berada disebuah tekanan yang tidak mampu untuk membuatnya mundur. Jika saja Diana tidak berbuat ulah, jika saja sejak awal ibunya tidak seserakah itu, mungkin saat ini ia masih bersama Bryan. Tapi takdir berkata lain, untuk melindungi Diana dari hukuman, Pat harus melakukan semuanya. Menikah dengan Kornel adalah pilihan satu-satunya.

Pat pernah berpikir hanya Richard dan Luna yang bisa membantunya. Tapi harga diri Diana tidak mengijinkan itu terjadi, bahkan ia lebih memilih mati saja, dibanding memohon pada putra kakaknya, Diandra Jang.

Lalu Pat bisa apa?

Pilihannya hanya ada penjara dan menikah?

Nama baik keluarga mereka sangat terancam saat ini.

Ini memang sebuah keterpaksaan, tapi Pat berjanji pada dirinya sendiri tidak akan menyesali pilihannya. Seakan mencoba berdamai dengan beribu suara yang bertolak belakang dengan hatinya.

“Pat kau sudah menikahkan...” Pat sering mengatakan itu pada dirinya sendiri sambil memandangi cincin yang melingkar di jari manisnya.

...****...

Sementara di tempat lain...

Bryan sedang menikmati hari-harinya, bersama Jasmine, ibunya. Sejak kejadian Patricia bertemu dengan Jasmine, kondisi wanita itu jauh lebih baik dari sebelumnya. Salah satu yang membuat sampai kapanpun Bryan tidak akan bisa melupakan Patricia.

“Apa yang kau pikirkan...” Sebagai seorang ibu tentu Jasmine tahu Putranya sedang tidak baik-baik saja sekarang

“Tidak...” Jawab Bryan singkat, menutupi perasaanya.

“Patricia lagi? Kau memikirkannya lagi, kau pikir bisa membodohi ibumu.”

“Tidak aku sama sekali tidak memikirkannya ibu. Kita cari waktu ya... Agar bisa berlibur bersama. bukankah sudah lama sekali kita tidak melakukannya.” Elak Bryan. Mencari alasan agar Jasmine tidak membahas tentang Pat lagi.

Jasmine tersenyum, ia tahu Bryan sedang menghindar dari ucapannya.

“Baiklah...Kau atur saja. Ibu ikut saja.” Jawab Jasmine.

Bersambung...

A 2

Untuk kalian yang baru mulai membaca novel ini Berikan Rate ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ karena ini hanya berlalu sekali untuk setiap pembaca.

Dan jangan Lupa Like dan Komentar kalian juga sangat Author nantikan di setiap bab.

Karena sekarang sistemnya adalah vote dan memberi hadiah, author juga berharap partisipasi kalian semua untuk memberi vote pada novel karya ini sekali seminggu. Terima kasih🙏🏻❤🙏🏻❤🙏🏻❤

“Kau merindukanku...” Tanya Kornel.

“Mmmhh...” Gumam Pat.

“Ada apa Pat, sepertinya kau tidak merindukanku.” Tekan Kornel. Menatap kearah Patricia.

“Ya. Tentu aku merindukanmu Neil.” Pat tersenyum, berusaha menunjukan pada Kornel hal yang sama sekali tidak ia rasakan. Hanya saja Pria itu terkadang tampak manis, namun tiba-tiba berubah menjadi sedikit aneh, dan penuh tekanan.

“Aku tahu kau pasti merindukanku.” Ucap Kornel, memeluk Patricia.

“Neil...Bersihkan dirimu dulu...” Pinta Pat, agar Kornel tidak berbuat jauh padanya.

“Sayang... Aku punya sesuatu untukmu..” Bisik Kornel.

Pat, sama sekali tidak ingin menanyakan apa itu, biar saja Kornel yang langsung menunjukannya.

“Ini...” Kornel mengeluarkan sesuatu dari kantong jasnya.

“Apa ini?.” Tanya Pat.

“Ini 2 tiket untuk kita.”

“Kapal pesiar? Neil ku pikir kita akan ke Hawai.”

“Mengelilingi samudra bersamamu. Kurasa itu akan lebih menyenangkan sayang.”

“Baiklah. Apapun yang menyenangkan bagimu.” Tandas Pat.

Namun sepertinya Kornel tidak begitu menyukai jawaban Pat, ia menahan tangan Pat kuat.

“Apapun yang aku senang. Kau juga menyukainya kan Pat ?.” Tanya Kornel pelan. Tapi cengkraman nya pada pergelangan tangan Pat, menunjukan hal sebaliknya. Itu menyakiti Patricia.

“I...ya.... Neil aku menyukainya.” Jawab Pat bergetar.

Kornel kembali tersenyum, dan cengkraman kuat itu juga mulai melonggar.

...****...

📍Allure of The Seas

Kapal Pesiar mewah yang Kornel pilih sebagai tempat HoneyMoon, dirinya dan Patricia. Sebenarnya tempat ini cukup Luas untuk Pat, dan terlalu membosankan. Bukankah, lebih nyaman naik kapal pesiar pribadi ! Meskipun tempat ini juga dipenuhi orang-orang kalangan atas seperti mereka. Tidak ada yang cukup mengasikan disini. Kecuali satu hal... Tempat ini cukup luas untuk Pat, bersembunyi dari Kornel, dia akan memiliki banyak alasan jika Kornel ingin menyentuhnya.

“Sayangku...” Cup Kornel mengecup tengkuk dan punggung Pat.

“Neil...”

“Kau menyukainya sayang...” Bisik Kornel begitu lembut, membuat Patricia sedikit resah dengan hembusan nafas yang ada di kupingnya itu.

“Ya. Aku menyukainya Neil, terima kasih.” Jawab Pat. Setidaknya begitulah cara kerja agar membuat pria itu tenang dan tidak menyakitinya lagi.

Baru beberapa menit saja sudah banyak orang yang mendatangi mereka. Tentu saja bukan untuk Pat, tetapi untuk Kornelius. Semua orang hampir mengenalnya. Dan Patricia, keluarga Diana tidak cukup familiar untuk orang-orang sekelas mereka. Tapi saat Kornelius mengatakan Pat adalah saudara Richard semua orang langsung memandang padanya. Pengaruh Richard memang cukup luar biasa di Hongkong.

“Nona. Seperti aku pernah bertemu dengan mu.” Seorang wanita membuka obrolan untuk Pat.

“Benarkah? Aku rasa kau mungkin salah.” Ucap Pat.

“Ya sepertinya aku memang salah...” Ucap wanita itu sambil berpikir.

Patricia hanya diam, sambil sesekali melempar senyum. Tentu Patricia ingat wanita ini pernah di temui nya bersama Bryan. Saat launching brand baru perusahaan Bryan kala itu, saat hubungan mereka masih baik-baik saja.

...****...

Malam harinya saat Pat tertidur, setelah melayani Kornel. Ia terbangun. Namun sayangnya pria disampingnya pergi entah kemana.

“Neil...” Panggil Pat, mengecek kedalam kamar mandi.

Namun tidak ada siapapun disana.

Krek. Pintu terbuka. Baik Pat, maupun Kornel sama-sama terkejut.

“Neil, dari mana saja kau..”

“Merokok...Kenapa kau bangun.” Tanya Neil.

“Tiba-tiba saja terbangun.” Jawab Pat.

Matanya tertuju ke atas meja, disana masih ada bungkus rokok dan Korek. Bagaimana Kornel merokok namun tidak membawa 2 benda itu. Tapi ia tidak ingin terlalu bertanya, dan memilih kembali tidur.

...****...

“Tuan bolehkah aku menemanimu.” Seorang wanita cantik menghampiri Bryan. Sekali lihat saja Bryan tahu, dia adalah wanita penghibur di club ini.

“Duduklah...” Ucap Bryan. Pada wanita asing itu.

“Sepertinya kau sangat banyak pikiran. Apa kau baru saja bangkrut atau kehilangan wanita.” Tanyanya.

“Hah. Apa sangat terlihat.” Bryan tetap meladeni setiap ucapan wanita itu.

“Aku Cherry... Aku bisa membantumu menghilangkan pikiran itu.” UcapNya menyentuh lembut dada kokoh Bryan.

Bryan tersenyum.

“Berapa usia mu?.”

“Apa itu penting?.” Tanya Cherry.

“Kau masih sangat muda.” Ujar Bryan.

Cherry tersenyum, gadis itu memang manis tapi tidak semanis satu wanita yang berada di hati Bryan.

“Tuan... Aku bisanya selalu memilih-milih pelanggan. Tapi melihatmu, bolehkah aku yang memilihmu untuk menemaniku malam ini.” Goda Cherry, yang semakin berani menyentuh Bryan.

“Tenang saja. Kau tidak perlu membayar untuk malam ini.” Bisik nya lagi.

“Nona Cherry, kupikir kau melakukan semuanya hanya untuk uang !.”

“Tidak juga kadang aku, memakai perasaan Tuan.”

“Perasaan...?.” Ulang Bryan.

“Ya. Kau sangat tampan. Aku menyukaimu.” Ucapnya manja.

“Kau sedikit aneh. Tapi cukup menarik... Nona Cherry, apa kau memiliki kekasih?.”

“Tuan... Kenapa kau bertanya seperti itu ?.”

“Aku tahu gadis sepertimu, meskipun dengan keadaan seperti ini, kau pasti juga memiliki cinta sejati di hatimu, bukan?.”

“....” Cherry terdiam.

“Aku akan membayar mu.”

“Kau ingin tidur denganku.” Sambar Cherry.

“Tidak bukan untuk itu...” Bryan segera mengeluarkan dompetnya, semua uang cash yang dia miliki diberikannya pada Cherry.

“Ini ambil... Pulanglah. Pekerjaanmu sudah selesai.” Seru Bryan.

Dan itu berhasil membuat hati Cherry benar-benar tersentuh. Ia bahkan merasa tidak ada pria yang pernah memperlakukannya seperti itu sebelumnya.

“Apa kau mabuk?.” Tanya Cherry. Dan memasukan semua uang itu kedalam tasnya.

“Tidak. Aku masih sangat sadar. Nah Nona Cherry pulanglah.” Titah Bryan.

“Kau cukup aneh tuan... Tapi kurasa kau pria yang baik. Ngomong-ngomong, kau baru saja menanyakan apa aku memiliki kekasih bukan ! Tentu saja, aku punya. Apapun yang ku lakukan, tetap saja pria yang ada di hati dan pikiranku hanya dia. TAPI jika pria seperti mu juga menginginkanku, aku bersedia meninggalkannya untuk bersamamu.” Seru Cherry, mengedipkan mata nakalnya.

“Baiklah tuan aku pulang sekarang...” Pamitnya kemudian pergi dengan senang.

“Ya bagaimanapun kau melakukan segala hal, jika hanya ada satu nama yang ada di hati dan pikiranmu. Apapun yang kau lakukan, hanya ada satu yang benar-benar melekat di dirimu, bukan? Apa kau juga seperti itu Patricia.” Suara hati Bryan berkat.

Bersambung...

A 3

Untuk kalian yang baru mulai membaca novel ini Berikan Rate ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ karena ini hanya berlalu sekali untuk setiap pembaca.

Dan jangan Lupa Like dan Komentar kalian juga sangat Author nantikan di setiap bab.

Karena sekarang sistemnya adalah vote dan memberi hadiah, author juga berharap partisipasi kalian semua untuk memberi vote pada novel karya ini sekali seminggu. Terima kasih🙏🏻❤🙏🏻❤🙏🏻❤

Hari terakhir sebelum tiba di Hongkong.

“Sayang... Aku akan pergi sebentar, tunggu disini.” Ucap Kornel kemudian pergi meninggalkan Pat.

Namun karena terlalu bosan menunggu, Pat akhirnya memutuskan untuk berkeliling. Setidaknya sebelum dia pergi, ia memiliki ingatan tentang tempat ini bersama Kornel.

Langkah Pat terhenti, ia duduk menghadap kearah hamparan lautan nan luas, sambil menikmati hembusan air dan deru ombak.

“Hah....” Pat menghembus nafasnya panjang. Seolah membuang segala kepenatan di dalam dirinya.

“Hai...” Seorang wanita datang menyapa Pat. Itu adalah wanita yang tempo hari, mengatakan pernah bertemu dengannya.

“Hai...”

“Boleh aku duduk?.”

"Ya duduklah...” Pat mempersilakannya.

Wanita itu tersenyum.

“Sekarang aku ingat siapa kau. Tapi aku tidak ingat jika pria yang bersamamu hari itu adalah Tuan Kornel.”

“Ya itu memang bukan dia.” Jawab Pat.

“Kita belum berkenalan sebelumnya, aku Clara.”

“Apa Patricia. Kau bisa memanggilku Pat.”

“Kemana pria mu itu?.” Tanya Clara.

“Entahlah, dia hanya mengatakan ingin pergi. Mungkin bertemu dengan rekan-rekan bisnisnya.”

“Jangan terlalu percaya pada pria. Kau harus tetap mengawasi pria mu itu.” Bisik Nya. Dan merekapun tertawa bersama.

Hingga matahari mulai terbenam barulah Pat dan Clara meninggalkan tempat itu.

...****...

Patricia kembali ke kamarnya.

“Dari mana saja kau... Sudah ku bilang tunggu disini.” Ucap Kornel kesal.

“Aku hanya berjalan sebentar. Aku bosan hanya berdiri disini saja Neil.”

“Kenapa kau sulit sekali di atur Patricia !!.”

Ucapan itu berhasil membuat Pat, juga tidak dapat menahan amarahnya.

“Kenapa kau mengekang ku? Aku hanya keluar, dan aku sudah kembali. Kau masih mempermasalahkannya ?.”

Kornel menarik rambut panjang Pat.

“Lepaskan itu sakit !.” Pinta Patricia mencoba melepaskan cengkraman Kornel.

“Pat, kau tidak lupakan dengan perjanjian kita. Jadilah istri penurut istriku sayang.”

Sekarang Kornel lebih tampak seperti psikopat dimata Pat.

...Hiks...Hiks...Hiks...

Pat menangis histeris, itu terlalu sakit baginya.

“Sayang... Maafkan aku.” Kornel tiba-tiba menyesali perbuatannya dan segera memeluk Pat.

“Maafkan aku ya...” Kornel membelai lembut kepala Patricia.

“Kau menyakitiku...Aku sudah menikah denganmu. Kenapa kau selalu mengungkit masalah itu.”

“Aku mencintaimu.” Ucap Kornel, tanpa memberi tanggapan untuk ucapan Patricia.

“Kepala ku sakit.”

“Iya aku tahu, maafkan aku.” Kornel kembali menenangkan Patricia dengan caranya yang lembut dan manis.

...****...

Sesampai di Hongkong. Semua berjalan seperti biasa, Pat dan Kornel pun sudah tidak berdebat lagi. Pat memang kecewa tapi Kornel sepertinya sangat menyesalinya, jadi tidak ada masalah untuk memperpanjangnya lagi.

Bahkan diperjalanan pulang Pun, Kornel selalu merangkul Patricia dalam pelukannya.

“Kenapa kau hanya diam, apa kau masih memikirkan kejadian tadi?.”

"Tidak. Aku hanya sedikit lelah.” Jawab Pat.

“Tidurlah. Nanti ku bangunkan jika sudah sampai.” Ucap Kornel ramah.

“Hmm...” Jawab Pat, kemudian memejamkan matanya, dan tertidur di bahu Kornel.

Beberapa jam kemudian, setelah perjalanan panjang, akhirnya Pat dan Kornel sampai di apartemen mereka.

Kornel yang melihat Patricia tertidur pulas tidak ingin membangunkannya. Tapi wanita itu sepertinya memiliki insting yang tajam, ia tahu kapan ia harus bangun. Tepat sebelum Kornel ingin menggendongnya masuk.

“Apa yang kau lakukan...” Tanya Pat heran pada Kornel yang sangat dekat dengan wajahnya.

Cup. Kornel hanya memberi kecupan sekilas, kemudian

“Bangunlah kita sudah sampai...” Ucap Kornel.

Pat menurut dan turun.

“Masuklah lebih dulu...” Titah Kornel.

“Kau...?.”

“Aku ada urusan, jangan kemana-mana. Apa kau mengerti ?.” Ucap Kornel.

Patricia mengangguk patuh. Lalu masuk kedalam, sebenarnya ia sangat ingin tahu kemana Kornel pergi, tapi itu bukan urusannya.

Ting. Lift terbuka, Pat masuk, namun sebelum pintu tertutup sempurna seseorang kembali menahannya. Namun Pat tidak perduli dengan siapapun itu, kecuali dirinya sangat ingin merebahkan diri di atas tempat tidurnya.

“Nona Pat... Lama tidak berjumpa.” Sapa nya.

Patricia reflek menengok.

“Kau !!!.”

“Kenapa kaget begitu Pat ?.”

“Bryan jangan dekat, menjauhlah.” Tolak Pat.

“Bahkan aku bisa jauh lebih dekat dari ini.”

“Aku adalah wanita bersuami sekarang. Jadi tolong jaga sikapmu.”

Bryan makin mendekati Patricia, bahkan Patricia tertahan diantara dinding dan Bryan.

“Aku tidak perduli dangan statusmu. Kau hanya milikku. Aku sangat merindukanmu Patricia.” Bisik Bryan. Kemudian menyandarkan kepalanya sejenak di bahu Pat.

Ting. Pintu Life terbuka.

Bryan menarik Patricia keluar bersamanya.

“Bisakah kau melepas ku. Kenapa kau memaksa ku sekarang !.”

“Bukankah kau yang lebih dulu melakukannya !.” Jawab Bryan tegas.

“Memaksa? Aku tidak pernah melakukan itu.” Elak Pat.

“Kau memaksaku Pat. Kau memaksa ku untuk berhenti mencintaimu. Kau memaksa ku untuk melupakanmu, kau memaksa ku untuk tidak merindukanmu. Bagaimana kau bisa melakukan itu ?.”

“Bryan, bukankah aku sudah bilang, jika kita sudah berakhir !.” Ucap Patricia datar.

“Kau bilang ini berakhir. Kau akhir saja... Tapi aku tidak akan mengakhirinya.”

Bryan mengangkat tubuh Patricia, dan membawanya masuk kedalam apartemennya.

“Bryan. Kau mau apa...”

“Aku mau kau Pat... Aku mau kau... Akan kubuktikan aku seribu kali lebih baik darinya.”

Bryan sudah siap menyentuh Pat.

Plak. Satu tamparan keras yang cukup meluruskan akal sehat Bryan.

“Hentikan. Kau tidak mengerti juga Tuan Bryan. Aku adalah wanita bersuami. Kau lihat ini...” Pat menunjukan cincin pernikahannya. Seolah menunjukan ada ikatan yang lebih kuat dibanding perasaan Bryan padanya sekarang.

“Kau masih ingin menyentuhku !!! BRYAN APA YANG KAU HARAPKAN DARIKU? AKU BAHKAN SUDAH TIDUR DENGANNYA. KAU MASIH MAU MENYENTUHKU, PRIA ITU SUDAH MENYENTUHKU BERKALI-KALI !! .” Jerit Patricia, mendorong tubuh Bryan menjauh. Kemudian berlari pergi.

Sementara Bryan masih diam mematung. Ia sama hancurnya dengan Patricia sekarang. Bahkan saat mendengar pria lain menyentuh Patricia, sekalipun itu adalah suaminya. Ia tetap tidak bisa merelakannya.

Sementara Pat...

Ia menangis sejadi-jadinya, bahkan ia tidak tahu bagaimana untuk berhenti menangis sekarang. Sekuat apapun dicegah, cintanya memang hanya untuk Bryan. Tapi keadaan sudah berbeda. Bahkan jika Bryan ingin menyentuhnya seperti tadi, Pat merasa dirinya lah yang sangat kotor, ia bukan wanita yang baik untuk Bryan. Karena Kornel juga telah menyentuhnya.

“Apa yang kau harapkan dari ku, aku tidak baik. Aku benar-benat tidak baik.” Tangis Pat.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!