Katrin nampak duduk termenung di kantin kampusnya mengingat kekasihnya yang tak kunjung menjemputnya.
" Ah gimana ini, kak Leo tak kunjung datang menjemputku, apakah sibuk ? Tapi tidak seperti biasanya, apa terjadi sesuatu dengannya?" ungkap Katrin dalam hati.
Tidak beberapa lama datanglah Anita sahabatnya. “ Apa yang kamu pikirkan?” tanya Anita pada Katrin.
“Entahlah... An, aku merasa kak Leo akir-akir ini banyak berubah, seakan-akan sudah jauh dariku," kata Katrin.
Anita merasa kasihan dengan Katrin, sementara tempo hari dia melihat Leo menggandeng mesra Sandra yang juga sahabatnya sendiri. “ Gimana ya aku sampaikan apa tidak , aku gak tega menyampaikan ke Katrin. Dia gadis yang polos dan begitu rapuh hatinya sejak ayahnya meninggal ,” ungkap Anita dalam hati.
“Sudah lah Rin jangan dipikirkan, mungkin kak Leo lagi sibuk dengan bisnisnya," ucap Anita menenangkan Katrin.
"Ta_pi, aku merasa ada sesuatu dengan kak Leo." Katrin nampak cemas memikirkan Leo.
"Rin, kamu jangan cemas dan bersedih, percayalah semua akan baik-baik saja," kata Anita menenangkan Katrin.
"Iya...., tapi kak Leo hari ini susah dihubungi, ponselnya tidak aktif. Kalau terjadi sesuatu dengannya gimana?" Katrin nampak gelisah.
"Sudahlah, kamu do'akan saja kak Leo baik-baik saja." Anita menepuk punggung Katrin.
"Ah..., perasaanku tiba-tiba tidak enak, dadaku sesak aku merasa gundah." Katrin menghela nafas panjang.
Tak lama kemudian petugas kantin datang. " Non, pesan apa?" tanya petugas kantin.
"Seperti biasanya, pak," jawab Anita.
"Ok, non, kalau non Katrin, pesan apa non?" tanya petugas kantin memandang Katrin.
"Sama pak, tapi sambalnya sedikit saja," kata Katrin lesu.
Beberapa menit kemudian pesanannya datang tapi Katrin tidak juga berniat makan makanannya, dia tampak murung memikirkan sesuatu yang tidak jelas.
"Rin, ayo makan, nanti masih ada satu mata kuliah Ilmu Pemerintahan lo!" kata Anita tiba-tiba, sambil mengunyah makanannya.
"Ah..., rasanya aku tidak selera makan." Katrin mengaduk-aduk makanannya, tapi tak kunjung dia makan.
"Ayo makanlah, jangan sampai kamu sakit," Anita kembali mengingatkan Katrin.
Tak berapa lama kemudian mereka selesai makan, setelah makan, mereka langsung masuk menuju kelas.
"Nita kamu lihat Sandra tidak, dari tadi anak itu tidak memperlihatkan batang hidungnya. Apa sakit ya?" tanya Katrin.
" Entahlah Rin aku juga tidak melihatnya," jawab Anita berbohong.
" Jadi tidak enak aku sama Katrin, tadi kan Sandra jalan bareng sama kak Leo, semoga Katrin memaafkan ku," gumam Anita.
"Nit kenapa kamu bengong. Bagaimana kalau pulang kuliah kita kerumahnya?" kata Katrin tiba-tiba menepuk bahu Anita sehingga membuat Anita kaget.
"Maaf aku tidak bisa, aku ada perlu sama mama," jawab Anita berusaha menghindari ajakan Katrin.
"Bagaimana mau kesana? Sandra pasti sedang keluar sama kak Leo." gumam Anita.
"Ok, kalau begitu lain kali saja," kata Katrin nampak kecewa.
Setelah masuk kelas perkuliahan dimulai. Katrin dan Anita m'engikuti serius hingga Waktu menunjukan pukul 13.00 wib, kuliah telah selesai, mereka siap-siap untuk pulang.
" Ayo Nit pulang, nanti kamu saya antar, kamu tidak bawa mobil kan?" kata Katrin sambil berjalan menuju parkiran.
"Iya, terimakasih, kamu memang sahabatku yang baik." Anita m'engikuti Katrin dari belakang.
Katrin dan Anita sampai di halaman parkir, mereka berjalan menuju mobil sport Katrin yang setiap hari digunakan ke Kampus.
Di tengah jalan menuju ke rumah, Katrin seperti melihat Leo menggandeng tangan Sandra yang keluar dari pertokoan. “Mungkinkah aku salah lihat apa iya itu kak Leo, ah mana mungkin jalan bareng sama Sandra, dia kan temenku sedari kecil. Masa teman tikung teman sendiri. Entar kalau sudah nyampek rumah bisa aku telpon," gumam Katrin.
"Nit, aku seperti lihat kak Leo menggandeng Sandra?" ucap Katrin tiba-tiba.
"Aku rasa itu perasaanmu saja. Mana bisa begitu? Tidak mungkinlah kak Leo jalan sama Sandra," ucap Anita menenangkan Katrin.
"Tapi kayaknya nyata..., kak Leo memakai baju yang aku belikan waktu ulang tahun. Kita putar balik ya? Kita pastikan itu kak Leo atau bukan!" Katrin memelankan mobilnya dan hendak memutar mobilnya.
"Rin, aku buru-buru, kasihan mama menunggu di rumah." Anita berusaha mengurungkan niat Katrin.
"Baiklah kalau begitu kita pulang, aku antar kamu." Katrin mendesah panjang.
"Terimakasih, kamu memang sahabatku yang paling the best." ucap Anita sambil mengacungkan jempolnya.
Tak berapa lama mereka sampai di rumah Anita.
Setelah mengantar Anita pulang, Katrin pulang menuju rumahnya. “ Asalamualaikum, bunda,"
"Waalaikumsalam," jawab bunda sambil menyiapkan makanan di meja makan.
“ Ayo nak segera cuci tangan kamu dan terus makan, ini bunda masak makanan kesukaan kamu,” ucap bunda yang sangat menyayangi putri bungsu nya.
Katrin memang dua bersaudara yang mana kakaknya seorang cowok, bekerja sebagai pejabat pemerintahan di luar Kota.
Di meja makan Katrin mengaduk-aduk makanannya dan hanya beberapa sendok yang masuk ke mulutnya.
“ Nak, makanannya dihabiskan lo, apakah ada sesuatu yang menyebabkan kamu tidak nafsu makan? Apa kamu sakit nak?” tanya bunda yang cemas melihat tingkah anaknya.
“Sudahlah bunda, Katrin tidak apa-apa, hanya capek saja, tadi banyak tugas di kampus yang harus Katrin selesaikan," jawab Katrin berbohong untuk menutupi kecemasan bundanya. Kemudian beranjak pergi ke kamarnya. “Apa sebaiknya aku telpon kak Leo saja ya.”
Di tekannya tombol ponsel nya untuk calling kak Leo.
"Tut...,tut..., tut,..." sampai berkali-kali tidak ada jawaban. Perasaan Katrin pun semakin menjadi gelisah dan tidak menentu. "Ya Allah kemana kak Leo mungkinkah yang kulihat tadi memang kak Leo?"
Katrin kemudian membaringkan tubuhnya di ranjang, tapi tidak juga membuat matanya terpejam. Katrin hanya berguling ke kanan dan ke kiri di atas ranjang.
Tak berapa lama telepon genggamnya berbunyi, dilihatnya notifikasi WhatsApp yang tidak dikenal. Setelah dibuka, ada sebuah peringatan yang menyampaikan kalau kak Leo bersama dengan seorang wanita yang bernama Sandra di Café bahkan mereka nampak mesra.
“Mana mungkin kak Leo seperti itu, mengkianati cinta kita yang sudah berjalan hampir 3 tahun bahkan tahun depan kita sudah mau menikah. ” Dengan segera Katrin menganti bajunya dan bergegas mengambil kunci mobilnya menuju café.
"Nak, kamu mau kemana?" tanya mbok Minah yang berpapasan dengannya.
"Mau ke tempat Anita mbok, ada sesuatu yang harus kami kerjakan. Tolong sampaikan ke bunda." ucap Katrin berbohong.
"Iya nak..., hati-hati di jalan nak?" Mbok Minah merasa cemas dengan Katrin.
"Kayaknya ada sesuatu yang disembunyikan dengan nak Katrin. Semoga nak Katrin baik-bsik saja." gumam mbok Minah sambil mengikuti Katrin hendak mengunci pintu rumah dan gerbong depan.
Setelah mbok Minah mengunci pintu rumah dan gerbong depan kemudian beranjak pergi menuju kamarnya.
🍁🍁🍁Terimakasih para pembaca jangan lupa komentar, like dan votenya.🍁🍁🍁
Café”AP”
Sementara itu di sebuah café Leo dengan Sandra makan bersama dan nampak begitu mesra. “Kak makasih ya, hari ini sudah membuat aku senang, jalan-jalan, memberiku banyak hadiah dan cincin permata yang sangat indah” kata Sandra sambil bergelayut manja dengan kepalanya menyandarkan di bahu Leo.
“Itu gak seberapa sayang yang terpenting kamu selalu memuaskan ku di ranjang, nanti aku belikan rumah," ucap Leo sambil mengecup bibir Sandra.
"Rumah?" ucap Sandra senang.
"Iya rumah kita berdua, biar kita nyaman dan puas melakukannya," ucap Leo tersenyum penuh arti.
“Kenapa kak Leo, apa selama ini masih kurang puas? Tapi aku takut kak, kalau aku hamil bagaimana? apa sebaiknya kita menikah saja kak?" Sandra nampak mendesah panjang takut ditinggalkan begitu saja oleh Leo, karena dalam hati Leo masih ada Katrin.
"Menikah? aku tidak bisa sayang?" ucap Leo sambil menghela nafasnya.
"I_ya, menikah..., membina keluarga dengan hubungan yang berstatus," tegas Sandra memandang Leo minta kepastian.
“Sudahlah sayang, bukannya kamu juga menikmatinya? Kalau kamu masih ingin bersamaku, kamu harus menuruti apa kemauan ku," ancam Leo menatap nanar Sandra. "Apa yang harus kulakukan, kalau disuruh memilih aku tentunya akan memilih Katrin, yang cantik, polos dan baik. Tapi sangat sulit disentuh bahkan ciuman saja tidak pernah ma," gumam Leo, dalam hatinya. Leo sendiri merasa tidak yakin dengan keputusannya.
"Ah..., pusing aku, aku masih mencintai Katrin," desah Leo nampak prustasi.
“Sayang kamu kenapa?" tanya Sandra tiba-tiba.
"Aku ingin kamu tetap bersama ku tapi aku juga tidak ingin meninggalkan Katrin," ucap Leo egois.
"Kak, mana bisa begitu, kakak harus memilih antara aku dan Katrin." Sandra merajuk manja menyandarkan tubuhnya ke bahu Leo.
“Sudahlah sayang, sebaiknya kita nikmati saja hubungan kita seperti ini. Dan tolong kamu jangan beritahu Katrin, aku tidak ingin dia sakit hati," ancam Leo dengan kesal.
“Tapi sayang aku juga ingin seperti sepasang kekasih yang lain, yang diakui keberadaannya di lingkungan kerjamu, saudaramu, keluargamu dan teman-temanmu." Sandra pun tak kalah kesalnya mengungkapkan isi hatinya.
“Apa kamu bilang, bukankah dari awal kita menjalani ini atas dasar sama-sama suka," bentak Leo.
"Tapi sayang, aku ingin selamanya bersamamu. Aku mencintaimu." Sandra meneteskan air matanya dan berusaha meluluhkan hati Leo.
Leo yang bimbang menatap ragu-ragu Sandra. Dalam hatinya dia juga sakit melihat Sandra menangis.
"Kalau kamu menuntut lebih status hubungan kita, lebih baik kita putus." Leo berdiri dari tempat duduknya dan hendak meninggalkan Sandra.
"Sayang, kamu hendak kemana?" Sandra menangis sesenggukan sambil menahan tangan Leo agar tidak meninggalkan dirinya.
"Dik bagaimanapun aku tidak bisa meninggalkan Katrin, dia segalanya bagiku. Kalau kamu tidak mau melanjutkan hubungannya ini, ya kita sudahi saja," ucap Leo menghela nafasnya.
“OK Sayang aku mengerti, maafkan aku sayang? Aku tidak akan menuntut lebih." Sandra pun memeluk Leo dan memberinya sebuah ciuman sehingga meredakan kemarahan Leo.
Sandra wanita yang sangat culas dan banyak akal, tentunya dia tidak akan melepaskan Leo begitu saja.
“Lihatlah sebentar lagi kau akan tahu, siapa sebenarnya Sandra, Kak Leo, aku bukan gadis kecil yang mudah kau tipu dan kau buang begitu saja.” gumam Sandra, karena sebenarnya sudah merencanakan sesuatu untuk membuat Katrin tau tentang hubungan mereka.
Tanpa sepengetahuan Leo, Sandra mengirim foto-foto mesra mereka dengan nomer yang tidak dikenal yang sudah disiapkan.
Sementara itu Katrin setelah memarkirkan mobilnya di halaman Café, langsung masuk Café menuju meja, tempat mereka makan. Dan begitu tampak di depannya Leo dan Sandra berciuman.
Dengan kesedihannya dan air mata yang tidak bisa dibendung Katrin menghampiri mereka. “Kak apa yang kau lakukan, dia sahabat ku kak. Dan kau Sandra kenapa kau begitu tega dengan temanmu sendiri? Apa kamu tidak ingat Sandra semua yang aku miliki apabila kamu menginginkannya selalu aku kasih kan? Dan kenapa Kak Leo pun kamu ambil juga," semua yang ada di hati Katrin diungkapkannya.
“Rin, ini semua tidak yang seperti kamu bayangkan, maafkan aku Rin? Aku dan Sandra hanya berteman. Shit...," umpat Leo sambil mengusap wajah kasarnya. “Kenapa harus berakhir seperti ini, aku gak mau putus sama Katrin."
"Teman? Kamu bilang? Berciuman di tempat umum bahkan tidur seranjang? itukah yang dinamakan teman?" Katrin memperlihatkan foto Leo dan Sandra di ponselnya.
Leo nampak terkejut dengan bukti yang disodorkan Sandra.
"Darimana kamu peroleh foto itu?" tanya Leo mengguncang tubuh Katrin dengan tangannya.
"Aku tidak tahu, ini dikirim lewat ponsel oleh seseorang," jawab Katrin sambil menghempaskan tangan Leo.
"Sandra?" ucap Katrin sambil mengarahkan pandangan ke Sandra.
Sementara itu Sandra tersenyum sinis menatap Katrin. "Ya aku akui, semuanya aku yang melakukan. Aku selalu menginginkan semua yang kamu miliki, termasuk kak Leo. Aku selalu iri melihat kamu begitu bahagia, dan memiliki semuanya, bahkan kasih sayang kak Leo. Sudahlah Katrin putus lah dengan Kak Leo, percayalah kebahagiaan Kak Leo hanya hidup bersamaku," teriak Sandra kesal.
“Diamlah kau Sandra, aku tak akan memutuskan Katrin, bagiku dia segalanya," bentak Leo.
"Tapi kak, aku sayang sama kamu melebihi apapun. Aku ingin kita tetap bersama," ucap Sandra menatap Leo.
"Bagaimana pun aku tidak bisa bersamamu Sandra. Aku mencintai Katrin," ucap Leo mendekati Katrin.
“Kak Leo, apa yang kamu bilang? Aku tidak peduli sama kamu lagi kak? Dan mulai detik ini kita putus.” Katrin pun berlari keluar tanpa mendengarkan teriakan Leo.
“Katrin dengarkan kak Leo dulu, tolong jangan tinggalkan kak Leo.” Leo pun hendak pergi mengejar Katrin tapi Sandra menghalangi Leo.
"Kak jangan tinggalkan aku?" Sandra berlutut memegangi kaki Leo.
"Apa yang kamu lakukan." Leo pun dengan kasar menghempaskan Sandra sehingga kepalanya membentur meja. Kepala Sandra berlumuran dengan darah sehingga membuat Sandra pingsan. "Astaga kenapa jadi seperti ini." Leo nampak panik memegangi tubuh Sandra.
Beberapa pelayan datang membantu Leo."Pak, apa yang terjadi?" ucap salah satu pelayan yang mendekati Leo.
"Tolong segera panggilkan ambulan?" teriak Leo panik.
"Baik pak," ucap pelayan cafe sambil menekan tombol panggilan darurat untuk memanggil Ambulan.
"Sandra, bangunlah! Maafkan aku!" Leo merengkuh Sandra dalam pelukannya.
Leo mencium kening Sandra dan menutup luka Sandra dengan sapu tangannya.
Tak berapa lama Ambulan datang, Leo mengikuti Sandra di dalam mobil ambulans. Perawatan yang ada di dalam mobil ambulans berusaha menghentikan pendarahan di kepala Sandra. Leo nampak cemas dan memegangi tangan Sandra.
"Sandra..., ayo segera bangun." Leo mengguncang tubuh Sandra beberapa kali.
"Maaf pak jangan diguncang tubuh mbaknya, biar kami yang menangani." Perawat tadi melepaskan tangan Leo.
Leo melepaskan tangannya. "Semoga luka kamu tidak parah," gumam Leo.
🍁🍁Tanpa para pembaca novel ini terasa hambar seperti sayur tanpa garam, jangan lupa komentar, like dan votenya untuk mewarnai episode berikutnya.🍁🍁🍁
Katrin yang kecewa dan sedih langsung pergi ke luar Café, mobil pun tidak dihiraukannya, ditinggalkan begitu saja di cafe.
“Kenapa harus begini, apa salahku. Kekasih dan sahabatku sendiri telah mengkianati ku. Sakit rasanya hati ini, sudah 3 tahun kita menjalani hubungan ini, bahkan semua keluarga sudah mengetahui dan setelah lulus kita mau menikah. Ah apa yang harus aku Lakukan.” Dengan tidak sadar Katrin terus berlari menyusuri jalan hingga sampai pada sebuah bantaran sungai yang cukup deras.
Katrin memejamkan matanya dengan air mata yang masih mengalir karena rasa sakit yang menyesakkan hatinya. Di atas jembatan yang nampak sunyi dan hening dia ingin mengakhiri hidupnya dengan menceburkan dirinya ke sungai. "Buat apa aku hidup kalau semua harus berakhir seperti ini, lebih baik aku mati."
Saat itu waktu menunjukan pukul 22.00 wib, Andi yang bekerja sebagai Abdi Negara tepatnya Satpol PP di wilayah kota tersebut merasa lelah dan harus pulang, setelah melakukan kegiatan, “Operasi Razia PKL di lingkungan alun-alun."
"Ton, tolong semua laporan hari ini kamu kerjakan. Aku mau pulang dulu, besok pagi laporan harus siap." Perintah Andi pada Toni.
"Baik pak! Nanti segera saya kerjakan," jawab Toni lesu.
"Bakalan lembur dong, enaknya kalau jadi atasan, tinggal main perintah." Toni menghela nafas panjang melepaskan kegundahannya.
"Ton, jangan mengeluh, kerja yang semangat," ucap Andi sambil menepuk bahu Toni.
"Astaga, bisa-bisanya pak Andi menilai isi hati ku." Toni menghela nafasnya.
Andi berjalan keluar dari ruangannya bertemu dengan pak Broto.
"Malam pak!" sapa pak Broto kepada Andi.
"Bapak belum pulang?" tanya Andi mendekati pak Broto.
"Belum pak, hari ini saya sama pak Toni ada piket malam," jawab pak Broto santai.
"Ya sudah, saya permisi dulu pak! Selamat bekerja?" Andi berjalan meninggalkan ruangan dan keluar menuju parkiran mobil.
Setelah masuk ke dalam mobil, Andi langsung menyalakan mobilnya bermaksud untuk pulang. “Sebelum pulang aku lihat situasi café yang aku Kelola, siapa tau nanti ada sesuatu yang disampaikan oleh Doni.”
Andi menjalankan mobilnya secara berlahan hingga sampai di dekat jembatan matanya melihat bayangan seorang gadis yang berdiri di tepi jembatan seolah-olah mau menceburkan dirinya ke sungai. “Itu manusia apa bukan ya, kok kayak seorang gadis. Astaga apa dia mau mengakhiri hidupnya?” batin Andi sambil mengurangi kecepatan mobilnya.
Kemudian Andi dengan tergesa-gesa memarkirkan kendaraannya dan berlari menghampiri gadis itu yang tak lain adalah Katrin.
“Hai gadis apa yang sedang kau lakukan,” teriak Andi dengan cepat dan menarik tangan Katrin hingga jatuh kedalam kepelukan nya.
"Hua...,Hua..., semua hidupku rasanya sia-sia, buat apa aku hidup," ucap Katrin sambil menangis karena putus asa.
“Apa kau mau mati? Mau dikemanakan otakmu hah...apa kamu sudah bosan hidup,” bentak Andi.
“Apa peduli mu kenapa kamu ikut campur urusan orang lain. Iya…, aku mau mati? Kekasih dan sahabatku mengkhianati ku," ucap Katrin yang menangis dipelukan Andi.
“ Hai Gadis dunia tidak selebar daun kelor, putus cinta begitu saja, kamu putus asa ingin mengorbankan hidupmu. Ingat masih banyak lelaki di dunia ini. Dan masih ada Abang Andi yang ganteng." Andi pun merenggangkan pelukannya dan ditatapnya mata gadis itu, hatinya pun berdegup kencang tak menentu.
"Lepaskan aku kak, jangan ikut campur urusan ku." Katrin berusaha melepaskan pelukan Andi.
"Dengarkan aku, apa manfaatnya kau menangisi sesuatu yang sudah tidak bisa dipertahankan lagi, sudahlah bangkitlah dari putus asa ini, aku yakin kamu pasti kedepannya bahagia," secara tidak sadar diusapnya kepala gadis itu dan dipeluknya kembali.
"Kenapa dia begitu jahat kak? Dia bermain dan selingkuh di belakang ku?" Katrin kembali menangis sambil sesekali mengusap ingusnya.
"Dik kamu kok jorok banget. Ini saputangan, kamu pakai saja." Andi menyodorkan sapu tangannya ke arah Katrin.
"Terimakasih kak." Katrin mengusap ingusnya dengan saputangan Andi.
"Ini kak!" Katrin menyerahkan kembali sapu tangan Andi.
"Kamu pakai saja dik," ucap Andi melepaskan pelukannya.
"Kak, aku benci kak Leo, dia jahat telah mengkhianati ku," ucap Katrin memeluk kembali Andi. Katrin tiba-tiba merasa nyaman dalam pelukan Andi.
Andi nampak senang dengan perlakuan Katrin, dan terus memandangi wajahnya.
“Gila gadis yang cantik begini kok dicampakkan, andaikan dia jadi kekasihku pasti akan ku sayangi dengan tulus.” Andi kembali semakin erat memeluk Katrin.
“Sudahlah ayo aku antar kau pulang.” Andi pun memapah Katrin menuju mobilnya dan menempatkannya di bangku sebelah sopir.
"Ini kamu minum dulu." Andi menyodorkan minuman ke arah Katrin.
"Terimakasih, kak!" Katrin menghabiskan minumannya sekali teguk.
"Busyet deh. Ini cewek kok kayak cowok kelakuannya, tapi cantik!" gumam Andi menelan salivanya yang terasa kering.
Tak lama kemudian Andi menyalakan mesin mobilnya.
Di dalam mobil Andi pun bertanya, “Hai gadis alamat rumah kamu mana?”
Setelah beberapa detik tidak dijawab, Andi pun melirik ke arah Katrin. Karena masih terluka, kecewa dan capek gadis itu pun tertidur.
“Apa yang harus aku lakukan, ku bawa pulang nanti bagaimana kalau ayah dan bunda bertanya. Ah….shitt….kubawa saja ke café.”
Sesaat setelah sampai café, Katrin pun dibangunkan oleh Andi.
"Dik bangun." Andi menguncang-guncang tubuh Katrin.
Katrin hanya menggerakkan tubuhnya kemudian tidur kembali.
“Gila, ini orang apa hantu ya, jangan-jangan ini hantu, tapi tadi kakinya menyentuh tanah. Bidadari mungkin yang sengaja dikirim Tuhan untuk jadikan kekasihku.”
Karena susah dibangunkan, Andi pun menggendong Katrin ala Bidral Style menuju ke salah satu ruangan pribadinya yang ada di cafe sambil senyam-senyum sendiri.
"Mbak tolong bersihkan tempat tidur untuk nya,"
ucap Andi yang kebetulan lewat di depannya.
"Ini siapa pak bos?" tanya pelayan cafe dan dengan sigap membukakan pintu ruang kerja pak Andi.
"Entahlah aku sendiri tidak tahu, aku tadi menolongnya karena hendak bunuh diri," jelas Andi kepada pelayan cafe.
"Kasihan ya bos, padahal cantik lo?" ucap pelayan itu kemudian masuk dalam kamar dan merapikan tempat tidur Andi.
"Gimana? sudah bersih dan rapi?" tanya Andi yang masih menggendong Katrin.
"Sudah pak. Silahkan!" kemudian pelayan cafe meninggalkan mereka berdua.
💕💕💕 Terimakasih para pembaca, jangan lupa komentar, like dan votenya!💕💕💕
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!