Kisa ini menceritakan tentang gadis cantik yang harus menjadi ibu muda di usia yang beluam genap 20 tahun. gadis itu bernama Cahaya atau sering di panggil Ayak.
Kehancuran hidup Cahaya bermula saat pesta malam perpisahan. pasta yang membawa kehancuran dalam hidup nya. Pesta yang membawa petaka dalam hidup nya, hingga dia di usir dari rumahnya dan hidup sebatang kara di luar kota, kota yang asing bangainya, dan jauh dari kota asalnya.
Kedatangannya di kota itu membawa nya bertemu dengan pemuda yang juga berasal dari kota yang sama dengan nya, pemuda itu bernama Ragata, atau sering di panggi Raga. Pemuda yang berasal dari keluarga kaya, anak dari CIO sebuah perusahaan yang mempuyai ribuan supermarket yang tersebar di seluruh negara bahkan sampai keluar negeri.
Kedatangan Raga kekota itu dengan alasan inggin hidup mandiri dan terbebas dari kekangan orang tuanya yang suka menekankan semua kehendak nya, dengan kata kata lain dia minggat atau kambur dari rumah orang tua nya.
💔💔💔💔💔💔
Di malam pesta.
Cahaya dan beberapa teman lainnya mengadakan pasta di salah satu rumah rekan sekolah mereka. Cahaya datang bersama kekasihnya yang berbeda sekolah dengan nya. namun dia juga lulus di tahun yang sama dengannya.
Malam pesta berahir sampai pagi hari, kekacawan terjadi di mana-mana, mereka yang merayakan pesta tertidur di sembarang tempat, karena terpengaruh dengan apa yang mereka minum.
Namun tidak dengan Cahaya, Cahaya terbangun di salah satu kamar bersama kekasihnya. Dia terkejut dengan apa yang terjadi, namun sang kekasih meyakinikan kalau tidak terjadi apa-apa pada nya.
Satu bulan lebih telah berlalu, bisa dibilang sudah dua bulan telah berlalu, semenjak pesta malam mperpishan itu.
Cahaya keluar dari kamar mandi, memegang sebuah benda kecil dengan warna biru dan putih, dan terdapat dua geris marah di tengahnya.
Cahaya syok dengan apa yang dia lihat, air matanya menetes membasahi pipinya, rasa takut dan cemas menyelimuti dirinya. Tubuhnya merasa gemetar dan terasa lemas. Dia binggung harus berbuat apa, hanya bisa menanggis di samping ranjang tempat tidurnya.
Kembali melihat benda itu, memastikan kalau dia hanya salah melihat. namuan sayang, garis itu tidak berubah sama sekali.
"Ti tidak mungkin, ini pasti salah," berusah tidak mempercayai apa yang dia lihat.
Mencoba untuk menguji untuk kedua kalian nya dengan tespek yang kedua.
Menunggu hasil.
mulai nmenunjukan hasil nya.
Cahaya syok dengan hasil yang di dapat, hasilnya masih sama dengan yang pertama, dua garis atau Cahaya positif hamil dengan kekasihnya itu.
"Aku harus menemuinya."Cahaya berjalan dengan tergesa-gesa menuju sebuah taman yang ada di depan kompleks perumahan mewah. Cahaya meminta untuk bertemu si sana.
Meskipun kilat menyambar dan anggin yang cukup kencang tak menyurutkan niatnya untuk bertemu dengannya malam ini juga. bertemu dengan kekasih nya yang tinggal di perumahan itu.
Dengan perasa'an cemas ia menunggu kedatangan kekasihnya itu, bahkan gerimis yang mulai turun tak menyurutkan niatnya itu. Kilat di sertai petir dengan intensitas rendah terus menyambar, namun Cahaya masih teguh dengan pendirianya.
Setelah menuggu satu jam, pemuda yang Cahaya tunggu datang juga.
" Ayak, ada apa?," tanya kekasih Cahaya dengan perasa'an cemas dan was-was.
Cahaya langsung memeluk kekasihnya itu dengan erat, tanpa bicara sepatah kata pun, dia menanggis tersedu-sedu.
" Sayang ada apa?," tanyanya lagi. " Bicaralah, jangan menangis terus?,"
" Sayang, kamu sayangkan sama aku?, kamu cintakan sama aku?," tanya Cahaya, penuh emosional.
" Pertanya'an macam apa ini?, tentu, kalau tidak aku tidak akan datang kesini menemuimu, "jawab nya.
" Kalau gitu nikahi aku." pinta Cahaya.
" Apa?!, nikah?," terkejut.
" Iya, kita nikah,"
" Kenapa kamu tiba-tiba minta nikah?,"
" Aku hamil."
Duwarrrrrrr!!!!!⚡⚡
Bak di samabar petir, pemuda itu terkejut akan apa yang dia dengar barusan.
" Kamu bercanda kan?," tanya nya, memastikan.
" Tidak, aku tidak bercanda, aku serius, aku hamil, ini bukti nya." Cahaya menunjukkan hasil tes urin yang dia pegang sedari tadi.
"Tidak, tidak mungkin, ini tidak mungkin!, kamu bohong kan?, kamu tidak hamil kan?!," tanya pemuda itu sambil menguncang tubuh Cahaya, mencoba meyakinkan kalau itu tidak benar atau Cahaya sedang bohong.
" Hentikan!, apa yang kamu lakukan?!, kamu menyakiti ku!, aku tidak bohong!, aku hamil, aku hamil anak mu!,"jelas Cahaya penuh emosional.
" Tidak!, ini bukan anak ku!." jawab nya dengan tegas.
Duwarrrrrr!!!!!!⚡⚡
Suara petir terdengar dengan keras seolah mewakili apa yang Cahaya rasakan, degan pernyata'an kekasihnya itu, diikuti turunnya hujan yang cukup deras menguyur keduanya.
"A a apa yang kamu katakan?!, ini anak Kamu, cu cuma dengan mu aku melakukan nya, cuma kamu," jelas Cahaya, meyakinkan.
" Tidak!, itu buka anak ku!," jawab nya lagi.
" Ini anak kamu!!!," tegas Cahaya dengan lantang.
" Kalau ini anak ku, gugurkan dia!,"
Duwarrrrr!!!!! ⚡
Terdengar suara petir untuk kesekian kalinya, mewakili apa yang barusan cahaya dengar dengan perminta'an ayah dari anak yang ia kandung.
" A apa ka kamu bilang?, gugurkan?, jangan gila kamu!, ini anak kita!, darah daging kita!, kita sudah berbuat dosa dengan melakukan hal itu!, dan sekarang kamu meminta ku untuk membunuh anak ini!?, apa kamu tidak waras!?, di mana otak kamu?!,"tanya Cahaya penuh emosi.
" Tidak ada jalan lain!, Ayak, kita masih muda, kita baru dua bulan lulus SMA, apa kamu mau menyia-nyiakan masa muda mu dengan mengurus anak ini?," meyakini cahaya.
Cahaya diam mencerna apa yang kekasihnya katakan.
" Ini, pengang kartu ini, di sini ada uang yang cukup banyak, uang ini cukup untuk biaya kamu melakukan aborsi, kamu pegang dulu, dan aku akan mencari dokter atau alternatif terbaik yang mau melakukan ini semua, pengang lah dan pakai jaket ini, jangan sampai kamu sakit, aku pergi." mencium kening cahaya sekilas dan pergi meninggalkan Cahaya di tengah derasnya hujan. Dia pergi dengan motornya.
Cahaya menatap kartu yang di pengang dan meremasnya.
" Apa yang harus aku lakukan?," gumamnya.
Cahaya berjalan dengan perasa'an hancur dengan apa yang tengah terjadi. Berjalan menebus deresnya hujan yang di sertai petir. Berjalan tak tentu arah mengikuti kemana langkah kakinya berjalan.
Hingga Cahaya berhenti di sebuah jembatan yang memiliki arus yang cukup deras. Cahaya berdiri tepat di pinggir jembatan, menatap arus sungai yang sedang meluap, terbesit niyat untuk mengakhiri hidupnya, namun dia teringat akan kedua orang tuanya dan adik laki-lakinya yang sangat dia sayangi.
"Ayah, ibu, maafkan Ayak, Ayak sudah membuatmu kecewa, Maaf kan Ayak, bu."
Cahaya semekin terisak saat menggigat masa-masa bahagia bersama ibu dan adiknya.
" Ibu!!!, maaf kan Ayak bu!!!!, maaf kan Ayak bu... hik hik hik hik." Tangis cahaya semakin menjadi-jadi.
Cahaya kembali berjalan menembus gelapnya malam dan lebatnya hujan, petir terus menyambar dan anggin kencang beluam juga reda. Tak lama Cahaya ambruk dan tak sadarkan diri.
...----------------...
Pagi hari nya, Cahaya terbangun sudah berada di ruang perawatan rumah sakit.
" Dimana aku?," Cahaya melihat sekeliling namun tidak ada satupun orang. Cahaya mencoba bangun namun kepalanya terasa sakit, serta pusing.
"Awww...Kepala ku," keluh Cahaya sambil menyentuh kepalanya yang terasa berdenyut.
Cahya kembali merebahkan tubuhnya, agar rasa sakit di kepalanya mereda.
"Kak Ayak, kakak sudah banguan?," Adik laki-laki Cahaya datang.
"Kakak di mana?," tanya Cahaya. sambil terus memengang kepalanya yang masih terasa berdenyut.
" Kakak di rumah sakit, semalam ada warga yang menemukan kakak tak sadarkandiri dipinggir jalan."
Cahaya kembali menangis saat inggat kejadian semalam, tentang penolakan kekasihnya dengan anak yang sedang dia kandung.
"Hik hik hik hik, ibu... ibu... ", Cahaya terus menangis sambil terus memanggil sang ibu
" Ibu sama ayah masih di ruang dokter, sebentar lagi mereka datang. kak, kakak kenapa menanggis?,"
" Sam, kakak bodoh Sam, kakak bodoh..." ucap Cahaya diselah-selah tangis nya.
" Bodoh bagai mana maksut kakak."
" Kakak bodoh Sam.., kakak sudah membuat ayah sama ibu kecewa, kakak mengecewakan mereka Sam, kakak bodoh, hik hik hik..., kakak Bodohhhhh saaaammm!!!! kakak bodooohhhhh!!!! Aaaaaa!!!," Cahaya berteriak histeris karena tak mampu menahan rasa sesak di dadanya.
" Kak Ayak!, tenang kak, kakak tenang, kakak kenapa?, apa yang terjadi sama kakak?," Tanya adik Cahaya yang Cahaya panggil Sam, Lebih tepatnya *S**amudra*
Samudra adalah adik satu-satunya Cahaya, usia nya hanya terpaut 3 Tahun darinya. Kini Samudra masih duduk di kelas satu SMA.
Sedang Cahaya baru saja lulus.
"Ayakkkkk!!, panggil seorang pria dengan suara lantang dan penuh emosi. Pria itu masuk dengan membuka pintu dengan begitu kasar.
"Brakkk!!, mendorong pintu, kasar.
" A ayah," Cahaya langsung bangkit, namuan sayang, rasa pusing di kepalanya membuat dia jatuh. Cahaya mencoba merangkak untuk mencapai kaki laki-laki itu, yang tidak lain ayah Cahaya.
" Ayah, maaf kan Ayak, maafkan Ayak!, Hik hik hik hik!, ucap Cahaya, penuh sesal.
" Anak tidak tau diri!!," ucap saga Ayah sambil menarik rambut ikal cahaya dengan kasar.
" Ampun ayah, ampun.... hik hik hik maafin ayak," Ucap Cahaya.
"Maaf kamu bilang!."
"Plakkk.. !! plakk..!!
Tamparan keras mendarat dipipi mulus Cahaya.
" Ayah!!, jangan ayah, jangan!!, ini anak kita yah!!, hik hik hik hik, sadar yah sadar!, " pinta sang ibu.
Ibu Cahaya menghentikan apa yang tengah suami nya lakukan, memeluk sang putri dengan erat.
" Anak ku uuu.. kenapa jadi begini nak...?, kenapa kamu melakukan semua ini..??, kenapa?," Ibu cahaya menangis meraung-raung sambil mendekap erat tubuh sang putri.
" Maaf kan Ayak bu, maaf kan Ayak..., Ayak salah bu.. maafkan Ayak...hik hik hik,"
Cahaya menangis dalam pelukan sanga ibu, Cahaya tau kalau sang ibu sangat kecewa dengannya, namun rasa kecewanya tak kalah besar dengan rasa sayang dan cinta pada sang putri.
" Ibu, Ayah, kenapa dengan kak Ayak?," tanya Samudera yang binggung dengan apa yang tenggah terjadi.
Bukanya menjawab, sanga Ayah malah pergi begitu saja.
Samudra beralih mendekati Cahaya dan sang ibu yang tenggah menangis bersama.
" Bu, bangun lah bu, kak, bangun, kakak masih sakit," ucap Samudera sambil mengelus punggung Cahaya.
" Nak, bangun lah, kamu harua banyak istirahat, Kamu harus dirawat, dokter bilang besok kamu boleh pulang," Jelas sang ibu, mencoba untuk kuat di hadapan sang putri.
Sang ibu yakin, kalau sang anak juga tak kalah sakit, seperti apa yang dia rasak.
Cahaya bangkit dengan di bantu Samudra dan sang ibu.
" Bu, maafkan Ayak bu, maafkan ayak," ucap Cahaya lagi, saat Cahaya sudah berbaring di ranjang perawatannya.
" Sudahlah nak, lebih baik kamu istirahat, jangan banyak pikiran, kasihan calon anak mu," pinta sang ibu.
" Anak?, a anak siapa bu?," tanya Samudra dengan terkejut.
" Sam, kakak, kakak hamil, Sam," jawab Cahaya.
"Apa!!, hamil dengan siapa kakak?,"
"Dengan... dengan..." Cahaya ragu untuk menjawab
" Jangan bilang kakak hamil dengan cowok berengsek itu!?," tegas Samudra.
Cahaya tak menjawab pertanyaan Samudra lagi, di terus saja mengis dan menangis.
" Kalau kakak diam, berarti iya!," tegas Samudra lagi. " Dasar manusia berengsek!!,"Sam beranjak pergi dengan amarah yang memuncak.
" Sam, mau kemana?!," panggil Cahaya
"Menemui orang itu, dia harus bertanggung jawab dengan apa yang terjadi dengan mu, kak!," jawab Samudra.
" Percuma, dia....dia tidak mengiginkan anak ini, dia memita kakak untuk mengugurkan anak ini," jawab Cahaya.
" Apa?!, gugurkan..?!, tidak, kamu tidak boleh lakukan ini nak, tidak boleh!," pinta sang ibu.
" Apa kakak bilang, dia tidak mau bertanggung jawab?," tanya Samudra dengan geram.
Bersambung..
Setelah di rawat dirumah sakit selam dua hari, Cahaya kini diperolehkan pulang oleh dokter yang merawatnya. Selama perjalanan pulang, dengan di jemput oleh adik dan ibu nya mengunakan mobil, Cahaya hanya diam dan sesekali bulir bening mengalir dari ujung matanya. Masih terlihat jelas kesedihan di wajah Cahaya.
Ibu dan sang adik Sam, hanya bisa diam memandang Cahaya. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa untuk membatu mengurangi rasa sedih yang sedang Cahaya rasakan. bahkan mereka tidak bisa menghibur karena mereka juga sedang dalam keada'an hati yang tidak biak.
Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga puluh menit, ketiganya telah sampai di kediaman keluarga Cahaya. Dengan langkah berat Cahaya turun dari mobil,dengan dibantu oleh sang ibu dan juga sang adik. Para pekerja di rumah keluarga Cahaya menyambut mereka, dengan membatu membawakan barang yang di bawa nya.
Sang ayah menyambut kedatangan mereka dengan tatapan penuh kebenci'an. dengan koper besar di tangannya.
Ketiganya menatap pria gagah pensiunan angkatan darat yang berdiri tegap di depan pintu. Dengan tatapan tajam pria itu menatap tajam satu persatu orang yang ada dihadapanya, seolah akan menerkam salah satu dari mereka." Sam, ibu, masuk." ucap nya datar.
Cahaya merasakan keanehan.
Kenapa ayah melihat ku seperti itu?, apa dia masih marah dengan ku?.
"Ayo nak masuk, kamu harus istirahat. "Ibu menuntut Cahaya degan hati-hati.
" Tinggal kan anak itu, " pria pensunan itu mecegah sang istri membawa serta sang putri.
Ketiganya terkejut dengan ucapan pria di hadapannya itu. " masud Ayah," Samudra mencoba memperjelas masud dari ucap pria gagah itu.
Pria itu melempar koper yang dia pegang sedari tadi. " Aku tidak mau melihat wajah anak tidak tau diri ini!, pergi dan jangan pernah kembali, aku tidak sudi punya anak seperti mu!." menujuk Cahaya dengan penuh kebencian.
Air mata kembali mengalir dari ujung mata Cahaya, saat mendengar ucapan sang Ayah. " Ayah mengusir ku?," Cahaya mencoba memperjelas maksut dari ucapan sang ayah.
" Apa kurang jelas?, baiklah, mulai saat ini aku tidak punya putri yang bernama Cahaya, aku hanya punya satu Putra yaitu Samudra!," ucap sang ayah dengan tegas.
Hati Cahaya bak di tusuk sebilah pedang. kesedihan Cahaya kian bertambah berat, dengan keputusan yang diberikan pria gagah kebanggaan nya.Air mata mengalir semakin deras, tak bisa dihentikan lagi.
"Ayah, ibu mohon jangan lakukan itu," Sang istri bersimpah di kaki sang suami, meminta agar mencabut keputusannya. air mata tak bisa di bendung lagi dari pelupuk mata indahnya.
" Ayah, kak Ayak adalah anak kesayangan ayah, kenapa ayah tega melakukan itu?!," Samudera mencoba untuk mepengaruhi keputusan sang ayah.
" Keputusan ku sudah bulat, dan tidak bisa di ganggu gugat," menjawab dengan tegas dan lugas. " Pergi dan jangan pernah kembali!." beranjak pergi meninggalkan ketiganya tanpa menolehlagi.
" Ayah!,"Panggil Cahaya, pria gagah kembangga'an Cahaya berhenti berjalan, tanpa menoleh." Akan aku terima semua keputusan ayah, aku akan pergi dan tidak akan pernah kembali lagi, aku cuma minta jaga ibu dan Sam, itu adalah permintaan terhir ku, aku akan menebus kesalahan yang aku buat." Cahaya mencoba tegar menerima keputusan sang ayah, Ia sadar semua ini adalah kesalahnya, dan dia harus menerima semuanya dengan besar hati. " ibu," beralih mendekati sang ibu yang masih bersumpah di lantai. "Jaga diri ibu baik-baik, jangan sampai sakit, kesehatan ibu adalah segalanya buat ku. ibu, ibu tenang saja, Ayak pasti akan baik-baik saja, ibu jangan cemas," mencoba meyakinkan akan keada'anya, meski dia sendiri ragu akan hal itu.
" Sam, kakak titip ayah dan ibu, jaga mereka, jadilah anak yang membanggakan untuk mereka," Cahaya berlih kepada sang adik yang juga tidak bisa menahan air matanya .
" Kak, kakak janga diri baik-baik disana, sering-sering kabari Sam, beri tau Sam saat kakak. membutuhkan bantuan," meski berat Samudra mencoba untuk iklas melepas sang kakak tercinta.
" Kakak akan biak-baik saja," meyakinkan, meski dirinya juga tidak yakin akan baik-baik saja.
Cahaya meraih koper yang di lempar sang ayah. Dengan langkah berat cahaya berjalan meninggalkan rumah sang ayah. Cahaya menoleh, melihat rumah yang selama ini dia tinggali bersama keluarga, rumah yang menjadi saksi bisu masa-masa indah tinggal bersama kedua orang tua dan sang adik, tumbuh bersama dengan sang adik, dan melewati masa-masa indah bersama.
Meskipun konflik sering terjadi di antara ke duanya, tapi itu tidak merubah rasa sayang Cahaya pada sang adik, Samudra.
NAMA TOKOH DALAM CERITA DI ATAS.
Baskoro.
Nama ayah cahaya, pensiunan angkatan darat terbaik di negaranya. meskipun bukan salah satu keluarga kaya raya, tapi Baskoro termasuk keluarga terpandang karna setatusnya. Mempunyai bisnis properti yang di peracayakan sepenuhnya kepada orang kepercayaan'an nya.
Alya Atau Nyonya Baskoro.
Adalah nama dari ibu Cahaya dan Samudra, dia hanya ibu rumah tangga biyasa, tidak ada gelar apa pun yang dia sandang. Namun wajahnya yang cantik dengan sikap lemah lembut yang dia miliki membuat Baskoro jatuh cinta kepada nya, dan menikahi Alya beberapa tahun silam, dan mendapat dua buah hati yang sangat di bangga kan, yaitu Cahaya dan Samudra.
Sam, atau samudra
Adik Laki-laki satu-satnya yang di milik Cahaya. Sam, sangat menyayangi sang kakak, dia selalu mendukung dan mensupot apa pun yang dilakukan sang kakak, salah satunya saat musibah yang tengah sanga kakak alami.
Bagi Sam, Cahaya adalah cinta kedua untuk nya, karena cinta pertamanya adalah sang ibu.
Cahaya atau Ayak
pemeran utama dalam cerita ini,
Gadis ceria, dan menyenangkan, berwajah cantik dengan rambut sedikit ikal alami.
Ranu atau Ran.
Dia adalah kekasih Cahaya atau mantan, lebih tepatnya ayah dari anak yang akan dia lahirkan.
Dia berasal dari keluarga kaya raya juga, tidak berbeda jauh dengan kekaya'an yang di miliki keluarga, Cahaya atau Ayak.
Dalam kisah ini dia akan muncul di awal dan akan muncul lagi di beberapa bab selanjut, atau lebih tepatnya nya saat, bayi yang Cahaya kandung lahir, lebih tepatnya berusia sekitar 6 atau 7 tahun kemudian, bisa lebih tergantung bagai mana alur ceritanya nanti.
Sedangkan Ragata,
Rapat dia yang akan lebih Sering muncul di awal kisah, dan akan selalu berdampingan dengan kehidupa Cahaya. bahkan menjadi salah satu polemik dalam kehidupan Cahaya, namun sekaligus orang yang selalu ada di dalam kehidupan Cahaya dan sang buah hati, di saat susah maupun senang, di saat baik atau pun buruk, sekaligus orang yang sangat mencintai Cahaya dan juga anak nya, bahkan menjadi ayah dari anak dia kandung,. meskipun beluam ada ikata resmi atau ikata suami istri.
Dan masih ada beberapa nama yang akan muncul. Beperan besar dalam kehidupan Cahaya.
Bersambung...
Cahaya memulai kehidupan baru dengan pergi jauh keluar kota, mencoba untuk hidup mandiri dengan uang tabungan nya yang tidak seberapa.
Cahaya menyewah sebuah rumah kontrakkan yang sesuai dengan bajet yang dia miliki. rumah kontarakan yang terbilang sederhana, jauh dari kata mewah seperti kamar yang biasa dia tempati. Hanya ada satu meja kecil tanpa kursi di ruang tamu, satu kamar yang hanya berisikan ranjang kayu dengan kasur yang sudah usang, dan satu kamar mandi kecil. tidak ada perlengkapan masak apa pun yang tersedia hanya ada tikar yang sudah usang.
Cahaya menyusuri tiap sudut bangunan kecil yang akan menjadi tempat tinggalnya, entah sampai kapan Cahaya akan tinggal, hanya Tuhan yang tau.
Sayang, maaf kan bunda, hanya tempat seperti ini yang mampu bunda sewa, tapi bunda berjanji akan mencari uang untuk mencari tempat yang nyaman untuk mu, saat kamu lahir nanti.
Cahaya merebahkan tumbuhnya yang teras letih di atas ranjang usang itu, tanpa sadar Cahaya terlelap dalam tidurnya.
"Itu bukan anak ku!, gugurkan saja dia!. aku tidak mau menikah di usia muda!. masa depan ku masih panjang, aku tidak mau menghabikan masa muda untuk mengurusnya!. Suara petir menyambar saat Cahaya mendengar semua ucapan itu.
"Bunda..! bunda..! aku sayang sama bunda..., aku benci ayah bunda..., lupakan ayah bunda," Suara anak laki-laki memangil cahaya.
Cahaya terbangun dari tidur nya dengan nafas yang terengah enggah, ." Cuma mimpi, kenapa aku mimpi seperti ini?, apa itu tadi suara anak ku?, dia membenci ayah nya?," Cahaya mengusap-usap perut yang masih rata itu." Sayang, apa kamu benci sama ayah kamu?," mencoba berbicara dengan anak dalam kandungan, meskipun beluam merespon.
" Aku haus." Cahaya bangkit dan berjalan untuk mencari seteguk air untuk meredakan rasa hausnya. " Tida ada apa-apa, aku lupa membeli nya," cahaya meraih tas kecil milik nya." Sudah malam ternyata," dengan perasa'an takut Cahaya berjalan menyusuri jalan setapak yang sedikit gelap, mencoba mencari warung kecil hanya untuk mencari air mineral, dan beberapa makanan untuk menganjal perut nya.
Setelah mendapatkan apa yang dia cari, Cahaya kembali ke kontrakan. " Besok aku harus kepasar membeli perlengkapan dapur." Cahaya melihat sekeliling rumah kontrakannya yang tidak ada barang apa pun.
Pagi harinya, Cahaya bangun pada pukul 5.30 pagi, bersiap untuk pergi kepasar membeli barang yang dia butuh kan.
butuh waktu beberapa menit agar dia bisa sampai ke depan jalan raya. menghentikan angkutan umum berupa angkot.
pukul 8.30, ia sudah kembali dari pasar, membuka bungkusan nasi yang dia beli saat pulang dari pasar tadi. nasi pertama semenjak dia pergi dari rumah kedua orang tuanya. " Maaf sayang, kamu pasti lapar yah, bunda janji tidak akan membuat mu kelaparan lagi. " Di saat suapan pertama terlintas bayangan kedua orang tuanya dan adik laki-lakinya, Sam. Tanpa Ia sadari air mata menetes pada ujung mata nya, dengan cepat ia menghapus nya karna tidak mau terus berlarut dalan kesedihan.
Aku harus kuat, tidak boleh lemah, aku yakin aku bisa melewati ini semua.
Pukul 2.30, Cahaya pergi hanya untuk mencari udara segar, sembari mencari pekerja'an untuk menambah uang tabungan.
Ia berjalan menyusuri jalan setapak pinggir taman kota, melihat hiruk pikuk kebisingan kota yang menjadi cirikah sebuah kota berkembang.
"Lowongan pekerjaan'an,
Di cari dua pekerja karyawan toko," membaca selembaran kertas yang menempel pada pohon. "Mungkin aku bisa mendaftar." Cahaya bergegas berjalan menuji alamat yang tertera pada selembaran kertas itu. dengan bantuan pejalan kaki lainnya Cahaya menemukan toko tersebut.
" Permisi, apa benar anda menerima karyawan toko?." bertanya pada seseorang paruah baya yang sedang menutup toko.
" Iya benar, apa anda mau mendaftar?,"
" Iya bu, saya mau,"
" Permisi, apa di sini masih menerima karyawa?," datang pemuda seumuran dengan Cahaya yang juga inggin melamar pekerja'an.
" Masih, apa kamu berminat,"orang itu berbicara kepada pemuda itu.
" Benarkah, kalau begitu aku inggin melamar pekerja'an di sini."
"Baikah kalau begitu, saya adalah pemilik toko ini. melihat usia kalian yang masih muda, saya terima kalian berdua bekerja di sini." Pemilik toko langsung menerima ke duanya untuk bekerja di toko nya, " Di mana tempat tinggal kalian." tanya nya.
" Saya di ujung jalan sans, tidak jauh," cahaya menjawab cepat.
" Saya belum ada, saya baru saja tiba di kota ini,"
" Ok baik lah anak muda, lekas cari tempat tinggal karna mulai besok kalian akan mulai bekerja,"
" Baik bu," Jawab pemuda itu. Pemilik toko kembali masuk kedalam toko untuk menyelesaikan menutup toko nya karna sudah mulai senja.
Cahaya dan pemuda itu masih berdiri di depan toko, rasa canggung di antra keduanya jelas terlihat, saat tau siapa yang akan menjadi teman kerjanya nanti.
Cahaya berbalik untuk kembali ke kontrakan nya, tanpa bertanya atau menyapa pemuda itu. pemuda itu binggung apa yang harus di lakukan. menoleh kekanan dan kekiri tidak tau harus berbuat apa. Inggin bertanya tapi tidak tau siapa yang akan dia tanyai. Ia memutuskan untuk mengejar Cahaya.
" Tunggu!," Cahaya berhenti saat mendengar pemuda itu seperti memanggil nya, dan ternyata benar. Menunggu pemuda itu sampai di dekatnya dan tau apa yang akan dia tanya kan. " Apa kamu tau dimana ada kotrakan yang masih kosong?,"
Cahaya menatap pemuda itu dari atas sampai bawah. " Tidak tau, aku baru di sini," menjawab sambil berlalu pergi.
"Tunggu!," kembali mencagah Cahaya untuk pergi. menghadang jalan cahaya.
" Kitakan sama-sama baru di sini, mau tidak bantu aku mencari rumah kontrakan, pleas.. bantu aku, cuma kamu yang aku kenal di kota ini." ucap pemuda itu sedikit memelas.
"Kita tidak saling kenal," kembali mejawab cepat dan berjalan kembali.
" Kalau gitu, kita kenalan, nama ku *Ra**gata*, biasa di panggil Raga." kebali mengejar dan mengulurkan tangan.
Cahya kembali menatap Pemuda yang menggaku bernama Ragata itu.
Apa aku bantu dia?, kasihan kalau tidak di bantu.
Huffff...
Menghela nafas.
"Ikut aku, di sebelah kontrakkan ku masih ada yang kosong, tapi tempat nya jelek, sesui dengan harganya yang murah." jelasnya datar.
" Tidak masalah, yang penting aku punya tempat tinggal." menarik kembali uluran tangan yang tidak mendapatkan respon.
cahaya kembali berjalan, pemuda yang bernama Ragata mengukutinya dari belakang.
" Tunggu, naman mu siap," berusah berjalan sejar dengan Cahaya.
" Cahaya, panggil saja aku Ayak."
" Cahaya, nama yang bagus, seperti orang nya."
Cahaya berhenti berjalan dan kembali menatap kearah pemuda itu, dengan tatapan datar.
"Kenapa berhenti?," tanya Ragata.
Cahaya kembali berjalan dan tak menghiraukan pemuda yang bernama Ragata itu.
Gadis yang aneh.
Cahaya mengantarkan Ragata ke pemilik kosan yang cahaya tempati. " ini rumahnya, dan itu orang nya, kamu bisa bertanya sendiri," lalu pergi tanpa berpamitan dengan Ragata.
"Eh tunggu," Cahaya berhenti berjalan dan menoleh." Temani aku yah,"
" Tidak". kembali berjalan. mengabaikan Ragata.
Aisss ini cewek, nyebelin banget, untung cantik.
Cahaya sampai dikamar kontrakan nya, membuka pintu, menegak air dalam botol untuk meredakan dahaganya. mengabil ponsel, membuka galeri pada ponsel nya untuk melihat foto-foto saat bersama dengan keluraga nya." Ayah, ibu, Sam, aku kangen sama kalian," mengusap lembut gambar dalam foto itu,tanpa sengaja menggeser foto itu dan memperlihatkan foto saat masih bersama mantan kekasih nya yang telah pergi meninggalkannya. Cahaya menanggis dan menghapus semua foto-foto itu.
Kamu jahat, aku banci sama kamu, aku benci!!
...----------------...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!