NovelToon NovelToon

Imam Pilihan Ayah

Perkenalan

Hai Readers !!

.

Alya Rahmadhani berusia 25 tahun, berasal dari Kota Bogor, anak ke-2 dari Ayah Hasan dan Bunda Rahma. Sifat periang penuh dengan senyum membuatnya banyak disenangi orang sekitar. Tetapi di kampus dirinya termasuk dalam kategori wanita yang menghindari jarak dengan laki-laki. Hanya yang dirasanya klik barulah Ia berteman baik. Seperti kedekatannya dengan Raka. Ia mengenal sejak awal masuk kuliah saat tidak sengaja bertemu di jalur pendakian. Alya masih melanjutkan kuliah disalah satu Universitas swasta Jakarta, jurusan Komunikasi semester 6. Memiliki seorang Kakak wanita bernama Tyas, terpaut usia diatas lima tahun dari Alya. Saat ini sedang magang mengajar disalah satu pesantren saudara dari Ayah Hasan. Selain itu Ia juga memiliki seorang adik laki-laki yang bernama Bagas, saat ini masih duduk dibangku SMA yang berusia 17 tahun. Menyukai si bola keranjang, menjadi kapten Basket ditim sekolahnya.

Dimas Subadiyo Pranoto, merupakan wakil dari pemilik salah satu perusahaan terbesar di Jakarta yaitu Subadiyo Group. Usianya terpaut 5 tahun lebih tua dari Alya. Setelah menamatkan S2 di London ia memegang perusahan tersebut. Dimas selalu menurut apa yang diperintahkan sang Ayah, setelah mengetahui Subadiyo Memiliki riwayat jantung Ia berusaha membahagiakannya. Hingga dirinya melanjutkan S2 diluar, itupun menjadi salah satu kemauan Ayah. Dari kecil Ia juga menjadi anak yang penurut. Mengenal kata cinta setelah masuk kuliah, hingga saat di London Ia mengenal cinta semu lalu dikecewakan oleh wanita yang menjadi salah satu rekan bisnis Subadiyo.

Alya berteman baik dengan Raka Subadiyo Pranoto si idola kaum hawa di kampusnya. Berbeda dengan Alya, Raka mengambil jurusan Arsitektur. Adik dari Dimas ini tumbuh dalam lingkungan keluarga Jawa kental dari ibunya yang asli Jogjakarta dan katanya masih ada keturunan ningrat. Tetapi sifatnya berbanding terbalik dengan Dimas. Ia lebih banyak menentang sikap Subadiyo. Setelah SMP Raka baru tinggal bersama kedua orangtuanya. Saat itulah sifat pembangkangnya dimulai.

Siska wanita satu kampus yang mencintai Raka dari awal ospek masih memendam perasaannya hingga memasuki semester 6 ini. Wanita pendiam dan menjadi salah satu teman wanita Alya disatu jurusan. Ia tinggal di kota metropolitan bersama kedua orangtuanya yang sibuk. Hari - harinya dihabiskan di kampus, selalu diantar jemput oleh supir pribadi. Semenjak sekolah dasar dirinya hanya ditemani asisten rumah tangga. Kesepian yang membuatnya menjadi sosok wanita yang pendiam. Mempunyai paras cantik, tetapi selalu ditutupinya.

Subadiyo Pranoto, seorang pebisnis sukses di kota metropolitan Jakarta sejak muda. Menikahi wanita asli Jogjakarta keturunan ningrat bernama Lestari. Mereka sangatlah romantis, tidak pernah terlihat pertengkaran, karena sifat Lestari yang tenang dan penurut membuat hubungan rumah tangga Mereka langgeng. Hingga dikaruniai dua orang anak laki-laki bernama Dimas dan Raka. Subadiyo sangat pemilih untuk rekan bisnis, ketika ia harus dihadapi pesaing yang semakin keras. Dirinya harus menyelamatkan bisnisnya dari tangan - tangan tidak bertanggung jawab. Maka dari itu Ia ingin menikahkan anak - anaknya dari keluarga yang baik. Teringat mantan orang kepercayaanya saat beberapa tahun lalu, ia bertamu kerumah Hasan lalu mengatur perjodohan dengan anak sulungnya.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Siang itu Raka sedang menghabiskan waktu dibawah pohon rindang halaman kampus sambil membuat sketsa. Daun kering berguguran memenuhi dimana tempat yang sedang Ia duduki. Lalu lalang pejalan kaki tidak dihiraukannya, Ia masih dengan fokusnya menggambar. Dari kejauhan Alya datang menghampiri.

"Ka pulang yuk, Aku sudah selesai jam kuliah." Sapa Alya.

"Tunggu Aku selesain sketsa sebentar lagi Al." Jawab Raka.

"Sketsa apa? oke deh Aku tungguin." Alya langsung duduk di samping kanan Raka, mulai memperhatikan sketsa yang dibuat

"Buat akhir tugas Al. Oh ya kapan Kamu magang disemester ini?" Tanya Raka dengan tangan kanannya masih sibuk menggambar.

"Belum tau Ka, masih bingung mau magang dimana. semakin kesini kurang tertarik didunia pertelevisian. Lebih seneng produksi dalam sebuah perusahaan hehe." Sesekali Alya merapikan kerudung hitam yang merosot.

"Ya sudah Kalo bingung, Aku ajak ke salah satu kantor Papah aja buat magang disana gimana?" Ajak Raka.

"Enggak enak sama Om, janganlah Ka." Jawab Alya malu - malu.

"Santai aja Al, besok pulang ngampus Kita ke perusahaan Papah yang cocok untuk Kamu magang."

"Hmm boleh juga lah, sayang juga di tolak hehe."

"Huh tadi katanya enggak enak, terus langsung diterima." Hcap Raka sambil merapikan alat sket nya dan memasukkan kedalam tas ransel.

"Lumayan ada tawaran baik jangan disia - siakan. Tapi Aku enggak enak aja sering merepotkan Kamu. Oh ya Bunda tanyain Kamu terus, kapan mau main kerumah?"

"Aku seneng bantu kamu Al, mungkin besok Aku main setelah pulang menemani Mu dari kantor Papah."

"Makasih ya Ka, maaf Aku sering merepotkan."

"Sudahlah jangan dibahas itu terus, lagian Kamu juga sering bantuin Aku buat jagain dari wanita - wanita kampus disini."

"Kamu itu aneh Ka, kenapa dari semua wanita yang idola sama Kamu tidak ada satupun yang Kamu terima?"

"Bukan gitu Al, memang belum ada yang klik aja dihati. Lagian aku maunya sih enggak usah pacaran langsung halalin hehe."

"Alhamdulillah sahabat Aku ini fikirannya tidak terkontaminasi."

"Iya dong, Kamu juga begitu kan Al?"

"Insya Allah Ka, inget kata Bunda pacaran setelah halal itu lebih nikmat. Kalau sebelum halal banyak mudhorotnya."

"Betul itu kata Bunda Mu, okelah Kita kapan pulangnya? jadi Aku turunin di stasiun?"

"Jadi dong, yuk Kita jalan sekarang."

Mereka pun beranjak meninggalkan kampus yang mulai terik. Raka melajukan mobil Fortuner nya memecah kota Jakarta yang padat. Siang itu ibukota diramaikan para pendemo hingga menutup sebagian jalan utama. Raka harus memutarkan kendaraannya lebih jauh mencari jalan alternative untuk segera sampai mengantarkan Alya.

Setelah Raka berhasil menurunkan Alya di dekat stasiun Tebet, Alya berjalan di trotoar. Karena tidak memungkinkan mengantar sampai didepan pintu masuk stasiun, yang sudah dipadati ojek online dan beberapa pedagang asongan.

Alya masuk kedalam stasiun yang sudah ramai antrian di loket. Beruntung Ia sudah mengisi saldo kartu KRL nya. Rasa haus ditenggorokan membuat Ia menoleh kearah mini market yang berada didalam peron. Selagi menunggu kereta datang, Ia memutuskan untuk membeli minuman dingin disana. Terlihat ada seorang ibu hamil besar sedang berdiri didekatnya, Alya membelikannya sebotol minuman untuknya. Ia juga meminta kursi prioritas kepada pengunjung lain yang kiranya terlihat masih muda. Sungguh tak tega melihat sesama wanita yang berdiri saat mengandung besar. Kadang hidup dikota besar tidak membuat orang itupun berfikir luas. Rasa empati Mereka hilang disaat lelah, acuh tak acuh melihat kenyataan yang ada disekitarnya.

.

.

.

Awal Magang

📞 Raka

"Al sudah siap belum? Aku tunggu di parkiran."

📞 Alya

"Sebentar lagi ya ka, Aku susun proposal magang terus langsung ke parkiran."

Tuttt...

Raka memutuskan pembicaran dari telfon begitu saja.

Matanya melihat kesekeliling area parkir, nampak Siska yang tengah duduk sendiri dibawah pohon rindang. Raka berjalan kearah siska. Karena Ia sedang asik memainkan ponsel hingga tidak menyadari Raka yang sudah duduk disamping kirinya. Ketika Raka membuka suara, tiba-tiba Alya datang dari arah yang berbeda langsung duduk dikanan Siska.

"Hayo kalian lagi pada ngapain?" Tanya Alya.

"Eh Kalian tiba-tiba sudah ada di samping Aku aja." Jantung Siska langsung mengacu cepat tidak beraturan, senyum bahagia karna Raka disampingnya.

"Aku juga baru datang Al, ini mau tanyain Siska lagi ngapain duduk sendirian." Jelas Raka.

Tanpa menunggu aba-aba bicara, Alya menerobos pembicaraan lain.

"Sis gimana sudah dapat tempat magang belum?" Tanya Alya.

Siska hanya menggelengkan kepala kearah Mereka.

"Kalau gitu ikut kita yuk, Aku mau kenalin ketempat Papah untuk magang Alya, terus sekalian aja Kamu ikutan sama Alya magang disana. Gimana?" Tanya Raka melihat kearah Siska.

"Wah ide bagus tuh, ayo Sis biar Aku ada temennya yah? Please !!" Senyum Alya memohon sambil meletakkan kedua telapak tangan didadanya.

"Hmm Oke deh Aku coba ikut kesana dulu, Kalo cocok Aku ambil." Jelas Siska.

"Sip kalau begitu tunggu apa lagi, Kita jalan sekarang." Ajak Raka.

Merekapun pergi menuju perusahaan Papah Raka yang berada di Jakarta Pusat. Suasana Bunderan HI cukup padat karena masih jam makan siang area perkantoran tentunya ramai dengan kendaraan pribadi yang bolak balik meramaikan arah jalan Sudirman. Raka memarkiran Fortuner nya didepan lobby kantor, tak lama ada petugas datang langsung mengambil alih kemudi untuk membawa mobil Raka keparkiran. mereka turun mengikuti langkah Raka masuk.

Tinggg ..

Lift terbuka dilantai 13. Sudah ada sekretaris yang menunggu kedatangan mereka.

"Selamat siang Tuan Raka, mohon menunggu sebentar diruang tunggu, Tuan Dimas sedang ada tamu." Indah memberikan senyuman kepada Raka dan berjalan kembali ketempat duduk kerjanya.

Alya melihat keliling area kantor yang menurutnya sangatlah nyaman, dekorasi nuansa putih hijau dengan frame pemandangan di beberapa sudut.

"Keren ya Al?" Tanya Raka.

"Eh Iya Ka, baru pertama Kali diajak kekantor ini. Dekorasinya keren." Jawab Alya.

"Iyalah kan Aku yang nge dekor ini hehe." Jelas Raka.

(Pantas aja cozy, berasa kerja ditempat nongkrong, wong Raka yang nge dekor. Alya terkekeh kecil sambil menyembunyikan senyumnya).

Siska yang masih malu-malu hanya terdiam menyimak pembicaraan kedua temannya. Tak lama pintu ruangan Direktur terbuka, muncul dua orang pria muda yang tampan dan keren terlihat berjabat tangan lalu salah satu dari mereka meninggalkan ruangan.

"Loh udah datang Kalian, ayo masuk keruangan." Ajak pria muda tampan sambil membuka pintu.

Lagi-lagi Alya terpukau dengan dekorasi ruangan Direktur tersebut, membuat nyaman bagi Siapa saja yang berada didalamnya. sekelilingnya kaca menuju luar pemandangan ibukota terlihat jelas, beberapa rak buku yang tersusun rapih.

"Kak kenalin ini temen Aku yang rencana mau magang disini. Mereka ambil jurusan komunikasi. Tolong Kakak sesuaikan aja penempatan Mereka ya."

"Oke Saya lihat dulu profil Mereka, santai dulu saja hari ini, besok bisa datang langsung Saya infokan penempatan posisinya. Oh ya bukannya hanya 1 orang ya Ka yang mau magang kenapa jadi ada 2 ?"

Raka menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dan tersenyum kearah dua wanita disampingnya.

"Gini Kak Dim, awalnya 1 ternyata teman Alya juga belum dapat tempat magang. Ya sudah Raka ajak sekalian kesini. Mungkin Kakak bisa membantu Mereka."

"Baiklah, Siapa nama Kalian?"

"Aku Alya."

"Aku Siska."

"Saya Dimas Kakak nya Raka."

(Sepertinya wanita berkerudung bernama Alya wajahnya tidak asing, pernah bertemu dimana ya? ahh sudahlah mungkin saya salah orang. Batin Dimas).

(Dimana ya Aku pernah bertemu kak Dimas ini sebelumnya? gumam Alya).

Ternyata Alya mempunyai pemikiran yang sama dengan Dimas. Setelah mengobrol sebentar, Mereka pamit tak lupa meninggalkan file profil dalam map diatas meja Dimas.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Mereka sudah berada didalam mobil, Raka melaju keluar meninggalkan perusahaan.

Sepanjang jalan pulang selesai mengantar Siska, terlihat Alya diam pandangannya pun menuju jendela kearah luar. Sesekali Raka melirik kearahnya tetap saja Alya tidak menyadari.

(Sebenarnya ada apa Al? tiba-tiba jadi pendiam biasanya dia bawel. Batin Raka).

"Al udah sampai depan rumah nih, Aku boleh ikutan turun ketemu Bunda?" Tanya Raka menyadarkan lamunan Alya.

Alya masih tidak merespon, sekali lagi Raka menegur sambil mencolek bahu Alya.

"Alyaaaa .. mikiran hutang ya?" Tanyanya kembali.

Canda Raka membuat lamunan Alya buyar dan kembali kedunia nyata.

"Eh apaan sih hutang, udah sampai ya. Buruan turun ka." Ucap Alya.

Tanpa bersalah Alya langsung turun meninggalkan Raka yang geleng-geleng kepalanya melihat tingkah laku Alya.

"Assalamualaikum Bunda." Sapa Alya.

Alya menghampiri Bunda yang sedang menyirami tanaman didepan halaman rumah. Lalu mencium tangan Bunda bergantian dengan Raka.

Ayah yang duduk dikursi roda sudah hampir 1 tahun ini karena kecelakaan kerja menemani Bunda sambil membaca koran tadi pagi. Terlihat sepasang kelinci putih yang melompat kesana kemari menemani Bunda ditengah tengah - tengah Mereka.

Alya menghampiri Ayah dan mencium tangannya, Raka pun mengekor dibelakang Alya.

"Duduk Ka , Aku ambil air minum kedalam." Ucap Alya lalu masuk kedalam menuju dapur.

"Raka kemana saja? sudah beberapa minggu enggak main kesini. Sibuk ya?" Tanya Bunda lalu ikut duduk diteras bersama yang lain.

"Maaf Bun, iya Raka lagi sibuk buat tugas sketsa semester ini. Oh ya tadi Kami dari perusahaan Papah, rencananya Alya dan temannya Siska akan magang disana dua bulan kedepan." Jelas Raka.

"Alhamdulillah Alya bisa magang ditempat Papah kamu. Semoga Alya bisa bekerja dengan baik disana. Beruntung Alya punya teman sebaik Kamu. Makasih ya Ka." Ucap Bunda dengan tersenyum kearah Raka.

"Makasih banyak nak Raka." Ucap Ayah.

"Sama - sama. Bagas enggak kelihatan kemana Bun?" Tanya Raka sambil mencari - cari keberadaannya.

"Oh Dia masih latihan Basket, katanya ada tournament minggu depan." Jelas Bunda.

Tak lama Alya pun datang membawa minuman dan makanan ringan untuk Mereka. Terlihat bahagia dari raut wajah Ayah Bunda yang melihat keakraban Alya dengan Raka. Sedikit keinginan Bunda yang berharap Raka bisa terus bersama dengan anaknya, semoga berjodoh.

Merekapun cukup lama mengobrol diteras rumah hingga menjelang petang. Ayah yang sesekali bercerita kesukaannya main catur, kapan - kapan Raka akan mengajaknya main bersama. Bunda juga terlihat sangat bahagia dengan canda tawa bersama.

.

.

.

Hari Pertama

Alya sudah bangun lebih awal dari biasanya, selepas melaksanakan sholat subuh Ia langsung membuat sarapan dan bersiap ke tempat magang di perusahaan Papah nya Raka. Siska sudah mengirimkan chat whatsapp untuk janjian di lobby kantor sebelum sama-sama masuk keruangan Kakanya Raka.

Dengan menaiki KRL dari Bogor menuju Sudirman, Alya sudah bersiap memesan ojek online menuju kantor. Masih ada waktu 15 menit lagi, Alya merapikan sedikit tatanan kerudung peach nya yang dipadukan blazzer hitam, celana bahan dan tak lupa sneakers putih kesukaannya.

Siska baru masuk terlihat tegang dari raut wajahnya. Berbeda dengan Alya yang terlihat santai, karena sebelumnya Ia pernah bekerja partime dislaah satu radio maupun stasiun televisi, sehingga tidak kaku lagi didunia kerja. Sedangkan siska ini adalah pengalaman pertama Ia bekerja, selama ini kebutuhannya sudah terpenuhi dari kedua orangtua yang bekerja di luar kota. Sedangkan Alya mencari rezeki tambahan untuk biaya kuliah meringankan beban Ayah yang sudah setahun ini tidak bekerja, dengan mengandalkan uang jaminan masa kerja digunakan untuk biaya kesembuhan dan kebutuhan sehari - hari dikeluarga Mereka. Tentunya tidak cukup. Sedangkan kak Tyas, Kakak pertamanya baru masuk magang di pesantren saudara dari Ayahnya.

Mereka berpelukan untuk saling memberikan support sebelum berjalan ke lantai 13. Beberapa karyawan menatap kearah Mereka penuh tanda tanya, karena baru melihat kedua wanita tersebut. Siska yang menggunakan rok span selutut membuat perhatian karyawan Lelaki meliriknya. Alya yang menyadari berdehem untuk memfokuskan kembali para hidung belang yang curi-curi kesempatan melewatinya.

Menaiki satu lift dengan beberapa karyawan, tibalah mereka di lantai 13. Pintu terbuka sudah ada Indah yang tersenyum kearah mereka. Mempersilahkan untuk duduk diruang tunggu karena Dimas belum datang. Sambil menunggu, Alya dan Siska memainkan ponsel masing-masing. Sekedar memantau akun sosial media, sesekali Alya cekikikan melihat update story teman kampusnya yang bertingkah konyol.

Tidak menyadari kedatangan Dimas yang sudah beberapa langkah lagi menghampiri, Siska yang menyadari langsung berdiri kearah Dimas, sedangkan Alya masih menunduk kearah ponsel nya.

"Ehem .. selamat pagi." Sapa Dimas.

Alya baru menyadari sumber suara dari Lelaki tersebut, spontan berdiri dan melihat kedepan, sudah ada Lelaki tampan mengenakan kemeja putih tanpa dasi, dibalut jas berwarna navy dengan celana senada dan sneakers putih.

"Ma maaf pak selamat pagi." Jawab Alya terbata.

Alya langsung menunduk dan berishtigfar dalam hati, karena sudah memandangi dengan seksama Lelaki dihadapnnya itu.

Dimas pun berlalu masuk kedalam ruangannya tanpa menoleh kearah Alya yang masih terpaku dengan wajah menunduk.

📞 Indah

"Baik pak, Saya akan mempersilahkan mereka masuk." Indahpun menutup panggilan dari Dimas.

"Kalian berdua sudah boleh masuk, ditunggu bapak didalam." Ucap Indah.

"Baik bu." Jawab Alya dan siska bersamaan.

Tok .. Tok .. Tok ..

"Silahkan masuk." Ucap Dimas.

Ceklek !

"Permisi pak!" Sapa keduanya.

"Silahkan duduk." Jawab Dimas.

Merekapun duduk dihadapan Dimas. Siska mulai gemetar, diraihnya lengan kiri Siska oleh Alya. Sambil tersenyum Alya menoleh kearahnya untuk memberikan semangat.

"Oke selamat datang untuk Kalian berdua, disini Saya sebagai Direktur perusahaan Subadiyo Group. Saat ini dibagian periklanan membutuhkan bantuan Kalian, silahkan ikut dengan Indah nanti ditunjukkan bagian copywriter dan pemasaran. Jika ada apa - apa Kalian bisa memberi tahu lebih dulu kepada kepala divisi periklanan dengan Bapak Heru." Jelas Dimas.

📞 Dimas

"Indah, Saya tunggu didalam. Tolong kamu perkenalkan kedua anak magang dibagian periklanan ya."

Dimas menutup sambungan telfon kantor dan tak lama Indah masuk, lalu membawa mereka menuju lantai 7.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Hari pertama cukup membuat mereka lelah, karena setelah perkenalan langsung dihadapi dengan deadline dari beberapa produk. sampai waktu menunjukkan pukul 4 sore Siska baru menyadarinya.

"Al udah waktunya jam pulang, yuk kita siap-siap." Ucapnya.

"Sebentar lagi Sis, tanggung ini lagi dapet idenya untuk bahan promo produk X. Besok pagi jadi tinggal kasih ke Pak Heru." Jelas Alya yang masih sibuk mengetik di keyboard komputer.

"Yaaah Al, Aku harus cepat kebawah. Mang Diman udah jemput dan lagi nunggu di lobby." Ucap Siska kembali.

"Ya udah Kamu duluan aja, Aku nanti naik ojek ke stasiun nya. Sampai ketemu besok ya." Sanggah Alya.

"Maaf ya Al, Aku duluan sampai ketemu besok. Assalamualaikum." Pamit Siska sambil melambaikan tangan kananya.

"Waalaikumsalam." Jawab Alya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, Alya segera merapikan meja kerjanya dan berjalan menuju lift.

Ting ..

Pintu lift pun terbuka, Dimas sudah ada didalam lift itu. Alya masih terpaku diam.

"Mau ikut turun Al?" Tanya Dimas.

"I Iya Pak." Jawab Alya terbata.

"Ya sudah cepat masuk, kenapa berdiri saja diluar?" Tanyanya kembali.

Alya langsung masuk dan berdiri didekat pintu lift.

Ting ..

Pintu lift terbuka, suasana lobby sudah sepi. Hanya terlihat petugas keamanan yang menunggu didepan pintu keluar dan terparkir mobil sport hitam milik Dimas .

"Kamu pulang kearah mana Al?" Tanya Dimas lalu menoleh kearah Alya.

"Saya mau kearah stasiun pak." Jawab Alya singkat.

"Kita searah, ayok ikut dengan Saya. Stasiun Sudirman kan?" Tanyanya kembali.

"Eh iya. Maaf Pak enggak usah nanti merepotkan. Aku mau Naik ojek saja." Ucap Alya berusaha mengelak ajakan dengan halus.

"Santai Al, lagian Kamu kan teman Raka. Sudah dijam luar kantor enggak usah panggil Bapak. Kak Dimas saja seperti Raka memanggil Saya." Jelas Dimas.

"Baik kak." Jawab Alya.

"Ya sudah cepat naik ke mobil." Ajak Dimas.

Dimas berjalan lebih dulu memasuki kursi kemudi.

"Kak bukan itu maksudnya .. maksud 'kata baik' tadi itu panggilan bapak menjadi kakak, bukan Saya mau naik mobilnya." Jelas Alya dengan sedikit memajukan mulutnya kesal.

"Udah buruan masuk Al, keburu nanti macet." Ucap Dimas sambil terkekeh lalu menghidupkan mesin mobil.

(Nah itu maksudnya macet, kalo naik ojek bisa lebih cepet Aku dapet keretanya, jam padat seperti ini kan udah pasti berjubel didalam kereta, harus tenaga extra buat pertahanan masuk dan bersandar didekat pintu. Alya masih berbicara dalam hati).

"Hei, ngelamunin apa Kamu. pakai safety belt nya Al." Titah Dimas.

"Iya Pak, eh Kak. Anu Saya mikir sampai di kereta nya nanti pasti berjubel banget udah jam segini." Jawab Alya dengan menghembuskan nafas panjang dan memalingkan wajah ke samping jendela.

"Ya udah Kak Dimas antar pulang aja sampai rumah." Ucap Dimas.

"Loh enggak usah Kak, rumah Alya jauh kearah Bogor. kasian bolak balik." Jawabnya cepat.

"Sekalian ada yang mau Saya bicarakan dengan Mu, Kita pernah ketemu beberapa tahun lalu. Iya kan?" Tanya Dimas dengan fokus menyetir.

Deg !!

Jantung Alya serasa mau copot mendengar perkataan Dimas, rupanya dia sudah menyadari pertemuan Mereka beberapa tahun silam di kota Jogja. Bisa malu rasanya jika mengingat kejadian saat itu.

😂

.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!