NovelToon NovelToon

Who Took My Virginity??

~ Lelaki asing yang menodaiku

Pria asing yang belum pernah kulihat berhasil menarikku ke sebuah kamar yang pencahayaannya tidak begitu bagus.

Wajahnya tidak begitu jelas terlihat, aku mulai panik dan ketakutan karena dia tidak membuka pintunya,tapi aku lebih takut lagi ketika dia membuka semua pakaiannya di hadapanku, bau alkohol tercium jelas di aromah napasnya, aku menangis, keringat membasahi wajahku, aku semakin takut memikirkan apa yang akan dia lakukan padaku, aku menggigil dan memohon agar tidak merenggut keperawanku, tapi kegilaannya untuk bercinta terlalu besar, sampai pakaian sekolahku disobek, dia melucuti seragam yang menempel di tubuhku. Usahaku untuk menghindar sia-sia, kekuatanku tidak berbanding dengan hasratnya. Dan akhirnya.

Keperawananku terenggut pada detik itu juga. Aku tak tahu karma apa yang sedang menimpaku, saat itu rasanya aku ingin mati saja, serasa kehidupan tak bersamaku lagi, apa yang ingin aku banggakan lagi, di usia 18 tahun aku sudah tidak perawan lagi, siapa yang akan menerimaku dengan keadaan seperti ini, apa lagi lelaki yang merebut kesucian ku tidak jelas darimana asalnya, dan seperti apa wajahnya.

Mimpi itu kembali menghantuiku lagi dan lagi.

**

April terbangun dengan keringat dingin yang bercucuran di sekujur tubuhnya. Bayangan lelaki yang mengambil kesuciannya terus menerus menghantui setiap waktunya.

" Tuhan..... Apa yang harus aku lakukan, haruskah aku jujur kepada orang tuaku, atau biar aku dan dunia saja yang tahu tentang kejadian yang menjadi mimpi burukku ini?!" lirihnya bergumul dengan batinnya.

Menangis dalam diam, hanya itu yang bisa April lakukan. Setiap hari setiap saat hanya menangis yang bisa ia lakukan. Dia tidak mampu mencari tahu siapa laki-laki yang telah merebut kesuciannya.

Tok...tok..tok..

Terdengar suara ketukan pintu kamar membuyarkan lamunan dan perasaannya yang dihantui ketakutan dengan keringat dingin masih menempel didahinya.

" April, kamu sudah bangun nak..?" Suara lelaki Tua setengah abad menanyainya dari balik pintu.

" Ayah mau berangkat duluan, mau sekalian mampir ke Rumah Sakit jenguk Bundamu." Ujarnya lagi. Namun tak ada respon yg terdengar dari dalam kamar.

Pak Sanjaya hendak pergi. Tiba-tiba terdengar suara dari dalam kamar anaknya.

" Iya Yah. Salam sama bunda, pulang sekolah April mampir." Sahutnya setelah cukup lama tak merespon sambil mengusap keringat dingin diwajahnya akibat mimpi buruk yang selalu menghantuinya.

Matanya sesaat melirik ke arah jam di meja belajar yang menunjukkan pukul 05.14 pagi. April yang sudah terjaga kemudian bangun mencuci mukanya ke kamar mandi yang terletak di dalam kamarnya. Dia memperhatikan dalam-dalam wajahnya di kaca wastafel yang terlihat pucat pasih serta masih menggigil ke takutan.

Pikirannya saat ini begitu kacau. Belum kelar masalah mengenai sakit ibunya yang harus cuci darah dua Minggu sekali, kini ditambah masalahnya sendiri, dia hampir putus asa dengan hidupnya.

Beberapa Minggu berlalu setelah kejadian itu.

April memutuskan berangkat sangat pagi ke sekolah meski masih diselimuti perasaan takut dan cemas. Kejadian waktu itu benar-benar menyisakan tarauma di ingatannya.

Sekolah masih terlihat sepi, mungkin karena dia yg ke pagian datangnya. Dia melepas setresnya dengan duduk termangu di taman Sekolah sambil menunggu kedatangan murid lainnya. Ujian sekolah telah usai, namun masih banyak yang harus mereka urus sebagai calon alumni SMK Nusantara. Sudah lebih dari satu jam dia duduk sendiri dengan tatapan kosong dan hampa. Tanpa ia sadari seseorang datang menghampirinya.

Wanita yang seumuran dengannya itu menatapnya dengan senyuman yang cukup lebar, dia terlihat cukup ceriah, lalu duduk di samping April sembari mengamatinya.

" Hay Ril, apa kabar? gimana kerjaannya, betah gak?"

Suaranya terdengar bersemangat dan ceriah. Gadis itu adalah Yuri sahabat April.

" Hotel Tempat kerjanya bagus gak? gajinya sih tidak seberapa, tapi hanya itu yang bisa aku rekom buat kamu, kamu tahu sendiri kan, kita belum lulus dan dapat Ijazah." Kembali Yuri bercoleteh panjang lebar, meski tak ada tanggapan dari April.

Yuri mendengus, lalu menghela napas menatap sahabatnya April yang wajahnya terlihat suram sedari tadi.

" Ril..." Yuri menepuk bahu April. "Kamu ini kenapa sih? dari tadi aku ngomong gak di gubris." Tanyanya lembut dengan dahi sedikit mengkerut seperti tersimpan tanya di gores wajahnya. Dia menatap kekat lekat wajah April menunggu jawabannya.

April memandang suram wajah Yuri sambil tersenyum hampa, dia tidak tahu harus menjelaskan apa kepada sahabatnya itu, haruskah dia mengatakan kalau tempat kerja yang dia rekomendasikan adalah awal dari kehancuran hidupnya.

" Kamu kenapa sih Ril ?"

Yuri merasa khawatir melihat tatapan dan senyuman hampa sahabatnya itu.

" Aku perhatiin dari tadi kamu kaya ada something problem gitu. Cerita dong sayang?"

Yuri menggenggam lembut tangan April, berusaha memberitahunya untuk berbagi beban demganya.

" Aku gak pa-pa kok, cuma lagi mikirin nyokap aja?" Kilah April, wajahnya ia palingkan karena tidak berani menatap Yuri yang berusaha mengetahui tentang masalahnya.

" Nyokap lho kenapa lagi Say? bukannya kata Kamu sudah di operasi, dan keadaannya berangsur membaik kan?"

" Nyokap.. katanya kelihatan kurang sehat." Ujarnya masih menghindari tatapan penuh selidik sahabatnya itu.

Namun sepertinya Yuri tak serta merta percaya dengan cerita April. Terlihat jelas April sepertinya kebingungan dan prustasi, seakan-akan dunianya runtuh.

Dengan lembut dan sabar Yuri berusaha masuk dan meruntuhkan dinding pertahanan April.

" Kamu gak lagi ada yang di sembunyikan dari Aku kan? kita ini sudah sahabatan dari jaman apa coba Ril? apa kamu masih gak bisa percaya sama Aku, seperti Aku percaya sama Kamu."

Mendengar itu tangisan April tiba-tiba pecah, membuat Yuri semakin bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi kepada sahabatnya itu.

" Say...ko nangis sih? udah...udah. Kamu bisa cerita semuanya pelan-pelan ke Aku." Sambil merangkul dan mengelus bahu April, berusaha membuatnya tenang.

April menceritakan dengan detail apa yang sudah terjadi kepadanya. Bukan pekerjaan ya Ia dapat, melainkan kesuciannya yang sudah direnggut.

Yuri seakan tak percaya dengan apa yang menimpa sahabatnya. Emosinya tersulut, tangannya ia kepalkan dengan erat.

" Brengsek benar tu Cowok !"

Yuri tiba-tiba berdiri dengan kemarahan yang berapi-api setelah mengeluarkan makian yg ia tunjukkan kepada lelaki yg sudah menodai sahabatnya.

" Pokoknya kita harus laporin ini ke Polisi!" Ujarnya lagi semakin geram dan kesal hendak beranjak.

Namun langkahnya tertahan tak kalah April menarik tangannya.

" Udah Yur.... percuma? Aku sudah melaporkannya, namun semuanya sia-sia karena tidak ada bukti sama sekali. Pihak Hotel juga tidak mau berkerja sama."

April tertunduk lemas dan pasrah. Dengan suara yang berat dan sesak Ia memohon supaya Yuri tidak perlu membahasnya lagi.

" Aku juga gak mau masalah ini

sampai di ketahui orang Tuaku, kamu tahu sendiri kan, kondisi Nyokap sekarang seperti apa. Aku tidak ingin membuat mereka tambah cemas."

Yuri tak bisa berkata kata, dia hanya bisa menahan kemarahannya.

Apa yang dialami April membuatnya begitu sedih dan merasa bersalah, walau bagaimanapun, dia adalah orang yang merekomendasikan tempat itu kepada April, tapi Yuri tak pernah menyangka kalau sahabatnya akan bernasip miris.

Yuri mendekap erat tubuh April, saat ini hanya pelukan kehangatan yg bisa dia lakukan walau tidak mampu mengurangi rasa sakit yg di rasakan sahabatnya.

☆☆

Di tempat lain Kenzo Biliondra seorang Pengusaha muda yang tegas dan Sukses, namun terkesan dingin dan tidak bersahabat. Dia seorang pria yang berpikiran logis. Kehidupannya seperti sudah terprogram dengan ditail dan harus sempurna. Dan dia tidak percaya dengan cinta dan kehidupan berkeluarga.

Di dunianya tidak ada yg namanya cinta dan jatuh cinta. Baginya jatuh cinta hanya membuang buang waktu. Dia lebih suka menghabiskan waktunya dengan bekerja dan membuat ide ide brilian untuk rencana proyeknya, agar bisa membuat Perusahaannya lebih besar lagi.

Meskipun dia sekarang di usia menikah karena sudah mengijak umur 28 tahun, namun tak pernah terlintas di pikirannya untuk memiliki keluarganya sendiri.

foto Kenzo

Saat ini dia dengan tenang mendengarkan informasi dari asistennya tentang keberadaan gadis yang tidak sengaja di tiduriya waktu itu.

Asistennya Thomas kemudian menyerahkan dokumen informasih untuk diperlihatkan lebih detail kepada Kenzo.

" Kamu bisa keluar, tapi ingat! jangan biarin siapapun masuk ke ruangaku, termasuk Nyoya Beliondra." Ucapnya tegas memberi perintah kepada Asistennya.

Dia lalu melihat kembali informasi yang baru di dengar dari asistennya tadi.

BIODATA

Nama : April Audrey Sanjaya

Usia : 18 tahun

Tinggi : 170 cm

BB. : 45 kg

School: SMK Nusantara ( Kelas 3 )

Hobby : Menyanyi dan modeling

{ Ya.. gadis difoto itu adalah April Audrey Sanjaya, Gadis remaja lugu dan polos yang tadinya mempunyai kepribadian ceriah sebelum bencana itu menimpanya dan mengubahnya menjadi gadis yang pendiam, dan sebentar lagi akan memasuki kehidupan yang penuh dengan bumbu. Entah itu bumbu pahit, manis atau asam. }

Kenzo tampak serius memperhatikan detail informasi yang ada didepannya

" Jadi namamu April. Tak di sangka, ternyata kamu masih remaja, tapi, aku akui kamu manis juga."

Kenzo tersenyum kecil tanpa bersalah seraya memandangi foto April.

" Kamu tunggu ya gadis manis, kita pasti berjumpa lagi."

Kenzo memecet tombol panggil yang terhubung langsung ke telpon di meja kerja Asistennya.

" Bisa keruanganku sekarang?" Ucapnya memanggil Asisten Thomas dengan sekali tekanan tombol telpon yg terhung langsung ke mejah kerjanya.

" Ya Presdir, ada apa?"

Asisten Thomas yang sudah berada di ruangan Kenzo bertanya dengan serius dan hormat.

" Apa semua data yang disini benar.?"

" Benar Presdir, Saya sendiri yang turun langsung menyelidikinya."

Ucapannya terdengar begitu meyakinkan tanpa terlihat sedikitpun gurat keraguan di wajahnya.

" Bagus. Aku mau ini di rahasiakan dari Keluargaku, jangan sampai ada yang tahu, sampai Aku sendiri yang memberitahukannya."

Asisten Thomas mengangguk paham.

" Satu lagi, apa kamu sudah beresin semua Cctv di Hotel itu?"

" Aman bos."

" Kalau begitu, awasi dan perhatikan selalu apa yang dilakukan gadis itu. Kita tidak pernah tau mungkin saja itu je akan dari salah satu pesaing kita."

" Siap Presdir."

" Dan lagi. Cari tahu juga latar belakang keluarganya, Aku mau secepatnya sudah ada di mejaku. Paham." Ucapnya menegaskan.

Asisten Thomas mengangguk paham, dia membungkuk hormat lalu meninggalkan ruangan.

☆☆

Tiga bulan berlalu sejak kejadian itu, April merasa ada yang salah dengan tubuhnya,,, payuda..ranya mengeras dan perutnya sering merasa kram dan sakit, bahkan terkadang dia juga sering merasa lemas dan kurang bertenaga. Terkadang di pagi hari dia sering merasa mual, dia berpikir mungkin itu semua karena maagnya kambuh, April sebenarnya dari dulu memang mempunyai riwayat penyakit maag.

" Ayah, Bunda?" Panggilnya sembari berjalan masuk ke kamar orang Tuanya.

Wajahnya nampak teduh melihat bundanya yg tengah di suapi sarapan oleh Ayahnya.

"April ke Sekolah dulu, ada yang mau di urusin."

" Udah sarapan Sayang.." Tanya ibunya, suaranya terdengar lemas.

" Gak sempat Bun, nanti aja di Sekolah. April berangkat dulu ya?" Pamitnya buru-buru sambil mencium pipi ibunya tak lupa mencium tangan ayahnya. Kemudian berlari kecil keluar kamar kedua orang tuanya.

" Kamu hati-hati ya Sayang?" Ucap Bu Sanjaya.

" Iya Bun..." Sahutnya.

☆☆

Sosok lelaki muda berperawakan tanpan dan manis dengan kulit sawo matang, lebih tua dua tingkat diatasnya, tiba-tiba berdiri tepat di hadapan April yang sedang menunggu taxi online.

" Kak Aryo.."

Wajah April tiba-tiba muram dan sedikit perasaan bersalah.

" Kita perlu bicara."

Aryo menatap April yg berusaha menghindari tatapannya.

" Gak da yang perlu di bicarakan. Kita sudah putus." Tegas April, sedikit gelisah sambil memperhatikan peta lokasi posisi taksi online di ponselnya.

" Tapi kenapa kita putus? salah aku apa?"

Aryo masih tak terima dengan keputusan sepihak April.

Keputusan itu juga berat bagi April, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia merasa jijik dengan dirinya sendiri yg sudah tak suci. Dia tidak ingin Aryo kecewa jika tahu dirinya sudah tidak perawan lagi.

▪︎~

Thomas yang mengawasi April selama tiga bulan terakhir merasa tidak ada yang aneh dan juga tidak ada pergerakan dari saingan Perusahaannya. Namun bosnya tersebut masih terus menyuruhnya mengawasi April.

Asisten Thomas mengirim laporan foto April yg sedang bersama laki-laki. lewat via pesan.

▪︎~ " Presdir, saat ini April sedang bersama seorang lelaki Muda, mungkin Kekasihnya." ~▪︎

Terlihat aura tidak menyenangkan dari tatapan Kenzo, melihat foto yang di kirim Asisten Thomas kepadanya.

Dia mengeluarkan foto April yang masih tersimpan di laci meja kerjanya. Tatapannya terlihat begitu aneh memandangi potret wajah April.

Selama tiga bulan ini, dia terus memantau keseharian April. Gadis itu cukup manis dan menarik perhatiannya.

" Bodoh..!! apa yang aku lakukan. " Umpatnya seraya meletakkan kembali foto April di meja kerja.

" Jangan bilang Aku suka lagi sama ni bocah. Gak....! gak mungkin." Kenzo menggeleng tidak percaya dengan apa yang dipikirkannya.

" Tapi kenapa jantungku berdegup memikirnya? ah... mungkin ini penyakit Jantung atau mungkin saja aku terkena Colestrol, kemarin di perjamuan aku makan banyak Sefood."

" Ya... Aku yakin? Aku pasti terkena Colestrol."

Kenzo berusaha meyakinkan diri sendiri, dan membenarkan setiap ucapannya. Dia berpikir untuk memeriksakan kondisi kesehatannya ke Dr. Andre.

Call Presdir Kenzo

" Thomas."

[ " Iya Presedir?" ]

" Malam ini tolong jadwalkan pertemuanku dengan Dokter Andre, yang lain kensel dulu."

happy reading 😘😘😘

~ Rencana Kenzo

April berlari tergesa-gesa menuju rumah sakit setelah menerima telpon dari Ayahnya yg memberitahukan kalau bundanya kolep lagi, beruntung Sekolahnya tidak jauh dari Rumah sakit.

Rupanya operasi yang dilakukan waktu itu tidak sepenuhnya sukses. Itu artinya bundanya harus melakukan operasi kedua dan menunggu donor yang cocok untuknya.

Sesampainya didepan ruang ICU, April berhenti sejenak mengatur napasnya yang ngos- ngosan karena berlari. Dia juga memeriksa matanya yang sembab akibat menangis, mendengar bundanya kembali masuk Rumah Sakit.

Hidupnya terasa begitu sulit dan berat. Namun dia tetap harus berusaha tegar menghadapi takdir Hidupnya yg begitu menyedihkan. Bahkan dia tidak punya waktu untuk meratapi apa yg menimpa dirinya. Karena masalah keluarganya sudah cukup sulit dan berat.

Ibunya yang harus kembali di operasi, Perusahaan Ayahnya yg diambang kebangkrutan. Lengkap sudah penderitaannya.

Merasa sudah lebih baik, dengan perasaan sedikit gugup April masuk menyapa ayahnya.

" Yah....gimana keadaan Bunda?"

Suaranya sedikit gemetar dan cemas, namun April berusaha kuat.

Pak Sanjaya menatap berat wajah putrinya. Dia lalu memegang bahu April. Dengan napas berat menjelaskan.

" Dokter bilang, harus segera mendapat donor. Katanya tubuh Bunda tidak merespon baik ginjal yg dicangkokan waktu itu, boleh di bilang operasi waktu itu gagal. Kita harus mencari ginjal yg cocok lagi buat Bundamu"

Pak Sanjaya tertunduk lemas, dia lalu menatap kembali wajah istrinya yg terlihat pucat dan menyakitkan. Ada kesedihan yang amat mendalam dari tatapannya.

April berusaha menahan sesak di dadanya melihat pemandangan itu. Wajah kedua orang tuanya yg terlihat menyakitkan, membuat perasaannya hancur. Namun dia berusaha sebaik mungkin menyembunyikan perasaan itu.

" Lebih baik Ayah pulang istirahat dulu? biar April yang jaga Bunda. Ayah sudah kelihatan banget lelahnya, April gak mau Ayah juga ikutan sakit."

Pak Sanjaya mengangguk mengiyakan mendengar ucapan Putrinya, dan dengan berat hati beranjak pulang. Tak lupa mengingatkan April untuk selalu menghubuginya.

☆☆

Kenzo tidak bisa lagi menunggu sampai malam, dia sendiri yang datang menghampiri Dr. Andre prihal sakitnya di Rumah sakit Harapan milik keluarga Kenzo.

Tanpa mengantri dia langsung menerobos masuk keruangan Dr. Andre. membuat Dr. Andre sedikit terkejut. Karena tidak biasanya seoran Kenzo Beliondra datang sendiri ke Rumah sakit.

Tanpa basa basi Kenzo langsung duduk dan menyuruh Dr. Andre untuk segera memeriksanya.

" Tolong priksa keselurahan Kondisi tubuh saya." Ucapnya dengan nada yg memerintah.

Dr. Andre mengisyaratkan asistennya mengalihkan pasiennya ke Dokter lain.

Dan dengan segera melakukan pemeriksaan menyeluruh, kepada Kenzo. semua alat medis yang dibutuhkan sudah dipakai.

Kenzo seperti tidak sabar mengetahui hasil pemeriksaannya.

Dr. Andre selesai memeriksa kesehatan Kenzo. Kemudian setelah semua hasil pemeriksaan keluar, dengan tenang mulai memberitahukan Kenzo hasilnya.

" Tekanan darah 100/ 60, bagus, suhu badan 36 cc, bagus. Dan semua hasil tes pemeriksaan bagus Presdir."

Dengan senyuman yg sedikit dipaksakan Dr. Andre menjelaskan, sambil menunjukkan hasil dari pemeriksaan kesehatannya kepada Kenzo.

Namun wajah Kenzo berubah kesal setelah mendengar hasil kesehatannya.

" Apa Dokter yakin, ini hasil pemeriksaan kesehatan ku." Ujarnya kesal sambil memegang hasil tes kesehatannya.

" i..i..iya, saya yakin Presdir."

Dr. Andre mengerutkan dahi sedikit takut melihat reaksi Kenzo.

" Hah.." Senyuman sinis, tersungging di bibirnya Kenzo.

Dia tiba-tiba berdiri.

Brak.... Meja Dr. Andre di gebraknya. Membuat wajah Dr. Andre seketika pucat, tidak mengerti dengan situasi yg terjadi dan apa yang salah dari kata katanya.

" Anda ini gak benar ya priksanya! tidak mungkin saya tidak sakit apa. Apa kamu pikir saya ini sedang berbohong dengan kesehatankku sendiri!"

" Ti..dak Presdir." jawab Dr. Andre bingung.

" Kalau begitu, coba periksa lagi dengan teliti, barangkali hasil tes kalian salah atau tertukar. Aku bisa maafkan. " Ujarnya memaksa dengan tekanan.

" Tapi Presdir,, tidak ada yg salah dari hasil tesnya, kondisi anda memang benar² sehat saat ini."

" Ow..." Wajahnya mulai tidak bersahabat. " Jadiiiiii menurut Dokterrrr saya ini berbohong." Ucapnya mengertakkan gigi.

" Ti..tidak, maksud saya."

" Maksud Dokterrr, saya pura pura sakit!" Selanya geram tak terima dibilang sehat.

" Bu...bukan begitu."

" Diam!!" Kenzo kembali geram. " Kalau saya bilang sakit ya sakit! mungkin saja aku colestrol, ya.. aku sangat yakin itu, karena jantungku berdengup kencang. Atau apa mungkin aku terkena penyakit jantung."

Kenzo mulai menebak nembak sendiri penyakitnya sambil menatap wajah Dr. Andre menunggu jawaban yg di inginkannya dari Dr Andre.

Dokter Andre terdiam lemas mendengarnya sementara bibirnya dipaksakan tersenyum kecut dengan wajahnya pucat dan berkeringat dingin.

Situasi macam apa ini,

" Ini yg Dokternya aku apa dia." Grutunya kesal dalam hati.

Dokter Andre yg tak paham dengan semuanya, kembali berusaha menjelaskan kebenarannya kepada Kenzo. Karena dia merasa sebagai seorang dokter yang baik, dia harus menyampaikan yg sebenarnya kepada pasien tentang kondisinya. Terlepas dari pasien terima atau tidaknya dengan kondisi kesehatannya saat ini. Apa lagi kondisi Presdir Kenzo tidak ada yg menghawatirkan menurutnya. Bukankah seharusnya ini hal baik untuk disampaikan.

Dokter Andre menarik napas dalam-dalam berusaha menghilangkan ke gugupannya.

" Begini..?"

Dr. Andre terdiam sejenak sambil menelisik wajah Kenzo, perasaannya yg gugup berusaha ia tenangkan. Tangannya yg berkeringat dingin dia remas kuat kuat. Sementara itu Kenzo dengan ekpresi wajahnya yg datar dan tenang menunggu penjelasan kembali dari Dr. Andre.

Justru ketenangan dari Kenzo membuat Dr. Andre bergidik.

" Begini..."

" Ya...?" Kenzo menanggapinya dengan tenang sabar.

" Presedir untuk saat ini benar-benar sehat. Sumpah, saya sangat yakin dan saya berani mempertahankan gelar Dokter saya."

Dr. Andre berbicara dengan cepat dan perasaan takut.

Mendengar itu Kenzo mengepal tinju erat erat. Namun untuk sesaat dia berusaha bersikap sabar, dia tersenyum kepada Dr Andre.

" Dokter pasti salah deh." Ucapnya ramah dan lembut.

" Pasti saya punya penyakit lain gitu, yg kali aja Dokter tidak sadari."

" Iya! tentu saja anda sakit! Sakit jiwa." jawab Dr. Andre dalam hati.

" Jadi,,, coba di cek baik-baik sekali lagi."

" Cek apanya! cek kegilaan dan ketidak warasanmu." Dr. Andre kembali menyela dalam hati.

Tidak tahan dengan situasinya, diam diam Dr Andre mengechat asisten Thomas.

Kenzo mulai tidak bisa lagi mengendalikan emosinya melihat reaksi Dr Andre yg tidak mau berubah.

Dengan perasaan dangkal dia berdiri.

" Presdir. " Sapa Asisten Thomas sedikit membungkuk memberi salam hormat.

" Kebetulan kamu disini. Ini Dokter harus segera di pecat!!" Gusarnya menunjuk nunjuk Dr. Andre.

" Baik Presedir."

Thomas mengiyakan, ekor matanya melirik prihatin wajah Dr. Andre yang tidak bersalah.

Akhirnya dengan kesal Kenzo keluar dari ruangan Dr Andre di ikuti asistennya Thomas.

" Kamu ngapain disini." Tanya Kenzo mengingat tugas Thomas yang disuruh mengawasi April.

" Kebetulan April disini Presdir?"

" Maksudmu di rumah sakit ini?"

Asisten Thomas menganguk mengiyakan.

" Memangnya dia kenapa?"

Ekpresi Kenzo tiba-tiba berubah, dari nada suaranya terdengar cemas.

" Dia baik-baik saja. Tetapi kondisi ibunya tidak baik. Kata Dokter yg menangani, ibunya harus segera melakukan operasi kedua karena kegagalan ginjal yg tidak cocok dari operasi pertama yg membuat kondisinya kembali kritis, dan apabila telat melakukan operasi kedua kondisinya akan semakin memburuk.

Kenzo menanggapi dengan serius penuturan Thomas.

" Kalau begitu kamu urus semuanya. Carikan pendonor untuk ibunya. Bila perlu ganti semua dokter yang saat ini dengan Dokter spesialis yang terbaik."

" Oya Presdir. Ini data informasi yg anda minta waktu itu."

Kenzo tersenyum misterius,, entah apa yang ada di otaknya saat ini,, apa dia ingin menjadi pangeran penyelamat seperti dalam dongeng..?? Entahlah manusia satu ini memang susah ditebak,, mutnya juga terkadang suka berubah rubah. Seperti musim, kadang mendung kadang cerah.

☆☆

Kenzo duduk diruang kerjanya, tersenyum sambil memandangi foto April.

" Jam berapa dia datang.! "

ucapnya tidak sabar sambil sesekali melirik Arloji ditangannya.

" Sebentar lagi bos?" Sahut Asisten Thomas melirik phonselnya memastikan.

" Kamu yakin, dia akan menemuiku?"

Thomas menganguk dengan sangat meyakinkan.

Drettt ttt

bunyi Phonsel asisten Thomas.

" Bagaimana."

Terlihat asisten Thomas begitu serius menerima panggilan masuk diponselnya.

" Baiklah kalau begitu." Ujarnya mengahiri percakapan.

Asisten Thomas dengan segera memberitahukan Kenzo kalau semuanya berjalan baik sesuai rencana.

Mendengar itu tanpa sadar Kenzo tersenyum sumringah .

Thomas yang jarang melihat pemandangan tersebut, juga tanpa sadar tersenyum. Karena biasanya Kenzo tidak pernah tersenyum, mungkin karena dia di didik terlalu keras, disaat remaja lain sibuk dengan sahabat dan urusan asmara, namun tidak begitu dengan Kenzo, Setiap detik dari waktunya hanya dia habiskan untuk bekerja dan belajar. Mungkin hal itu yg membuatnya berhati dingin.

tok..tok..

Suara ketukan pintu yg terdengar tidak terlalu keras dan juga tidak pelan.

" Masuk."

Kenzo memberi printah.

Seorang wanita berpenampilan seksi pun masuk, sembari membungkuk hormat kepada Kenzo dan juga asisten Thomas.

" Ada apa."

Kenzo bertanya dengan tegas dan juga berwibawa memandang ke arah wanita tersebut dia adalah sekertaris Wilda.

" Maaf Presdir, di luar ada tamu dari Perusahaan Brawijasa, ingin bertemu Presdir?"

" Suruh dia keruangan saya."

" Baik presedir?" Sahut Wilda sopan sambil membungkuk hormat kemudian bergegas keluar menemui pak Sanjaya.

Pak Sanjaya yang duduk di ruang tunggu terlihat gelisah menunggu kabar dari Sekretarisnya Kenzo, kabarnya Kenzo Beliondra bukanlah sembarangan orang yang bisa dengan mudah bisa temui.

Saat ini pak Sanjaya hanya berharap takdir baik memihaknya saat ini. Karena ini adalah harapan terahirnya demi istri dan juga kelangsungan hidup ratusan kariawannya yg bengatung hidup kepada Perusahaan Brawijasa.

Pak Sanjaya memeriksa kembali berkas yang akan dia perlihatkan kepada Peresedir HG. Sekertaris Wilda menghampiri, kemudian menyuruhnya mengikuti dia menuju keruangan Peresdir.

Pak Sanjaya berjalan mengikuti arahan dari Wilda yang memandunya keruangan Peresdir Kenzo.

" Permisi Presdir, Pak Sanjaya dari Perusahaan Brawijasa disini."

Suara Wilda terdengar dari balik pintu.

Thomas membukakan pintu dan menyuruh pak Sanjaya masuk, kemudian mengintruksikan Wilda dengan tatapannya untuk pergi.

" Silakan duduk."

Kenzo berdiri dari kursinya berjalan menghampiri pak Sanjaya kemudian mengambil posisi duduk berhadapan dengan Pak Sanjaya.

Antara percaya dan tidak percaya Pak Sanjaya masih terkejut karena bisa bertemu langsung dengan Peresdir mudah dan cerdas yang namanya sudah terkenal di kalangan pengusaha, dengan sedikit ragu Pak Sanjaya memulai menjelaskan tentang rencana dari proyek yg diajukannya, kemudian menyerahkan proposal bisnisnya kepada Kenzo.

Kenzo memperhatiakan propasal bisnis dari Perusahaan Brawijasa, tatapannya terlihat biasa saja sembari beberapa kali membolak balik proposal tesebut.

Pak Sanjaya yang menatap ekpresi biasa Kenzo, terlihat tegang. Kenzo kemudian menutup proposal ditangannya sambil menatap ragu kearah Pak Sanjaya.

" Proposal Bapak lumayan ditail,,,, tapi saya ragu, keuntungan apa yang HG dapatkan dari kerja sama ini, karena yang saya tahu, Perusahaan Brawijasa di ambang kebangkrutan."

Kenzo menatap tegas wajah pak Sanjaya.

" Apa bapak yakin, dengan konsekuensinya kalau saya menerima kerja sama Perusahaan bapak. Dan apabila terjadi hal hal yang tidak di inginkan kemudian hari.

" Saya mengerti keraguan Presedir,,,, asalkan HG mau berkejasama dengan Perusahaan Brawijasa, saya akan berusaha tidak memgecewakan HG. Dan saya akan menerima segala konsekuensinya."

Pak Sanjaya berusaha sebisa mungkin meyakinkan Kenzo.

Kenzo menganguk-ngangguk menimbang ucapan Pak Sanjaya.

Cukup lama dia berpikir.

" Saya sangat mengapresiasi semangat Bapak. Baik, kalau begitu, saya akan berikan bapak kesempatan untuk bekerjasama dengan HG.

Pak Sanjaya yang mendengar persetujuan Kenzo tersenyum sumringah seakan tak percaya, kalau dia bisa mendapatkan kesempatan bekerja sama dengan Perusahaan Raksasa yang mempunyai cabang dimana² dan tidak sepadan dengan perusahaan kecilnya.

" Thomas...." panggil Kenzo.

" Ya Presdir."

" Kamu tolong urus semua berkas yang akan dibutuhkan oleh Brawijasa.

dan siapkan kontrak kerjasama."

Kenzo dan Pak Sanjaya Ayah dari April akhirnya menandatangani kontrak kerjasama Perusahaan mereka.

Setelah selesai menandatangani kontrak kerjasama, Kenzo tersenyum misterius sambil menatap kepergian pak Sanjaya.

happy reading 😘😘😘

~ Rencana Nyonya Beliondra

Kerja sama antara perusahaan HG dan Brawijasa dalam dua bulan terahir berjalan baik-baik saja. Pada akhirnya pak Sanjaya bisa bernapas lega karena berhasil menstabilkan keuangan perusahaan. Dan dia juga bisa membayar cicilan rumah sakit meski masih mencari pendonor yg cocok untuk istrinya.

Bersyukur istrinya masih bertahan dengan melakukan cuci darah seminggu sekali. Itu sangat menyakitkan, namun mereka tetap berusaha mencari pendonor.

Kehidupan mereka sampai saat ini, awalnya berjalan baik-baik saja. Sampai sebuah dokumen pemesanan datang. Barang yang di pesan oleh PT Brawijasa untuk Proyek kerjasama sama dengan Mitra bisnis yg turut bergabung dengan proyek Kerja samanya dengan HG belum datang sudah lebih dari satu minggu.

Dan itu membuat terjadinya penundaan kerja untuk pembangunan. Hal itu menyebabkan kerugian besar.

Berbagai cara di lakukan pak Sanjaya, dia berusaha menelpon rekan kerjasamanya. Namun nomornya selalu tidak aktif.

Hingga pak Sanjaya langsung menuju Perusahaannya. Tetapi perusahaan itu ternyata sudah tutup dan bangkrut seminggu yg lalu.

Pak Sanjaya begitu terpukul dan Stres. Karena dia sudah membayar penuh untuk semua bahan. Bahkan sampai menggadaikan sertifikat rumah dan lisensi Perusahaanya ke Bank untuk mencukupi kekurangannya.

Dia begitu mempercayai rekan kerjasamanya, Karena mereka dari kampung yg sama. Namun pak Sanjaya tidak menyangka akan ditipu, dan uang hasil kerja kerasnya dibawa lari.

☆☆

Keluarga Beliondra adalah keluarga yang terkenal di kota A, Kota yang dikenal dengan julukan Kota para Penguasa. Banyak perusahaan besar maupun kecil yang ingin bekerja sama dengan Perusahaan yang dipimpin oleh anak tertua dari Keluarga Beliondra yaitu Kenzo Beliondra. Namun hal itu tidaklah mudah, karena tidak gampang membuat seorang Kenzo merasa puas apalagi dengan rencana bisnis yg kurang matang.

Tak sedikit pula pengusaha besar maupun menengah ingin menjadikan seorang Kenzo menjadikannya menantu.

Bahkan wali kota dari kota A juga berniat menjadikannya menantu. Namun sangat sulit untuk mendekati ataupun membujuknya.

Desas-desus berembus, kalau anak tertua dari keluarga Beliondra, yaitu Kenzo Beliondra sama sekali tidak tertarik dengan wanita, buktinya diusianya yang sudah menginjak usia menikah, Kenzo sama sekali belum pernah berkencan, meski banyak wanita cantik yang mendekatinya, dari seorang model hingga artis terkenal, Kenzo sama sekali tak mau melirik, apa lagi tertarik padanya.

Hal itu menimbulkan kekhawatiran di hati nyonya Beliondra yaitu Melisa Beliondra, ibu dari Kenzo Beliondra, dia merasa prihatin dengan anaknya yang setiap saat pikirannya selalu tentang kerja dan bekerja, dia bahkan tidak ada waktu untuk mengurus dirinya sendiri, hati ibu mana yang tak sakit melihat anaknya tidak bahagia dan tidak ada kehangatan dari setiap ekspresinya.

Nyonya Beliondra berpikir kalau Kenzo menikah dan mempunyai keluarga sendiri, mungkin hidupnya akan sedikit berbeda, tidak harus Setiap waktu bergumul dengan pekerjaan.

Berbagai cara sudah dilakukan nyonya Beliondra, hingga terahir yang tergilah, Nyonya beliondra terpaksa nekat memperkenalkannya dengan putri wali Kota A, merencanakan mereka untuk bisa tidur bersama dengan membuat Kenzo mabuk dan memberinya obat perangsang. Namun sayang rencananya selalu bisa di gagalkan.

Nyonya Melisa seperti tidak patah arang dan tidak pernah kehabisan ide. Kali ini dia memikirkan ide yang menurutnya paling cemerlang dari ide-ide sebelumnya.

Bibirnya tersenyum memikirkan idenya yang menurutnya pasti berhasil. Dengan segera dia menelpon seseorang yg akan di ajak bersekutu dengannya.

" Apa nyonya!!"

Dr. Andre bergidik kaget mendengar rencana nyonya Melisa. Ya.. sekutu yg dimaksudkan tadi adalah Dr. Andre.

" Aduh nyonya... saya tidak setuju dengan rencana nyonya. Bagaimana kalau sampai Presdir tahu. Bisa- bisa saya di kubur hidup-hidup.

Penolakan Dr. Andre membuat nyonya Melisa marah dan kesal.

" Tidak ada yang akan tahu. Kalau Dokter sendiri tidak membuka mulut memberitahukannya!"

" Ya..Nyonya tau sendiri? Tuan Kenzo itu terlalu cerdas untuk bisa di bohongi."

Dr. Andre berusaha membuat nyonya Melisa melupakan rencananya.

Namun hal itu justru semakin membuat nyonya Melisa tidak senang. Dia berusaha menakuti dan mengancam Dokter Andre.

" Baiklah, kalau Dokter tidak mau membantu saya, saya akan meminum obat yang akan membahayakan jiwa saya, dan saya akan katakan kalau Dokter yang meresepkannya untukku. Kira² akan lebih bahaya mana? membohonginya.... atau? membuat Ibunya dalam bahaya."

Nyonya Melisa terlihat sangat santai dan tersenyum licik.

" Dan kalau Dokter benar-benar tidak mau membantuku, lebih baik, aku mati saja, daripada melihat putraku menderita."

Nyonya Melisa berusaha menarik sisi lemah Dokter Andre.

Dokter Andre yang mendengar ancaman dari nyonya Beliondra, dengan ragu dan berat hati akhirnya menyanggupi ide gila itu.

" Ya ampunnn.... ibu dan anak. Kenapa sama² gila!! selalu..saja bikin orang sport jantung." Ocehnya sembari menjambak rambutnya sendiri dengan kesal.

Sementara itu, nyonya Beliondra tersenyum sumberingah mendengar persetujuan dokter Andre, yang walaupun harus diancam terlebih dulu, memang tidak mudah membujuk Dokter Andre, karena dia adalah Dokter yang jujur dan berdedikasi, itulah yang membuat keluarga Beliondra menjadikannya Dokter keluarga.

Apalagi dia merupakan anak dari Dokter pribadi keluargan Beliondra juga, mereka sudah seperti keluarga bagi Nyoya Melisa dan seluruh keluarga Beliondra. Dia bisa menjadi teman yg baik bagi Kenzo dan juga keluarga Beliondra yang walaupun usianya sedikit lebih tua dari Kenzo.

☆☆

April merasa khawatir dengan ayahnya, karena sudah dua hari tidak terlihat batang hidungnya dirumah sakit, dan juga sulit menghubuginya, hal ini tidak biasa terjadi, apalagi Ayahnya tidak mengabarinya sama sekali.

Daripada mempunyai pemikiran yang tidak², April memutuskan untuk menelpon kembali Ayahnya, tetapi ternyata ponselnya kehabisan baterai

Dia mengedarkan pandangan kesemua ruangan mencari tempat mengisi daya hpnya, sambil merogoh rogoh tasnya mencari charger, tetapi ternyata tidak ada. Dia teringat kalau dia lupa memasukkannya, Mau tidak mau April keluar untuk mencari pinjaman ke Security.

Karena berjalan sambil menunduk, April tidak sengaja menabrak seorang Pria bertubuh kekar, tinggi dan juga tampan, kulitnya terlihat putih cerah dan merona.

Wajahnya terlihat tegas dan dingin namun berwibawa. Usianya lebih dewasa dan matang. Sempat terpana dengan ketampanan pria tersebut akhirnya April tersadar.

" Ma..maaf Om, gak sengaja."

Dengan cepat April membukuk meminta maaf.

Hal itu membuat wajah Kenzo masam, ya, pria tersebut adalah Kenzo, bukan permintaan maaf April yang membuat wajahnya kecut.

" What...Om..!?"

Kenzo begitu terkejut seraya menunjuk kearah wajahnya sendiri. Thomas yang berdiri di samping Kenzo berusaha menahan senyum, melihat ekpresi terkejut Presdirnya.

April kembali membungkuk minta maaf melihat ekpresi wajah Kenzo yg terkejut dan semakin kesal.

" Se.. sekali lagi, maaf Om, saya benar-benar gak sengaja."

Kepala April tidak berani diangkatnya. Entah kenapa jantungnya tiba-tiba berdegub kencang. Ada perasaan aneh meliputinya.

Kenzo yang lagi² mendengar kata 'Om '! dari gadis di depannya merasa greget dan marah dengan kesal dia memanggil Asisten Thomas.

" Thomas...! telpon Dokter Kulit sekarang juga. buat janji temu. Se..ka..rang juga !!" Seraya menekankan kata sekarang juga.

Thomas dengan cepat merespon dengan mengangguk. Namun sebisa mungkin dia berusaha menahan senyumannya agar tidak ke babblasan di depan Kenzo.

Melihat ekpresi tidak biasa dari Asistennya itu, membuatnya Kenzo semakin bete lalu pergi dalam keadaan kesal. Sementara itu, April yang tidak paham dengan situasi, hanya menatap bengong kepergian Kenzo, sambil menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal.

☆☆

" Dokter, bagaimana kondisi Nyonya?"

Wajah Kenzo terkesan dingin, namun juga khawatir melihat ibunya terbaring dengan begitu banyak peralatan medis.

" Kondisi Nyonya tidak terlalu baik, Nyonya terlalu setress, hingga mempengaruhi kesehatan jantung nya."

Dokter menjeda ucapannya.

" Tuan Muda tidak perlu cemas kami dan semua Dokter terbaik di Rumah sakit ini sudah melakukan tindakan kepada Nyonya. Sebentar lagi akan tersadar dari pengaruh obat.

Dokter Andre berusaha bersikap tenang.

Dia tidak ingin rencana nyonya Melisa sampai ketahuan.

" Diusianya yang semakin tua, sebaiknya nyonya tidak boleh terlalu setress. Buat Nyonya bahagia." Ucapnya lagi berusaha meyakinkan Kenzo.

Nyonya Melisa yang mendengar akting memuaskan Dokter Andre, bepura- pura sadar lalu memanggil Kenzo dengan suara lemas yang dibuat².

Mendengar namanya dipanggil, Kenzo segera menghampiri ibunya yg sedang terbaring lemah.

" Iya Bu? mana yang sakit?" Tanyanya lembut seraya menggenggam tangan Nyonya Melisa.

Ibunya mengeleng geleng sambil menatap sedih wajah kenzo, dan dengan suara lemah yang dibuat² berkata.

" Badan Ibu baik² saja? tapi hati Ibu yang tidak baik Nak? Ibu selalu khawatir sama kamu, Ibu juga pengen sebelum meninggal melihat kamu menikah dan bisa menggendong cucu, sehingga ibu bisa pergi dengan tenang menemuai Ayahmu."

Mendengar itu, wajah Kenzo terlihat bersalah. Dan sepertinya akting nyonya Melisa sukses besar.

" Ibu tidak perlu setress lagi, Kenzo akan turuti semua permintaan Ibu."

Ucapannya terdengar sangat meyakinkan, matanya terlihat serius tidak ada sedikit kebohongan yang terlihat, membuat Nyonya Melisa tersenyum samar, tetapi masih tetap mempertahankan aktingnya.

" Tapi, jangan ada perjodohan lagi." Tegas Kenzo masih dalam intonasi lembut.

Ibunya mengangguk setuju, asalkan Kenzo mau menikah. Terserah seperti apa pilihannya, ibunya pasti akan mendukung. Asalkan putranya itu bisa bahagia dan tidak lagi kesepian.

☆☆

Pria muda dan gadis muda, terlihat samar dari kejauhan oleh pandangan Kenzo. Mereka terlihat akan menghampirinya

" Bang.. Ibu gimana kondisinya?" Wanita muda itu bertanya langsung kepada Kenzo setelah berada didekatnnya. Dia Indri anak paling kecil dari pasangan Alektro Beliondra dan Melisa Beliondra yg artinya adik dari Kenzo Beliondra.

" Iya bang, ibu kondisinya bagaimana." Timpal Brayan adik tertuanya.

Kenzo sedikit terkejut mengetahui kalau pria muda dan wanita muda yg samar dilihatnya itu ternyata benar-benar ke dua adiknya.

" Kalian..!! Kenapa ada di sini."

Kenzo tidak menjawab pertanyaan mereka. Wajahya mengkerut tidak bersahabat.

Keduanya terdiam saling menatap, sedikit takut melihat ekpresi abangnya Kenzo.

Kenzo memang terkenal keras bahkan sekalipun kepada kedua adiknya sendiri.

Mereka berdua bisa di bilang takut kepada abangnya.

Semenjak Alektro Beliondra meninggal Kenzo menjadi kakak sekaligus Ayah bagi mereka. Didalam keluarga tidak ada yang berani membantah ucapannya. kecuali nyonya Melisa.

" Jawab abang!! kenapa kalian bisa disini. Bagaimana dengan Studi kalian. Apa kalian tidak perduli lagi dengan masa depan kalian!"

" Cukup Bang. Sudah cukup, kami di sini hanya ingin tahu kondisi Ibu. Bukannya mendengar kemarahan abang."

Brayan tak tahan lagi dengan semua aturan abangnya tentang hidup mereka.

" Bang.. jangan marahin kak Brayan, Indri dan kak Brayan cuma khawatir sama kondisi Ibu, makanya kita nekat terbang langsung ke Kota A.

" Hah... " Kenzo menghela napas.

Dia langsung merangkul kedua adiknya kedalam pelukannya.

" Ibu baik-baik saja. Kalian berdua tidak perlu cemas.

Tatapan Kenzo mengarah tajam ke arah Asisten Thomas. Membuat Asisten Thomas menelan salipahnya dengan kaku.

Brayan melihat tatapan dingin abangnya kepada Asisten Thomas.

" Jangan salahkan asisten Thomas bang? Brayan yg paksa Asisten Thomas buat kasih tahu kita. Brayan sama Indri khawatir sama Ibu, Abang terlalu sibuk dengan pekerjaan, Ibu pasti kesepian dan stres."

Kenzo menggertak gigi.

" Siapa yang bilang, kalau Ibu stres." Kenzo kembali menatap tajam kearah Thomas.

" Kami berdua udah mutusin, mau sekolah dikota A saja Bang."

Brayan memberanikan diri berbicara keputusannya bersama Indri kepada Kenzo tanpa ragu.

Selesai mengutarakan keputusannya mereka berdua segera pergi untuk melihat Ibunya tanpa mau mendengar penolakan ataupun ekspresi terkejut dan wajah tidak bersahabat dari abangnya.

Bahkan ke dua adiknya kini sudah berani membatah keputusannya.

Kenzo terdiam, dia kembali memikirkan perkataan adik tertuanya Brayan, matanya menatap tajam punggung keduanya.

Sepertinya keputusan kedua adiknya sudah pinal.

Profil Brayan Beliondra

usia. : 23 tahun

anak kedua dari keluarga

Beliondra

School : Manajemen Bisnis New York

University

Foto

Profil Indri Beliondra

usia : 20 tahun

anak Ketiga dari keluarga

Beliondra

school : Fashion Designer New York

University

Foto

happy reading 😘😘😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!