Seseorang tersenyum ramah di atas panggung, lelaki dengan paras tampan tak henti-hentinya bertingkah menggemaskan. Kadang dia mengenakan sebuah tapi kelinci dan bertingkah seperti beruang untuk menghibur beberapa penggemarnya yang datang jauh jauh ke konser.
tepukan tangan Tak henti-hentinya terdengar ketika seorang cowok menyanyi dengan gitarnya.
"Opppaaaa opppaaaa saranghaeyooooo (aku mencintaimu)" teriakan dari beberapa gadis yang tengah menangis.
Dia Park Hoon lelaki dari boyband asal Korea ASP yang di naungi oleh Eve entertainment. ASP beranggotakan 4 orang, Park Hoon, Lee Chan, Kang chul dan Zhan.
Boy band itu tengah naik daun saat ini dengan penjualan 1 juta coppy per album. Yang paling bersinar adalah Park Hoon dengan talenta yang luar biasa.
Setelah selesai acara, member ASP duduk di ruang ganti . Mereka sibuk dengan kegiatan masing masing, ketika Zhan yang menjadi leader menepuk pundak Park Hoon dengan keras.
"Penampilan kamu tadi luar biasa " ujar Zhan tanpa sungkan.
"Terimakasih hyung, tanpa kalian aku gak mungkin bisa. Seperti ini" Tutur Park Hoon dengan senyum manis.
"Benar itu Hoon'a tanpa kamu mungkin ASP tidak akan seterkenal ini , kamu sungguh luar biasa" puji lee Chan
Kang chul menatap tidak suka kearah Park Hoon karena dari debut mereka Park Hoon selalu mendapat sinar diantara semuanya, bahkan terang terangan agensi seolah memberi keistimewaan pada Park Hoon.
Beberapa saat ponsel Park Hoon berbunyi menampilkan nama Alex di layar ponselnya.
"Ya ada apa Lex?" Tanya Park Hoon sembari bangkit mencari tempat sepi untuk obrolannya
"Baiklah aku akan ke sana, aku baru selesai manggung"
"Ya kau tak perlu cemas Lex"
Setelah selesai Park Hoon kembali ke ruangan ganti.
"Apakah kalian melihat manager Ji Wook ?" Tanya Park Hoon
member ASP mereka menoleh bersamaan, Kang Chul yang tengah sibuk dengan ponselnya menoleh kearah park Hoon
"Ada apa kau mencari manager?" Tanya Kang Chul
"Aku ada keperluan. Aku ingin meminta ijin padanya" ucap Park Hoon sembari matanya mencari manager Ji Wok
"Kamu cari saja di ruang sebelah siapa tahu manager sedang bersama Lily pink " ujar Zhang
Lily pink adalah girl band dari agensinya yang kebetulan baru debut tahun ini.
Park Hoon berjalan keluar ketika mengentuk pintu ruang ganti Lily pink semua member menatap dengan tatapan kagum kearah Park Hoon.
"Sunbeeeee" teriak salah satu member Lily pink ketika melihat Park Hoon muncul dari balik pintu
"Hai , bagaimana penampilanmu?" Tanya ramah Park Hoon
"Luar biasa sunbe ini semua berkat dukungan mu juga" ujar cewek yang tengah melepas sepatunya
"Ah tidak juga, aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan kepada teman se agensi ku"
"Sunbe kau benar benar keren" ujar satu cewek yang tengah menghapus makeup nya. Begitu mata Park Hoon menatap manager Ji Wok. Park Hoon langsung berdehem membuat aktivitas manager Ji Wok terhenti.
"Adapa Hoon? Ku kira kau sedang latihan" tanya manager Ji Wok masih lekat menatap kertas kertas ditangannya.
"Bisakah aku berbicara sebentar denganmu?"
Manager Ji Wok menatap sekilas Park Hoon, setelah dirasa mengerti manager Ji wok langsung memberikan kertas yang dia pegang kepada salah satu manager Lily pink.
"Sunbe boleh kah kam i meminta fotomu" ujar Lily pink kompak. Park Hoon tersenyum antusias
"Jelas saja boleh"
Mereka mengambil gambar bersama beberapa kali, setelah dirasa cukup Park Hoon berjalan keluar beriringan bersama manager Ji Wok
"Mereka benar benar menyusahkan " ucap Park Hoon ketika mereka berdua berada di tempat sepi
"Mereka memang harus bersikap ramah sebagai girl band baru, ada apa kau memanggilku ?" Tanya manager Ji Wok sembari menyalakan korek untuk membakar rokok yang terselip di bibirnya.
"Aku tidak bisa latihan. Aku harus ke club"
"Ada masalah apa di club?" Tanya manager Ji Wok
"Salah satu pelacurku mencoba kabur"
"Baiklah aku akan mengurusnya, kau kembalilah ke club" ujar manager Ji Wok sembari menepuk bahu Park Hoon
"Tolong antarkan barang barang ku ke apartemen"
Park Hoon langsung melenggang meninggalkan manager Ji Wok yang tengah menikmati rokoknya. Setelah memasuki mobil sedan, Park Hoon langsung menancap gas menunju club Sun Si yang berada di Seoul. Park Hoon memutar kemudi menuju pintu belakang, setelah itu dia keluar dari mobil dan langsung melempar kunci mobil kepada pengawalnya. Melewati pintu VVIP, Park Hoon berjalan menuju ke kantornya. Disana sudah duduk dengan wajah Babak belur seorang wanita dan beberapa pengawal Park Hoon.
Park Hoon menghentikan langkahnya menatap sekilas wajah sayu salah satu pelacurnya.
"Hai Agela apakah dunia club tidak membuat mu senang?" Tanya Park Hoon sembari mencengkram kuat leher Agela.
"Atau haruskah ku kirim kau ke surga?" "Aaa surga tidak menerima seseorang ******* seperti mu ya, maka kau akan kukirim ke neraka bersama ibumu yang lumpuh itu" ancam Park Hoon .
"Tolong ampuni aku oppa. Aku berjanji akan menuruti semua keinginanmu"
Park Hoon tertawa puas mendengar ucapan Agela.
"Ternyata setelah kau kusiska kau masih tetap mengidolakan ku ya?" Ujarnya merasa puas
"Baiklah karena aku idol yang baik, aku hanya akan meng hukum mu dengan hukuman kurungan selama dua hari"
Park Hoon berjalan mendekati Agela, lalu mencengkram rahangnya kuat.
"Dengar oppa Agela, kalau kau mencoba kabur sekali lagi. Akan ku habisi keluarga mu"
Park Hoon berdiri hendak berjalan menuju kursinya
"Tolong jangan apa apakan keluargaku mereka tidak bersalah apapun "
Cekalan tangan Agela langsung ditepis kasar oleh Park Hoon dan dengan kejam cowok itu menginjak tangan mungil Agela.
"Aaaarghhhh" Agela mengeram
"Tolong ampuni aku" wajah cantik itu tak henti hentinya meneteskan air mata.
"Demi Tuhan, akan kukirim kau ke nereka Park Hoon. Dasar lelaki biadab"
Teriakan Agela justru membuat Park Hoon tertawa terbahak bahak
"Tapi lihatlah manusia biadab ini selalu di puja ribuan orang di luar sana" ujar nya merasa puas
"Siksa dia" ucap Park Hoon kepada salah satu pengawalnya.
Park Hoon duduk di kursinya dengan kaki menjulai ke meja. Beberapa saat ketukan pintu terdengar . Masuklah seorang gadis cantik dari China yang tersenyum ramah kearah Park Hoon.
"Ada apa Syasya ?"tanya Park Hoon ketika melihat gadis itu menatapnya
"Aku hanya ingin melaporkan jumlah penjualan senjata dan narkotika bos" Syasyaa menyerahkan beberapa kertas di atas meja Park Hoon
"Bagaimana dengan obat obatan itu apakah kau bisa membelinya?" Tanya Park Hoon langsung
"Kami sedang mencari seorang dokter yang bisa melakukan kerja sama dengan kita"
"Kenapa lama sekali dari target yang ditentukan "
"Masalahnya ada satu dokter yang sulit untuk diajak kerja sama"
"Kenapa tidak mencari dokter lain saja?"
"Tapi dia adalah dokter yang bisa menciptakan resep obat itu bos"
"Kau lambat sekali Syasya, bawa datanya kesini, biar aku yang mengurus"
Syasya pamit undur diri. Beberapa saat ponsel Park Hoon berbunyi. Park Hoon membuka ponselnya lalu melihat akun sosial medianya dengan ribuan komentar, pesan serta mention tag kepada dirinya.
"Perempuan bodoh ini tidak tahu siapa yang mereka puja"
"Bagaimana jika aku membuat mereka jadi pelacurku"
"Lihat mereka sungguh menjijikan"
Syasya masuk dengan membawa sebuah kertas yang di sodorkan diatas meja Park Hoon, setelah itu dia berniat undur diri.
"Kevin Tober Orchida " gumam Park Hoon
Park Hoon meneliti biodata itu. Lalu terbesit ide licik di kepalanya.
Park Hoon berjalan santai di agensinya, beberapa pasang mata sudah menatap dengan kagum. Cowok itu cuek dengan tatapan memuja yang diberikan beberapa artis dari agensinya. Park Hoon tetap berjalan dengan santai menuju keruangan dimana grupnya berada. Ketika berada di sana seluruh member dan manager menatap Park Hoon bersamaan
"Hei Park Hoon kemarin kau kemana? Kau melewatkan sesi latihan" ucap Kang Chul sembari menyeringai.
"Ah maaf hyung kemarin ada urusan mendesak" Park Hoon menunduk menandakan meminta maaf kepada teman temannya
"Urusan apa itu sampai kau melewatkan sesi latihan? Apakah lebih penting dari latihan?" Kang Chul terlihat ingin menjatuhkan Park Hoon didepan manager Ji Wok . Park Hoon menyeringai melirik manager Ji Wok .
"Dia kemaren mendapat telfon dari rumah, katanya ibunya Park Hoon sedang sakit" ucap asal manager Ji Wok. Semua terdiam begitu juga Park Hoon.
"Lalu bagaimana keadaan ibu mu?" Tanya Zhan penasaran
"Ya keadaan sudah membaik, maaf kemarin aku tidak latihan" ucap Park Hoon terdengar menyesal dan sopan.
"Sudahlah tidak apa apa kalaupun aku jadi kau aku pasti akan segera meninggalkan latihan" lee Chan tersenyum ramah.
Park Hoon tersenyum berterimakasih kepada yang lainnya. Tak lama dari situ anggota Lily pink masuk kedalam ruangan ASP
"Hallo sumbe" ujarnya sembari tersenyum ramah
"Hai juga Soya " jawab Lee Chan ramah, anak itu memang selalu menampilkan keramahan kepada siapapun.
"Sumbe apakah kau bisa mengajari kami koreo ?"tanya Soya menatap lekat ke arah Park Hoon .
Semua ikut menatap Park Hoon yang ditatap mengerutkan dahi, merasa diperhatikannya akhirnya dia menatap Soya.
"Aku?" Tanya Park Hoon ragu.
"Iya, bukankah kau yang pandai dalam koreo?"
"Aku tidak terlalu bisa, hyung Kang Chul yang sangat ahli dalam koreo" ujar Park Hoon
"Jangan merendam Hoon'a , kau yang membuat semua Korea ASP terlihat keren" aku Zhan.
Park Hoon tersenyum kikuk, dalam hati dia mengumpat pada yang lainnya.
Sial dia sangat membenci harus bersikap baik kepada orang lain.
"Baiklah aku akan mengajari mu nanti setelah aku selesai latihan" ujar Park Hoon sembari tersenyum
"Terimakasih sumbe"
Kang Chul menatap tidak senang kearah Park Hoon, sebenarnya Park Hoon menyadari itu. Tapi dia membiarkan Kang Chul bertindak semaunya toh dia sebentar lagi agensi akan memutus kontrak nya.
"Baiklah mari kita latihan" ujar Lee Chan semangat.
Manager Ji Wok melirik sebentar kearah Park Hoon yang dibalas dengan anggukan.
Adalah 2 jam mereka berlatih, setelah selesai dengan keringat masih bercucuran Park Hoon bangkit dari duduknya
"Mau kemana kau?" Tanya Lee Chan
"Aku akan mengajari Lily pink koreo" ujar Park Hoon sembari membawa tasnya
"Nanti saja kau belum istirahat'" tambah Zhan.
"Tidak hyung, aku merasa tidak enak membuat mereka menunggu "
"Dasar orang baik" goda Zhan.
Setelah keluar dari ruangan ASP Park Hoon berjalan santai kearah Rungan Lily pink. Beberapa karyawan dan artis menunduk sopan dan tersenyum kearah Park Hoon.
"Halo apakah aku lama?" Tanya Park Hoon ketika sudah masuk kedalam ruangan Lily pink. Semua member Lily pink tersenyum.
"Tidak sumbe, terimakasih sudah datang" ujar Lily kompak.
"Oh ya sebelum memulai latihan boleh aku tahu nama kalian satu persatu" ujar Park Hoon sembari memamerkan deretan giginya.
"Tentu" jawab Soya senang.
"Aku Soya leader di Lily pink" ucap Soya.
"Aku Flora. Nama panggung ku Flo aku yang tertua disini"
"Benarkah kau yang tertua , tapi wajahmu sungguh terlihat muda" puji Park Hoon, mendengar pujian itu Flo tersenyum senang
"Hai sumbe namaku Jesi. Aku berasal dari Thailand , aku vokal di Lily pink"
Park Hoon mengangguk
"Anyeonghaseo aku Kim Soo"
Semua berbaris siap dengan koreo yang akan diajarkan Park Hoon. Setelah mengajarkan beberapa koreo, Park Hoon duduk di pojok sembari bermain ponselnya. Soya mendekati Park Hoon sembari membawa soft drink yang telah dia beli.
"Sumbe, ini untukmu" Park Hoon menerima minuman itu dengan wajah senang.
Matanya kemudian menatap lebih inci tubuh Soya. Ternyata gadis itu begitu sexy, mungkin jika dia menjual Soya maka keuntungan club akan bertambah banyak.
"Soya apa kau punya pacar?" Tanya Park Hoon sembari memberi tatapan mautnya. Yang ditatap jelas merasa senang sampai pipi Soya mengeluarkan semburat kemerahan
"Belum sumbe, selama training kami belum diperbolehkan berkencan" ujar Soya
"Kalau begitu berkencan lah denganku" ujar Park Hoon santai
Soya membulatkan matanya, tidak disangka idola nya mengajak dia berkencan. Tanpa pikir panjang Soya mengangguk-angguk kepalanya tanda dia menerima.
"Kalau begitu telfon aku ya"
Park Hoon bangkit dan berjalan melewati Soya, ketika dia berdiri di samping Soya tercetak senyum licik disana
"Soya jangan bilang siapa siapa jika kita berkencan"
Park Hoon berjalan keluar dari ruangan Lily pink tanpa ditangkap curiga yang lainnya. Setelah dia berada di luar dengan santai dia berjalan hendak menuju ke mobilnya. Manager Ji Wok menyeimbangi langkah Park Hoon
"Hoon'a , ada satu pelacur yang sudah ku dapatkan " ujar manager Ji Wok dengan suara pelan
"Kerja bagus manager, akan ku transfer uangnya malam ini. Oh ya bagaimana dengan klien yang meminta narkotika kemarin?"
"Beres" ujar manager Ji Wok sembari berjalan berpisah dengan Park Hoon.
**
Seorang laki laki berteriak meminta ampun di bawah kaki Park Hoon, wajahnya sudah babak belur, bahkan lelaki itu sungguh merasa dirinya sial.
"Sungguh aku akan melakukan apapun untuk mu Park Hoon" ujar kepala polisi yang saat ini tengah bersimpuh di kaki Park Hoon
"Bukankah aku sudah bilang pak Kim, aku tidak segan segan membunuh mu dan keluargamu jika kau berurusan dengan bisnis ku" ujar Park Hoon mengarahkan pelatuk pistolnya di kepala pak Kim.
"Aku berjanji akan menghentikan anak buah ku untuk mengikutinya" ujar pak Kim gemetar
"Ya, itu yang harus kau lakukan. Aku tidak mau berurusan dengan anak buah sialanmu itu"
"Baiklah, tapi ku mohon jangan bunuh anak dan istriku"
Park Hoon menoleh menatap anak gadis pak Kim yang hanya mengenakan kaos panjang tanpa celana
"Sayangnya, aku berniat menjadikan anakmu sebagai salah satu pelacurku pak Kim "
Pak Kim bersimpuh di kaki Park Hoon dengan sungguh sungguh. Bahkan kali ini dia mencium ujung sepatu Park Hoon
"Jangan, tolong kumohon ampuni aku. Aku janji akan menghapus semua data yang mencurigakan tentang club mu. Dan aku akan mengenalkan mu kepada dewan perpajakan , bahkan semua pejabat di negri ini" ujar pak Kim setengah memohon.
Park Hoon menyeringai licik. Dia mengangkat wajah pak Kim dengan buas.
"Karena aku warna negara Korea yang baik aku akan mengabulkan permintaan mu kepala Kim "
Park Hoon berdiri hendak melangkah meninggalkan rumah pak Kim bersama pengawalnya. Tetapi langkahnya terhenti menatap lamat lamat wajah pak Kim yang sudah berubah babak belur.
"Pertemuan dengan para pejabat akan dilakukan dua hari dari sekarang. Kalau kau tidak biasa membawa orang berkuasa di pertemuan itu siap siap anakmu akan ku jadikan salah satu pelacurku"
Park Hoon berjalan melangkah keluar dari rumah kepala kepolisian. Ketika berada di luar pintu segera dia mengenakan topi dan masker hitamnya lalu berjalan memasuki mobil sedan salah satu pengawalnya . Ketika berada di dalam mobil dia melepaskan jaket denim hitam dan mengganti dengan kaos bewarna cerah.
"Turunkan aku di supermarket dekat sini" ujar nya
"Baik tuan" jawab sopir milik Park Hoon.
Park Hoon segera turun dengan mengenakan topi putih dan masker hitam. Ketika berada di sebuah super market Park Hoon mengambil minuman dingin. Setelah membayar di kasir Park Hoon tidak langsung pulang tetapi dia berdiri di dekat jendela super market. Seorang perempuan juga berdiri di sebelahnya tapi dia tidak menoleh hanya menatap ujung jalan sembari meneguk air mineralnya. Setelah minumannya kandas gadis itu langsung keluar tanpa menyadari pena yang baru dia beli tertinggal di meja dekat jendela. Park Hoon menatap sekilas gadis yang sudah berjalan menjauh lalu tatapannya jatuh pada sebuah pena yang tertinggal disana.
Park Hoon mengambil pena itu lalu mengukir senyum di bibirnya.
Di perempatan jalan gadis mungil itu menghentikan langkahnya. Lalu berlarian menuju super market yang tempat dia membeli air mineral tadi.
"Astaga kenapa bisa seceroboh ini coba" umpat gadis itu sembari berlari dengan kencang. Ketika berada di depan supermarket gadis itu langsung membuka pintu
"Eoseoaaseo" ucap seorang kasir perempuan kearah gadis itu. Gadis itu berlarian melangkah menuju meja dekat jendela. Sial pena yang baru dia beli sudah tidak ada. Pasti pengemar ASP yang mengambilnya atau seseorang membuangnya. Ya, pena yang baru dia beli adalah aksesoris berbentuk pena untuk penggemar ASP.
"Maaf, apa kau melihat pena yang tergeletak disana" tunjuk gadis itu
"Pena?" Ulang kasir perempuan yang diperkirakan adalah seorang siswa
"Saya tidak melihat adanya pena disana" ucap perempuan itu.
"Terimakasih" ucap gadis itu dengan frustasi berjalan keluar supermarket. Wajahnya tertekuk dengan kesal dia berjalan menuju apartemen nya.
"Astaga Amel kebiasaan banget cerobohnya ga ilang ilang" ujar gadis itu kepada dirinya sendiri.
Dia adalah Amelia Orchida gadis cantik asal Indonesia yang melanjutkan pendidikannya di Korea Selatan. Katanya dia ingin bertemu salah satu member ASP yang merupakan idol nya. Amel berjalan dengan kesal menaiki lift menuju lantai 12, ketika dia menekan digital pintu apartemen seorang lelaki berjas putih tersenyum kearahnya.
"Sudah pulang?" Tanya seorang lelaki yang sangat tampan. Amel masih menekuk wajahnya. Setelah pintu terbuka mereka berjalan memasuki apartemen yang tidak terlalu besar tapi percayalah biaya deposit nya sungguh bisa untuk beli tanah di Indonesia.
"Ada apa dengan wajahmu ?" Tanya lelaki itu sembari melepas jubah dokternya.
"Pena ku hilang" jawab Amel masih dengan wajah kesal
"Kan bisa beli lagi" ucap kakak nya menenangkan.
Lelaki itu adalah Kevin Tober Orchida. Kakak Amel yang sudah menetap setahun di Korea, dia adalah seorang dokter muda yang sangat berbakat, memilih menekuni dunia apoteker dan bergelut pada obat obatan Kevin mampu membuat berbagai obat yang diakui dunia. Bahkan namanya sudah di kenal dimana mana. Hanya saja Kevin memilih untuk bekerja di salah satu rumah sakit Myungshong di Seoul. Alasannya dia bekerja di Korea hanya satu dia tidak ingin mewarisi perusahan ayahnya. Dia juga memiliki jam operasi layaknya dokter , tapi dia juga kadang berkutat di laboratorium untuk menghasilkan macam obat obatan, banyak yang menyebutkan dewa karena dia mampu melakukan apapun dengan otak pintarnya.
"Tapi kan itu limitid edision kak, pena itu didesain dengan tulisan ASP , harganya aja 116 won "
"Sudah besok kakak belikan lagi" ucap Kevin menenangkan adiknya.
"Gimana? Kamu udah daftar sekolah?" Kevin berjalan menuju kamarnya untuk menggantung jubah dokter yang sudah ia kenakan seharian.
"Udah"
"Jadi keputusanmu jatuh ke sekolahan mana?" Tanya Kevin keluar kamar menatap adiknya yang tengah menonton acara televisi.
"Hyukyung" jawab Amel singkat.
"Kapan mulai sekolah?" Tanya Kevin sembari mengeluarkan bahan masakan yang berada di kulkas.
"Besok"
Kevin menoleh kearah Amel yang ditatap justru acuh, gadis itu asyik menatap televisi dan menikmati cemilan yang berada di tangannya.
"Amel besok kamu sekolah, apa kamu sudah beli seragam mu? Kamu tahu kan sekolah di Korea tidak sama dengan Indonesia"
Amel menoleh kearah kakaknya yang tengah membuat makanan.
"Semua udah beres kak, tinggal berangkat aja. Memangnya kakak pikir sehari ini aku jalan jalan" protes Amel, mendengar nada protes Amel, Kevin hanya bisa terkekeh geli. Adiknya memang sangat lucu bahkan alasan dia ingin sekolah ke Korea adalah ingin bertemu idol nya. Ada ada saja adiknya itu.
**
Park Hoon duduk sendiri di apartemennya menatap ke ujung jendela, hanya ada kerlap kerlip kota yang ramai tapi suasana hatinya sungguh kacau. Dia merasa sendiri padahal dirinya lah yang menginginkan kesendirian. Terdengar bel berbunyi dari luar apartemennya dengan malas Park Hoon berjalan menuju pintu. Di bukanya pintu itu menampilkan gadis cantik mengenakan gaun mini. Wajahnya sendu dengan ukiran manis. Park Hoon tersenyum.
"Hai Soya kukira kau tidak akan datang" ucap Park Hoon
"Tidak oppa aku akan datang" Soya melangkahkan kaki menuju kedalam apartemen Park Hoon.
"Mau kubuatkan minuman?" Tanya Park Hoon basa basi
"Boleh, aku ingin teh" Soya melangkahkan kaki mendekati Park Hoon lalu memeluk tubuh cowok itu dengan erat. Park Hoon menoleh mengecup bibir Soya dengan lembut.
"Kau agresif juga Soya" Park Hoon tertawa geli ketika Soya sudah menciumi lehernya.
"Tunggulah aku didalam kamar, aku akan membawakan teh ini padamu" ucap Park Hoon .
Soya menurut dia melangkahkan kaki menuju kamar Park Hoon tanpa tahu apa yang akan di lakukan nya.
Setelah melihat Soya sudah masuk kedalam kamar Park Hoon mengambil benda pipih miliknya.
"Halo tuan Lucas, aku sudah membawa gadis yang kau inginkan. Datanglah ke apartemen ku dan nikmati gadismu" ucap Park Hoon licik
"Tenang saja kau bisa mentransfer uangnya setelah kau menikmati gadismu"
"Ya aku akan menunggumu"
Park Hoon berjalan memasuki kamarnya, di dalam kasur berukuran king size Soya sudah tersenyum menggoda.
"Soya aku mempunyai hadiah untukmu"
Park Hoon memberikan secangkir teh kepada Soya yang langsung di minum olehnya.
"Apa itu?" Tanya Soya
"Tunggu saja , kau pasti akan menyukainya" ujar Park Hoon tersenyum licik
Minuman ditangan Soya sudah ludes habis, saat tegukan terakhir pintu apartemen Park Hoon berbunyi menandakan ada tamu diluar
"Sebentar, hadiah mu sudah datang"
Park Hoon berjalan keluar membuka pintu dengan seringai tajam. Lucas sudah didepan pintu dengan wajah gembira.
"Hai brother apa kabar?" Tanya Park Hoon ramah
"Kabar ku baik, bagaimana denganmu?" Jawab Lucas sembari menepuk bahu Park Hoon
"Aku masih beginilah, sepertinya Amerika cocok denganmu " mereka tertawa bersama
"Bagaimana dengan gadisku?" ujar Lucas
"Dia ada dikamar, nikmatilah waktu kalian"
Lucas berjalan memasuki kamar Park Hoon disana sudah tertidur gadis cantik. Gadis itu terkelulai lemas tapi yang jelas dengan birahi memuncak. Soya tidak tahu bahwa teh nya sudah di campur dengan mulpong (sejenis obat obatan).
Lucas mendekati kearah Soya, yang langsung di sambut dengan senang oleh Soya. Ya gadis itu sudah berhasrat untung sex karena obat yang diberikan park Hoon memang untuk merangsang sex tanpa sadar.
Lucas sudah menciumi bibir soya dengan buas, Soya membalas ciuman itu tak kalah buas. Soya dan Lucas memperdalam ciumannya.
Park Hoon yang merasa puas mendengar desahan Soya langsung keluar dari dalam apartemen.
Dia berjalan di sepanjang trotoar dengan mengenakan topi dan masker.
Park Hoon menatap gadis yang meninggalkan pulpen di meja supermarket, tapi Park Hoon enggan menyapa baginya gadis itu orang asing yang akan membahayakan dirinya. Bisa jadi dia adalah seasang yang akan berteriak ketika melihat Park Hoon.
Mata Park Hoon memicing ketika melihat Alex si tangan kanannya tengah berada di daerah tempat tinggalnya. Park Hoon segera mendekati Alex
"Ada apa kau disini?" Tanya Park Hoon begitu Alex dan dia berjalan beriringan.
"Saya sedang mengantar nona Syasya menemui kliennya" ujar Alex mantap
"Dimana Syasya sekarang?"
"Dia ada di mobil bersama dengan klien" ujarnya
"Setelah ini ikuti aku menemui dokter Kevin "
Park Hoon melenggang meninggalkan Alex yang tengah berjaga didepan mobil. Ketika hendak berbelok secara tidak sengaja Park Hoon menabrak bahu seorang gadis.
"Maaf maaf" ucap gadis itu membungkuk.
Ketika gadis itu mengangkat wajahnya Park Hoon sedikit terkejut tapi tak lama kemudian dia tersadar setelah gadis itu menjauh pergi.
Dia adalah Amelia Orchida, gadis yang meninggalkan pulpen di supermarket. Sepertinya takdir mengikat keduanya. Tanpa sadar Park Hoon tersenyum.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!