Terbayang bagaimana kehidupan Askar, jika enam tahun lalu dia tidak dibawa pergi oleh monster mendesah yang membuat perutnya menjadi mual itu.
Sebagai seorang manusia tanpa bakat, tanpa kekuatan dan tanpa ada yang bisa dia banggakan, masa depan bagi Askar hanya sebuah fatamorgana suram penuh kerikil tajam.
Hingga pada akhirnya berakhir sebagai seorang kuli bangunan, yang harus membanting tulang, jungkir balik, naik turun, terseok-seok oleh derasnya penderitaan saat mengangkat karung beras dan beban hidup diatas pundak.
Akan jauh lebih baik, jika ada yang menawarkan Askar bekerja menjadi buruh pabrik, paling tidak saat berstatus karyawan tetap, Askar tidak perlu lagi takut kekurangan beras.
Walau Askar harus merasakan kerasnya hidup dalam kondisi 12 P (pergi pagi, pulang petang, pala pusing, pinggang pegal-pegal, penghasilan pas Pasan.)
Cukup sulit, tapi itulah hidup, saat mereka yang tidak memiliki kesempatan untuk terlahir di keluarga kaya, hanya keteguhan hati dan kuatnya tekad menjadi pondasi agar bisa bertahan dari kerasnya kehidupan.
Berawal dari rasa terkejut karena dia dijadikan tumbal oleh semua teman sekelasnya kepada sesosok monster, walau Askar pribadi tidak merasa jika mereka adalah seorang teman.
Bahkan jika dikatakan mereka adalah makhluk sosial yang berusaha mengikuti alur di masyarakat untuk saling membantu demi mendapatkan keuntungan. Itu pun tidak pantas bagi mereka.
Mereka adalah para makhluk tanpa hati, demi mencari keselamatan hidup, mereka mengorbankan orang lain, satu jari yang menujuk kepada Askar, penghianatan.
Selama Askar hidup sebagai manusia tanpa sirkuit energi, dirinya hanya menjadi konten ejekan, tempat caci maki, samsak tinju, pelampiasan emosi, kambing hitam dan tumbal yang tidak berharga.
Tapi takdir berkata lain...
Askar bisa saja menyerah dan pasrah menunggu kematian datang menjemput didalam jeruji penjara istana Zilogia, dan penderitaan panjang akan berakhir jika dirinya mati.
Hanya saja, semua gambaran tentang orang-orang yang pernah berbuat baik kepada Askar datang didalam pikiran.
Ayah dan ibu dua sosok yang berjuang mati-matian demi hidup Askar, Silva menjadi sosok adik yang membuat kebahagiaan dan melupakan masalah.
Ada Sina kawan masa kecil yang Askar cintai, walau sudah di rebut orang, dimana dia mulai menjauh. Rea, anak pemilik toko kelontong tempatnya bekerja, dia satu-satunya sosok sahabat bagi Askar.
Pak Rudy ketua RT, biar pun tidak memiliki kontribusi besar terhadap hidup Askar, tapi dia tidak pernah lupa untuk memberikan bantuan PKH kepada keluarganya.
Ada tukang Es cendol dimana sesekali memberikan satu gelas dagangan untuk minum Askar secara cuma-cuma, ketika lelah bekerja.
Tidak pula Askar lupakan ibu kantin yang berbaik hati menawarkan makan gratis, setelah membantunya mencuci piring.
Semua itu hanya sebagian kecil bayangan yang menjadi alasan Askar, saat hatinya menolak untuk mati tanpa perjuangan didalam penjara.
Dalam dua tahun, melatih tubuhnya dengan kemampuan ilmu beladiri pernafasan secara autodidak, menggunakan kecerdasan untuk merancang siasat untuk melarikan diri.
Dia lah Zilogia, makhluk yang membawa masalah didalam kehidupan Askar yang sudah penuh dengan masalah.
Semua yang terjadi dalam dua tahun adalah sebuah ujian, dimana dia ingin menjadikan Askar sebagai seorang penerus dari takdir dewa pemangsa dan penguasa ras manusia.
Kekuatan skill penciptaan dan skill pemangsa, membawa takdir dari dewa pemangsa, mencari delapan segel dunia di balik batas, bertarung di dua dimensi, dan berkuasa di atas dua belas ras penguasa.
Tidak pernah Askar membayangkan semua itu kini hadir dalam kehidupan Askar, mengubah dirinya yang dianggap orang sebagai sosok tidak berguna, menjadi tokoh utama untuk menyelamatkan dunia.
*******
Dimensi Falsus, dunia di balik batas.
Saat ini, dihadapan Askar, para monster dengan wujud biru tua dan kaki seperti kijang bersujud patuh menjujung tinggi sebuah penghormatan atas bantuan Askar karena melepaskan penderitaan yang sudah mereka tanggung selama puluhan ribu tahun.
Segel kutukan dari penguasa iblis dihancurkan dengan mudah oleh Askar, hanya perlu jentikan jari dan semua kaum Ao ing kini terbebas.
Gemetar tubuh Du Sa melihat bagaimana segel kutukan itu hancur berkeping-keping dan lenyap menjadi serpihan cahaya.
Setiap Ao ing yang terbujur lemas diatas ranjang menunggu kematian, satu persatu membuka mata, mereka bangkit dan terlihat kebingungan, saat semua rasa sakit di tubuh mereka lenyap.
"Kini kalian semua terbebas dari kutukan penguasa iblis, tidak akan ada lagi kematian saat kalian beranjak dewasa, dan aku janjikan satu hal, suatu saat nanti, akan aku bawa kepala penguasa iblis dihadapan kalian." Ucap Askar yang menujukan niat untuk memberi perhitungan kepada makhluk itu.
"Terimakasih dewa pemangsa atas bantuan anda, atas nama dewa Yusita, kaum Ao ing kami berhutang nyawa kepada anda, keturunan kami, anak cucu kami dan saudara kami, tidak akan melupakan jasa anda." Du Sa sekalu tetua desa memberikan penghormatan kepada Askar.
Askar memang tidak gila akan kekuasaan, atau menginginkan orang lain memuja dirinya seperti dewa, tapi apa yang Ao ing lakukan adalah sebagai bentuk rasa terimakasih atas bantuan darinya.
Kini kaum Ao ing bisa melanjutkan keturunan tanpa perlu takut akan terjadi kematian sebelum menginjak usia dewasa.
"Aku hanya melakukan tugasku." Balas Askar dengan tersenyum.
Tapi siapa sangka, saat semua Ao ing berbahagia atas kebebasan mereka dari jerat takdir kematian, datang sebuah tombak tajam mengarah kepada Askar.
Memang mudah untuk Askar hindari, tapi dia terkejut dengan kehadiran sosok Ao ing dewasa yang menyerang tanpa permisi.
"Sebelum aku datang ke desa, aku mencium aroma dari iblis penguasa, ternyata memang benar." Ucap sosok itu dengan nada marah.
Tersirat sebuah tatapan tajam dipenuhi kebencian yang kuat, dari semua Ao ing, Askar bisa merasakan kekuatan besar dimiliki olehnya.
"Pangeran As We tunggu...." Du Sa mencoba menghentikan.
"Diam kau Du Sa, untuk apa kau bersujud dihadapan iblis ini, dia sudah menghancurkan kaum kita." Tanpa mendengar penjelasan dari Du Sa, kini ao ing dewasa itu datang dan berniat menghantam tubuh Askar dengan kekuatan tinggi.
Askar tidak menghindar, di kerahkan kekuatan untuk melawan, dua pukulan saling beradu, hingga As we sendirilah yang terpental jauh.
Biar pun dia adalah yang terkuat di kaum Ao ing, tapi jika As we harus bersaing melawan Askar, kekuatannya masih kalah.
Tanpa ingin mendengarkan penjelasan orang lain, atau pun menyerah karena kalah bertarung, As we bangkit kembali dan mulai mengalirkan energi untuk menyerang Askar.
"Bocah, seharusnya kau dengarkan orang lain berbicara." Berkata Askar yang merasa pusing atas tindakan As we.
Siapa sangka saat pukulannya tidak bisa dihentikan lagi, As yu datang di depan Askar dan menghadang arah serangan As We...."Kakak berhenti."
"Menyingkirlah kau, As yu." Tapi dia tidak perduli akan hal itu.
Kebencian terhadap pemilik darah iblis penguasa membuatnya hilang kendali, dan berniat menyerang As yu tanpa keraguan.
Hanya dengan satu ayunan jari dan kekuatan lord demon souls, Askar berkata... "Tundukkan."
Tubuh As we secara sadar tidak bisa menolak perintah dari makhluk yang memiliki darah iblis penguasa.
(Note : kita mulai kembali dari chapter awal yah kakak, mohon dukungannya, dan untuk satu kali ini, saya berharap vote seikhlasnya...
Saya akan berusaha semaksimal mungkin.
Setidaknya perjalanan Askar masih akan terus berlanjut.)
Tubuh biru tua itu menjadi pucat ketika kesadarannya lenyap oleh kekuatan lord demon souls milik Askar, dimana ucapan yang dikeluarkan dari mulut Askar, tidak bisa dilawan oleh ras iblis lain.
Kini Askar berjalan mendekati tubuh As we yang kini tergeletak tidak berdaya dan kejang-kejang diatas tanah seperti orang terkena penyakit sawan.
Menggeleng kepala Askar karena merasa kasihan sendiri melihat As we harus mendapatkan hukuman karena tidak mau mendengar penjelasan orang lain.
Tapi seketika As Yu menghadang langkah Askar dengan wajah tertunduk lemas...."Tuan Askar tolong maafkan kakakku, jangan hukum dia atas sikapnya yang menyerang anda."
As yu pun bersujud memohon permintaan maaf kepada Askar, dia memang kesal atas tindakan ao ing bernama As we yang menyerang dirinya tanpa pernah berpikir akan tindakannya.
Tapi apa yang dia lakukan tidak menjadi masalah, bahkan satu goresan luka pun tidak diterima oleh Askar karena kekuatan As we masih jauh lebih lemah untuk melawan Askar.
"Baiklah, aku mengerti, segera bawa dia ke ruang perawatan, biarkan dia beristirahat dan aku ingin berbicara kepadanya." Berkata Askar yang memerintahkan Ao ing lain membawanya pergi.
Askar merasa paham tentang kebencian dari pangeran As We terhadap makhluk yang memiliki aura iblis penguasa, karena dianggapnya Askar sebagai salah satu utusan dari iblis penguasa.
Sehingga dia melakukan tindakan tanpa memikirkan konsekuensi, bahkan tidak mengukur batas kekuatan yang dia miliki untuk berhadapan dengan Askar.
Untungnya Askar bukanlah makhluk seperti iblis yang sesungguhnya, jika tidak, As we sudah di telan habis dan berakhir menjadi kotoran didalam ******.
"Tuan Askar apa anda terluka." Ucap Du Sa yang merasa khawatir atas penyerangan As we terhadap Askar.
"Tidak perlu khawatir, pukulannya jauh lebih lemah dari gigitan nyamuk di dimensi Noir." Jawab Askar yang tertawa sendiri dengan wajah mengejek.
"Tuan Askar, As we adalah keturunan langsung dari keluarga dewa Yusita, dimana kematian para kaum Ao ing karena penguasa iblis seakan menjadi tanggung jawab untuknya, dia merasa bersalah." Berkata Du Sa yang menceritakan sedikit tentang As We.
"Aku bisa memahami apa yang dia pikirkan." Askar mengangguk paham untuk hal ini.
Jika Askar menjadi pangeran As we sendiri tentu dia akan merasakan hal yang sama, dimana saat dewa Yusita dianggapnya sudah tewas, tapi kekuatan untuk di turunkan kepadanya sudah lenyap.
Sedangkan saat penguasa iblis mencari kekuatan dewa waktu hingga membantai 280.000 Ao ing tanpa belas kasih, tapi jika saja saat itu As we memiliki kekuatan dewa waktu, tentu tidak ada yang akan mereka semua di jadikan makanan.
Dan karena semua itu, As we merasa bersalah atas kematian semua saudara sesama kaum Ao ing, tapi bagaimana pun juga penguasaan iblis tentu akan menggunakan kekuatan dewa Yusita untuk membunuh lebih banyak makhluk.
Kenyataannya dewa Yusita masih berada dalam dimensi kekosongan waktu bersama Dewa bencana Mahesa, semua yang menganggap kematian mereka adalah dari pengaruh kekuatan realitas milik Lutos.
Selagi askar dan Du Sa membicarakan hal-hal mengenai kehidupan masa lalu dari kaumnya, segera saja As we berlari keluar pondok dengan wajah marah.
"Dimana iblis penguasa itu.... Dimana dia." Berteriak As we yang masih belum menyerah untuk bertarung.
Hanya saja tidak tampak di sekitar adanya sosok iblis lain, terlebih aura lord demon souls pun telah lenyap.
Dan tepat dihadapannya hanya seorang manusia yang berjalan mendekat bersama Du Sa, dan penjaga falsus.
"Dasar bocah tidak tahu kapan harus berhenti." Bergumam Askar yang tersenyum masam setelah melihat bagaimana As we berusaha keras untuk bertarung.
"Siapa kau yang mengatakan aku sebagai bocah." Marah as we atas panggilan Askar yang jelas-jelas mengejeknya.
"Aku ?, Aku adalah iblis yang kau lawan sebelumnya." Berkata Askar tanpa menutupi kenyataan.
"Jangan bercanda denganku." Semakin keras As we berteriak di hadapan Askar dengan penuh kemarahan.
Bahkan dengan semua semangat yang As we miliki, semburan kuah dari mulutnya sampai membasahi wajah Askar.
"Apa kau tidak bisa tenang sedikit pun, aku bisa ganti baju kalau kau terus menerus berteriak." Balas Askar yang menyeka semua air kuah dari mulut as we.
Du Sa sebagai tetua desa yang bertindak untuk memberikan pelajaran kepada As we, biar pun dia adalah pangeran kaum Ao ing dan garis keturunan dari keluarga dewa Yusita, tentu semua masih menaruh hormat atas keputusan Du Sa.
"As we, jaga bicaramu terhadap dewa pemangsa, jika kau tidak bisa diam aku akan bertindak menghukummu." Du Sa pun angkat bicara.
Dan secara ajaib, kemarahan yang berkobar di dalam kepala dengan emosi meluap-luap itu padam seketika, hingga ekspresi as we jelas berubah takut.
"Ketua Du, apa yang bisa aku percaya jika dia adalah dewa pemangsa, aku tidak merasakan aura agung darinya." As we menolak percaya atas perkataan dari ketua Du yang menyatakan Askar sebagai sosok dewa.
"Aku tidak perlu meminta kau untuk percaya bocah, tapi apa yang kau lakukan membuatku marah, itu hampir membuat As yu terluka." Balas Askar dengan wajah kesal.
"Apa urusanmu, dia adalah adikku..."
"Terus... kau merasa jika adikmu itu terluka bukan masalah besar." Sontak saja Askar memotong perkataan As we.
Kobaran aura kuat muncul dari tubuh Askar dengan kemarahan, saat As we menyatakan kalau tindakannya kepada As yu akan membuat terluka, dan itu tidak dipikirkan olehnya.
Merasakan kekuatan Askar, lututnya menjadi lemas seketika, nafas berat untuk dia tarik dan tidak bisa di keluarkan.
Askar seakan tidak ragu untuk membunuh ao ing satu ini tanpa keraguan sedikit pun, walau sebenarnya Askar tidak mungkin melakukan itu.
"As we cepat kau minta maaf." Perintah Du Sa karena tahu jika Askar sedang marah.
"Aku tidak akan minta maaf, karena tujuanku adalah membunuh iblis penguasa itu, biar pun harus mengorbankan orang lain."
Semakin sengit Askar menatap As we penuh kebencian... "Ambisi yang kau miliki hanya omong kosong, jika saat itu As yu tidak menghentikanku, aku sudah membawamu ke warung sate."
Walau hanya sekedar gertakan tapi nyatanya perkataan Askar membuat semua Ao ing yang mendengar terkejut, bukan karena melihat kemarahan, tapi mereka tidak tahu apa itu warung sate.
"Tolong jangan lakukan itu tuan Askar." Du Sa lah yang menjawab dengan ketakutan.
"Lupakan itu, aku malas mengurusi makhluk sepertimu." Askar melenyapkan semua aura yang dia keluarkan.
Tanpa perlu melakukan serangan pun, saat ini As we sudah jatuh bertekuk lutut hanya dengan merasakan aura milik Askar, mungkin satu tamparan bisa membuat otaknya berpindah ke pan*tat.
Alam semesta kerajaan gelap, istana penguasa iblis.
Satu makhluk yang terduduk santai diatas kursi singasana kini membuka mata secara perlahan, seluruh tubuh terselimuti aura gelap pekat akan memberikan rasa takut bagi siapa pun ketika menatap ke arahnya.
Seketika itu perasaan tidak nyaman dirasakan oleh para makhluk dari ras iblis yang berada di sekitar sosok penguasa diatas singasana.
Hingga salah satu berjalan mendekat, tunduk bersimpuh lutut, tanpa berani mengangkat wajah untuk menatap ke arah tuan mereka.
"Tuan Radulu Dooma apa ada yang menggangu pikiran anda." Ucap satu bawahan dengan sikap patuh dan tunduk.
"Segel kutukan yang aku tanam di tubuh para Ao ing itu sudah di hancurkan." Jawab penguasa iblis Radulu Dooma dengan cukup tenang.
Walau pun sebenarnya ini membuat penguasa iblis dari alam semesta kerajaan gelap itu terkejut, karena dia pun sadar jika segel kutukan bukan satu hal yang bisa di pecahkan oleh kekuatan lain.
Hanya jika dia melepaskan segel itu sendiri atau salah satu dari garis keturunan yang memiliki darah iblis penguasa, tentunya tidak terpikir akan ada salah satu keturunan Radulu Dooma bertindak di luar perintah.
"Bagaimana mungkin tuanku, saat ini tidak ada yang tahu keberadaan kaum Ao ing, terlebih siapa yang memiliki kemampuan untuk menghancurkannya." Bertanya satu bawahan dengan rasa terkejut atas perkataan dari tuan penguasa iblis.
"Entahlah Suras, tapi yang aku bisa mengerti, hanya iblis dengan garis keturunan penguasa saja lah yang mampu melepaskan segel kutukan didalam tubuh ao ing." Radulu Dooma pun tidak bisa menjawab pertanyaan bawahannya.
"Apa itu artinya ada pengkhianat diantara kita tuan."
Itu satu kemungkinan yang mungkin dipisahkan oleh Radulu Dooma atas kejadian segel kutukan, tapi secara tegas iblis penguasa menggelengkan kepalanya perlahan.
"Sepertinya mustahil, bagaimana pun keberadaan kaum Ao ing sudah lenyap ribuan tahun yang lalu, dan semua keturunanku tidak akan berpikir belas kasih terhadap mereka." Tapi jelas Radulu menolak atas cara berpikir Suras.
"Itu ada benarnya tuan, tapi apa kita bisa percaya begitu saja, tanpa ada bukti yang jelas."
"Hmmm... Aku juga merasa penasaran, tapi kita sendiri tidak tahu dimana lokasi kaum Ao ing berada." Radulu Dooma pun terhasut akan spekulasi dari Suras.
"Kalau begitu, apa perlu kita mengirim pasukan untuk mencari mereka." Seakan Suras mencari muka kepada Tuan Radulu Dooma dengan berinisiatif melakukan tindakan.
Tanggapan penguasa iblis tidak sejalan dengan isi pikiran Suras man, bukan karena Radulu Dooma tidak menyukai cara berpikir tangan kanannya itu.
Melainkan dia sendiri sudah pernah mengirimkan ratusan ribu pasukan untuk menjelajahi sebelas alam semesta, dan yang mereka tidak mendapatkan apapun.
"Tunggu... Jika ini karena garis keturunan penguasa iblis yang mampu memecahkan segel kutukan, ada satu tempat, dimana dulu leluhur iblis mengirimkan... Kakak pertama dari keponakan pamannya sepupu ibu mertua saudaranya kakek iblis penguasa dari alam semesta kerajaan gelap." Kata penguasa iblis sembari mengingat
Walau cukup rumit untuk di jelaskan, tapi Radulu Dooma masih ingat silsilah keturunan yang sudah terlampau jauh.
"Dimana itu tuan Radulu." Balas Suras dengan bertanya.
"Entahlah namanya apa, tapi itu berada di antara alam semesta kerajaan gelap dan alam semesta kerajaan bawah, akan aku share lokasinya via telepati." Satu jari menyentuh kening dan setitik kegelapan melayang menuju kepala Suras.
Gambaran tentang rute tercepat muncul didalam pikiran Suras, dan dilihat sebuah planet biru yang hampir 70 % di kelilingi oleh daratan dan air.
"Baik tuan, aku akan mempersiapkan pasukan terlebih dahulu."
Segera Surah man pergi ke tempat yang ditunjukan Radulu Dooma, walau itu hanya sekedar memperjelas spekulasi mengenai keberadaan kaum Ao ing dan garis keturunan penguasa iblis, tapi tujuan mereka bukanlah untuk bertamu.
Melainkan membunuh iblis yang mungkin berkhianat kepada mereka karena sudah membebaskan kaum Ao ing dari segel kutukan.
*******
Dimensi falsus, istana dewa pemangsa.
Askar berjalan kembali memasuki beranda istana dewa pemangsa, bersama dengan falsus.
Mengenai segel kutukan didalam tubuh kaum Ao ing, sehingga mereka tidak mampu memperbanyak keturunan, dimana setiap kali anak-anak Ao ing beranjak dewasa.
Maka hanya Ao ing yang memiliki potensi terkuat saja bisa bertahan hidup, karena itu, selama puluhan ribu tahun, populasi ras iblis dari keturunan dewa waktu, Yusita, semakin berkurang.
Tapi sengan satu hentikan jadi Askar sudah menyelesaikan semua masalah yang membawa Ao ing hidup dalam kesengsaraan.
"Falsus apa kau tahu tentang penelitian yang dilakukan oleh Asyura dari kekuatan Kaisar akhir zaman." Bertanya Askar.
"Aku memang tahu jika tuan Asyura melakukan penelitian di istana, tapi semua itu tidak lagi berada di dalam dimensi falsus ini tuan." Jawab Falsus tanpa ada alasan untuk berbohong.
"Jadi apa kau tahu dimana penelitian itu sekarang berada." Kembali Askar bertanya, karena hasil dari penelitian Asyura sangatlah penting.
Dimana itu adalah cara untuk Askar membebaskan As sa'ah dari kekuatan kaisar akhir zaman, seperti keinginan Asyura, tanpa perlu membunuhnya.
"Tidak, karena semuanya dibawa oleh seseorang." Satu subjek lain masuk kedalam pembahasan falsus.
"Siapa ?."
"Tuan Davendra." Nama itu datang dan menjawab pertanyaan Askar.
Jika anggapan Askar benar, maka Davendra adalah kunci untuk menghentikan jagat raya ini dari kehancuran, serta menyelamatkan as sa'ah dengan takdir yang tidak dia inginkan.
"Jadi dimana tuan Davendra sekarang." Pertanyaan inilah yang jadi masalah untuk Askar.
"Sejak ratusan ribu tahun, setelah tuan Asyura berenkarnasi, tuan Davendra lah yang melanjutkan penelitian, tapi sekitar 25 tahun terakhir, dia pergi dengan membawa renkarnasi anda, ke dunia bawah.. setelah itu tidak ada yang tahu keberadaan dewa penciptaan." Hanya itu jawaban yang Askar terima.
Setidaknya ada beberapa poin penting yang berhasil Askar mengerti, dewa Davendra adalah dirinya, yang membawa dirinya sendiri, untuk menjadi dirinya, dan bertemu dengan dirinya.
Sangat jelas sekali, jika ada hubungan yang terikat antara semua kejadian tentang kehidupan dewa pemangsa.
"Kalau begitu, apa itu artinya aku sengaja dipertemuan kepada Hana oleh Davendra untuk tubuh bersama mereka, dan kenapa Zilogia menganggap aku adalah orang yang sesuai untuk dia pilih menjadi penerus takdir dewa pemangsa." Bergumam Askar sendiri menjawab semua hal tentang kejadian ini.
Walau semua yang terjadi pada kehidupan Askar sangat rumit, bahkan asal usul dirinya tidaklah sederhana, tapi bisa terbayang, jika saat Davendra salah mengantarkan Askar dan berakhir di kandang sapi.
"Tidak perlu dipikirkan terlalu serius tuan." Falsus memberikan tanggapan.
"Aku merasa ada yang tidak beres di dalam cerita Zilogia ini.. Mungkinkah ?."
Semakin Askar berpikir, semakin Askar tidak mendapatkan jawaban.
"Tidak, tidak, tidak, sepertinya tidak mungkin jika Zilogia adalah dewa penciptaan, hahaha." Secara jelas Askar menolak percaya dengan isi pikirannya.
Karena itu berarti, Asyura, Davendra, Zilogia dan Askar adalah satu orang dalam satu peran.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!