Pagi hari yang cerah. Banyak tawa yang terlihat. Matahari yang sedikit menyengat memberikan kesan hangat menyentuh kulit. Angin pagi yang segar berhembus menyapa pagi yang indah.
Tapi, tidak untuk seorang gadis yang nampak sial pagi ini.
" Huh!!!! sial! apa-apaan Istri pemilik toserba itu. Seenaknya memaki ku dan langsung memecat ku begitu saja. Dia pasti akan menyesal." Gerutunya sembari menendang kaleng minuman yang tergeletak dijalanan.
" Tadi dia bilang apa? aku menggoda suaminya? benar-benar tidak waras. Memang siapa yang tertarik dengan pria tua mesum itu. Perutnya buncit. Kepalanya botak seperti profesor. Cih! kalau bukan karena aku membutuhkan pekerjaan paruh waktu, sudah ku tendang perut buncit Suami mu itu. " Masih terus bergumam hingga tak menyadari entah dimana kini ia sedang berjalan. Kakinya terus melangkah. Bibirnya juga terus bergumam sendirian. Sibuk memaki Istri dari pemilik toserba tempat dimana ia bekerja paruh waktu.
" Hei!!!!! " Panggil seorang pria sembari mencengkram pundaknya. Membuatnya terkejut dan reflek mencengkram balik tangannya lalu membanting tubuh Pria itu.
" Ah!!!! " Pekik pria itu sembari memegangi pinggangnya yang terasa sakit karena terbanting ke bawah.
" Kenapa kau menyentuhku? kau tidak punya sopan santun ya? dasar hidung belang. Laki-laki mesum sepertimu pantas mendapatkan ini. " Bentak nya sembari meletakkan kedua tangan dipinggangnya.
" Dasar wanita gila! kau berani-beraninya melakukan ini padaku. " Ucap Pria itu sembari mencoba bangkit dari posisinya. Menunjuk ke arah gadis itu.
" Kau, akan menyesal melakukan ini padaku gadis gila! " Bentak pria sembari meringis menahan sakit.
" Kau pikir aku takut? heh,,...! Laki-laki sepertimu apa yang bisa dibanggakan? kau hanya memiliki wajah yang lumayan dan..? " Gadis itu menatapnya dari atas hingga ke bawah.
" Selain dari wajah, kau hanya memiliki satu kelebihan lagi. Yaitu kakimu yang panjang seperti jerapah." Ejek gadis itu sembari tersenyum meledek.
Pria itu menarik nafas perlahan dan membuangnya pelan. Menahan marahnya.
" Cepat minta maaf lah padaku! " Bentak pria itu sembari melotot tajam.
" Kenapa aku harus meminta maaf? Jangan mimpi di siang bolong. Atau kau akan tertimpa gajah nantinya. " Jawab gadis itu sembari mencoba meninggalkan pria yang dianggapnya tidak penting.
" Kau sudah melempar kepalaku menggunakan kaleng minuman. Lalu kau membanting tubuh indah ku ini. Dan, kau juga memaki sesuka hatimu. Bersujud lah agar aku memaafkan mu! " Ucap pria itu sembari menahan marahnya. Andaikan tidak banyak orang yang sedang menonton perdebatan mereka saat ini, dia pasti akan melakukan hal yang lebih.
Gadis itu menghentikan langkahnya. Tersenyum licik dan mengacungkan jari tengahnya. Pria itu berdecih tak percaya.
" Lihatlah,... kalian semua melihat gadis gila itu? dia sama sekali tidak memiliki sifat manusia. Apa menurut kalian dia itu manusia? " Pria itu bertanya-tanya pada kerumunan orang yang kini sedang menonton perdebatan yang terjadi di antara mereka.
Gadis itu mendesah sebal dan membalikkan tubuhnya. Menatap tajam ke arah pria yang sedang mengomel tak jelas.
" Kau mau ku buat cacat ya? " Tanya gadis itu sembari berjalan mendekat dan menatap marah.
" Hei Nona! kau sudah melempar kaleng ke kepalanya. Kau juga menyakiti dia. Kau juga memakinya. Aku melihatnya. Pria itu sudah beberapa kali memanggilmu tapi kau tidak dengar dan terus berbicara sendiri.
" Iya itu benar. Aku pikir dia orang gila.
" Iya aku juga melihatnya. Ucap para kerumunan orang yang sedari tadi menonton perdebatan mereka.
Gadis itu mengingat kembali apa yang terjadi. Dia membulatkan mata mengingat dia memang sempat menendang kaleng bekas minuman.
" Hahaha,... benarkah? aku tidak ingat. " Ucap gadis itu. Wajahnya terlihat kehilangan rasa percaya diri yang sedari tadi membara.
" Mulut ku sampai kram karena terus memanggilmu. Kau seenaknya melempar kaleng itu ke kepalaku lalu kau tanpa rasa bersalah pergi begitu saja?. " Ucap pria itu. Wajahnya sudah terlihat sangat siap untuk menindas.
Dasar jerapah jelek. Kau sedang membalas ku ya? hari ini benar-benar hari yang buruk.
" Hahaha,... benarkah? sebenarnya, aku memiliki penyakit Amnesia tiba-tiba. Ini bisa datang kapan saja. Terkadang, aku melupakan apa yang terjadi begitu saja. " Ucap gadis itu sembari tersenyum menyembunyikan kesalahannya.
Matilah!!! mulut brengsek ini benar-benar hilang kendali. amnesia? hanya nyamuk mabuk yang mau mempercayainya.
" Ck...ck...ck.." Pria itu menggelengkan kepala mendengar jawaban gadis itu.
dasar perempuan gila! memang kau pikir aku anak kecil yang mudah kau tipu? heh....! melihat bentuk tubuhmu, rasanya akan bagus jika mengganti jarum jam dengan tubuhmu. oh.. tidak masih lebih bagus jarum jam dirumah ku.
" Ya ampun.....?!!! jadi ini sebabnya kau datang ketempat joging? kau datang kemari menggunakan jeans pendek yang sobek-sobek? bahkan warnanya juga sudah mulai luntur. Ah,.. bukan hanya itu. Kau juga menggunakan sandal jepit yang butut. " Ucap Pria itu sembari menunjuk saat menyebutkannya.
" Diam kau jerapah gila! " Bentak gadis itu yang sudah mulai muak mendengar ocehan laki-laki yang sangat ingin dia cekik sampai mati.
Dasar orang gila sial. kau tidak tahu ya? ini setelan paling bagus yang aku miliki.
" Huh!! baiklah. Karena kau bilang kau amnesia, yah meskipun aku tidak yakin. Tapi, minta maaf lah untuk apa yang kau lakukan terhadap ku. Minta maaf lah dengan tulus. Aku menunggu. " Ucap Pria itu sembari melipat kedua lengannya ke bagian dada dan tersenyum licik.
Dasar jerapah jelek. Tunggu saja sampai lebaran kingkong. Aku tidak sudi meminta maaf padamu.
" Aku tidak akan-..." Ucapannya terhenti saat terdengar suara gadis lain yang terus berteriak dari kejauhan dengan suara kencangnya.
" Sayang...! Sayang....!
gadis bodoh mana lagi ini? benar-benar tidak cocok tempat ini untukku.
Pria itu berjalan setengah berlari mendekati gadis itu dan merangkulnya. Gadis itu terperanjak berniat ingin menyingkirkan lengan yang kini sedang merangkulnya.
" Diam!! jangan bergerak. Kalau kau membantuku, aku akan memberikan apa yang kau inginkan. Kau juga tidak perlu meminta maaf. " Ucap pria itu setengah berbisik dengan bibir yang tersenyum menatapnya.
Gadis itu tersenyum mendengarnya. Otak licik yang haus akan uang mulai menggerayangi otaknya.
" Apa kau kaya? " Gadis.
" Lebih kaya dari yang kau bayangkan. " Pria.
" Kau! sebaiknya tepati janjimu atau aku akan membuat perhitungan kalau kau bohong. " Gadis.
" Aku janji. " Pria.
Gadis itu tersenyum manis dan memeluk pinggang pria agar terlihat lebih meyakinkan.
Gadis yang tadi memanggil pria itu dari kejauhan, kini tak lagi terlihat senang. Wajah sumringah nya lenyap entah kemana.
" Leon? perempuan ini siapa? " Tanya gadis yang tadi memanggil dari kejauhan.
" Hah?!! oh ini,.. itu... anu,...
" Perkenalkan,.. Namaku Kanora. Panggil aku Nora. " Ucap Kanora sembari tersenyum dan mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri.
" Kanora? aku tidak pernah melihatmu. Kalian sedang berbohong ya? " Tanya gadis itu.
" Hahaha,... Lea, aku tidak berbohong. " Saut Leon.
Lea menyambut tangan Kanora. Menatap nya penuh kecemburuan.
" Kau tidak pantas untuk Leon. Apa kau tidak memiliki kaca? pakaianmu sungguh mirip seperti pengemis. " Lea menghempaskan tangan Kanora yang tadi ia sentuh.
" Aku bahkan harus mencuci tanganku sesegera mungkin. " Ucap Lea dengan wajah judes.
Iblis mana lagi yang harus aku hadapi. dari mana iblis ini berasal? Mulutnya sudah seperti kaos kakiku yang sudah satu minggu aku pakai tanpa dicuci.
...........................
" Bagaimana sandiwara ku tadi? hebat kan? " Tanya Kanora percaya diri. Menepuk dadanya beberapa Kali.
...tadi itu apa yang aku lakukan? aku meminta dia berpura-pura menjadi pacarku? aku juga berjanji akan memberikan apapun? aku sudah gila. Bagaimana mungkin. Penampilannya benar-benar buruk. ya tuhan antar aku untuk tinggal di bulan saja....
" kau,.. Sebaiknya jangan meminta yang Macam-macam. Dan ingat. Aku tidak mau menjadi pacar sungguhan untukmu. " Ucap Leon sembari menatap jijik melihat penampilan Kanora yang terlihat sangat tidak enak dilihat.
" Eh?! Kau pikir aku sudi menjadi pacar mu? aku tidak akan meminta hal menjijikan itu." Jawab Kanora dengan tegas.
"Lalu apa yang kau inginkan? aku sudah membuang waktuku dengan berada ditempat ini. " Ucap Leon yang merasa tak biasa berada di tempat makan pinggir jalan. Menggeser semua makanannya ke depan Kanora menggunakan jari telunjuknya.
" Uhuk....!! uhuk....!!" Kanora tersedak. Dengan berat hati, Leon memberikan segelas air untuk Kanora.
" Santai lah sedikit saat makan. Cara makan dan porsi makan mu benar-benar seperti babi. Apa kau sangat miskin? kau seperti satu bukan belum makan. " Tanya Leon sembari menatap jijik melihat Kanora yang melahap dua porsi nasi goreng. Segelas jus Strawberry, segelas susu murni dan seporsi roti bakar.
Kanora menatap Leon kesal. Meletakkan piring yang sudah kosong setelah ia habiskan.
" Kau ini cerewet sekali. Kau belum sarapan. Dan lagi, hari ini aku dipecat dari tempat ku bekerja.
" Lalu apa urusannya denganku? " Tanya Leon yang merasa kesal.
" Tentu saja ada. Kau sudah berjanji akan memberikan apapun kan? jadi, aku ingin meminta pekerjaan darimu bagaimana? " Tanya Kanora.
" Aku tidak akan sembarangan memperkerjakan orang." Jawab Leon.
Dasar jerapah licik. Baiklah aku harus bersabar.
" Tapi kau sudah berjanji kan? " Tanya Kanora sembari tersenyum manis.
Wanita ini, dia, kalau tersenyum manis juga.
" Aku tidak yakin kalau kau bisa membaca dan menulis. Bagaimana mungkin aku memperkerjakan mu? " Jawab Leon ketus.
jerapah brengsek. memang aku terlihat sangat bodoh ya? lihat saja nanti. Aku akan membuatmu menuruti semua yang aku inginkan.
" Tenang saja. " Kanora mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan photo saat ia wisuda.
Leon mengamati photo itu dengan seksama.
Huh!! baiklah. Aku tidak punya pilihan lain. Tapi lihat saja nanti. Kau akan meminta mengundurkan diri dengan suka rela.
" Baiklah. Kau bisa bekerja di perusahaan ku. " Ucap Leon sembari menyodorkan ponsel milik Kanora.
" Tunggu. Kau tidak sedang berbohong kan? berikan aku nomor ponselmu. " Ucap Kanora sembari menatap Leon curiga.
" Kau pikir aku penipu ya? asal kau tahu. Tidak mudah mendapatkan nomor ponsel ku. Aku tidak pernah memberikannya kepada sembarang orang. Kau hanya perlu datang ke CHAN group. Nanti akan ada yang mengarahkan mu. " Jawab Leon sembari bangkit dari duduknya.
" Tunggu dulu! " Kanora menarik pergelangan tangan Leon dengan kuat. Membuat Leon jatuh duduk di posisi awal.
Wanita ini kurang ajar sekali. sial! pantat ku sakit. tulang ekorku apa kau baik-baik saja? monster betina ini tenaganya besar sekali.
" Kau apa tidak bisa bersikap anggun sedikit?! kau ini adalah wanita kan? kenapa kau kasar sekali?! " Tanya Leon sembari menahan sakit.
" Kau jangan bertele-tele. Berikan saja nomor ponsel mu. Setelah aku resmi diterima, aku akan menghapus nomor mu.
Dasar jerapah gila! kau terlalu memandang tinggi dirimu. Memang apa yang menarik darimu. Sampai-sampai begitu pelit saat dimintai nomor telepon.
Leon menghela nafasnya. Menahan marah. Mengulurkan telapak tangannya. Kanora memandangi telapak tangan Leon. Mengerutkan dahi bingung. Lalu menjabat tangan Leon.
Leon menghempaskan tangan Kanora dengan cepat.
" Apa yang kau lakukan?! " Tanya Leon kesal.
" Apa? aku kan hanya menjabat tangan mu? kau duluan yang mengajakku bersalaman." Ucap Kanora dengan nada ketus.
" Aku meminta ponselmu!!. " Bentak Leon.
" Baiklah. Tidak perlu marah-marah begitu. " Ucap Kanora sembari menyerahkan ponselnya.
Leon terlihat bingung. Membolak balikkan ponsel Kanora dengan tatapan heran.
" Apa yang kau lakukan?! " Tanya Kanora merasa kesal. Bukannya mengetik nomor telepon, Leon malah seperti sedang memainkan ponselnya.
" Kau ini miskin sekali ya?! aku bahkan tidak tahu caranya menghidupkan layar ponselnya. " Ucap Leon sembari melempar ponsel Kanora di hadapannya.
Kanora menangkap ponselnya gelagapan.
" Kau ini kasar sekali. Ponsel ini pernah tenar pada jamannya. " Protes Kanora sembari mengusap ponsel yang hampir lolos dari tangannya.
Cih! benda sampah seperti itu saja sudah bagaikan berlian. Dasar aneh!.
" Terserah apa katamu. Ketik lah nomor ku sekarang." Leon menyebutkan nomor teleponnya.
Saatnya untuk pulang. Leon berjalan ke tempat ia memarkirkan mobilnya. Leon menghentikan langkahnya saat menyadari jika ada yang mengikutinya dari belakang.
Leon membalikkan tubuhnya mencari tahu siapa yang sedang menguntitnya. Setelah tahu, Leon menghela nafas sebal.
" Apa yang kau lakukan?! kenapa mengikuti ku?! niat buruk apa yang kau punya?! " Tanya Leon.
Kanora berjalan mendekati Leon dengan wajah yang dibuat sesedih mungkin.
" Tolong,... antar aku pulang. Aku tidak punya uang untuk ongkos. " Pinta Kanora sembari menarik kaos Leon layaknya anak-anak yang sedang meminta uang jajan.
Monster betina ini benar-benar membuat ku kesal. Tadi dia bertingkah seperti preman. Sekarang bertingkah seperti kucing yang hampir mati karena kelaparan.
" Kenapa kau diam?! kau,..? jangan bilang kau tidak mau." Ucap Kanora dengan wajah kesal namun berharap.
" Kalau iya memang kenapa? ini mobilku. Terserah padaku. " Jawab Leon sembari membuka pintu mobilnya.
Dengan cepat, Kanora berjalan dan langsung masuk kedalam mobil. Leon menatap sebal Kanora yang tiba-tiba sudah berada disampingnya.
" Keluar! " Bentak Leon.
" Kau ini jangan terlalu pelit. Kalau kau mengusirku, aku akan menyumpahi mu menjadi impoten." Ucap kanora sembari membuang muka.
Leon terperangah tak percaya. Bagaimana mungkin ada wanita yang bisa bicara begitu lantang dengannya.
" Baiklah. Tapi kau tidak boleh protes saat aku mengemudi kau mengerti? " Tanya Leon sembari menyeringai licik.
Kau pasti akan menangis meminta turun.
Didalam perjalanan, Leon mengemudikan mobilnya sekencang mungkin setelah mengetahui alamat Kanora. menyalip ke kanan dan ke kiri dengan cepat. Terdengar bunyi klakson dari kendaraan yang lain karena kecepatan mobil Leon berada di atas rata-rata.
Kanora membulatkan matanya saat Leon melirik mencuri pandang. Terlihat senyum jahat dan puas diwajahnya.
Rasakan itu monster betina. Kau pasti gemetaran kan.
" Woohoooo........! Ini keren sekali. Ayo cepat lebih cepat lagi. Aku benar-benar tidak menyangka. caramu mengemudi sangat keren. " Ucap Kanora yang terlihat kegirangan.
" Kau?.. Kau tidak takut? " Tanya Leon bingung.
" Aku sangat suka dengan ini. Aku sering melakukannya dulu dengan temanku." Jawab Kanora yang masih terlihat senang.
Leon merasa kesal dan langsung mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang.
*Dasar gila! memang benar-benar tidak pantas disebut wanita.
huhuhu.....!!! Ibu aku hampir mati rasanya. Tadi jantungku seperti ingin lari keluar. Untung saja aku tahu niat buruk jerapah gila ini*.
Tiba-tiba, mobil Leon berhenti di tengah perjalanan.
" Ah sial!!! ini mobil baru kan? kenapa sudah membuatku ingin membuangnya. Ini pasti karena ada kau disini." Ucap Leon sembari menatap Kanora marah.
" Kau sudah gila ya?! bagaimana mungkin karena aku. Ini mobilmu saja yang sudah tua." Jawab Kanora ketus. Tak mau kalah dari Leon.
" Tua?! Ini keluaran terbaru. Di negara ini hanya ada lima unit." Jawab Leon.
Segerombol preman nampak mendekati mobil itu. Berdiri didepan mobil Leon yang berhenti di tengah jalan.
Leon menelan ludahnya sendiri melihat para preman berjejer didepan mobilnya.
" Hei kau Kanora. Kau punya kemampuan bela diri kan?
" Iya. Tentu. Sudah terbukti kan?" Jawab Kanora sembari meniup kukunya.
" Baguslah. Didepan ada empat orang preman yang sepertinya ingin berbuat jahat. Kau lawan yang tiga dan aku yang satu itu. Yang paling kurus." Ucap Leon sembari menunjuk ke depan.
........................
" Baguslah. Didepan ada empat orang preman yang sepertinya ingin berbuat jahat. Kau lawan yang tiga dan aku yang satu itu. Yang paling kurus." Ucap Leon sembari menunjuk ke depan.
Kanora melotot karena terkejut mendengar ucapan Leon.
"Apa! aku lawan tiga dan kau lawan satu?! kau laki-laki atau apa? kenapa kau tega sekali membiarkan wanita lemah sepertiku menghadapi tiga preman?!." Protes Kanora sembari memasang wajah imut.
" Kau jangan berpura-pura lemah! di mataku kau seperti monster betina. Kau pasti bisa menghadapi mereka. Lagi pula, aku tidak mau merusak tubuh atletis ku ini." Ucap Leon sembari memegangi dadanya menggunakan kedua tangannya.
" Tidak mau!! aku tidak mau menghadapi mereka. Kau memiliki tubuh atletis kan? kalau begitu, kau pasti mempunyai banyak tenaga. Hadapilah mereka jika kau seorang pria." Ucap Kanora sembari memegangi sabuk pengaman karena merasa takut untuk keluar dari mobil.
" Apa?! kau meragukan ku sebagai seorang pria? baiklah aku bukan pria. " Jawan Leon sembari berakting menyelipkan rambut kebelakang telinga. Persis seperti kebiasaan para wanita.
Dasar jerapah gila. Sekarang bertingkah seperti seorang gadis?! baiklah, aku akan memeras dirimu hingga habis. Hehehehe
" Baiklah. Apa yang akan kau berikan jika aku menghadapi mereka semua? " Tanya Kanora yang terlihat semangat sembari menatap Leon.
" Kau?... Kau yakin? " Tanya Leon yang merasa ragu.
" Tentu saja.
" Baiklah. Selama mobil ku tidak dirampok, dan keadaan ku baik-baik saja tanpa lecet sedikitpun, aku akan memperkerjakan mu dan kontraknya kau yang menentukan sendiri. " Jawab Leon bersungguh-sungguh.
Kanora tersenyum dan langsung menyimpan kembali ponselnya setelah merekam ucapan Leon.
"Jangan mengingkari ucapan mu ya?! " Ancam Kanora sembari melepas sabuk pengamannya.
"Te,..tentu saja.
Dia benar-benar mau berkelahi ya? ah!!! aku kenapa aku yang gemetaran? dia tidak akan mati kan?
Kanora keluar dari mobil. Berdiri dihadapan Empat preman yang terlihat sangat garang. Kanora menatap tajam begitu juga para preman.
Leon merasa panik. Antara ingin membantu tapi juga takut akan melukai tubuhnya.
Ah sial! bagaimana ini? kalau dia mati akan merepotkan. apa aku harus menghubungi polisi? ah?!.... iya benar. Polisi.
Leon meraih ponselnya dan menghubungi polisi. Matanya terus mengawasi Kanora.
Tiba-tiba Leon terperangah tak percaya. Kanora dan para preman itu saling memeluk bersamaan. Terlihat wajah bahagia mereka saat saling memeluk. Mereka juga tertawa bersama.
'Hallo bisa saya bantu?' Polisi.
'Hallo?
" Iya.. Salah sambung. " Leon memutuskan sambungan teleponnya.
Dia? kenapa mereka berpelukan begitu? apa mereka takut dengan monster betina itu? wajah preman tadi terlihat seperti haus darah tadi tapi sekarang seperti kucing rumahan yang bertemu majikannya.
Leon mencoba memberanikan diri keluar dari mobil untuk menghampiri mereka.
" Kenapa anda tidak kunjung keluar dari mobil Tuan? " Tanya salah satu preman itu.
" Hah?! anu, Saya sedang menghubungi seorang montir. " Jawab Leon beralasan. Matanya lekat menatap Kanora yang terlihat tak canggung sama sekali bercengkrama dengan para preman.
" Baiklah. Serahkan kunci mobil anda." Perintah preman itu sembari mengulurkan tangannya menunggu Leon menyerahkan kunci mobil.
" Ti,.. tidak perlu. Aku sudah menghubungi montir pribadiku. " Jawab Leon sembari memegang erat kunci mobilnya.
" Apa kau takut mereka akan membawa kabur mobilmu? " Tanya Kanora dengan wajah meledek.
Tentu saja monster betina. Ini edisi terbaru.
" Hahahaha,... tidak. Aku hanya tidak enak harus merepotkan.
Preman yang meminta kunci merasa tidak sabar. Dia merebut paksa kunci mobilnya. Menggeser dengan kasar tubuh Leon agar memiliki ruang untuknya berjalan memasuki mobil. Para preman itu saling membantu untuk memeriksa mobil dan mulai membongkar mesin mobilnyam
Mereka tidak sedang menghancurkan mobilku kan? mana mungkin mereka bisa memperbaiki mobilku. Mobil ini tidak sembarang orang bisa memperbaikinya.
Setelah beberapa saat. Mesin mobil Leon sudah menyala. Leon terperangah tak percaya.
Mereka ini preman jenis apa? mereka lumayan jenius juga. tapi, bagaimana preman ini begitu baik padaku?
" Bos bagaimana hasil kerjaku? " Tanya salah satu preman tersenyum sembari menggaruk tengkuknya menahan malu.
" Hem... hem... lumayan bagus. " Jawab Kanora sembari menyuap ice cream kedalam mulutnya.
Leon terperangah tak percaya.
Bos? dia Bosnya? pantas saja dia seperti monster betina. Dia Bos para preman. Ah!! aku benar-benar sial berurusan dengan dia.
" Bos bagaimana ice cream buatan ku? " Tanya preman yang lain.
" Ini lebih manis dari yang kemarin. Tapi aku lumayan suka. Bagaimana kalau besok kau membuat Cake coklat? " Tanya Kanora yang masih sibuk menikmati ice cream nya.
" Baik Bos. Aku akan membuatnya untukmu. Kalau sudah jadi, akan ku antar ke rumah mu bagaimana? " Tanya preman itu.
" Wuah,... aku setuju. Ide bagus. Kau sangat baik. Aku sayang padamu." Jawan Kanora.
preman membuat cake? preman macam apa mereka ini? kenapa mereka seperti kucing rumahan didepan wanita ini. Kalau preman seperti mereka saja sangat takut dengan wanita ini, kira-kira bagaimana nasibku nanti?
" Bos,. aku dengar kau dipecat ya hari ini? " Tanya preman yang lain.
" Iya. Kabar memalukan itu sudah menyebar luas rupanya. " Gumam Kanora.
" Apa perlu memberikan pelajaran pada mereka Bos? " Tanya preman itu sembari membunyikan jemarinya.
Leon memegangi lutut karena kedua kakinya nampak gemetaran mendengar percakapan Kanora dan para preman itu.
" Tidak perlu. Aku sudah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Iya kan calon Bos ku? " Tanya Kanora menatap Leon dengan senyum yang dibuat semanis mungkin.
Aku takut melihat senyummu. Aku ingin lari secepat mungkin. Aku tidak ingin bertemu kalian lagi. Tapi, kakiku gemetar ... huhuhuhu ( menangis dalam hati )
" I,.. iya tentu saja. Hahaha... Benar, benar sekali." Jawab Leon terbata-bata.
" Bos, laki-laki ini terlihat seperti guy. " Ujar salah satu preman itu.
Dasar preman bodoh! akan ku robek mulut mu. Menggantung lehermu di Monas dan membiarkan mu mati mengenaskan. Tapi aku hanya berani melakukannya di imajinasi ku saja. Huhuhuhu.....
" Benarkah? " Jawab Kanora sembari mendekat ke wajah Leon dan menatapnya intens.
" Iya. kulitnya sangat putih dan terlihat halus. Tidak ada rambut sedikitpun diwajahnya. Guy banyak yang seperti itu kan? " Ujarnya sembari menunjuk susunan wajah Leon.
Kau yang guy. laki-laki tampan yang memiliki tubuh atletis seperti ini masih suka dengan betina asal kau tahu!
" Cih!! aku hanya bisa melihat tampak brengseknya saja. " Timpal Kanora sembari kembali duduk di samping Leon.
" Tuan, apa kau memiliki kekasih? " Tanya preman itu.
Kurang ajar! pertanyaan macam apa itu? aku memang jomblo. Tapi kau tidak berhak tahu kan?
" Aku,.. aku sebenarnya, baru saja putus dari pacar ku. " Jawab Leon sedikit gugup.
" Pacarmu itu Laki-laki atau perempuan? " Masih saja meragukan Leon.
Aku ingin memukul kepalamu!
" Tentu saja wanita." Entah sudah sepucat apa wajah Leon saat ini. Menahan ngeri juga kesal.
" Apa kau menyukai Bos kami?
.........................
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!