Happy Reading ....
Cek visualnya dulu yuu....
(ARRON WASHINTON)
(WILLSON & ALLSON WASHINGTON)
(VANO WASHINGTON)
(ALINA)
***
Beberapa pelayan wanita muda berusia sekitar delapan belas sampai dua puluh lima tahun tengah berjejer di dalam salah satu ruangan. Dan seorang pria tampan berusia tiga puluh dua tahun tengah duduk di depan mereka dengan beberapa pengawal pria yang berdiri tepat di belakangnya.
Pria tampan yang memiliki tubuh tegap itu tak lain merupakan putra sulung keluarga Washington. Yaitu, Arron Washington. Hari ini, Arron akan memilih pelayan pribadinya. Dia akan memilih satu dari beberapa pelayan muda dan cantik di hadapannya.
Syarat utama yang akan terpilih tentunya seorang wanita muda, cantik dan berbakat. Pintar, kompeten, dan tentunya harus sempurna. Ini sudah kali ketiga Arron memilih pelayan pribadi dalam waktu satu bulan. Dia selalu menggantinya dengan beberapa alasan.
Entah mengapa. Tuan muda yang satu ini begitu sulit dan pemilih. Dia selalu menuntut orang lain untuk menjadi sempurna di matanya. Ya, hanya di matanya.
Wajah para pelayan itu tampak begitu gembira dan senang. Meskipun tidak mereka perlihatkan dengan jelas. Tentu saja. Mereka akan sangat senang karena jika sampai terpilih, mereka akan melayani tuan muda yang begitu tampan. Meskipun terbilang sangat pemarah dan banyak memprotes, namun semua kekurangannya itu tertutup dengan kelebihan yang dia miliki.
Tampan, kaya raya, dan seorang CEO di perusahaan Washington grup. Masa depannya sudah sangat cerah. Seorang wanita akan memimpikannya di malam hari walaupun hanya sebatas menjadi simpanannya saja.
Namun berbeda halnya dengan satu gadis yang berdiri di ujung sana. Gadis cantik berusia delapan belas tahun itu tampak begitu gelisah. Bahkan keringat dingin sudah membasahi pelipisnya. Jari yang saling menaut dan tidak diam, membuatnya mendapatkan perhatian lebih dari Arron. Ya, pelayan yang kurang di siplin. Dan Arron tidak menyukai itu.
Seseorang sudah di tandai, dan akan masuk ke dalam daftar hitam.
Seleksi di mulai. Satu persatu dari mereka memperkenalkan diri dan keterampilan yang mereka bisa. Semua yang sudah memperkenalkan diri rata-rata berusia dua puluh tiga sampai dua puluh lima. Mereka juga memiliki jenjang pendidikan yang tinggi. Mereka pintar. Membuat gadis cantik di ujung sana semakin tertekan.
Semua pelayan wanita yang berada di sana berharap untuk di pilih sebagai pelayan pribadi Arron. Namun berbeda dengan gadis cantik di ujung barisan. Di dalam hatinya, dia terus menerus berdoa agar Arron tidak memilihnya. Dia sangat mengetahui bagaimana sikap calon tuan mudanya itu.
“Kau.” seru Arron seraya menunjuk ke arah seseorang. Dan refleks seluruh mata menuju ke arah orang tersebut. “Mengapa kau terdiam? Ini sudah giliranmu untuk memperkenalkan diri.” ujarnya yang entah di tujukan kepada siapa.
“Kau yang berada di ujung sana, apakah kau tuli?”
Dan seorang pelayan berdiri tepat di sampingnya menyiku tangan gadis yang tengah menjadi perhatian saat ini. “Ini giliranmu.” Bisiknya, seketika membuat gadis cantik itu terperanjat dan langsung mengangkat wajahnya.
Dia gelagapan. Menjadi salah tingkah ketika Arron menatapnya dengan begitu tajam. Neraka! Apakah setelah ini gadis cantik itu akan di marahi.
“A-aku, aku-”
“Selain tuli, ternyata kau juga gagap.”
Seketika bahu gadis cantik itu melemas. Lord! Tolong keluarkan dia dari situasi yang begitu mengerikan ini. Tapi tidak, meskipun dia berharap agar tidak di pilih. Namun tetap saja sikapnya harus professional.
Dia mengehela napasnya dalam-dalam, mempersiapkan diri untuk pengenalanya. Kemudian, dia memajukan satu langkahnya ke depan. “Namaku adalah Alina, dan pendidikan terakhirku hanyalah sekolah menengah ke atas. Aku mempunyai banyak keterampilan.” Ucapnya dengan begitu lantang.
Kemudian Alina memejamkan matanya erat. Seolah, setelah pengenalan yang telah dirinya lakukan aka nada badai dan ommbak besar yang akan menerjang. Namun beberapa menit Alina terdiam, hanya hening yang menderanya. Dia juga tidak merasakan apapun. Perlahan, Alina membuka matanya. Sementara sorot mata tajam itu langsung menyambutnya.
“Konyol.” Kali ini Alina akan tamat. “Berapa usiamu?” tanya Arron. “Dia memperkenalkan diri dengan sangat lantang tetapi tidak mengatakan berapa usianya.” Gumamnya dengan nada rendah.
Alina meringis mendengar itu. Dasar bodoh! Kenapa dia bertindak begitu memalukan. AARRRGHH!
“Sem-sembilan … Ah~ Delapan belas tahun.”
“Pantas saja terlihat begitu konyol.” Lagi-lagi Arron menghinanya.
Lalu salah seorang pengawal Arron membisikan sesuatu mengenai Alina. Ternyata gadis tersebut adalah putri dari seorang pelayan keluarga Washington. Dia hidup untuk di pekerjakan di dalam keluarga ini.
Arron menatapnya dari atas sampai bawah. Seorang gadis kecil yang lugu dan sangat ceroboh. Dia sama sekali tidak termasuk ke dalam kriteria yang Arron harapkan. Arron harus menambahkannya pada daftar hitam.
Namun seketika pandangan Arron mengedar pada beberapa pelayan wanita lainya. Mereka lebih terlihat membosankan. Sama seperti dua pelayan pribadi Arron sebelumnya. Lalu dia melirik kembali pada Alina yang tengah tertunduk dengan gelisah.
“Aku memilihmu.” tunjuknya kepada Alina. Membuat gadis cantik itu seketika terperanjak dan membeliak tajam.
“A-apa? Aku?”
“Ya, malam ini, tidurlah bersamaku.”
“Tidur bersama?”
“Bersiaplah, Al—lina.” Ucap Arron sebelum akhirnya dia beranjak pergi dari sana.
Gadis cantik berusia delapan belas tahun itu tampak mondar-mandir di hadapan seorang wanita paruh baya yang tengah menjemur beberapa kain di sebuah jemuran. Dia tidak henti-hentinya melakukan itu dan membuat sang ibu merasa geram atas tingkahnya.
“Alina!” pekik sang ibu yang kemudian menjambak rambut legam Alina yang di ikat kuda.
“Ah … Ibu ….” rengeknya seraya memeluk erat tubuh ibunya. “Aku tidak mau, ibu tolong aku.”
“Gadis nakal. Apa maksudmu?”
Alina menarik tubuhnya, mencoba mendapatkan jarak pandang dengan sang ibu. “Aku tidak mau menjadi pelayan pribadi tuan muda, Ibu.” Ujarnya merengek yang langsung di hadiahi dengan cubitan pada bagian lengan atasnya.
“Ibu!” pekiknya sembari meringis kesakitan.
“Dasar bodoh!” dan kini lengan Alina yang terkena pukulan keramat sang ibu. “Kau tidak melihat beberapa wanita yang berada di sampingmu tadi? Mereka berbondong-bondong datang hanya untuk menjadi pelayan Tuan muda Ron.”
“Dan kau? Sangat tidak bersyukur!”
Alina menatap ibunya dengan wajah yang mencebik. Sepertinya percuma saja dia mengeluhkan hal ini kepada ibunya. Ibunya itu malah akan semakin mendorong Alina. Mengajari Alina agar terus berada di samping Arron dan menjadi pelayan pribadinya.
Sementara Alina tidak mau, baru saja mereka bertemu. Bahkan tuan muda Ron itu sudah mengajaknya tidur bersama. Bukankah itu mengerikan?
**
Malam hari. Alina menatap intens kea rah pria yang tengah bertelanjang dada di hadapanya. Dia tertegun melihat pemandangan yang begitu nyata seperti itu. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain diam dan mematung. Sementara tubuhnya bergetar sangat hebat. Dia begitu gugup.
***
Bersambung....
Aku kembali ....
Happy Reading....
***
Alina menatap intens ke arah pria yang tengah bertelanjang dada di hadapanya. Mungkin pria itu baru saja menyelesaikan acara mandinya. Rambut basah yang berkumpul, dada bidang yang sispax dan bagian bawah yang hanya di tutupi oleh handuk tipis berwarna putih.
Pria tampan bertubuh indah itu juga tengah menatap kea rah Alina dengan begitu tajam. Dan tidak lama kemudian dia berjalan mendekat, dan semakin mendekat. Degup jantung Aline semakin berpacu dua kali lipat, dia menelan salivanya susah payah ketika wajah tampan itu sudah berada tepat di hadapanya.
Lengannya terangkat le atas, jemarinya menyentuh dan mengelus lembut pipi gadis cantik berusia delapan belas tahun itu. Membuat tubuh meremang seketika. Ayolah Alina, kendalikan dirimu. Ini tidak benar.
“Apa yang tengah kau lihat?” tiba-tiba suara itu membuyarkan lamunanya. Suara dari seorang pria tampan yang tengah berdiri di sisi ranjang dan menggunakan bathrobe berwarna putih.
O Lord! Bagaimana Alina bisa mempunyai pikiran yang begitu liar seperti tadi. Dia benar-benar sudah tidak waras. Tapi sebelum khayalanya itu menjadi sebuah kenyataan, Alina harus mengatakan sesuatu hal agar Alina tidak jadi tidur bersama dengan Tuan muda itu.
“T-tuan Muda Ron,” seru Alina dengan tergagap-gagap. Dan Arron langsung menatap intens ke arahnya.
“Apakah aku harus tidur bersama denganmu?”
“Ya,” jawab Arron singkat.
Damn! Alina semakin merasa gugup dan takut setelah mendengar itu. “Tapi- tapi aku adalah gadis di bawah umur.” Dalihnya.
Lord! Ayolah Alina, usiamu sudah delapan belas tahun. Itu artinya kau sudah cukup umur untuk melakukannya. Sial! Melakukan apa? Mengapa pikiran Alina mendadak sangat mengerikan seperti ini. Sejak tuan mudanya mengatakan jika Alina harus tidur bersama Arron.
Arron yang sudah duduk di atas ranjang dengan macbook di pangkuannya itu sama sekali tidak menjawab pertanyaan yang gadis bodoh itu layangkan kepadanya. Lebih baik Arron sibuk dengan pekerjaanya.
Sementara Alina, dia menghirup udara dalam-dalam ketika Arron tidak memperdulikannya. “Tuan muda, Ron ….” Seru Alina lagi dengan nada suara yang gelisah.
“Bagaimana kau mengatakannya.” Alina bermonolog. “Aku tidak bisa melakukannya, aku memiliki phobia. Aku mengidap Genophobia.”
Seketika ketikan jemari Arron pada keybord macbooknya terhenti saat Alina menjabarkan pernyataan akan dirinya sendiri. Genophobia? Apa yang sudah gadis bodoh itu pikirkan? Apakah dia berpikir yang macam-macam?
Alina meringis ngilu ketika mendapati sorot mata tajam dari tuan mudanya. Kini dia sudah siap menerima resiko apapun. Pekerjaanya di cabut, di usir dari kediaman WS karena telah menolak perintah dari tuan mudanya, atau apapun itu. Alina sudah tidak peduli. Dan maaf kepada ibunya karena dirinya bukan seorang putri yang berbakti.
Tanpa mengatakan apapun, Arron tiba-tiba melemparkan sebuah berkas yang sudah terkemas rapih ke atas ranjang. “Baca itu dan pahami. Jangan mengharapkan hal yang tidak mungkin.”
Alina terkejut mendapatkan jawaban yang seperti itu. Dan berkas apa yang Arron merikan kepadanya? apakah itu sebuah kontrak tertentu yang jika Alina langgar dia akan membayar ganti rugi milyaran rupiah. O Lord! Jika itu memang benar, maka Alina akan syok dan terkena serangan jantung.
Meskipun takut dan sedikit ragu. Namun Alina tetap mengambil berkas tersebut dan mulai membukanya. Pada lembar pertama bertuliskan ‘Peraturan yang harus di taati oleh pelayan pribadi tuan muda.’. kemudian, Alina mulai membacanya dengan seksama.
‘Peraturan selama tidur bersama Tuan muda.’
-Tidak boleh tidur.
-Semalaman tidak boleh tertidur.
-Tidak boleh pergi kemanapun.
-Tidak boleh lengah.
-Tidak boleh memejamkan mata.
-Tidak boleh mengantuk.
Jadi aku harus memandanginya selama dia tertidur? Batin Alina. Lantas untuk apa kau mengatakan alasan yang begitu memalukan? Ah! Sialaaan!
Jika pihak B melakukan salah satu pelanggaran di atas, maka pihak B harus membayar denda sebesar sepuluh juta kepada pihak A. Pihak B tidak di beri ijin untuk memprotes ataupun menolak. Jika pihak B melakukan itu, maka pihak B harus membayar denda sebesar lima belas juta.
Damn it! Siapa orang gila yang sudah membuat peraturan seperti ini. Alina langsung menutup lembaran berkas itu tanpa membacanya samapi tuntas. Itu memili sekitar belasan halaman. Dan sepertinya tidak akan mudah Alina pahami. Apalagi isinya hanya beberapa peraturan, denda, dan jumlah uang. Rasanya membuat kepala ingin pecah.
“Tuan muda, bukankah ini-”
“Kau akan terkena denda jika kau memprotes, Alina.” Sambar Arron. Dia tahu jika Alina akan memprotes, dan Arron sudah berbaik hati dengan mengingatkannya.
“Tidak perlu mengharapkan hal lebih. Kau hanya akan mendapatkan kekecewaan!” tukasnya, membuat Alina berjengit kaget. Lord! Apa yang di maksud dengan ‘mengharapkan hal lebih?’
Persis dengan apa yang tertulis di dalam berkas peraturan itu. Jika Alina hanya perlu menatap Arron ketika dirinya tertidur. Semalaman penuh Aline berpikir. Bagaimana mungkin ada seorang pria yang tidur saja harus di perhatikan oleh orang lain. Itu sama sekali tidak terlihat seperti CEO perusahhan besar dan tuan muda terhormat.
Alina tidak tidur semalaman, dan ketika siang hari dirinya juga tidak bisa tidur. Padahal tadi malam, matanya terasa sangat mengantuk berat. Alina tidak terbiasa tidur siang, dia hanya akan tidur dua sampai tiga jam saja. Meskipun semalaman penuh matanya tidak terpejam.
Kini, Alina malah tengah membantu ibunya menjemur beberapa kain di jemuran. Sembari berpikir dan berbincang-bincang mengenai bagaimana pengalaman Alina semalam ketika menemani Tuan muda Ron di dalam kamarnya.
“Apakah kau mengetahui alasanya, Bu?” tanya Alina. Gadis cantik itu menceritakan mengenai peratuan tuan mudanya itu. Terlebih dengan hal yang menurutnya aneh.
“Tidak seharusnya kau berada di sini. Lebih baik kau kembali ke dalam kamarmu dan membaca lebih teliti peraturan yang telah di buat oleh tuan muda Ron.” Ujar ibunya. Sama sekali tidak membantu rasa penasaran Alina.
“Setidaknya jangan pernah melakukan kesalahan, atau melanggarnya.” Pesan ibunya sebelum wanita paruh baya itu melangkah menjauh.
Alina menghela napas lelah. Bagaimana ini? Pekerjaanya begitu ringan dan gajinya juga besar. Tapi menghasilkan uang dengan cara yang aneh benar-benar tidak menyenangkan. Alina lebih menyukai kerja paruh waktu di sebuah restoran atau minimarket. Setidaknya dia bisa menghirup udara segar.
**
Rasanya waktu begitu cepat berlalu. Malam hari sudah kembali lagi. Ini adalah malam kedua Alina menjalankan tugasnya sebagai pelayan pribadi tuan muda. Dengan wajah yang lesu dan gerakan tubuh yang terlihat lemas.
Alina masuk ke dalam kamar tidur tuan mudanya sembari mebawa nampan berisikan satu cangkir the chamomile. Dia menyimpan itu di atas nakas dan berdiri di samping Arron. Menunggu Tuan mudanya itu memberi perintah kembali.
“Apakah kau tidur dengan cukup tadi siang?”
“Tentu, Tuan muda.”
“Sepertinya aku tidak menginginkan teh, mala mini aku menginginkan satu cangkir coffe.”
****
Bersambung....
Halohaaaaa Happy Reading para kecambah2ku. Salam sayaang Poppy alias candu.
***
“Kau di hukum, Alina!”
Alina menelan salivanya susah payah. Hukuman? Atas dasar apa dirinya di hukum? Perasaan Alina tidak melakukan apapun yang melanggar perjanjian dalam berkas sialan itu. Tapi kenapa pria di hadapanya ini dengan mudahnya memberikan Alina hukuman.
Gadis cantik itu menatap tuan mudanya dengan tajam. Seolah tatapannya itu adalah bentuk protes yang tidak bisa dia ungkap melalui kata-kata.
“Tidak tidur di siang hari. Itu merupakan kesalahan terbesarrmu.”
O Lord! Yang benar saja. Hah! Tidur atau tidak tidur bukankah itu hak Alina untuk menentukannya? Dan kenapa pria di hadapanya ini. Lord! Alina kau harus sabar. Tarik napas dalam-dalam, lalu hembuskan.
“Kau tidak beristirahat dengan cukup, dan itu akan mempengaruhi kinerjamu..” lugasnya. Tuan muda Ron menjelaskan tanpa menatap kea rah Alina. Dia tidak tahu jika di depan sana, sudah ada gadis yang menatapnya dengan kesal. Seperti banteng yang melihat kain merah.
Arron mengangkat wajahnya, dengan raut wajah datar dia bertanya. “Kau mengerti?”
Secepat kilat Alina mengubah raut wajahnya. Dia harus terlihat tenang dan baik-baik saja di hadapan tuan muda menyebalkan itu. Alina mengangguk dan menjawab. “Aku mengerti, Tuan.”
“Kau tidak membaca perjanjian itu dengan baik?” tanya Arron. Membuat Alina terhenyak.
Lord! Seharian penuh aku membantu ibu. Aku malas membaca. Dan aku yakin isinya hanyalah bertuliskan masalah denda dan nominal angka saja. Itu sangat menyakitkan untuk mata. Gumam Alina dalam hati.
Arron berdecak tidak percaya. “Bukankah kau tinggal di kediaman Washington sejak kecil? Dan aku dengar jika ibumu adalah pekerja yang baik. Lantas mengapa kau tidak bisa bersikap kompeten Alina?”
Hening … Alina tidak menjawab. Bahkan jika dia mau, itu hanya akan memperkeruh suasana saja.
Arron menghela napas lelah. Apakah dia harus mencari pelayan pribadi lagi? Namun di sisi lain, hanya Alina lah satu-satunya pelayan pribadinya yang tidak berusaha naik ke atas ranjang Arron ketika dirinya tertidur. Menyusahkan!
“Ambilkan aku redwine-”
“Baik, Tuan.” Alina langsung menundukan tubuhnya dan pergi seletah menerima perintah dari Tuan mudanya. Gadis itu! Dia bahkan tidak memastikan apakah Arron sudah menyelesaikan perkataanya atau belum.
Dengan kekuatan seribu langkahnya, Alina melangkah menuju gudang redwine yang berada di lantai bawah tanah kediaman Washington. Sesaat Alina dapat bernapas lega karena dia bisa lari dari jerat pria menyebalkan itu.
Lord! Apakah semua orang kaya itu sama? Pikiran Alina malah menjadi liar. Memikirkan kata ‘hukuman’ yang di ucapkan oleh Aron, dan menyamakannya dengan beberapa film luar negeri yang memiliki hukuman mengerikan.
Apakah dia akan di ikat di atas ranjang menggunakan sebuah tali? Satu pecut? Dan … AAAARRRGGHH! Lord! Itu mengerikan!
Setelah sampai di gudang redwine, Alina langsung masuk ke dalamnya dan menutup pintu dengan rapat. Dia berjalan menyusuri lemari-lemari khusus yang berisikan berbagai jenis minuman beralkhohol di dalamnya. Namun ketika Alina menyusuri setiap lorong di sana, tiba-tiba dia baru teringat mengenai suatu hal.
Astaga! Jenis redwine apa yang harus aku ambil? Ah sialan! Alina mengumpati dirinya sendiri di dalam hati.
Dengan sangat terpaksa, dan degub jantung yang sepertinya akan berhenti. Alina memberanikan diri untuk kembali ke dalam tuan mudanya untuk menanyakan jenis wine apa yang dia perintahkan. Gadis cantik itu menundukan wajah sembari menautkan jemarinya dengan gugup.
“Ma-maaf, Tuan ….” Dia terdiam sejenak untuk mengambil napas. “Redwine jenis dan tahun berapa yang anda inginkan?” tanya Alina dengan suara yang begitu rendah.
“1992.”
“Baik, Tuan.”
Tanpa menatap Arron terlebih dahulu, gadis cantik itu langsung melangkahkan kakinya kembali dan keluar dari kamar tuan mudanya. Langkah Alina begitu tergesa, seolah-olah dirinya tengah di kejar oleh segerombol hantu. Ah! Ini lebih menyeramkan daripada segerombolan hantu.
Kaki jenjangnya kini mulai memasuki area gudang wine kembali. Dia mencari tahun wine yang sebelumnya Arron beritahu. Dia mencari sembari menggunamkan tahun wine tersebut. Tanpa memberi jeda sedikitpun.
“1992, 1992, 1992,” dan seterusnya.
Tidak lama kemudian langkahnya terhenti tepat di depan pintu masuk. Dimana itu artinya jika dia sudah kembali ke tempatnya semula. Namun sialnya, Alina belum mendapatkan jenis wine yang di carinya. Lord! Apakah dia melewatkan sesuatu?
Gadis cantik itu akan mencobanya lagi. Pastikan jika kini tidak ada satupun sudut yang terlewat. Dia harus segera menemukannya atau tidak hukumanya akan bertambah. Atau mungkin yang lebih parah lagi, Alina akan di tuntut untuk membayar denda. Jangan biarkan itu terjadi!
Sekitar dua puluh lima menit berlalu. Dan kini tubuh kecil mungil itu tengah terduduk lemah di depan pintu gudang wine. Dia tidak menemukannya dimanapun. Dan Alina juga yakin jika ketika mencarinya, Alina tidak melewatkan satu sudutpun.
“Aku akan gila!” geramnya seraya memukul angin.
Alina terpaksa kembali dengan tangan kosong. Dia melangkah masuk ke dalam kamar tuan mudanya dengan langkahnya yang lemas dan wajah tertunduk ke bawah. Bodoh! Alina mengumpati dirinya sendiri. Tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini.
“Tuan … Aku tidak dapat menemukannya.” lirih Alina lemas. Sudahlah. Pasrah saja dengan hukuman selanjutnya.
Arron menatapnya sangat tajam. Apakah gadis di hadapanya ini selalu bertindak ceroboh seperti ini, atau hanya di hadapanya saja?
“Tentu saja kau tidak akan menemukannya. Wine itu hanya ada satu di kediaman ini, dan itu berada tepat di belakang tubuhmu.” lugas Arron.
Seketika Aline terhenyak, matanya membulat seperti bola pimpong. Apa maksudnya? Apa maksud yang di katakana oleh tuan mudanya? kemudian, secepat kilat Alina menolehkan wajahnya ke belakang untuk memastikan jika ucapan Arron itu benar. Dan ternyata … itu benar! Botol redwine tahun 1992 yang sedari tadi Alina cari berada tepat di belakangnya.
“Kau.” Seru Arron, membuat Alina kembali menolehkan wajahnya ke depan. Kini gadis cantik itu sudah bisa menatap wajah Arron dengan leluasa. Terlebih Alina menatap Arron dengan begitu tajam dan kesal. Karena dia merasa jika Arron telah mempermainkannya.
“Tuan, apakah ini hukuman bagiku?” tanyanya terdengar memprotes.
Baiklah, tidak apa. Ini hanya menyebabkan kepala dan mataku sakit saja. Tidak lebih. Aku akan menerimanya! Batin Alina teguh. Padahal pada kenyataanya dia merasa sangat kesal. Kenapa tuan mudanya itu begitu kekanakan? AAAARGH!!!
“Bukan, ini bukan hukumanmu.” Jawab Arron, membuat Aline terperangah.
“Aku memintamu hanya untuk mengambil redwine, tidak memintamu untuk mengambilnya di gudang penyimpanan. Kau pergi sendiri, dan tidak mendengarkan ucapanku sebelum aku menyelesaikannya. Sekarang, bawalah botol wine itu kemari.” Titah Arron.
O Lord! Sudah di pastikan jika ini memanglah salahku!
Sesuai perintah Arron, Alina membawa botol redwine itu mendekat. Kini gadis cantik itu sudah berdiri tepat di samping Arron. Pria tampan itu menatap gadis cantik di hadapannya dengan seringai.
“Kali ini, aku akan benar-benar menghukummu, Al—lina.”
Bersambung ....
Haiiiii jangan lupa like dan juga koment yaaa ....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!