NovelToon NovelToon

Dangerous Woman

Awal

Alatha Senora Dominic (25th)

Wanita berparas cantik dan mempesona, anak kedua dari keluarga Dominic.

Ia terpaksa menyetujui perjodohan yang di lakukan kedua orangtuanya demi membantu keluarga Dominic yang tengah dalam kebangkrutan.

Menikah dengan sosok lelaki yang sama sekali tidak di kenalnya.

Pernikahan adalah awal penderitaan baginya.

Kesakitan dan siksaan menjadi teman setianya.

Satu persatu fakta mengejutkan terbuka lebar, membuat Atha merasa di khianati dan di permainkan.

Sampai pada akhirnya, sesuatu yang mengejutkan itu datang merubah kehidupan seorang Alatha Senora Dominic.

Akankah Alatha akan sanggup bertahan atau memilih menyerah dengan hidupnya?

Kisah intrik keluarga dengan konflik berat. Banyak kata kasar dan umpatan.

Mature Content 🔞

Harap bijak dalam mencari bacaan yang sesuai.

Banyak adegan 21+, kekerasan yang tidak patut di contoh.

Hanya kisah halu yang di tuang dalam sebuah cerita dengan judul ‘Hate Story’

Jangan lupa untuk dukung cerita ini dengan memberikan rate bintang lima ya 🌟

Untuk pembaca pemula, bisa sekalian mampir di novelku yang lain siapa tahu bikin ketagihan 😅

Follow me dan masuk ke dalam group chat untuk dapat info update.

Terimakasih 💚🙏

*

Wanita yang baru saja mengerjapkan matanya itu menatap nanar sekitar ruangan.

Menghela napas kasar, Alatha atau yang kerap dipanggil Atha itu segera bangkit dari ranjang. Ia membawa tubuh polosnya masuk ke dalam kamar mandi, ia butuh berendam air hangat untuk merenggangkan otot dan juga badannya yang hampir remuk.

Sampai kapan, sampai kapan aku akan diam?

Atha menghela napas lagi, menatap tubuhnya yang terdapat luka lebam dan kebiruan dibeberapa bagian.

Bukan hanya fisikku yang terluka, namun juga hatiku.

Setelah mengisi air dalam bathup, perlahan ia masuk, air hangat membuat kulitnya yang terluka menjadi perih.

Perih di tubuhku masih bisa aku tahan, namun bagaimana dengan batinku?

Dalam diam wanita itu menangis, meratapi nasibnya yang lebih buruk dari seorang jalang yang diperlakukan kasar, ia bagaikan seekor binatang yang setiap hari harus menerima penghinaan, penganiayaan, bahkan pemerkosaan oleh suaminya sendiri.

Faiz Jeremy Renner, lelaki bajingan yang tidak lain adalah suaminya sendiri, lelaki kejam yang tidak memiliki hati.

Setelah berendam, Atha keluar hanya dengan handuk yang menutupi tubuhnya.

Deg!

Jantung Atha hampir saja lepas ketika manik mata hitam lelaki itu menatapnya tajam.

“Kenapa kau tidak membangunkan aku?”

Atha menunduk, menghindari tatapan mata lelaki yang tak lain adalah suaminya sendiri.

“Aku tadi ingin berendam sebentar.”

“Bodoh! Karenamu aku jadi telat ke kantor,” makinya dan langsung mendorong Atha yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi.

Bruk!

Atha tersungkur di lantai karena dorongan dari Jeremy. Namun secepat kilat wanita itu bangun, ia tak menangis. Baginya hal ini sudah biasa, ia kuat! Begitulah Atha mensugesti dirinya sendiri.

Masuk ke dalam ruang ganti tak lupa Atha menyiapkan pakaian kerja untuk suaminya.

“Apa ini, Atha?”

Brak!

Marah Jeremy sambil melemparkan ikat pinggang ke arah Atha yang diam di sisi ranjang.

“Carikan yang cocok! Belajarlah jadi istri yang cerdas, dasar bodoh!” makinya lagi.

“Baik!” Hanya itulah jawaban yang mampu Atha berikan. Membela diri juga tak ada gunanya jika berhadapan dengan suaminya ini, lelaki arogan yang mempunyai tempramen tinggi.

Atha kembali dari ruang ganti mengganti apa yang di inginkan Jeremy. “Ini?” tanyanya.

“Hm!”

“Sampai kapan kau mau berdiri di sana? Siapkan sarapan,” bentaknya dengan kasar.

“Ya!”

Setelahnya Atha menghilang di balik pintu, ia tak pernah melawan perintah suaminya. Tidak, Atha selalu menuruti perintah suaminya meskipun itu hal yang diluar akal sehat.

Prang!

“Siapa yang menyiapkan nasi goreng ini?” bentaknya lagi bahkan kini diiringi dengan bantingan piring.

Dengan menunduk Atha menjawab, “Aku yang memasaknya, J.”

“Dasar wanita tidak berguna! Masak begini saja tidak becus.” Marah Jeremy lagi sambil melempar sendok ke arah Atha. “Selain kau bodoh, kau hanya wanita yang tidak bisa apa-apa.”

“Jika begitu, lebih baik kau menceraikan ku saja, J. Aku tidak apa!” jawab Atha.

Atha memang takut pada Jeremy, namun wanita itu memiliki pembawaan yang tenang.

“APA? Katakan sekali lagi akan kucekik kau sampai mati.”

Plak!

Plak!

Jeremy mendaratkan tangannya di pipi Atha. “Jangan macam-macam denganku, Atha!”

“Mana aku berani, J.”

“Lalu kenapa kau lancang meminta cerai, ha?”

“Aku tidak ingin menyulitkan mu, J.”

“Dasar bodoh, tidak berguna, wanita sial, kau memang tidak tahu diri ya?”

Atha diam menerima setiap makian dan umpatan yang dilontarkan suaminya.

Tangan Jeremy menarik rambut Atha dengan kasar hingga wanita itu meringis kesakitan. Jeremy mendekatkan bibirnya ke telinga Atha.

“Ingat dan tanamkan ini di otakmu yang kecil itu, selamanya kau akan tetap berada di sini, di sisiku. Kau hanya akan menjadi bonekaku. Kau paham, Alatha Senora Dominic?!”

🍁

Bersambung...

Part 1 Sudah biasa

Brak!

Pintu kamar terbuka dengan sangat kasar hingga membuat Atha yang tengah membaca majalah terperanjat kaget.

Matanya menatap ke arah pintu, di sana berdiri suaminya dengan keadaan yang berantakan, kemeja yang kusut dengan dasi dan kancing yang tak beraturan.

“Kau sudah pulang J?”

Lelaki itu melempar tas kerjanya dengan kasar ke arah Atha.

“Matamu buta? Jika aku sudah berdiri di sini, itu artinya aku sudah pulang.”

“Iya.”

Ini masih pukul 04.00 sore, tidak biasanya Jeremy pulang bahkan saat matahari belum tenggelam. Namun Atha memilih tak bertanya, hidup bersama dengan Jeremy selama kurang dari satu tahun membuatnya tak banyak bicara karena melihat tempramen lelaki itu. Bahkan hanya sekadar untuk bernapas saja rasanya ia merasa sesak, hidupnya seolah dikendalikan oleh Jeremy.

Andai saja Atha bisa memilih, lebih baik ia mati daripada harus hidup bersama dengan lelaki kejam ini. Namun itu hanyalah seandainya. Kenyataannya, Tuhan memberinya umur yang panjang.

Sepanjang menikah dengan Faiz Jeremy Renner, Atha kehilangan kebebasannya, dunianya bahkan mimpi-mimpinya.

Atha yang dikenal ceria, periang dan banyak bicara sudah tidak ada lagi. Yang ada hanyalah Atha yang pendiam dan memiliki ketenangan yang luar biasa. Bahkan wanita itu terkadang tak terpengaruh oleh kemarahan seorang Jeremy. Ia hanya diam dan menerima apapun yang dilakukan Jeremy.

Atha tak memiliki hak untuk protes atau menyuarakan diri.

“Siapkan air hangat.”

“Aroma apa yang kau inginkan, J?”

“Lavender.”

“Tunggulah sebentar.”

Tiga puluh menit kemudian, Atha kembali ke kamar, dilihatnya Jeremy masih memejamkan mata dengan posisi yang masih kurang nyaman.

“Jeremy.”

Dengan pelan Atha menggoyang tubuh Jeremy. “Airnya sudah siap.”

Namun lelaki itu malah mendorong tubuh Atha dengan kasar. “Lama sekali! Apa saja yang kau lakukan di dalam sana ha?!” bentaknya dengan kasar.

Atha langsung bangkit, ia menatap manik mata suaminya sejenak, lalu melangkah pergi. Ia tak boleh terlihat lemah dihadapan lelaki jahat ini, tidak boleh!

Setelah menyiapkan baju untuk suaminya, Atha turun menuju dapur.

“Masak apa?”

“Tuan meminta menu Indonesia food, Nona.”

“Ah begitu, ya sudah lanjutkan saja. Panggil ke atas ketika makan malam sudah siap.”

“Baik.”

Setelah berbicara sedikit dengan pelayan, Atha kembali naik ke lantai dua dimana kamar utama berada.

“Darimana kau?”

“Dapur. Apa kau perlu sesuatu?”

“Buatkan aku kopi. Pahit, jangan manis.”

“Ya.”

Atha membawa kembali langkah kakinya untuk turun ke dapur, sebenarnya banyak pelayan yang ada di mansion ini, namun hanya Gina dan Arsy yang diizinkan naik ke lantai tiga.

“Anda butuh sesuatu, Nona? Kenapa tidak memanggil saya saja.”

“Tidak apa, Ars. Aku bisa membuatnya sendiri.”

Atha memberikan dua takaran kopi dalam dan satu sendok gula. Setelah selesai ia langsung membawanya ke kamar.

“Ini ....”

Atha menaruh secangkir kopi di atas meja, kemudian Jeremy mendekatinya.

Prang!

Jeremy melemparkan gelasnya ke arah kaki Atha.

“Kau mau membuat bibirku melepuh ya? Dasar wanita bodoh!”

Ck!

Kau sendiri yang bodoh Jeremy!

Sudah tahu kopi itu mengeluarkan uap, kenapa kau langsung meminumnya.

Bibir Atha ingin sekali menjawab, namun ia urungkan lagi. Bagaimanapun ia tak akan bisa melawan kerasnya seorang Faiz Jeremy Renner.

“Apa yang bisa kau lakukan sebenarnya?! Tak satupun pekerjaanmu ada yang beres.”

“Mungkin memuaskan mu salah satunya?”

Entah keberanian darimana, Atha menjawab makian Jeremy padanya. Tak ada raut apapun di wajah wanita itu, ia menjawab dengan datar dan tak kenal takut.

Plak!

“Rupanya kau sudah menunjukkan seberapa jalaangnya dirimu ini ...."

*

Terlihat Atha masih berdiam diri di ruang keluarga, televisi dengan layar besar menyala, namun mata Atha terlihat tak menatap ke arah sana.

Jam sudah menunjukkan pukul 11.00 malam, namun Atha masih setia duduk di sana dengan segelas wine yang menemaninya.

“Kenapa Anda tidak tidur, Nona?”

Itu suara pelayan Arsy, pelayan keluarga Dominic yang bekerja hanya untuk melayani Atha. Bahkan hingga Atha telah resmi menikah dan meninggalkan keluarga Dominic, pelayan itu masih setia mengikutinya.

“Tidak ada. Kenapa kau belum tidur, Ars?”

“Saya kebetulan haus ingin ke dapur. Anda menunggu Tuan?!”

“Tidak! Untuk apa aku menunggunya?”

Atha memang tidak mencintai Jeremy, namun wanita itu masih menaruh rasa hormatnya pada Jeremy sebagai suami.

Kebersamaan tak semena-mena membuatnya tertarik dengan suaminya. Baginya, untuk apa ada cinta jika hanya untuk disakiti?

“Jangan terlalu banyak minum, Nona. Jika Tuan Jeremy tahu, dia akan memukuli Anda lagi.”

“Bahkan aku berharap dia memukulku hingga mati.” Atha menjawab dengan pandangan kosong.

“Jangan katakan itu, Nona. Hidup hanya sekali, kenapa harus buru-buru mati? Saya tahu apa yang Anda rasakan, namun itu tidak bisa menjadikan alasan Anda untuk patah semangat.”

Atha menatap Arsy dengan tatapan sendu. “Aku ingin pulang, Arsy. Aku rindu Opa.”

“Kita bisa melakukannya, Nona.”

Atha menggeleng pelan. “Aku malas bertemu dengan Serin.”

“Lalu bagaimana caranya anda menemui Tuan besar jika anda tidak ingin pulang?”

“Bagaimana jika ke kantornya?”

“Bukan ide yang buruk. Asal Anda diizinkan oleh Tuan.”

“Kembalilah tidur, Ars. Aku akan masuk kamar.”

“Baik, Nona. Selamat malam.”

Atha kembali ke kamarnya setelah menghabiskan dua gelas wine, jika boleh jujur, ia benar-benar sangat tersiksa dengan hubungan yang mengatasnamakan pernikahan ini.

“Opa. Jika aku katakan, aku tidak bahagia, apa opa akan menyuruhku kembali? Aku tidak tahan lagi. Bukan hanya fisikku yang terluka, namun juga hati bahkan batinku.”

“Kenapa mama dan papa tega sekali menjodohkan aku dengan lelaki jahat ini, kenapa Opa?”

Dalam keheningan malam, Atha menumpahkan kesedihannya. Membayangkannya saja, ia tak mampu. Ia bagaikan hidup di dalam sangkar emas, namun dalamnya seperti neraka. Neraka yang merenggut dan menyiksanya secara perlahan.

*

“Jeremy,” panggil Atha lirih sambil memasang dasi suaminya.

“Apa?”

“Boleh aku mengunjungi Dominic Company? Aku ingin bertemu opa.”

Terlihat seperti Jeremy tengah memikirkan sesuatu sebelum menjawab, “Pergilah, tapi kau harus ditemani pengawal.”

“Aku tidak akan kabur, J.”

“Ya atau tidak sama sekali!” Menekan dengan tegas tak mau dibantah.

“Baik,” sahutnya memilih mengalah.

Lebih baik mengalah daripada harus berdebat dengan suaminya.

Setelah sarapan, suaminya berangkat, Atha kembali ke kamar untuk mengambil ponsel dan tas miliknya.

“Ars, aku akan pergi menemui opa.”

“Hati-hati, Nona.”

Ditemani dengan satu pengawal dan satu supir pribadi, Atha menuju ke tempat perusahaan keluarganya.

Dominic Company, perusahaan besar yang namanya sudah melalang buana, namun lebih besar perusahaan milik Jeremy tentu saja.

“Selamat datang, Nona.”

“Dimana opa?”

“Tuan belum datang, Anda bisa menunggu di ruangannya.”

Sekertaris tersebut mempersilahkan Atha masuk. “Anda ingin minum sesuatu, Nona?”

“Tidak Jodi, pergilah kerjakan tugasmu. Tak perlu memperdulikan aku di sini.”

Bukan karena Atha tidak ingin ditemani, namun ia tak ingin mengganggu pekerjaan lelaki yang dipanggil Jodi tersebut.

Setelah kepergian sekretaris tersebut, Atha kembali menunggu. Diam dan tenang adalah ciri khasnya.

“Ala!”

🍁

Bersambung...

Part 2 Bertemu Opa

“Ala!”

Pintu terbuka lebar, sosok tua namun masih sehat dan bugar itu berdiri di depan pintu.

“Opa.”

Atha langsung berjalan menuju lelaki tua itu dan memeluknya. “Aku rindu, Opa.”

“Opa juga merindukanmu, cucuku tersayang.” Axton Dominic langsung membalas pelukan cucunya. “Ayo duduk,” ajaknya namun masih tak melepaskan pelukannya.

“Apa yang kau lakukan di sini, kenapa tidak datang ke mansion saja?”

Atha menggeleng. Ia tak mungkin mengatakan yang sejujurnya. “Tidak apa. Aku hanya ingin bertemu dengan opa saja.”

“Kau tidak rindu papa dan mamamu?”

Atha terdiam mematung mendengar Axton menyebut kedua orang tuanya.

Untuk apa aku rindu pada mereka yang membuang ku, Opa?

Bukan hanya membuangku, mereka juga menjerumuskan aku masuk ke dalam neraka dunia.

“Tidak, aku hanya rindu denganmu, Opa.”

Hubungan antara Atha dan keluarganya memang tidak baik, termasuk dengan sang oma, Arabella Dominic.

Bagi Atha, yang benar-benar menyayangi dirinya hanyalah lelaki tua ini. Ia tak pernah membedakan dirinya, tak pernah pilih kasih walaupun dengan kakaknya sendiri, Atlanta Serin Dominic atau yang kerap disapa Serin.

“Opa sayang padamu, katakan apa yang terjadi padamu, hm?”

“Tidak ada apa-apa, Opa.”

Atha tetap berbohong demi menutupi perbuatan kejam suaminya. Jika saja boleh jujur, Atha ingin sekali berteriak dan menangis di hadapan Axton, namun kenyataannya ia tak bisa. Ia hanya memendam kesakitan dan luka batinnya seorang diri.

“Besok malam datanglah ke mansion. Opa akan mengadakan makan malam dan pesta barbeque.”

“Baik, Opa.”

“Datanglah bersama suamimu.”

Atha kembali terdiam, mengajak Jeremy inilah yang membuatnya tidak yakin. Lelaki itu tak pernah mau datang ke mansion Dominic, entah apa alasannya.

“Kalau Jeremy tidak sibuk, aku tidak bisa berjanji, Opa.”

“Tidak masalah, asal kau tetap harus datang.”

“Baik, Opa.”

*

Plak!

Tamparan dari tangan Jeremy kembali mendarat di pipi Atha. Bahkan ia tidak mengetahui kesalahannya apa.

“Kau bodoh, tidak berguna!” bentaknya dengan kasar.

“Apalagi salahku, J?” tanya Atha lirih sambil memegang pipinya yang merah.

“Kau tanya salahmu? Kenapa kau harus berjanji untuk aku mau datang ke mansion keluargamu, ha? Kau sudah tahu bahwa aku tidak akan datang ke sana!”

“Aku tidak berjanji, J. Aku hanya mengatakan akan mengajakmu jika kau tidak sibuk.”

“Persetan! Kau memang selalu menyusahkan ku.”

Sret!

Jeremy menyeret Atha hingga wanita itu meringis menahan cengkraman tangan suaminya.

Ia tidak mengeluh atau menangis, ia hanya diam dengan tatapan nanar.

Bruk!

Atha memejamkan mata kala Jeremy melepas ikat pinggangnya dengan kasar.

Ctar!

Ctar!

Ctar!

Tiga cambukan dari ikat pinggang Jeremy membuat Atha tersungkur ke lantai. Ia bahkan sudah tak bisa merasakan sakit di tubuhnya lagi, sebab sakit hatinya lebih besar dari sekedar luka di tubuhnya.

Luka di tubuhnya bisa di obati, sedangkan jiwanya yang terguncang apa yang bisa ia lakukan?!

“Dengar baik-baik, aku tidak akan menginjakkan kakiku di mansion Dominic bersamamu! Kau dengar?”

Dengan bibir yang bergetar, Atha menjawab dengan lugas. “Ya!”

Setelah kepergian Jeremy, Atha bangkit dari tempatnya, melucuti semua pakaiannya dan masuk ke kamar mandi.

Di cermin besar itu, Atha bisa melihat bagaimana luka-lukanya. Bahkan setiap hari, ia harus menutupi luka di tubuhnya dengan make-up. Menyedihkan! Namun bagaimana lagi, Jeremy akan sangat marah jika melihat tubuh Atha yang tak mulus lagi. Lelaki itu tak menyadari kesalahannya sendiri. Itu adalah ulah dari perbuatan kejamnya.

Kau kuat Atha, jangan menangis!

Jangan jadi wanita yang lemah dan cengeng.

🍁

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!