Desa Anhui adalah sebuah desa terpencil di kaki gunung Wutan. mayoritas masyarakatnya bertani dan berternak.
Pagi itu terlihat seorang anak kecil berusia tujuh tahun berlari-lari kecil sambil membawa ikan hasil pancingannya di sungai. "hai kakek.."tiba -tiba dia merubah arah larinya menuju ke seorang kakek yang sudah sangat tua.
"kamu dari mana sepagi ini chen khu..?? kakek itu bertanya..
"aku habis dari sungai kek.. bubuh yang kupasang kemarin sore penuh.. lihatlah kek.. aku mendapatkan hasil cukup banyak pagi ini. aku ingin membagi ikan ini untuk kakek, siapa tau bisa jadi lauk untuk hari ini".
chen khu lalu memberi kakek itu lima ekor ikan..
"ini terlalu banyak nak.. bagaimana denganmu..?? "
"aku masih punya banyak kek.. ini lihat.. sambil menunjukan ikannya chen khu tersenyum lebar".
"baiklah khu'er kakek ambil ikannya.. cepatlah pulang, nanti ibumu khawatir. sampaikan salamku pada ayahmu".
"iya kek, aku pulang dulu. jaga kesehatan ya kek.. " kata chen khu sambil berlari.
"ibuuu.. aku pulang,..kata chen khu sambil memperlihatkan ikan hasil tangkapannya pada ibunya.
"waaah.. kakak dapat banyak ikan yaa hari ini", kata seorang gadis kecil yang bernama chen lin yang tidak lain adalah adik dari chen khu. usianya baru menyentuh tiga tahun tapi dia sangat rajin membantu ibunya, tak jarang pekerjaan kecil di dapur juga mampu dia selesaikan.
"iya dong.. kakak kan jago kalau urusan ikan.. hehehehe.. jawab chen khu sambil melirik ke arah kakaknya chen long.
"ah, baru dapat ikan segitu saja sudah sombong, lihat saja nanti hasil tangkapan kakak kata chen long sambil menghabiskan sarapannya. kakak chen khu terlihat sudah dewasa. usia dua belas tahun bagi seorang anak desa yang ditempa dengan kerasnya kehidupan membuat mereka terlihat lebih dewasa dari usia yang sebenarnya.
tiba - tiba dari arah luar seorang pria tegap memasuki rumah.
"ayah.. seru chen khu.. "kakak tidak mau mengkaui kalau aku hebat dalam menangkap ikan.. sambil memeluk manja ayahnya.
"hahaha.. ayahnya mendengarkan sambil tertawa, melihat kelakuan anak - anaknya.
"kakakmu long er benar.. sebesar apapun pencapaian kita, kita tidak boleh sombong, jadilah orang yg selalu rendah hati dan jangan lupa untuk membantu sesama, tiba - tiba ibunya juga menampili sambil mengelus kepala chen khu lalu berjalan menuju dapur.
"ibumu benar chen khu.. sehebat apapun manusia, pasti ada yang melampauinya, jauhilah sifat sombong dan angkuh. dan yang terpenting janganlah lupa untuk berbagi, karena semua yang kita ambil dari alam juga ada hak orang lain di dalamnya, sambung ayahnya.
"oh iya ayah.. tadi aku bertemu dengan kakek ma, aku memberikannya beberapa ekor ikan, dan dia menitipkan salam untuk ayah".
"hahaha.. kakek ma.. dia org tua yang cukup panjang umur.. mudah - mudahan sehat selalu" jawab ayahnya.
kakek ma memang boleh dibilang sebagai orang tertua di desanya. umurnya sudah hampir seratus lima puluh tahun, tapi dia masih terlihat sehat. meskipun hanya tinggal seorang diri, karena sudah lama istrinya meninggal tapi warga desa selalu perhatian kepadanya, begitupula dengan keluarga chen.
Mohon maaf sebelumnya, ini lagi coba - coba belajar menulis. kalau ada saran, kritik, harap disampaikan untul kebaikan saya kedepannya.. kalau ada salah ketik atau tanda baca yang berlebihan, mohon dimaklumi..
Malam itu.. Warga desa Anhui tidak menyadari bahwa desa mereka yang tenang akan diserang oleh sekelompok perampok yang menamakan diri mereka kelompok kalajengking merah. warga desa yang sudah tertidur lelap tiba - tiba dikejutkan oleh kobaran api yang membakar rumah - rumah mereka. mereka berhamburan keluar untuk menyelamatkan diri, akan tetapi anggota kalajengking merah sudah menunggu mereka yang berlarian karena panik. Dengan bersenjatakan pedang mereka membunuh warga desa dengan kejam, mereka mengayunkan pedang dengan kejam membunuh warga desa tanpa belas kasihan. Tidak perduli anak - atau orang dewasa, mereka membunuh dengan membabi buta.
Ayah chen khu, chen lee berusaha menyembunyikan anggota keluarganya. dia menyembunyikan istri serta anaknya didalam sebuah gudang. tapi ternyata itu adalah pilihan yang salah. para perampok menemukan anggota keluarganya, chen lee berusaha melawan, tapi orang yang dihadapinya adalah sekelompok pendekar. chen lee akhirnya tertangkap dengan mudah, dan ketika salah satu anggota kalajengking merah akan membunuhnya, pimpinan kelompok tersebut melarang..
"jangan dibunuh.. dia bisa kita jual sebagai budak. badanya cukup kekar, harganya juga pasti lebih mahal.
kemudian, pimpinan kelompok tersebut berjalan kearah gudang. ibu chen khu yang khawatir mencoba menenangkan anak - anaknya agar tidak menangis dan terdengar oleh anggota tersebut. chen long, kakak chen khu tiba - berkata..
"ibu.. bawa chen khu dan chen lin lari kehutan secepat mungkin, aku akan coba untuk menahan mereka.
ibu chen khu tidak dapat menahan air mata, mengingat chen long yang baru berusia dua belas tahun dan masih sangat muda untuk mati.
"tidak chen long.. bawa adik-adikmu lari kehutan biar ibu yang hadapi mereka".
"ibu.. sekarang bukan waktunya berdebat.. segera bawa adik - adik jauh dari sini seru chen long sambil mengambil arit yang tersimpan dalam gudang.
karena chen lee memang bukan keluarga pendekar, jadi mereka tidak mempunya pedang atau perlengkapan pendekar lain di rumah. satu - satunya alat yang bisa digunakan untuk melawan adalah arit atau sabit yang sekarang ada di tangan chen long.
dengan arit di tangan, chen long segera keluar dan menyerang pimpinan kelompok kalajengking merah, tapi dengan mudah dapat dipatahkan oleh pria tersebut dan sebuah tusukan pedang tepat menebus jantung chen long, darah segar keluar dari mulutnya, dan chen long menghembuskan nafas terakhirnya.
ibu chen khu yang melihat kejadian itu segera menggendong chen lin dan menarik chen khu untuk lari ke hutan, tanpa mereka sadari, sudah ada anggota perampok yang menunggu di belakang gudang, dan begitu mereka keluar, dia mengayunkan pedangnya. ibu chen khu yang tidak menyadari hal itu terkena sabetan pedang, tapi malangnya,chen lin justru mengalami luka yang lebih parah, dan sambil menangis dia berteriak..
"ibuuu...lin er luka ibuu.. ibuuu.. sakiiitt.. jerit chen lin.
ibu chen khu yang sudah terluka parah segera memeluk lin er dan menoleh kearah chen khu sambil berteriak..
"larilah sekuatmu khu er.. ingat..!! balaskan dendam untuk kami..kemudian dia memeluk erat lin er sambil menitikkan air mata dan membisikkan..
"kita akan sama - sama ke surga anakku"
dan tiba - tiba sebuah tusukan pedang menembus keduanya. malam itu menjadi malam yang kelam bagi desa anhui. desa yang selama ini damai tiba - tiba berubah menjadi puing - puing dan mayat - mayat yang tergeletak di jalan - jalan desa, bahkan ada juga yang ikut terbakar bersama rumah - rumah mereka. yang tersisa hanya orang - orang yang ditawan dan akan dijual sebagai budak.
Sambil berlinang air mata, chen khu terus berlari sekuat tenaga, rasa takut dan amarah yang tidak bisa dia lampiaskan, seolah memberikan energi yang cukup besar baginya. setelah beberapa jam berlari, matahari mulai menampakkan cahayanya di ufuk timur, dan tanpa chen khu sadari, ternyata dia sudah terlalu dalam masuk kedalam hutan. merasa dirinya sudah dalam kondisi aman, dia menoleh ke belakang. dari ketinggian dia masih bisa menyaksikan sisa - sisa kepulan asap yang membakar desanya, terbayang wajah ibu dan kedua saudaranya, terbayang nasib ayahnya yang ditangkap oleh para perampok, tak kuasa dia menahan tangis, seakan lututnya bergetar dan tak mampu menopang tubuh kecilnya, dia pun menangis sejadi - jadinya sambil terduduk memeluk lututnya. satu hal yang lekat dalam ingatannya, tato kalajengking merah di lengan para pembunuh itu. amarahnya pun memuncak, darahnya mendidih, tapi rasa lelah setelah berlari semalaman membuatnya tertidur dan bermimpi..
dia melihat ibu dan kedua saudarax berlari - lari kecil di sebuah taman yang indah. chen khu menghampiri mereka, dia tersenyum melihat mereka bahagia, diapun berlari ingin memeluk ibunya.. ibu yang sangat disayanginya, akan tetapi cahaya terang tiba - tiba menyadarkannya. ternyata matahari sudah cukup tinggi dan menyinari wajahnya yang masih terlihat lelah, tapi yang harus dia hadapi sekarang adalah rasa haus dan lapar yang mulai menyerangnya. sendirian di dalam hutan lebat tanpa air dan makanan untuk anak seusianya mungkin bukanlah hal yang mudah.
Tetapi, satu hal yang sangat disyukuri oleh chen khu adalah, ketika dia berusia lima tahun, dia dan kakaknya chen long selalu diajak oleh ayahnya untuk berburu kedalam hutan tanpa membawa bekal apapun. dulu dia selalu mengeluh ketika diajak berburu dan hanya makan dedaunan dan buah - buahan di hutan, tapi hari ini dia merasakan manfaat dari apa yang telah ayahnya lakukan itu.
Dengab tubuh yang lemah, chen khu menyusuri hutan untuk lebih dahulu mencari buah - buahan untuk dimakan. tak perlu mencari cukup lama dia sudah menjumpai pohon yang dicarinya.. dan kebetulan ada buahnya yang masak.
yaah.. mungkin satu buah nangka cukup untuk menghilangkan laparnya gumamnya dalam hati.
meskipun tubuhnya masih lemah, tapi dia masih cukup cekatan untuk memanjat pohon yang pokoknya tidak terlalu besar itu, dan.. buuk.. sebuah nangka jatuh ke tanah, dengan cepat chen khu meluncur turun dan segera makan.
"aaah.. untunglah buah ini belum dipetik oleh kera, gumamnya dalam hati sambil terus mengisi perutnya yang kosong. setengah dari buah nangka yang jatuh tadi sudah tinggal kulitnya saja, chen khu mulai merasa kalau perut kecilnya sudah penuh, dia pun mencari tumbuhan ya tumbuhan yang mengandung banyak air untuk minum.
setelah lapar dan hausnya hilang, chen khu duduk bersandar pada akar pohon, jeritam adiknya yang masih kecil terus terngiang di telinganya, dalam hati dia bertekad,
"suatu saat saya harus menjadi orang kuat untuk dapat membela orang - orang yang lemah". dan diapun tertidur.
Hari sudah beranjak senja ketika chen khu terbangun, diapun mencari pokok pohon yang dirasanya aman untuk melewati malam. maklumlah di dalam hutan itu masih terdapat banyak hewan buas, utamanya serigala yang sering terdengar lolongannya sampai ke desa mereka.
sambil menyusuri hutan yang sudah mulai gelap, chen khu juga mengumpulkan ranting pohon untuk dijadikan perapian.
"untunglah dulu ayah pernah mengajarkan kami cara untuk membuat api, batinya.. sambil memandangi api yang mulai menyala di sela akar pohon yang akan dijadikannya tempat untuk tidur. setelah dirasa asap dari perapian yang dibuatnya cukup untuk mengusir nyamuk chen khu memanjat pokok pohon tersebut dan mencari dahan yang cukup besar. sejenak dia duduk dan menghadap langit, memandangi bulan dan bintang - bintang..
"semoga malam ini tidak turun hujan" gumamnya dalam hati.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!