NovelToon NovelToon

Ustadz Sholehku Season 2

واحد

**Jangan lupa untuk like, komentar serta vote, dan 5 rate.

Selamat membaca 🙆‍**,

Pagi hari Aisyah sudah menyapu di teras rumahnya. " Ambu... Abah... Kalian dimana? " Ujar seseorang anak wanita yang tengah berlari dari kamar atasnya.

" Ada apa dengan adek kamu itu Gilang? "

" Nggak tahu tuh Ambu? Dari tadi sudah kaya ibu-ibu yang mau demo masak tahu nggak Bu! "

" Hust! Nggak boleh kaya gitu! Ayo kita masuk, bantu adik kamu. Siapa tahu dia sedang dalam kesusahan. "

" Udahlah bu, biarin aja. Lagian Ghita juga sudah besar, mendingan Gilang berangkat sekolah duluan. "

" Ambu bilang masuk, kita bantu adik kamu dulu. "

" Tapi, bu. "

Tap tap tap

" Assalamu'alaikum wr.wb. "

Semua orang menoleh, Sholeh yang baru saja pulang dari masjid terheran-heran. " Ada apa lagi ini? Belum juga agustusan sudah pada latihan. "

" Latihan apa sih? Abah ini, suka nggak nyambung deh? " Ujar Gilang.

" Gilang? "

" Iya bu, maaf. "

" Kenapa pakai acara tarik-tarikan kalau emang bukan untuk persiapan agustusan? "

" Ambu? Abah... " Suara teriakan yang kesekian kalinya.

" Itu kenapa lagi dengan princes? "

" Nggak tahu Abah, dari tadi teriak mulu udah kaya ibu-ibu demo masak tahu nggak bah?? "

" Gilang, nggak boleh begitu nak. Mari kita tengok dulu, siapa tahu Ghita sedang memerlukan sesuatu. "

" Ambu juga sudah bilang begitu kali Abah, tapi ini si Gilangnya nggak mau dengar sampai-sampai Ambu harus ada acara tarik-tarikan segala. "

" Benar yang dibilang Ambu nak? "

Gilang tidak bisa mengelak, apa yang Ambu nya katakan adalah kebenaran. " Iya, Abah. Gilang suka nggak sanggup kalau harus nge-hadepin Ghita Abah. "

" Ya sudah, Abah maafkan. Tapi, ingat ya? s

Sayang... Nggak boleh seperti itu lagi, kamu harus nurut dengan perkataan Ambu. Kalau Ambu memintamu, tolonglah dia kalau kamu tidak sedang repot. Jangan mencoba-coba untuk menjadi anak yang tidak berbakti kepada orang tua. Terutama terhadap Ambu mu ya nak? Abah ingat betul, perjuangan melahirkan mu dulu.... "

" Ada apa dengan proses melahirkan ku dulu Abah? "

Aisyah menutup mulut sang suami. ' Abah... Jangan ceritakan sama anak-anak kita Abah. Ambu tidak ingin mereka sedih. ' Bisik ke telinga sang suami.

Setelah suaminya mengangguk, Aisyah baru melepaskan tangannya yang sedang menutup mulut sang suami.

" Tidak, nak. Tidak ada apa-apa? "

" Ambu, Abah? Apa yang sedang kalian sembunyikan dari kami? "

" Tidak ada nak? Mari kita ke atas, bantu saudarimu mencari benda yang sampai membuat Ghita berteriak. "

Gilang pun menuruti, lalu mereka bertiga naik kelantai atas. Ceklek... " Astagfirullah alladzhim... Ghita, kamu apakan kamar kakak? "

" Ma...maaf kak. " Menundukkan kepalanya.

" Ya Allah... Helm kakak... Kamu apakan helm kakak dek! Ngaku. " Bentak Gilang.

" Ma...maaf kak, sekali lagi maaf. "

Aisyah dan Sholeh datang belakangan, mereka memang memelankan langkahnya agar bisa mengobrol walau dalam waktu yang singkat sampai tiba di kamar Ghita. " Ada apa Gilang? Kenapa kamu sampai membentak adik kamu? " Interogasi dari Sholeh yang mendengar Gilang sedang memarahi Ghita.

" Ini Abah, helm Gilang di rusakin sama Ghita. " Tunjuk helm yang ia miliki dan satu buah kaca pelindung dari helm.

" Ya Allah... Anak Ambu keren banget bisa melepaskan kaca helm. " Dengan nada bercanda.

" Ambu, jangan mendukung dia lagi. Dia telah salah dalam hal yang satu ini. " Ujar Gilang.

" Maaf kan Ghita Ambu, Ghita tidak sengaja. Lagian, salah kak Gilang juga sih... Naruh helm di atas lemari. "

" Adek, emangnya sedang nyari apa? " Tanya Sholeh.

" Itu Abah, buku matematika nya Ghita Abah. Sepertinya kak Gilang yang sembunyikan? "

" Kamu yakin dek? Kalau kak Gilang yang menyembunyikannya? " Tanya Aisyah.

" Yakin Ambu, kemarin siang di sekolahan kak Gilang pinjam dan sampai dirumah tidak dikembalikannya lagi? "

" Gilang, sekarang Ambu tanya? Kamu buat apa pinjam bukunya Ghita? "

" Gilang kemarin lupa ngerjain tugas, jadi Gilang nyontoh punya Ghita aja. Oops... "

" Abah... Kamu dengar kan Abah? "

Sholeh mengangguk. " Nak, kamu itu anak laki-laki dan juga kamu seorang kakak. Kamu adalah sebuah contoh dan panutan bagi adik kamu. Jangan memberikan panutan dan contoh tidak baik. Jika suatu hari Abah yang terlebih dahulu di panggil di hadapan yang maha kuasa sebelum menikahkan adik kamu... Maka sudah menjadi kewajiban kamu untuk menjadi wali di saat adik kamu menikah. "

" Iya, Abah. Gilang salah... Gilang janji nggak bakal begitu lagi, dan soal buku yang sudah Gilang pinjam itu... " Berhenti berbicara.

" Itu apa kak? Jangan bilang buku Ghita hilang ya kak! Ghita minta ganti rugi kalau beneran hilang! "

" Maaf dek... Sebenarnya buku itu.. " Menunduk dan menunjukkan wajah yang sendu.

" Buku itu sudah kakak kumpulkan. " Ujar Gilang secara cepat kemudian Gilang berlari keluar dari kamar Ghita.

" Kakak! Iiiih... " Menyilang kan tangannya di dada.

" Sudah-sudah... Sekarang kamu siap-siap gih, sebelum ditinggal sama kakak kamu nantinya. "

" Ghita jadi bau asem bu, ini semua gara-gara kak Gilang! "

" Sudah, nggak baik berantem sama kakaknya. Bener kata Ambu, lebih baik sekarang kamu siap-siap dari pada ditinggal kakak kamu? Emangnya kamu mau naik busway. "

" Ih... Nggak nggak nggak... Busway itu ya... Bau banget asapnya, bikin Ghita mau muntah aja. "

" Emang kamu pernah naik busway? Sampai-sampai kamu terkapok kapok nggak ingin naik busway lagi? "

" Pernah Ambu, waktu kecil kan Ghita sering ikut Ambu kepasar... Masa Ambu lupa sih? "

" Oh? Masa sih... Ambu lupa? "

" Sudah-sudah, jangan mulai berdebat lagi. Segera turun kebawah Ambu sama Abah akan tunggu di bawah. "

" Oke siap. " Ghita kembali ke kamarnya, ia pergi ke kamar mandi lalu mandi kembali, ia merasa tidak nyaman jika harus bersekolah dengan keringat yang masih menempel dimana-mana.

15 menit kemudian.

" Lama banget sih kamu dek? Kakak udah nunggu kamu dari tadi tahu, sampai-sampai kakak habis 2 piring nasi goreng. "

" Waduh? Kakak lagi lapar atau doyan kak? "

" Kamu ya dek! "

" Sudah-sudah jangan bertengkar lagi. "

" Iya Ambu, maaf. " Ujar putra-putrinya.

Mereka terdiam di kursi meja makan.

" Lo lo lo... Kenapa pada diam semua? Pada nggak takut telat ya? "

" Hah! Iya ya? Ini jam berapa kak? " Panik Ghita.

" Ini baru jam... " Menengok jam tangannya.

" Jam berapa kak? " Menggoyang-goyangkan tangan sang kakak.

" Jam 7. Ambu, Abah kamu berangkat sekarang ya? " Berlari ke parkiran rumahnya.

" Terus aku bagaimana? Kakak... Tunggu... Ambu, gimana ini? Ghita kan belum makan sama sekali? Masa iya Ghita harus menahan lapar. "

" Udah, kamu tenang saja. Ambu sudah bungkus-in bekal buat kamu makan. " Menyodorkan kotak bekal kepada sang anak.

أثنان

**Jangan lupa untuk Like, vote, serta komentar, dan 5 rate. Maaf. kali ini lebih banyak ayat-ayatnya.

Selamat Membaca 😉**,

" Kalian hati-hati ya.. Kak, Ambu titip adek kamu ya? Jangan lepaskan pandanganmu dari adikmu ini. "

" Siap-siap, Ambu. " Memakai helm miliknya.

" Dek, pengangan sama kakak kamu yang kencang ntr kamu jatuh lagi. " ( Biasa parno nya seorang ibu kepada anaknya. )

" Iya, iya Ambu ku sayang... Tenang aja, siap disamping Ghita 24jam. "

" Abah, Ambu. kami berangkat dahulu, assalamu'alaikum. "

" Wa'alaikumsalam. "

💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞

" Kakak... Hati-hati didepan ada polisi tidur. " Peringat Ghita.

" Apa sih Ghit? Kamu ini ada-ada aja, mana ada polisi tidur dijalan?? "

" Hadeh... Mangkanya kakak itu jangan tahunya nyontek aja! Giliran Ghita ngomong begini aja kakak g.a.p.a.m! "

" Ye... Emang apa hubungannya polisi tidur dengan nyontek? "

" Udah ah... Pokoknya hati-hati kalau nanti,- "

Dugghh... " Tuh kan kakak... Ghita kan sudah peringatan kakak... Didepan ada polisi tidur. "

" Halah... Kamu ini mah lebai banget! Masa cuma gara-gara ke jedot aja sama-sama helm saja menjerit. "

" Mana ada sama-sama helm!! Ini itu kena dahinya Ghita tahu kak! "

Ckiiittt. " Loh... Kok bisa? " Memalingkan wajahnya kebelakang melihat keadaan sang adik.

" Ya bisalah kak! "

Dilihatnya dahi sang adik nampak sedikit memerah akibat benturan yang di terimanya. Namun, bukannya menenangkan sang adik. Hilang malah mengeluarkan ide jahilnya kepada sang adik.

" Haduh dek... Nanti kalau kakak dimarah Ambu gimana ini? "

" Kenapa kak? Merah banget ya? "

" Iya, merah banget... Sepertinya akan mengeluarkan darah. "

" Apa kak? Seriusan... " Tap turun dari motor lalu melihat sendiri, agar yang dibilang kakaknya bisa dipercaya.

" Kakak ih... Nyebelin! Orang cuma merah begini aja kok, kenapa kakak pakai bilang mau berdarah segala sih? "

" Hahahaha... Udah, buruan naik. Jangan di ambil hati, ntr kita bakal tambah telat lagi. "

" Huh! Biarin aja kita telat! Toh kita di hukumnya barengan bukan aku sendirian. "

" Ye... Mana bisa ketua OSIS di hukum, yang ada orang yang akan hukum kamu. Hahahaha... "

" His... Ya udah, buruan berangkat. Mentang-mentang ketua OSIS bangga, karena bisa hukum orang. "

" Ya jelas dong... Asal, kesalahannya jelas dan terbukti. Udah, nggak usah cemberut. Buruan naik, katanya mau sampai sekolah dengan cepat. "

" Heh... Apa kakak nggak tahu? Rasanya pakai rok yang super panjang ini? "

" Nggak? "

Ghita langsung naik keatas motor yang dikendarai Gilang. Motor itu menuju sebuah sekolah SMA.

Perkenalkan nama pria yang suka jahil kebangetan sana adiknya, Muhammad Gilang Wiratama, umurnya 18 tahun. Ia sedang menduduki bangku kelas 12 MIPA di SMA terpadu. Ia memiliki saudari kembar yang bernama, Ghita Zahra Al Farizi. Umur, jangan ditanya? Mereka berdua kembar.

Mereka terlahir dari seorang Ambu yang bernama Aisyah Zahrani dan juga Abah Muhammad Sholeh Al Farizi. Terlahir dari keluarga yang kaya dan juga keluarga yang sangat kental dengan ilmu agamanya.

( prov author : Yang penasaran bisa baca di ustadz Sholehku. )

💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞

Tettt tettt tettt

Ngek... Bunyi pagar sekolah telah berjalan mendekati pasangannya. Brum Brum Brum Blap... Ghita lompat dari motor. " Pak pak pak... Stop stop stop... Jangan di tutup pak? "

" Waduh... Saya hanya jalanin tugas nak? "

" Tolonglah pak... Please, please... Jangan ditutup ya? "

" Nggak bisa? Saya hanya menjalankan perintah. "

" Ayolah pak, tolong kerjasamanya? " Membuka tas milik Ghita.

Mengeluarkan kotak makan pink lalu memberikannya kepada satpam. " Ayolah pak, biarkan kami masuk? Kalau nggak Abah dan Ambu saya akan marah nanti. "

" Ini apa! Maksud kamu saya mudah di sogok gitu? " Bentak satpam kepada dua anak kembar yang sedang berada di hadapannya.

" He'eh! Bu...bukan pak? "

" Kakak sih! Kenapa pakai cara itu sih? Bakal kena hukuman tambahan kita ini. " Bisik adiknya.

" Stttsss... Tenang aja, kakak yakin cara ini berhasil. " Balas bisik kepada sang adik.

" Kebetulan saya memang belum makan, makasih ya? Atas sogokan nya? Jadi, uang saya bisa di tabung buat lahiran anak saya nanti deh. "

" Ettt... Jangan senang dulu pak satpam? " Ujar Gilang sembari menarik ulurkan kotak yang ia pegang.

' Astagah... Apa yang akan kakak lakukan? Bukannya langsung masuk saja. ' Batin Ghita yang khawatir tindakan yang akan kakaknya itu lakukan.

" Saya sudah lapar ini? Mau disuruh apalagi? "

" Buka dulu pintunya dong pak? Masa kamu nggak dibiarkan masuk dan malah lontang lanting disini? " Menoleh kanan kiri.

" Ya sudah, kalian boleh masuk. Tapi. bawa sini dulu bekalnya. "

" Nggak bisa pak, tunggu saya parkir-in motor saya dulu. "

" Nggak bisa gitu dong, nasi kotaknya serahin dulu. "

" Enak saja, udah yuk Ghit. Kita masuk dulu aja. "

Gilang dan Ghita begitu saja melewati sang satpam.

🐝🐝🐝🐝🐝

Dirumah Wiratama.

" Ayah ayah... "

" Hem? " Menoleh kepada anak kecil yang berusia 8 tahun.

" Lihat deh, barbie ini cantik sekali? " Tunjuk nya kepada sebuah layar keypad yang dia punya.

" Lalu, kenapa? Bukannya barbie milik Adelia sudah banyak ya? " Tanya seorang kakak perempuan yang sedang menyantap roti lapis miliknya.

" Ssstss... Kakak... Kalau makan nggak boleh sambil bicara? Nanti itu rotinya melompat-lompat kaya kodok,

emang kakak mau rotinya jadi mubasir? " Goda sang mamah.

" Mamah yang benar aja? Masa roti lapis seenak dan selezat ini disamakan dengan kodok. "

" Sayang.. Maksud mamah kamu itu, adalah kamu makannya biar perlahan dan tidak mengecap seperti tadi. Kesannya biar sopan dan enak saja dilihat. Kamu tahu sapi? "

" Ya tahu lah yah? Ayah sama mamah nggak nyambung... Masa lagu bahas Barbie merembet kemana-mana. "

" Nah, sapi itu kamu tahu tidak cara makannya seperti apa? "

" Ya... Makan ya makan aja lah yah? Namanya juga hewan, pikirannya pasti makan tidur keluar... Makan, tidur, keluar. "

" Benar. Kalau yang itu kamu memang benar sekali. Tapi, yang ayah tanya kan bukanlah seperti itu? Yang ayah tanyakan itu, cara makan dari sapinya sendiri. "

Nyap nyap nyap.

" Cara makan hewan yang bernama sapi itu ya persis seperti? "

" Persis seperti apa yah? Apakah seperti Barbie pink ku? "

" Tidak sayang? Cara makan hewan ternak sapi itu pasti selalu mengecap. Ya... Seperti kakak kamu ini, masa sudah besar dan udah hendak SMA. Kamu masih saja kalau soal namanya makan pasti selalu mengecap seperti sapi yang sedang makan rumput di kandangnya.

" Uhuk uhuk uhuk apa yah? Berarti cara makan Rossi salah dong yah? Kenapa ayah tidak ngomong dari dulu sama Rossi aja sih? "

" Kamu sendiri saja acuh nak, bagaimana bisa Ayah menjelaskan semua kepadamu? "

" Hehehehe... Maaf ayah ibu. "

" Iya, sama-sama. "

" Papah, mamah. Rossi berangkat dulu ya? " Ujar Rossi yang sangat malu mendengar penjelasan sang ayah.

" Tunggu, nggak mau ikut ayah saja nak? "

" Nggak yah? Rossi mau pakai mobil kado pemberian dari kakek aja. "

" Ya sudah, hati-hati ya? Bilang sama pak sopirnya pelan-pelan kalau sedang mengemudi jangan sambil merokok. "

" Siap ayah. "

ثلاثة

Like komentar dan juga vote... Aku tunggu ya?

Selamat membaca 🙆‍,

" Mommy daddy, buruan. Nanti Syaqilla bisa telat tahu. "

" Sabarlah, cucuku. Sebentar lagi daddy dan mommy mu pasti turun kok. "

" Nggak bisa gitu nek, daddy sama mommy sering terlambat. Dan Syaqilla yang harus ikut-ikutan terlambat. "

" Mungkin, mereka sedang menyiapkan adik baru untukmu nak? "

" Apa? Adik? No nenek, Syaqilla hanya ingin menjadi nomer 1 Dimata Daddy sama mommy. Nggak boleh ada yang lain, titik. "

" Tapi, bagaimana kalau nenek yang menginginkan? "

" Oh ayolah nek... Nenek tahu sendiri, kalau Syaqilla paling tidak bisa menolak keinginan nenek. "

" Ayolah nek, please! Jangan meminta cucu lagi, biarkan Syaqilla yang menjadi pertama dan terakhir sebagai cucu nenek. " Ujar Syaqilla sekali lagi meminta sang nenek agar menyuruh mommy dan Daddy nya tidak membuat adik baru untuknya. Yang menurut Syaqilla, mempunyai adik itu sangatlah ribet.

" Sayang... Denger deh sayang... Nenek ini sudah tua, nenek ingin sebelum nenek meninggal. Nenek menghiasi rumah ini dengan tawa dan nyaringnya tawa seorang cucu. Kamu tahu kenapa? "

" Tidak tahu nek? "

" Karena, nenek mu ini dahulunya tidak bisa mengandung untuk yang ke tiga kalinya karena usia nenek sudah cukup tua setelah kepergian bibi mu. "

" Oh, jadi sebab itu nenek ingin daddy dan mommy membuat adik untukku. "

Sang nenek hanya bisa mengangguk. " Tapi nek, please jangan ijinkan mommy dan daddy buat adik untukku. Syaqilla janji deh, nanti jika Syaqilla sudah dewasa dan sudah layak untuk menikah. Maka Syaqilla akan memberi nenek cicit yang sangat banyak, bagaimana? "

" Lalu, jika sudah begitu? Kalau nenek mu ini tidak diberi umur panjang bagaimana? "

" Yah nenek... Jangan berkata seperti itu... Syaqilla yakin, umur nenek akan panjang sampai Syaqilla mempunyai anak sendiri. "

Tap tap tap

" Kamu sudah siap nikah kak? " Tanya seseorang dibalik tangga.

" Dad...daddy... See..sejak kapan daddy disitu? "

" Sejak kamu dan nenek berbicara soal anak dan apa tadi mom? Cicit ya kalau tidak salah dengar? "

" Yes, dad. Cicit, are you sure want to get married now? " Translate : ( Emangnya kamu yakin, ingin menikah sekarang? " ) Tanya Shafiah.

" Yes mom. Kenapa tidak? "

" Sudah jangan membahas itu lagi, belum saat nya kamu membicarakan itu. "

Perkenalkan namaku Syaqilla, umurku 14 tahun. Aku adalah anak tunggal dari pasangan orang tua yang bernama Shafiah Al Mahri dan juga Fahri Akhamudin. ( Prov author : Maaf kalau salah namanya... Author lupa namanya 😭 )

💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞

Pagi hari seorang Zaynab yang telah sah menjadi istri seorang ustadz Azzam. " Bunda sedang masak apa? " Seru Azzam.

Karena reflek? Telur mata sapi yang tengah berada di spatula nya terangkat hingga mengenai kopiah yang sedang Azzam kena kan kemudian dirinya terjatuh karena percikan minyak dari menggoreng telur tadi. " Eh... Astagfirullah'allazim... " Zaynab sudah memejamkan matanya.

Bruggghhh...

' Kok nggak sakit ya? Apa jangan-jangan ada wiwigumbel nya lagi dirumah? ' Batin Zaynab yang masih memejamkan matanya.

" Bunda sama ayah sedang ngapain disitu? " Tanya Angga.

" Eh... Ah... Itu.. Bunda kepleset gara-gara ayah mu datang nggak ucap salam. " Jujur Zaynab yang pada saat itu ia tersadar kemudian dia bangkit merapikan kerudung yang ia kenakan.

" Oh... Bunda, ayah. Angga berangkat dulu ya? Sepertinya sudah telat ini? "

" Iya nak, hati-hati ya dijalannya? Ingat kata bunda, jangan Meleng saat berkendara. "

" Siap bun. Ayah bunda Angga berangkat dulu, assalamualaikum warahmatullahi wabarokaatuh. "

" Wa'alaikumsalam wr.wb. "

Angga pergi menuju kesekolah nya. Zaynab dan juga Azzam saling berangkulan. " Tidak terasa ya? Anak kita sudah besar aja... " Sambil mengedipkan mata kepada sang istri.

" Apa maksudnya? dengan kedipan mata ayah itu... "

" Hehehehe... Sudah waktunya membuat adik buat Angga bun, nggak ada maksud yang lain kok. "

" Ayah... Bukannya tiap hari kita sudah usaha ya? Tapi, kitanya aja belum di percayai untuk mempunyai anak lagi. " Sendu Zaynab menatap lantai rumahnya.

" Nah itu bun... "

" Itu apa? " Menoleh kehadapan Azzam dengan muka datar disertai 😕 bingung.

" Usahanya harus lebih kita giatkan. "

" Nggak ada ya yah! Udah, ayah lebih baik pergi ke majelis taklim lagi sana? "

" Bunda beneran ni, nggak mau? "

" Nggak yah, lebih baik bunda masak aja. "

" Tapi, ayah sedang nggak ada mata pelajaran di pesantren bun? Jadi, ayah dirumah aja. "

" Oh oke, kalau begitu... Gimana kalau ayah bantu bunda iris daun bawang dan teman-temannya buat bikin bakwan. "

" Boleh bun, dengan senang hati. Suami plus plus mu ini siap siaga kalau sedang dibutuhkan. "

" Oke deh. "

💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞

SMA terpadu.

" Eh kak, sepertinya ada seseorang deh di dekat tiang bendera? "

" Eh, iya ya? Siapa kira-kira... "

" Nggak tahu kak? "

Ghita dan Gilang malah asik tanya jawab di belakang tanpa mengedarkan penjelasan sang guru. " Ghita dan Gilang? "

" I..iya bu. " Jawab mereka berdua dengan gugup.

" Kalian sedang lihat apa? Sampai-sampai fokus mata kalian tidak pada mata pelajaran yang saya bawakan? "

" Eh... Boleh saya jujur bu? " Tanya Ghita.

" Boleh, justru sikap jujur yang patut di contoh. "

" Maaf ya bu? Pertanyaan saya diluar mata pelajaran, itu siapa yang sedang di jemur di bawah terik-teriknya matahari? "

" Itu? " Tunjuk sang guru pada satu siswa yang sedang hormat kehadapan tiang bendera.

Ghita hanya mengangguk. " Dia Abian, anak kelas 11 yang telat masuk. Jadi dia dihukum. "

Deghh... ' *Waduh... Aku kan juga terlambat tadi? Gak apa-apa kali ya kalau aku nggak jujur sekali aja*. ' Batin Ghita.

' Wah... Gawat... Semoga Ghita nggak keceplosan... Biar kulit putihku ini nggak jadi hitam kaya arang. ' Batin Gilang.

" Ghita? Pertanyaan kamu sudah saya jawab, silahkan kamu fokuskan pandangan kamu ke papan tulis. "

" Baik bu. "

" Gilang? "

" Eh, iya saya bu? "

" Kamu juga! Fokuskan pandangan kamu ke papan tulis. "

" Eh... Iya bu, iya. "

Mereka pun belajar kembali. Setelah 30 menit waktu belajar pun telah usai. Ghita mencari-cari sebuah botol minum miliknya. " Dek, kamu sedang nyari apa sih? Dari tadi krak krek mulu? "

" Ini kak, botol minum Ghita dimana ya? "

" Botol minum? "

" Iya, botol minum... Kakak ada lihat nggak? "

" Yang ini maksud kamu? " Tunjuk nya pada sebuah botol yang sedang di berada ditangannya.

" Nah, ini. Loh.. Kok tinggal separo? "

" Hehhehee.. Udah kakak minum barusan. "

" Ish... Kenapa nggak ngomong sama Ghita dulu sih! "

" Hais... Masa minum di botol adek sendiri pakai minta ijin segala sih? "

" Tapi, kan kak? Kata Ambu kan... "

" Yayank Gilang? " Suara seseorang datang dengan sedikit dibuat-buat.

Gilang dan Ghita menoleh. ' Cie... Ada cewek gatal datang... Kak... Adek keluar duluan ya? ' bisik sang adik ke telinga Gilang.

Gilang hanya memberi tatapan tajam. Yang mengisyaratkan.... ' Dek... Jangan kabur kamu... Tolong bantu kakak... Dek... ' Batin Gilang.

Si ulet keket berjalan dengan lenggak-lenggok serta pakaian ketat yang ia kenakan. Ghita mendatangi Rosa yang sedang berada didekat pintu masuk kelas. " Eh ada Rosa? Mau nemuin kakak ya? "

" Iya, aku mau nemuin yayank Gilang? "

" Oh... Ya sudah, kakak ku sedang duduk santai di meja tuh. Mending kamu samperin aja langsung, aku masih ada urusan... Aku pergi dulu, bye Rosa? "

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!