NovelToon NovelToon

MATA DIMENSI LAIN

BAJANG ~ 1

...📖 Sebelum membaca,...

...Jangan lupa klik like, vote dan rate....

...Kasih komentar yang positif agar semangat menulis....

...Happy Reading...

...----------------...

Pagi itu di sebuah Universitas swasta di kota ternama sedang berkumpul banyak mahasiswa angkatan pertama yang akan melakukan perjalanan ke sebuah tempat wisata. Ada dua bus yang akan mengangkut mahasiswa semester awal itu ke sebuah tempat dimana mereka nantinya akan berkemah. Rencananya kakak senior mereka akan mengadakan sebuah acara tahunan yang selalu digelar untuk menyambut mahasiswa tingkat awal.

Acara itu diberi nama Temu Akrab. Seperti halnya namanya maka tujuan dari acara tersebut adalah menjalin keakraban antara senior dan juga juniornya. Apalagi setelah adanya ospek yang cukup berat maka acara temu akrab ini diharapkan mampu mengembalikan image senior yang kejam menjadi senior yang manis.

"Sudah siap semuanya, Pak?"tanya Galang, ketua HMPS kepada para sopir bus.

"Sudah, mas, barang-barangnya sudah masuk semua dibagasi,"ucap salah satu sopir bus tersebut.

"Baiklah, sebentar lagi kita berangkat, Pak,"kata Galang kepada para sopir bus.

"Baik, mas,"jawab kedua sopir bus itu.

Galang pun segera mengkoordinasikan dengan anggota HMPS lainnya agar segera mengatur para juniornya untuk segera naik ke dalam bus. Galang ingin segera sampai di lokasi dan segera mendirikan tenda. Memang waktu masih menunjukkan jam sembilan pagi. Akan tetapi, jika mereka sampai di sana lebih cepat, maka mereka bisa menggunakan waktu mereka untuk kegiatan yang lainnya.

"Ayo, semuanya! Segera masuk ke dalam bus masing-masing sesuai yang sudah ditentukan kemarin. Kelas A dan B masing-masing di bus yang berbeda. Jangan berebut!"ucap Galang dengan menggunakan pengeras suara untuk mengomando para junior untuk segera merapatkan diri mereka ke bus. Anggota HMPS yang lainnya pun ikut membantu ketua mereka untuk mengatur mahasiswa semester awal itu.

Tidak lama kemudian, kedua bus pun mulai berjalan. Para mahasiswa itu memulai perjalanan mereka menuju ke sebuah tempat wisata pemandian air panas. Dimana rencananya mereka akan berkemah di sana selama tiga hari. Para mahasiswa itu begitu senang bisa berwisata bersama. Hanya membutuhkan waktu hampir satu jam untuk mereka sampai di lokasi wisata.

Akan tetapi, sesuatu terjadi sebelum rombongan mereka sempat untuk membangun tenda perkemahan. Ternyata sudah ada mahasiswa dari universitas lain yang lebih dulu sampai dan menempati lokasi perkemahan.

"Kamu ini bagaimana, Lim? Katamu kita sudah dapat tempat? Kenapa malah ditempati orang lain?"ujar Galang dengan menahan emosinya melihat kenyataan bahwa rombongan mereka tidak bisa menempati lahan perkemahan. Ini sungguh di luar dugaan Galang.

"Maaf, Lang, aku sudah membicarakan nya kemarin tetapi..."

"Tetapi buktinya nol, kalau memang kamu kemarin benar-benar bekerja, tidak seperti ini kenyataannya,"potong Galang dengan telak kepada Salim yang tertunduk tidak berani menatap Galang sebagai ketua. Salim merasa bersalah akan kelalaiannya tersebut.

"Kalau tidak becus bekerja bilang!"ucap Galang tepat di telinga Salim.

Galang pun segera berlalu meninggalkan Salim yang masih merasa bersalah. Galang bergegas menuju ke tempat pos penjagaan di lokasi tersebut. Galang harus segera mendapatkan ijin dan juga tempat tinggal untuk rombongannya yang sudah sampai di lokasi.

Akhirnya berkat usaha keras Galang, rombongan mereka pun mendapatkan ijin dan tinggal di sebuah rumah singgah. Akan tetapi tidak semua orang bisa tidur di ruangan tersebut. Galang pun membagi rombongan menjadi dua kelompok. Untuk para cewek semuanya tidur di dalam rumah singgah. Sedangkan untuk para cowok tidur di tenda. Masih cukup untuk mereka jika akan mendirikan dua tenda besar di area perkemahan.

Setelah membagi rombongan, kali ini mereka juga berbagi tugas untuk membersihkan rumah singgah, mendirikan tenda dan juga memasak untuk makan siang mereka nanti.

"Hadeh, ini sih bukan berkemah, kita aja tidur di dalam rumah begini,"gerutu Wulan, salah satu mahasiswa junior dari kelas B

"Ya, mau bagaimana lagi, tidak ada tempat untuk mendirikan tenda,"sahut Mice, mahasiswa dari kelas B juga.

"Tapi kalian berpikir nggak sih kalau tempat ini serem,"kata Tia yang membuat beberapa cewek yang sedang bersih-bersih di sana menjadi ikutan takut.

Nah mulai sudah, ucapan Tia membuat mereka menjadi parno mendadak.

"Ih, Tia, serem apaan?"tanya Siska yang mulai merasa ketakutan sambil melihat ke sekeliling ruangan tersebut. Apalagi ruangan itu tampaknya sudah lama tidak berpenghuni.

Tia pun mengajak beberapa anak cewek di sana untuk saling mendekat. Tia merasa tidak enak jika harus berkata keras-keras karena ada juga anak dari kelas lain di sana.

"Lihat saja, sekeliling kita adalah hutan, bahkan belakang rumah ini hutan begitu. Dan rumah ini juga rasanya dingin bener pas aku pertama kali masuk. Kalian ngerasain juga nggak sih?"ujar Tia.

"Eh, kok samaan, ya,"sahut Dini.

"Iya, lho sama, aku juga merasa bulu kudukku berdiri begitu masuk,"ujar Siska membuat yang lain menjadi ikut merinding dibuatnya.

"Sepertinya rumah ini lama tidak pernah dijamah manusia. Semoga saja tidak ada penghuni yang lainnya,"kata Tia membuat yang lainnya menjadi ikutan takut karena ucapannya.

"Semoga saja tidak,"sahut Wulan dan tiba-tiba ketika dia melihat ke arah jendela yang mengarah ke hutan, Wulan melihat seperti ada anak kecil yang berdiri di dekat pohon besar sana.

Astaga!

Wulan mengucek kedua matanya, lalu melihat ke arah tempat itu kembali. Tetapi tidak dia temukan siapapun di sana.

Ya ampun!

"Kamu kenapa, kak?"tanya Mice yang melihat wajah terkejut Wulan.

"Ah, tidak apa-apa, hanya salah lihat saja,"sahut Wulan kemudian mengalihkan perhatiannya. Mice pun tidak melanjutkan pertanyaannya lagi.

"Ya, sudah, jangan ngegosip aja, baru juga sampai sudah main ngeghibah Mulu. Ntar dimarahin ketua baru tahu rasa kalian. Lihat itu mas Galang wajahnya sudah ditekuk mulu sedari tadi. Tinggal makan orang saja dia kalau melihat pekerjaan kalian tidak beres juga,"kata Rani membubarkan kelompok Tia yang sedang berkerumun. Kelompok Tia pun menjadi kesal mendengar ucapan Rani tersebut.

"Iya, iya, tahu, jangan bawel dah,"sahut Mice yang memang sejak awal kurang suka dengan Rani yang sok kecantikan dan suka cari muka dihadapan para seniornya, terutama para cowok.

Rani pun pergi meninggalkan kelompok Tia. Sedangkan Mice justru menjulurkan lidahnya melihat kepergian dari Rani.

"Sok cantik aja belagu, cantikan juga aku,"gerutu Mice sambil melanjutkan kembali kegiatannya menyapu.

Wulan, Tia, Siska dan Dini yang mendengar ucapan Mice menjadi tersenyum-senyum jadinya.

...****************...

"Hadeh, cewek-cewek penakut itu suka sekali membuat cerita yang aneh seperti hidup di zaman batu saja. Percaya dengan hal-hal goib nggak masuk akal itu, heh?"cemooh Rani setelah keluar dari ruangan.

"Ya emang tempat ini serem juga sih, Ran,"sahut Valen dengan nada takut. Hal itu membuat Rani merasa kesal.

"Astaga! Valen! Jangan parnoan deh? Don't stupid!"geram Rani yang masih mengomel sampai dia tidak melihat jalanan di depannya.

"Aduh!"umpat Rani karena dia terjatuh gegara kakinya menyentuh gundukan tanah.

"Sial!"Rani yang kesal pun menendang gundukan kecil tanah tersebut.

"Ya ampun, Ran, kamu jangan marah-marah begitu deh,"ujar Valen mencoba menenangkan temannya itu. Valen mengamati bentuk gundukan tanah kecil itu dan merasa aneh.

Gundukan apa ini? batin Valen merasa aneh dengan bentuk gundukan tersebut. Apalagi ini di dekat hutan, apa yang ditanam di situ? Lagi-lagi Valen berpikir.

"Gara-gara tanah jelek ini lututku lecet tau!"gerutu Rani kembali.

"Sudah-sudah, Ran, kita obati aja lututmu, yuk,"ajak Valen yang merasa tidak nyaman berlama-lama berada di tempat itu.

...****************...

Malam pun telah tiba, saatnya mereka berkumpul untuk mengadakan acara yang sudah menjadi ritual dilakukan setiap tahunnya. Mereka berkumpul bersama dan mengadakan acara perkenalan. Semua yang ada di sana wajib untuk memperkenalkan diri mereka dan asal mereka. Tidak jarang juga yang cowok mencari kesempatan untuk ingin tahu nomor handphone mahasiswi cewek yang cantik menurut mereka.

Setelah acara makan malam selesai, giliran acara selanjutnya yaitu curhat malam di depan api unggun. Akan tetapi, ada beberapa mahasiswa yang masih bergiliran untuk mencuci piring mereka. Karena banyaknya yang mencuci sedangkan saluran air hanya ada dua tempat maka mereka pun harus bergiliran.

"Kalau acaranya seperti ini saja kenapa sampai harus ke tempat sepi begini ya,"ujar Rani kembali mengeluh.

Dia cukup horor juga dengan tempatnya yang sepi dan gelap karena dekat sekali dengan hutan.

"Sudah, ayo cepat cuci piringmu, semua sudah berkumpul di dekat api unggun,"ujar Valen sambil bergegas mencuci peralatan makannya.

Valen juga merasa ngeri karena tinggal mereka berdua saja yang masih ada di sana. Valen saja sampai tidak berani menengok ke arah hutan yang tepat ada di hadapan pandangan mereka.

Tiba-tiba Rani mendengar sebuah suara seperti langkah kaki yang mendekat ke arah mereka.

"Eh, Len, kamu mendengar sesuatu nggak?"tanya Rani menghentikan aktivitasnya.

"Mendengar apa?"ujar Valen tetapi dia mulai merasa sekujur tubuhnya merinding mendadak akibat ucapan Rani tersebut.

"Itu len, suara langkah kaki, sepertinya dia mendekat kemari,"ujar Rani kembali.

"Astaga, Ran, ayo segera pergi, di sebelah sana itu adalah hutan, mana ada orang coba,"ujar Valen mulai merasa ketakutan.

Apalagi disekitar mereka sudah sepi, semuanya sudah berangkat ke perkemahan.

"Eh, eh, tunggu dulu,"ketika Rani dan Valen berdiri dari tempat mereka mencuci peralatan makan.

Tiba-tiba terdengar kembali suara tangisan anak kecil. Mendengar suara tersebut Rani dan Valen sudah merasa lemas saja sekujur tubuhnya. Dan suara itu semakin jelas terdengar berada di dekat mereka sekarang.

Hiks....Hiks...Hiks...

"Ran.... ran... ran....,"tiba-tiba wajah Valen memucat karena melihat sesuatu di belakang tubuh Rani yang tidak kalah takutnya juga karena melihat ekspresi Valen yang demikian.

"Len, ada apa?"tanya Rani dengan perlahan. Dia sendiri sampai tidak bisa mengeluarkan kata-kata karena merasa sangat ketakutan.

"Ad...ada...ada....Han....Han...."Valen tidak bisa melanjutkan perkataannya lagi karena melihat sosok dibelakang tubuh Rani itu tiba-tiba berubah menjadi sosok yang menyeramkan.

Anak kecil yang kepalanya penuh luka bahkan kepalanya yang pelontos itu terdapat sayatan bekas jahitan. Tidak hanya itu saja kedua mata anak kecil itu berlubang akan tetapi dari kedua matanya justru mengeluarkan darah segar.

Valen seketika berteriak sekencang-kencangnya dan langsung berlari meninggalkan Rani yang saat itu entah mengapa kakinya terasa berat dan tidak mampu untuk melangkah. Dan Rani pun ditemukan pingsan di tempat kejadian.

...----------------...

👻 to be continued BAJANG ~ 2

BAJANG ~ 2

...📖 Sebelum membaca,...

...Jangan lupa klik like, vote dan rate....

...Kasih komentar yang positif agar semangat menulis....

...Happy Reading...

...----------------...

Malam itu cerita hantu seorang anak kecil yang matanya mengeluarkan darah pun menjadi topik utama di dalam rombongan mahasiswa. Bahkan mahasiswa dari universitas lain pun yang sedang berkemah di sana juga sudah mendengar berita menggemparkan tersebut. Apalagi sampai ada yang jatuh pingsan di tempat kejadian. Berita itu semakin diperbesar juga dengan adanya cerita horor bahwa pernah ada yang melihat bayi berlumuran darah di sekitar sana. Namun begitu di dekati justru bayi itu tertawa dan mengeluarkan taringnya.

"Sungguh cerita yang menyeramkan, kenapa tidak menjadi penulis saja mereka,"ujar Galang dengan nada skeptis mendengar cerita-cerita horor yang disampaikan oleh beberapa anggotanya.

Semua yang sedang rapat pagi itu di dalam tenda menjadi terdiam mendengar ucapan Galang sebagai ketua mereka.

"Kalian ini sudah hidup di zaman modern, masih saja takut dengan hal begituan. Kalian punya Tuhan tidak sih, kenapa kalian menjadi sekonyol ini,"ucap Galang kembali.

Dia sudah cukup pusing karena rencana berkemah mereka yang gagal. Ditambah lagi sekarang ada laporan bahwa ada mahasiswi yang pingsan karena melihat setan. Jelas dia akan ditegur sekembalinya ke kampus nanti karena sudah tidak mampu menjaga amanat yang sudah diberikan.

"Tetapi apa yang dilihat Valen itu benar, Lang,"ujar Salim meyakinkan Galang.

"Itu bisa saja karena halusinasi, Lim. Namanya juga suasana sepi, gelap, kita ini dekat dengan hutan, mereka itu terbiasa hidup di keramaian kota. Kamu kayak tidak tahu kebiasaan mereka saja, Lim. Jangan dibesar-besarkan masalah ini. Atau kamu mau kita kembali nanti akan menjadi masalah besar,"sahut Galang.

Salim terdiam kembali mendengar ucapan Galang yang berarti nantinya akan bermasalah dengan kaprodi mereka.

"Lalu bagaimana dengan Rani? Dia sejak kemarin banyak diam,"ujar Mita.

"Kalian sebagai seniornya yang cewek, terus dampingi anak-anak cewek itu. Jangan sampai ada yang melamun dan ingatkan mereka untuk tetap fokus. Bagi yang cowok, setiap kali akan mengadakan kegiatan, tolong di cek apakah semua sudah berkumpul. Dan mulai nanti malam, kita akan adakan ronda malam di sekitar lokasi rumah singgah,"putus Galang dalam rapat pagi itu.

...****************...

"Eh, kalian tahu tidak, semalam Rani pingsan karena melihat setan,"ujar Dini.

"Iya, Valen yang cerita kalau dia melihat anak kecil matanya nggak ada, cuy, hadeuh,"sahut Tia yang sudah merinding sekujur tubuhnya.

"Dan lagi mata anak itu mengeluarkan darah, serem nggak sih gaess,"ujar Siska sambil bergidik ngeri.

"Tempat ini memang horor,"ujar Wulan.

"Nih, aku punya buktinya,"ajak Wulan kepada teman-temannya itu untuk mendekat ke arahnya.

Wulan menunjukkan beberapa hasil screenshot yang dia dapatkan dari internet tentang lokasi tempat mereka mengadakan temu akrab.

"Astaga, kamu kapan cari beritanya, kak?"tanya Mice yang tidak menyangka Wulan sudah bergerak cepat mencari informasi.

"Aku pagi-pagi tadi olahraga jogging sampai ke gapura di atas sana. Barulah aku dapat sinyal untuk mengakses informasi di internet tentang tempat ini,"kata Wulan.

Ya, karena di tempat mereka sekarang tidak akan ada sinyal jika mereka tidak menuju ke tempat yang lebih tinggi seperti yang Wulan lakukan.

"Jadi di tempat ini memang pernah ada kenampakan gitu ya, kak?"tanya Mice.

"Bukan hanya pernah, tetapi sering, terutama di belakang rumah singgah itu. Karena dari info yang aku dapat dari warga sekitar. Di belakang rumah singgah itu dulunya sering dibuat untuk membuang bayi bajang,"kata Wulan.

"Apa? Bayi bajang? Apa itu kak?"tanya Mice.

"Astaga, Mice, kamu nggak ngerti ya, bayi bajang itu bukannya bayi yang hasil aborsi kan, ya?"ujar Dini.

"Ya, kamu benar, Din. Itu memang bayi yang digugurkan karena tidak diharapkan. Jadi dukun yang suka melakukan aborsi itu sering membuang janin-janin itu di sana,"ujar Wulan melanjutkan ceritanya.

Seketika yang mendengar cerita Wulan langsung merinding seketika dibuatnya.

"Apakah menurut kalian yang semalam itu adalah bayi bajang?"tanya Mice kembali.

"Menurutku sih benar begitu,"sahut Siska.

"Ya, aku juga sependapat dengan Siska,"ujar Wulan.

"Aduh, aku rasanya pengen cepat-cepat pulang deh,"kata Tia dengan wajah ketakutannya.

"Sama, aku juga sudah nggak betah berlama-lama di sini,"sahut Dini menimpali.

"Kita tinggal dua hari lagi disini, dibetah-betahin aja deh, lagian temannya juga banyak,"kata Wulan karena temu akrab adalah acara yang wajib diikuti oleh mahasiswa baru seperti mereka.

"Emang kalian nggak berpikir apa ya kalau bisa aja jumlah bayi bajang itu nggak cuma satu, hayo, gimana?"kata Siska mengendorkan kembali keberanian mereka.

"Benar juga, nggak mungkin dukun itu cuma sekali melakukan aborsi itu, pasti udah ratusan kali,"kata Tia.

Mendadak bulu kuduk kelima cewek itu berdiri karena membayangkan hantu bayi bajang yang jumlahnya tidak hanya satu saja. Bahkan bertemu satu saja sudah menyeramkan apalagi banyak.

Dan tiba-tiba....

"Arrrrkkkkhhhhhhh.......!!!!"

Suara teriakan dan kehebohan yang terjadi tidak jauh dari kolam pemandian air panas membuat kelima anak itu penasaran untuk melihat apa yang sedang terjadi.

"Eh, mas Salim ada apa?"tanya Siska yang sengaja menghentikan Salim, kakak senior mereka yang tampak terburu-buru berlari hendak ke arah tenda.

"Itu, si rani menangis-nangis seperti orang kesurupan,"ujar Salim kemudian dia segera berlari ke tenda untuk memberitahu Galang.

Kelima anak cewek itu saling pandang dan enggan mendekat ke lokasi kejadian.

"Lagi?"tanya Mice dengan raut wajah ketakutan. Sama halnya dengan keempat wajah temannya yang lain.

"Ya, sepertinya bayi bajang itu masih mengikuti dia,"ujar Wulan.

...----------------...

👻 to be continued BAJANG ~ 3

BAJANG ~ 3

...📖 Sebelum membaca,...

...Jangan lupa klik like, vote dan rate....

...Kasih komentar yang positif agar semangat menulis....

...Happy Reading...

...----------------...

Galang berlari-lari diiringi Salim di belakangnya. Mereka berdua menuju ke tempat dimana Rani berada. Sedangkan kelima anak tadi hanya terdiam saja dan memilih untuk tidak mendekat.

"Aku pengen pulang aja deh, kak,"rengek Mice kepada Wulan.

"Sudah, tenang saja, tetap fokus, kalau kita tidak fokus takutnya malah kita bisa diganggu sama mereka,"sahut Wulan.

"Lha ya, benar juga itu, kalau kita banyak melamun dan mikir macem-macem malah gampang kesurupan, ya kan, Tia?"ujar Dini.

"Bener, sudahlah, kita banyak berdoa saja dan tetap fokus,"kata Tia.

"Itu, benar, ayo kita balik ke rumah saja,"ajak Siska kepada teman-temannya.

Sore harinya, ada peninjauan dari para dosen dengan kegiatan yang sedang dilakukan oleh mahasiswanya tersebut. Adanya kejadian yang menimpa diri Rani membuat Galang mendapat peringatan dari kaprodi mereka. Galang dan anggotanya diminta untuk segera kembali ke kampus keesokan harinya.

Rani pun akhirnya dibawa oleh kaprodi mereka kembali ke kota. Daripada kejadian seperti siang tadi terulang kembali. Dan itu hanya akan membuat jelek almamater kampus mereka.

Galang cukup pusing dengan rencana yang sudah dia atur sedemikian rupa harus gagal karena adanya rumor setan. Ditambah dengan kasus Rani yang kesurupan semakin membuat Galang ingin memaki saja.

"Astaga! Apa yang kamu lakukan, Lang!"pekik Salim yang melihat Galang sedang menenggak minuman keras di dalam tenda.

"Sudah diam saja kamu, Lim!"ujar Galang sambil melanjutkan minumnya. Sekaleng kecil minuman dengan kadar alkohol yang cukup lumayan.

"Lang, jangan seperti ini. Aku tahu kamu kesal dengan apa yang terjadi dalam acara ini. Tetapi ini semua bukan salah kamu juga..."

"Aku disalahkan, Lim! Aku disalahkan!"teriak Galang memotong ucapan Salim.

Galang melemparkan kaleng minumannya yang sudah habis dengan kesal. Salim sementara hanya terdiam menunggu Galang sampai merasa tenang terlebih dahulu.

"Iya, Lang... aku tahu, aku juga merasa bersalah dengan semua ini. Kita semua tidak akan melemparkan kesalahan ini hanya kepadamu. Kami semua juga akan menanggung kesalahan ini bersamamu,"ujar Salim.

Galang hanya terkekeh mendengar ucapan Salim.

"Kamu nggak dengar apa kata beliau tadi, heh! Aku akan dicopot jabatanku olehnya. Sungguh ironis, bukan? Aku dianggap nggak becus, Lim!"ujar Galang yang sudah mulai mabuk itu.

"Lang... kamu jangan patah semangat. Kita semua tahu kerja kerasmu selama ini. Kalau nanti ada rapat koordinasi untuk melakukan hal itu. Aku dan yang lain akan tetap membelamu. Kamu tenang saja,"kata Salim menenangkan perasaan Galang yang sedang gundah.

"Entahlah, Lim. Aku pusing,"ucap Galang sambil merebahkan tubuhnya dan menutupi wajahnya dengan lengan kanannya.

"Ya, sudah, kamu istirahat saja di tenda. Jangan keluar-keluar dulu, kondisimu seperti ini bisa menarik perhatian mereka yang ada di luar sana,"pesan Salim dan Galang hanya menganggukkan kepalanya.

"Udahlah, Lim, kamu urus saja mereka semua. Aku mau tidur dulu,"ujar Galang sambil melambaikan tangannya mengusir keberadaan Salim di tendanya.

Salim hanya menghela napasnya melihat kelakuan Galang tersebut.

"Ya, sudah, aku tinggal dulu,"pamit Salim.

"Hmm,"sahut Galang dengan cueknya.

Galang mencoba memejamkan matanya karena dia merasa lelah. Galang benar-benar merasa capek pikiran dan juga perasaan.

Dasar setan sialan! Gegara kalian rencanaku semua kacau!

...****************...

"Benarkah besok kita akan pulang?"tanya Wulan kepada keempat temannya.

"Iya, aku dengar seperti itu,"sahut Siska.

"Apa karena kasus si Rani jadi kita dipulangkan lebih cepat?"tanya Dini.

"Ya, sepertinya begitu,"sahut Tia.

"Baguslah, aku juga ingin segera pulang,"sahut Mice yang sudah tidak betah berada di tempat itu.

"Tenanglah, dek, besok juga kita pulang,"kata Wulan.

"Malam ini katanya juga tidak ada acara lagi,"ujar Siska.

"Lho, emangnya kenapa?"tanya Wulan penasaran.

"Aku dengar gosip dari senior-senior. Kalau mas Galang mabuk tadi sore di dalam tenda gegara dimarahin kaprodi saat membawa Rani kembali ke kota. Jadinya malam ini tidak ada acara lagi. Kita semua disuruh tidur lebih awal dan tidak boleh ada yang begadang,"ucap Siska dengan nada berbisik-bisik.

"Waduh, padahal aku kemarin suka dengan nyanyian anak cowok dari kelas A,"keluh Tia sambil memanyunkan bibirnya karena tidak bisa lagi melihat penampilan cowok idolanya.

Keempat temannya yang mendengar ucapan Tia barusan hanya menghela napas pendek.

"Astoge, Tia, please deh, kalau mau pedekate, sana temuin langsung dia terus minta nomor WhatsApp nya. Ribet banget jadi orang,"gerutu Mice.

Gelak tawa pun terdengar setelah Mice selesai berbicara. Memang diantara mereka berlima, Mice lah yang ucapannya paling pedas.

"Ampun dah! Kenapa harus aku yang minta nomor WhatsApp dia duluan. Gengsi dong aku,"sahut Tia masih dengan tingkat kepercayaan dirinya yang tinggi.

"Kamu juga ganjen banget dah. Udah tahu suasana genting begini masih aja sibuk tebar pesona ke cowok-cowok,"kata Mice kembali.

"Sudah-sudah, ya, adik-adik ku jangan bertengkar lagi. Cukup! Cukup! Oke,"lerai Wulan yang akhirnya harus memisahkan perdebatan diantara mereka berdua. Atau nantinya akan semakin panjang saja.

"Kalian berdua ini memang ya, kayak kucing dan tikus. Udah mirip Tom and Jerry saja. Dimana-mana selalu ribut,"keluh Dini.

"Lho, emang kalau nggak gitu nggak seru, kan,"ucap Siska sambil menahan tawanya.

"Sudah, kalian berdua ini juga kompor gas saja ya. Kalau memang infonya seperti itu. Lebih baik kita setelah ini segera bersiap-siap. Besok tinggal menunggu kepulangan saja,"kata Wulan kepada keempat temannya dan mengakhiri perdebatan tidak berguna diantara mereka barusan.

"Okelah, aku setuju denganmu, kak,"sahut Mice.

Tia, Dini dan Siska pun juga setuju dengan usulan dari Wulan tersebut.

"Ya, sudah, ayo segera mencuci piring habis itu kita berkemas,"ajak Wulan kepada teman-temannya.

Karena rumor adanya setan berwujud bayi bajang itu muncul dikala Rani dan Valen mencuci piring. Sekarang mereka tidak ada yang berani mencuci piring hanya berdua saja. Harus lebih dari dua orang saat melakukan hal tersebut.

Selain itu, mahasiswa dari universitas lain pun sudah berkemas pulang pada hari itu. Sehingga di tempat wisata tersebut hanya ada mahasiswa dari universitas rombongan Galang saja. Bisa dibayangkan semakin sepi tempat tersebut setelah hanya ada rombongan mereka saja di sana.

"Malam ini kamu yakin mau patroli, Lang?"tanya Salim yang melihat Galang sudah lebih baik daripada tadi sore. Meskipun matanya masih tampak memerah.

"Yakin, aman aja,"sahut Galang. Dia tidak mau dianggap tidak melaksanakan tanggung jawabnya.

"Ya, sudah kalau begitu, kita begadang malam ini. Kemarin malam sekitar jam satu lewat terjadi pemadaman di sini. Sekitar tiga puluh menit gitu. Semoga saja malam ini tidak terjadi,"ujar Salim.

"Kalaupun terjadi pemadaman, kita akan patroli di sekitar rumah yang ditempati anak-anak perempuan sana,"ujar Galang.

"Siap, ketua,"sahut Salim.

...----------------...

👻 to be continued BAJANG ~ 4

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!