5 tahun sebelumnya.
“Bos!” teriak salah satu anak buahnya melihat bosnya sudah terpojok tak berdaya.
Sedangkan anak buahnya juga tak kalah terpojoknya dari bosnya.
“Kau pergi lah dari sini! Aku bisa menangani ini semua.” teriak bos pada salah satu anak buahnya yang selamat.
Dengan berat hati anak buah tersebut lari meninggalkan bosnya sendirian tanpa ada seorang pun di sampingnya kecuali musuh besarnya yang sekarang sedang menodongkan pistol di depan wajahnya dengan senyuman seringainya.
Ia meninggalkan bosnya bukan berarti benar-benar akan meninggalkan nya sendirian. Akan tetapi mencari bantuan.
Agar bosnya bisa selamat dari maut.
“Hmm, sayang sekali ternyata kau mempunyai anak buah yang tidak berguna, bisa-bisanya ia meninggalkan bosnya di sini bersama dengan diri ku.” Ucap pria bertubuh besar yang bernama Farrel Donahue
Salah satu pimpinan geng mafia terkuat sekaligus musuh bebuyutan dari keluarga Naresh yang artinya Raja.
Sudah lama sekali keluarga dari Farrel dan Naresh saling bermusuhan untuk memperebutkan daerah kekuasaan serta perdagangan senjata secara ilegal.
Ia tidak terima jika mempunyai saingan. Itu sebabnya ia akan membunuh salah satu dari keluarga Naresh yaitu putra dari Pemimpinan Mafia besar Najandra Naresh.
Yang bernama Aruna Naresh anak kedua dari keluarga Naresh yang saat ini sedang terpojok.
Seorang laki-laki bertubuh tinggi yang mempunyai kemampuan luar biasa dalam bertarung.
Akan tetapi ia secara mendadak di serang oleh salah satu anak buah Farrel yang saat itu melihat Aruna sedang menuju pulang ke rumah.
Dengan cepat anak buah Farrel menyerangnya bertubi-tubi hingga Aruna terpojok tak bisa berkutik.
Kini ia tinggal sendirian, sebagian anak buahnya sudah di bunuh satu persatu. Oleh anak buah Farrel.
Sedangkan satunya lari pergi meninggalkan Aruna untuk mencari bantuan, agar dapat menolong bosnya yang saat ini dalam bahaya.
“Akhirnya aku bisa membunuh salah satu anak dari keluarga Naresh. Hahaha!” Farrel tertawa lepas, ia senang sekali bisa mengalahkan salah satu anggota keluarga Naresh.
Yang kabarnya Aruna begitu sangat disegani oleh kelompok yang lain, bahkan dirinya disebut-sebut sebagai Dewa Penjabut Nyawa oleh para musuhnya.
“Ternyata hanya segini saja kemampuan dari Aruna Naresh yang kabarnya mempunyai julukan Dewa Pencabut Nyawa? Sepertinya nama itu tidak cocok untuk mu!” ucap Farrel.
DORR..!
Suara tembakan keras yang begitu nyaring di telinga, telah lepas ke arah salah satu pundak Aruna.
“AAARRGGHHHH...!” teriak Aruna salah satu pundaknya terkena tembakan dari Farrel.
Darah pun bercucuran membasahi lengan jas berwarna hitam. Kini jas tersebut penuh dengan darah segar.
Salah satu tangan Aruna memegang pundaknya yang tadi terkena tembakan, agar darahnya tidak mengalir dengan deras.
Ia berusaha agar tetap tenang, dan tidak panik walaupun ia terluka parah.
Melihat Aruna terluka di bagian pundaknya, Farrel begitu sangat senang melihat musuhnya menderita akibat ulahnya.
Karena sudah tidak ada waktu lagi maka Farrel membidikkan pistol tersebut ke arah kepala Aruna agar ia cepat mati dan tidak ada lagi yang menghalagi dirinya.
“Kau tenang saja. Aku akan mengirimkan mu ke surga. Mayat mu akan aku kubur di tempat yang layak!” Farrel bersiap-siap untuk melepaskan tembakan ke arah kepala Aruna.
Aruna yang sudah pasrah dengan keadaannya, hanya bisa berdiam menatap kematiannya.
Ia pun memejamkan matanya, ia siap akan kematian yang mengintai di depan matanya. Ia juga sudah lelah untuk menjadi seorang mafia yang sudah banyak membunuh musuhnya.
Jika ia terlahir di dunia ini lagi, ia ingin menjadi manusia biasa dan menjalani hidup normal seperti orang lain.
Mempunyai pekerjaan diperusahan besar, mempunyai istri, dan juga bayi, hidup bahagia bersama nya hingga maut menjemput. Aruna ingin sekali mempunyai seorang bayi suatu saat nanti jika tuhan berkendak lain.
Itulah cita-cita yang selama ini ia dambakan, namun belum di kabulkan oleh tuhan.
Karena takdir yang ia terima adalah sebagai anak dari seorang mafia kejam.
Disaat Farrel ingin melepaskan tembakan ke arah Aruna, tanpa Farrel sadari ada sebuah payung melayang ke arah tangannya.
Dan itu membuat Farrel terkejut, begitu juga dengan Aruna yang saat ini masih terduduk lemas dijalanan. Aruna tidak percaya jika ada seorang gadis berani melakukan hal itu pada Farrel. Kini pistol yang Farrel pegang telah jatuh ke sembarang arah.
“Hentikan! Apa yang kau lakukan?” teriak gadis tersebut pada Farrel.
Dengan tatapan tajamnya, Farrel melihat ke arah seorang gadis yang tengah berdiri di hadapanya.
Gadis itu masih memakai seragam SMA nya, “kau gadis kurang ajar!” ucap Farrel ia pun melangkah cepat ke arah gadis SMA itu untuk memberikan pelajaran karena telah menggangunya.
Gadis SMA yang ketakutan akan tatapan Farrel berusaha untuk lari, namun dengan cepat Farrel menarik tangan gadis tersebut, menarik rambutnya hingga gadis SMA tersebut merasakan sakit yang amat sangat luar biasa.
“KKyyaaaa!" teriak gadis SMA sambil memegangi rambutnya dengan kedua tangannya.
“Berani sekali kau mengganggu kesenangan ku!” Ucap Farrel.
“Sakit! Lepaskan aku! Dasar pria tua jelek!” ucap gadis SMA menyebut Farrel pria tua jelek.
Merasa dirinya disebut sebagi pria jelek. Farrel segera mencekik leher gadis SMA tersebut dengan tangan kekarnya hingga gadis itu tidak bisa bernafas.
“Uuukhh..!” gadis SMA itu berusaha melepaskan tangan Farrel dari lehernya.
Namun sayang, kekuatannya tidak sebanding dengan Farrel, ia bahkan sudah hampir kehabisan nafas.
Melihat ada kesempatan yang besar, Aruna yang sudah lemas berusaha untuk bangkit, mengambil pistol yang tadi dijatuhkan oleh Farrel.
Tanpa menunggu lama lagi Aruna menembak paha kiri, dan pudak belakang Farrel. Hingga ia tersungkur ke tanah. “AAARGGHHH..!” teriak Farrel tersungkur ke jalan begitu juga dengan gadis itu.
"PERSETAN AKAN DIRIMU! AKU AKAN MEMBALAS PERBUATAN MU!” ancam Farrel memaki Aruna dengan emosi yang sudah memuncak. Ia tidak bisa bangkit karena paha kirinya terluka.
Begitu juga gadis SMA itu, ia lemas karena telah di cekik oleh Farrel hingga ia merasakan sakit di bagian leher.
“huhukk...huhukk...!” gadis SMA tersebut terbatuk-batuk.
Sedangkan Farrel ia menahan rasa sakit di area paha dan juga pundaknya, ia tidak menyangka jika dirinya akan terkena tembakan oleh Aruna.
Disaat Farrel ingin meminta bantuan pada anak buahnya, ternyata anak buah Farrel sudah dilumpuhkan terlebih dahulu oleh Aruna dengan serangan tak terduganya.
Gadis SMA yang saat ini tengah terbatuk-batuk berusahaa untuk bangkit dari duduknya.
Saat ia berdiri matanya melihat ke arah ujung jalanan, ternyata seorang pria bertubuh kekar dengan tampilan seperti preman sedang mengejar dirinya.
Dengan sisa tanaga yang ada. Gadis tersebut lari dari kejaran pria betubuh kekar
seperti preman.
Tak lupa ia pun mengajak Aruna untuk pergi dari sini dan menyelamatkan hidupnya.
Hai semuanya mohon dukungan dan beri semangat bagi Author ya..
Dan jangan lupa masukan novel ini di rak kalian ya.
Yooshh..!! Siapa yang masih penasaran sama kelanjutan ceritanya? Ayolah kawan bari semangat buat saya Author, agar tetap bisa melanjutkan novel ini.
“Kak! Ayo kita kabur dari sini?” gadis tersebut menarik lengan Aruna yang saat ini tengah terluka.
“AArrgghh” Aruna berteriak kesakitan karena lengan nya ditarik paksa oleh gadis SMA tersebut.
Gadis itu tidak tahu jika pundak Aruna sedang terluka, “kak, Buruan! Kita pergi dari sini!” perintah gadis tersebut, ia berusaha membantu Aruna agar bisa lari secepat mungkin.
“Tapi saya sudah tidak kuat lagi untuk lari.” eluh Aruna
“Aduh! Harus dipaksaain dong! Kalau enggak kita bisa mati konyol!” gadis itu sudah tidak punya waktu lagi, ia ingin cepat berlari dan pergi dari sini agar dirinya tidak tertangkap oleh pria bertubuh kekar yang sedang mengejar dirinya.
Akan tetapi, tidak bisa ia lakukan. Kerena disisinya ada seorang pria yang harus ia selamatkan.
Gadis itu tidak bisa meninggalkannya begitu saja, ia tidak mau jika Aruna mati di sini.
Pria berpenampilan seperti preman tersebut sudah hampir dekat, gadis itu sudah pasrah akan keadaan nya.
Mungkin jalan takdir ini sudah ia akhiri. Di saat gadis itu merenung.
Door..!!
Tiba-tiba pria yang mengejar gadis SMA itu sudah tersungkur ke jalan. "Kkyyaaaa....!" gadis SMA itu berteriak kencang, menutup wajahnya dengan kedua tanganya. Ia tidak sanggup melihat preman ditembak mati.
Ternyata Aruna lah yang menembak salah satu teman dari pria kekar tersebut.
Gadis itu begitu terkejut, akan perbuatan Aruna. Baru kali ini ia melihat ada orang dibunuh di depan matanya dengan sebuah tembakan.
“Ayo kita pergi dari sini!” ucap Aruna menyuruh gadis itu untuk pergi.
Bukannya malah cepat-cepat pergi dari sini untuk menyelamatkan hidupnya, gadis ini malah banyak bertanya. “Kak! Kenapa mereka malah ditembak?” tanya gadis tersebut namun tidak ada jawaban dari Aruna.
“Kakak enggak takut dosa apa? Asal ngebunuh orang pake tembakan kaya gitu! Dari pada ngebunuh orang dapet dosa. Mending jualan martabak aja dapet duit!” gadis tersebut terus saja berbicara hingga Aruna yang mendengarnya menjadi sangat pusing.
“Kak!?" panggil gadis SMA sekali lagi karena diabaikan.
“Sudahlah, jangan banyak bicara! Pusing kepala saya dengerin ceramah kamu!" Aruna kesal mendengar ocehan si gadis.
Akhirnya mereka berdua berhasil lolos dari maut,
Gadis itu menghela nafasnya agar dadanya merasa plong karena insiden tak terduga ini.
Aruna yang sudah tidak ada tenaga lagi, langsung ambruk begitu saja.
“Kakak!” gadis SMA itu menjerit tak kala melihat Aruna sudah tergeletak di jalan tak sadarkan diri.
Ia menoleh ke segala arah jalan, namun tidak ada yang lewat disekitar sini. Apalagi hari sudah sangat larut malam. Jangankan orang. Mobil saja tak ada satu pun yang lewat di jalan ini.
Ia mencoba untuk mengangkat tubuh Aruna, namun tubuh Aruna terlalu berat untuk ia angkat, "Ya, ampun! Berat banget!" eluh dirinya. Tiba-tiba."heh, ini apa?" gadis itu melihat ke arah seragamnya. Ia kaget karena ada darah di seragam sekolahnya.
Gadis itu baru sadar jika pria yang baru saja menolong dirinya mempunyai luka.
“Aduh mati gue! Gimana ini!” panik Clara nama gadis SMA tersebut.
Clara begitu sangat panik melihat Aruna sudah banyak mengeluarkan darah, jika tidak ditolong dia bisa mati kehabisan darah.
Akhirnya Clara menyeret Aruna sekuat tenaga, ia tidak kuat jika harus mengendong Aruna.
Di saat Clara menarik Aruna yang tidak sadarkan diri, datanglah anak buah Aruna dengan menggunakan mobil.
“Bos!” teriak anak buah Aruna dari dalam mobil, bernama Said ia lantas segera turun dari mobil. Menghampiri Clara, dan juga Aruna.
Clara yang begitu sangat terkejut dengan kedatangan Said, berusaha untuk melindungi Aruna. Clara tidak tahu jika Said adalah anak buah Aruna.
Yang ia tahu. Said adalah salah satu anak buah Farrel yang ingin menghabisi dirinya dan juga Aruna. Itulah yang ada dipikiran Clara saat ini.
“Kamu siapa? Jangan coba-coba mendekati kami ya!” tegas Clara menatap tajam ke arah Said.
“Te-tenag lah. Jangan khawatir, saya adalah pengikut setia dari orang itu. Nama saya Said." Said menujuk ke arah Aruna.
“Benaran?” tanya Clara yang masih tidak percaya dengan ucapan Said.
“Iya benaran, percaya deh sama saya. Itu kasian bos saya sudah pingsan.” panik Said melihat Aruna tergeletak di jalan.
Clara sempat lupa dengan keadaan Aruna yang saat ini tengah kritis.
Dengan cepat Said mengangkat tubuh Aruna dibantu juga oleh Clara naik ke dalam mobil. “Kamu juga ayo ikut saya!” ajak Said masuk ke dalam mobil.
“Kemana?”
“Ke pasar malam! Ya, kerumah sakitlah."
“Hoh, gitu ya. Oke deh.” Clara masuk ke dalam mobil untuk menemani Said ke rumah sakit terdekat.
“Bos! Bertahanlah.” ucap Said, ia menjalankan mobilnya dengan kecepatan penuh, agar bisa sampai di rumah sakit.
Said memang tidak berhasil untuk meminta bantuan pada kelompoknya dikerenakan ponsel yang ia gunakan mati. Akibat batrai ponselnya habis.
Ia bingung dan panik setengah mati, kemana lagi dia harus mencari bantuan? Sedangkan bosnya dalam keadaan bahaya.
Ditambah lagi teman-teman nya sudah mati lebih dulu karena ulah anak buah Farrel yang secara tiba-tiba menyerang mobilnya saat ia baru saja pulang dari klub malam.
Dengan terpaksa ia mencuri sebuah mobil yang terpakir di jalan untuk kembali menolong bosnya.
Saat Said sudah kembali ke tempat di mana bosnya berada, ternyata bosnya sudah tidak ada di tempat. Said juga sempat melihat Farrel masih terkapar di jalan dengan luka tembak di pahanya.
Farrel menyeret tubuhnya ke tempat yang lebih aman tanpa mengetahui ada anak buah Aruna di sini dengan mobil curianya.
Tanpa menunggu lama lagi Said memutarkan mobilnya dan mencari bosnya.
Dia yakin, jika bosnya selamat dan tidak mati. Buktinya tidak ada mayat bosnya di area sini. Justru ia melihat Farrel sedang tak berdaya.
Di area ini cuma ada mayat anak buah Farrel dan juga teman-teman Said yang sudah tewas terbunuh.
Mobil yang dikendarai oleh Said menelusuri jalan, ia tidak sengaja. Matanya menoleh ke arah di mana bosnya sedang diseret oleh seorang gadis yang masih memakai seragam lengkap.
Dengan cepat Said menghampiri bosnya yang ternyata sudah ambruk tak sadarkan diri.
Said merasa senang karena telah menemukan bosnya, walau sudah tidak sadarkan diri.
Ia pun langsung turun dari mobil dan mengangkat tubuh bosnya masuk ke dalam mobil curian.
tak lupa Said mengajak Clara untuk ikut menemani dirinya.
***
Akhirnya Said, dan Clara sudah sampai disebuah rumah sakit, dengan cepat Dokter dan juga perawat membawanya ke ruangan operasi untuk mengambil peluru yang bersarang di pundak nya.
Sudah 1 jam lebih Aruna belum keluar dari ruang operasinya, Said merasa tidak tenang dengan keadaan bosnya yang belum keluar dari ruang operasi.
Setelah sekian lama menunggu, dokter yang menangani Aruna keluar dari ruang operasi.
Tarik sis! Semongko..! Kembali lagi kita di novel ini..
ingat! Tambahkan novel ini ke rak kalian ya biar novel ini terus berlanjutt..!
Said yang melihat dokter segera menghampirinya, menanyakan keadaan Aruna.
“Dok? Bagaimana keadaan Bos saya?” Tanya Said.
“Keadaan pasien untuk saat ini sudah lebih baik, untungnya pasien dibawa cepat ke rumah sakit ini, jika tidak nyawa pasien sudah tidak akan tertolong lagi.” jelas dokter membuat Said berlutut di lantai.
"Terima kasih tuhan! Sudah menyelamatkan nyawa Bos saya!" Said bersyukur pada tuhan. Mengadahkan tanganya ke atas.
Said merasa senang jika keadaan Aruna baik-baik saja, Said tidak sanggup jika harus kehilangan Aruna. bos yang sangat baik di matanya.
“Terima kasih Dokter! Terima kasih!” Said terus saja menciumi punggung tangan sang dokter saking bahagianya.
Beberapa jam kemudian Aruna telah tersadar dari tidurnya, ternyata obat bius yang diberikan oleh Dokter sudah habis. Aruna pun kembali tersadar.
Ia membuka matanya secara perlahan. Menyimpitkan matanya karena terlalu silau akan lampu yang meneragi ruangan ini.
Menyadari Bosnya silau karena lampu, dengan sigap Said menghalagi lampu dengan telapak tanganya.
“Bos, anda sudah bangun?” tanya Said.
Aruna pun bisa membuka matanya berkat Said menghalagi sinar lampu dari matanya, "Terima kasih Said.." ucap Aruna menganggukan kepalanya, ia secara perlahan segera bangun dari ranjang pasien.
“Bos tunggu! Anda masih belum membaik. Tidurlah dulu di sini!" Said menahan tubuh Aruna agar tidak bangun karena keadaanya baru saja membaik.
“Aku mau pulang!” Ucap Aruna.
“Tapi bos—“ ucapan Said terpotong saat mata Aruna menatap tajam ke arah Said. Bagaikan mata Elang yang siap memangsa.
Said hanya bisa diam terpaku saat dirinya ditatap oleh Aruna, ia tahu jika Aruna tidak suka dengan suasana rumah sakit.
Itu sebabnya Aruna ingin cepat keluar dari sini, sebelum keluar dari rumah sakit. Said terlebih dahulu membayar semua pengobatan, dan perawatan rumah sakit ini.
Sedangkan Clara menemani Aruna diruangan pasien. Aruna menatap ke arah Clara yang saat ini diam memperhatikan keadaan Aruna di atas ranjang pasien.
“Terima kasih sudah menolong saya." ucapan Aruna membuat Clara tersentak kaget tak kala Aruna berbicara pada Clara.
“Eh, hoh, itu—“ Clara menggarukan kepalanya yang tidak gatal. “Se..seharusnya saya yang mengucapkan terima kasih sama kakak, kerena sudah menolong saya dari para rentenir. Yah walaupun para Rentenir itu kakak tembak mati!” ucap Clara yang sedikit takut dengan Aruna.
“Siapa nama kamu?” tanya Aruna.
“Nama saya Clara! Clara Cleopatra.." Jawab Clara.
“Clara? Kenapa gadis SMA seperti kamu bisa berada di sana?" tanya Aruna heran.
“Itu tadi saya habis pulang kerja, pas saya baru pulang tiba-tiba para rentenir itu melihat saya dan mengejar saya.”
“Kenapa kamu bisa dikejar oleh Rentenir?” tanya Aruna sekali lagi, hingga membuat Clara tertunduk.
Clara Cleopatra gadis SMA berumur 18 tahun kelas 3 SMA, yang saat ini hidup sebatang kara tanpa ada orang tua disampingnya.
Ternyata orang tua Clara pergi meninggalkan Clara seorang diri. Meninggalkan hutang sebesar 500 juta. Saat itu Clara masih kelas 2 SMA.
Di saat Clara baru pulang sekolah, dirinya dihadang oleh seorang pria bertubuh kekar dan mengatakan bahwa dirinya harus membayar hutang kedua orang tuanya sebesar 500 juta pada dirinya.
Clara yang tidak tahu tentang masalah ini sangat bingung.
Bagaimana bisa Clara yang masih kelas 2 SMA harus membayar hutang sebesar 500 juta.
Padahal ia tidak pernah meminjam uang sebanyak 500 juta, ternyata setelah dijelaskan oleh para Rentenir tersebut. Orang tua Claralah yang meminjam uang sebanyak 500 juta untuk bermain judi. Dan berfoya-foya tanpa sepengetahuan Clara.
Sebagai jaminannya, Claralah yang akan membayar semua hutang orang tuanya. Clara yang merasa dirinya terancam dengan para rentenir tersebut. Akhirnya pergi berlari meninggalkan para Rentenir.
Dan untungnya ada mobil Polisi yang kebetulan lewat di depan matanya. Para rentenir itu kembali pulang ke tempat asalnya. Mereka akan kembali lagi untuk menagih hutang pada Clara.
Di saat Clara sudah sampai rumah, betapa terkejutnya ia melihat rumahnya sudah kosong melompong tak tersisa.
Ia segara naik ke atas, melihat kamarnya. Ternyata barang-barang yang ia punya masih ada.
Clara sangat sedih akan semua ini, kenapa orang tuanya begitu tega melakukan ini semua pada Clara yang tidak tahu apa-apa.
Clara yang sudah tidak ingin lagi tinggal di sini, berniat pergi untuk mencari tempat tinggal, dengan sisa tabungan yang ia punya.
Dan benar saja, selama hidupnya ia terus saja dikejar oleh para rentenir tersebut tanpa ampun.
Setiap kali Clara bertemu dengan para Rentenir tersebut. Ia selalu bersembunyi agar tidak ketahuan.
Selama hidupnya ia tinggal di tempat kosan kecil milik orang tua temanya.
Untungnya, Orangtua temanya membebaskan biaya kosanya.
Sebagai gantinya Clara harus membantu pekerjaan orang tua temannya sebagai pelayan toko, jika sudah pulang sekolah nanti.
Tentunya Clara tetap mendapatkan bayaran untuk membayar biaya sekolahnya.
Hingga di mana Clara naik kelas 3.
Clara terus saja bertemu dengan para rentenir itu.
Awalnya para Rentenir itu tidak tahu di mana tempat tinggal Clara saat ini. Entah kenapa para Rentenir itu tahu tempat tinggal Clara.
Karena takut nyawa orang tua temanya terancam dengan para rentenir tersebut, akhirnya Clara pergi dari kost an, dan pindah ke sebuah kontrakan kecil yang tidak akan diketahui oleh para rantenir
Clara juga mencari pekerjaan sampingan agar bisa membayar kontrakan, untuk membayar biaya Sekolah karena sebentar lagi akan lulus Sekolah.
Saat Clara baru saja pulang dari tempat kerja sambilanya, ia sudah ditemukan oleh para rentenir tersebut.
Clara berusaha untuk lari, Clara juga berhasil lolos dari kejarannya. Saat Clara sudah berhasil lolos dari para rentenir. Di situlah Clara tidak sengaja melihat Aruna sedang terduduk di jalan dalam keadaan senjata api sudah berada tepat di kepalanya.
Melihat Aruna dalam bahaya. Clara segera mengambil payungnya dari dalam tas dan langsung melempar payung ke arah Farrel, dan itu tepat mengenai tangan Farrel yang saat itu sedang memegang senjata api di tanganya.
Dan Clara berhasil menyelamatkan Aruna dari maut.
******
Aruna menjentikan jarinya ke arah wajah Clara yang saat ini tengah melamun, “Hei!”
Clara tersentak kaget. “Heh? I-iya?”
“Kenapa kamu malah bengong? Saya tanya kenapa kamu bisa dikejar oleh para rentenir itu?” tanya Aruna sekali lagi.
Clara malu jika ia menceritakan masalahnya pada Aruna yang belum ia kenal.
“Itu saya—“ ucapan Clara terpotong saat Said masuk ke dalam ruangan di mana bosnya berada.
“Bos? Saya sudah membayar semua tagihan rumah sakit. Kalau begitu kita pulang sekarang!" ucap Said
Sebelum Aruna pulang ke rumah. Aruna terlebih dulu mengantar Clara pulang ke rumahnya.
“Terima kasih sudah mengantarkan saya pulang.” Clara segera turun dari mobil, tanpa ia sadari. Aruna juga ikut turun dari mobil tersebut, mengikuti langkah Clara.
"Bos mau kemana?" Panggil Said namun Aruna mengambaikannya. Said merasa bingung dengan bosnya, tanpa menunggu lama. Said juga ikut turun dari dalam mobil, mengikuti langkah Bosnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!