Di dalam kamar seorang wanita menjerit kesakitan, tangan sang suami membelai rambut istrinya lembut. Tatapannya sayu, bingung apa yang harus dilakukan. Bidan yang telah ada di samping istrinya pun juga tak bisa berbuat apa-apa. Sedangkan sang istri semakin menjerit histeris, tak kuat lagi. Janin di dalam kandungannya telah meronta minta dilahirkan.
Dritzehn bangkit dari duduk membelai Roesli, Istrinya. Berjalan hendak keluar rumah. Dan saat ia buka pintu rumah, semakin terasa lah panas matahari yang semakin membakar itu. Dritzehn menggeleng.
"Apa lagi yang harus aku lakukan, Madame? semua sumber air sudah ku datangi, tapi semua nihil! " ucap Dritzehn. dia mulai putus asa.
Si Bidan, Madame. Berusaha berpikir memberi usulan, "Bendungan di sekitar sini juga kering? " tanyanya.
Dritzehn mengangguk, lemas. Tangannya bergerak menyeka keringat. Dia dekati lagi Roesli, kembali membelai nya lembut.
"Kuatkan dirimu, sayang.... "
Roesli menggeleng pelan. "Jangan sedih Drit... " ucapnya terbata. Lalu setelah menarik napas dia melanjutkan,
"Ada satu sumur yang belum kau datangi.... "
Dritzehn mengerutkan kening, mencoba mengingat. Perlahan dia melepaskan belaian pada istrinya dan berdiri dari terduduk nya. Berjalan menjauhi istrinya, jemarinya meraih gagang pintu dan mulai membukanya.
"Percuma bila kau datangi, Tuan. Sumur itu tertutup batu besar. " ucap Madame. Seketika Dritzehn dan Roesli menatap heran.
"Lalu, aku harus bagaimana lagi? " keluh Dritzehn.
"Hanya ada satu cara, " sambil beranjak dari duduknya. Madame melanjutkan,
"Curilah bubuk ramuan Gide! " Ucap Madame.
"Apa?!! , mencuri bubuk ramuan milik pengutuk tetua di daerah Neustrelitz ini?!! " Dritzehn menggeleng, "Apa kau gila, Madame! aku bisa mati di tangan Gide tua itu! dia begitu kuat kutukannya! " ucap Dritzehn.
Madame mengangguk, kedua matanya menatap tajam pada Dritzehn.
"Bila kau menuruti kata-kataku, istrimu dan bayimu akan selamat. Tapi, bila kau takut akan kutukan Gide.... kau harus menerima kenyataan keduanya tiada! "
Dritzehn memijat keningnya, "Baiklah! aku akan mengambilnya! " ucapnya.
Madame menyunggingkan senyum. "Dan andai Tuan tahu, bila Tuan menuruti kata-kataku, sumur itu bukan hanya membuat istrimu dan bayimu saja yang hidup. Tapi seluruh masyarakat akan hidup dan mengenang jasa Tuan. Karena telah membuat selamat seluruh masyarakat. " ucap Madame.
"Kalau begitu, apa yang kulakukan setelah mendapatkan bubuk ramuan itu? " tanya Dritzehn.
"Taburkan bubuk ramuan itu merata pada sumur. " ucap Madame. Lalu melanjutkan, "Aku akan memenangkan istrimu.... " sambil mendekat pada Roesli.
Dritzehn pun beranjak pergi, meski hatinya dirundung oleh keraguan.
Kudanya melaju kencang melewati pohon-pohon Ustret yang seolah berlarian menjauhinya. Tak dipedulikan lagi olehnya sinar matahari yang membakar kulitnya, keringat yang terus mengalir membasahi sekujur tubuhnya. Yang difokuskan kini hanya satu, bubuk ramuan Gide, penyelamat seluruh masyarakat.
Tepat berada di belakang menara Gide, Dritzehn menghentikan laju kudanya dan turun dari kudanya. Berjalan mengendap-endap. Keringat yang sejenak kering di terpa angin panas dalam perjalanan pun seketika mengucur lagi membasahi sekujur tubuhnya. Tangannya bergerak menyeka keringat, berjalannya semakin di perlambat saat tiba-tiba terdengar suara dari dalam menara.
Dritzehn memasuki menara lewat pintu belakang yang pernah dia buat sendiri. Karena dulu dia sering mencuri ramuan-ramuan bubuk maupun cair milik Gide bersama teman-temannya. Beruntungnya, dia tidak pernah terkutuk oleh kutukan-kutukan Gide. Tragisnya, teman-temannya lah yang terkena kutukan itu, sampai kini Dritzehn tidak lagi memiliki teman untuk mencuri ramuan-ramuan Gide. Namun itu dulu, sebelum Dritzehn menemukan belahan jiwanya. Karena dulu dia mencuri ramuan-ramuan itu untuk memikat para wanita.
...****************...
Hallo Semuanya 🥰 author kembali lagi dengan Kisah yang baru dan aura yang baru.
dalam Kisah kali ini, author ingin membawa pembaca ke dunia lain yang lebih menarik untuk menancapkan keinginan di hati kalian bahwa Kisah ini menarik untuk dibaca. Semoga kalian suka dengan Kisah-kisah yang author tulis. dan Semoga bermanfaat untuk semuanya...
Sambil di tunggu updatenya jangan lupa like nya dan vote nya 🥰
𝘒𝘳𝘢𝘵𝘢𝘬! pintu kayu yang dibuka Dritzehn tiba-tiba patah. Kekhawatiran mulai mengerubungi. Terdengar olehnya suara derap kaki mendekati tempat dimana ramuan-ramuan Gide tersimpan. Dengan cepat Dritzehn segera mencuri bubuk ramuan yang dimaksud.
Tangannya sibuk mencari dalam kotak bubuk ramuan di rak-rak dalam satu ruangan yang hanya dipenuhi dengan ramuan-ramuan.
"Dapat!!! " peliknya. Tersimpul senyuman dibibirnya.
Namun bersamaan dengan langkah kaki hendak keluar dari tempat itu, derap kaki yang terdengar tadi tiba-tiba terdengar lagi. Dan suara derap kaki itu semakin mendekat.
Dritzehn gugup, dia pun akhirnya berlari tanpa mengendap-endap lagi. Lantai menara Gide yang terbuat dari besi pun berdentang saat bergesekan dengan langkah kaki Dritzehn.
Gide membelakkan kedua mata setelah mendengar suara langkah kaki itu. Dia pun berlari mengejar suara itu. Dengan kekuatan yang dimilikinya, dengan mudah dia menangkap basah orang itu.
Namun dia langsung menghentikan langkah, setelah melihat seseorang yang kini telah melajukan kudanya, kedua matanya semakin membulat. Dan suara tertekan, sebuah kutukan pun keluar dari mulutnya.
"Dritzehn!!! keluargamu tak akan pernah bahagia!!! kurang ajar kau!!! berani-beraninya membuat orang tua sepertiku selalu marah gara-gara ulahmu!!! aku tak akan membiarkan bayi yang lahir dari rahim istrimu itu bahagia!!! 𝘢𝘯𝘢𝘬𝘮𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘶𝘢 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢𝘯𝘺𝘢!!! tak akan pernah merasakan muda!!! " ucapnya, membuat sudut-sudut menara itu bergetar. Sedangkan Dritzehn tak mempedulikan kutukan itu, meski hatinya berontak.
Setelah kutukan itu, langit tiba-tiba saja gelap menyelimuti. Seluruh penduduk Neustrelitz pun di buat terheran-heran dengan cuaca di langit. Setelah panas yang begitu menyengat, seketika berubah menjadi mendung.
Dritzehn melanjutkan kudanya sekencang-kencangnya, ketakutan mulai menyelimuti hatinya. Langit yang seketika menjadi gelap, seolah menyampaikan pesan buruk untuknya. Kutukan Gide yang samar-samar terdengar olehnya itu pun terus mengiang di telinganya.
"Aku tak akan membiarkan bayi yang lahir dari rahim istrimu itu bahagia!!! 𝘢𝘯𝘢𝘬𝘮𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘶𝘢 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢𝘯𝘺𝘢!!! tak akan pernah merasakan muda!!! "
Sedangkan Gide berputar-putar di depan ruangan dimana ramuan-ramuannya tersimpan. Dia berpikir keras, memikirkan kutukan yang dia ucapkan tadi pada Dritzehn, seseorang yang sering tertangkap basah olehnya telah mencuri ramuan-ramuannya, namun itu dulu. Dan yang dia kutuk bukan Dritzehn, dia tak pernah tega mengutuk Dritzehn. Maka dari itu dulu selalu teman-teman Dritzehn yang terkena kutukan itu.
Namun kini, entah apa yang membuatnya marah dengan sangat, sampai mengutuk bayi dalam rahim istri Dritzehn. Dia begitu menyesal, namun percuma. Kutukannya terlanjur diucapkan. Langit telah menjadi saksi akan kutukan itu.
"Dritzehn.... andai kau tak mirip dengan anakku.... Pasti aku tak akan se khawatir ini akan kutukanku sendiri, dan baru saat ini aku menyesali kutukan yang telah ku ucapkan.... " gumam Gide.
Sambil duduk di atas kursi besar di dekat pintu ruangan itu. Alisnya kembali mengerut, "Lalu, apa yang harus aku lakukan? " Jemarinya yang memperlihatkan kerut-kerut tua kulitnya memijat kening. Kedua mata itu pun samar-samar menatap satu dan perlahan terpejam.
...****************...
Tangannya mengeluarkan bubuk ramuan yang telah dicurinya dari menara Gide, dan perlahan jemarinya bergerak membuka tutup botol kecil berisi bubuk ramuan itu.
Dritzehn telah berdiri tepat di depan sumur Srey, satu-satunya sumur yang belum di datanginya. Dan perlahan dia taburkan bubuk itu ke dalam sumur Srey.
.
.
.
kelanjutannya besok ya 😄👍
Dari atas menara, Gide menerawang ke langit, bibirnya mulai bergerak memanjatkan doa.
"Kutukan pada bayi yang akan dilahirkan oleh Roesli itu benar-benar akan menjadi nyata.... Namun, kutukan itu bisa dihentikan secara perlahan, oleh kekuatan.... Cinta... " ucapnya. Terlintas senyuman di bibir tua Gide.
Senyuman mengembang tercipta di bibir Dritzehn, setelah selesai menaburkan bubuk ramuan Gide ke dalam sumur Srey, karena seketika itu pula Dritzehn melihat semburan mata air dari balik batu besar yang telah menutupi sumur Srey dari keaslian pesonanya. Air itu semakin memenuhi sumur Srey.
Dritzehn berlari menuju dimana istrinya siap untuk melahirkan. Dia langsung membuka pintu, membuat Madame yang sedang menjaga Roesli pun terkejut.
"Anakku bisa dilahirkan sekarang juga!!! " seru Dritzehn.
Kerut di senyuman Madame seketika berubah menjadi senang. Kedua matanya berbinar, "Kalau begitu, cepatlah kau ambil air!!! " ucapnya.
"Baik! " jawab Dritzehn, sambil beranjak cepat mengambil air.
Setelah sedikit lama Dritzehn hanya duduk, berjalan mondar-mandir diluar ruangan tempat istrinya melahirkan. Tiba-tiba satu suara terdengar olehnya, suara impian, suara yang telah ditunggu-tunggu kehadirannya, suara yang diharapkan ada di tengah-tengah keluarga Dritzehn.
"Owek! Owek! Owek! "
Tapi bersamaan dengan itu, suara jeritan Madame pun terdengar pula.
"Hah? 😱 Tidak!!!"
Seketika Dritzehn pun langsung membuka pintu, masuki ruangan. Namun langkah kaki Dritzehn seketika terhenti. Dia begitu tercengang kini, dengan apa yang dilihatnya. Dan perlahan kakinya berjalan mendekat. Berjalan mendekati Roesli yang terbaring tak berdaya. Kedua tangannya mencoba menyentuh Roesli, dan benar yang dilihatnya. Segera dia menyingkirkan tangan dari menyentuh Roesli, dan menggelengkan kepala.
Roesli menyentuh wajahnya sendiri. Mulutnya pun bergerak, terasa berat saat dia hendak berkata-kata,
"Apa yang telah kau lakukan Dritzehn?" suaranya bergetar, terdengar begitu serak, dan jelas sekali itu bukan suara Roesli yang dulu, tapi itulah suara tua yang telah merambat ke sekujur tubuhnya.
Wajahnya tiba-tiba berubah keriput semakin tua, kedua tangannya pun tidak lagi mulus, semua sel di sekujur tubuhnya menjadi tua. Dan yang paling mengejutkan, rambut Roesli pun berubah menjadi rambut uban semua.
Dritzehn semakin menggeleng-geleng tak percaya, setelah mendapatkan pertanyaan dari Roesli.
Meski dia telah tak kuat melihat istrinya, dia tetap berusaha kuat, karena masih ada satu lagi yang lebih membuatnya terkejut.
Dia ambil bayinya dari tangan Madame yang terdiam kaku di atas kursi. Dan seketika sekujur tubuhnya seperti terbakar, tak sanggup dia melihat bayinya itu. Dan yang paling dia benci adalah dirinya sendiri, telah membuat dua orang yang disayanginya menerima kutukan Gide.
Tangannya bergerak membelai bayi tua itu. Bergetar Dritzehn menyentuh anaknya sendiri. Tak sanggup lagi rasanya melihat semua kenyataan. Perlahan sebutir air mata jatuh mengenai pipi anaknya.
Namun seketika itu pula tangisnya terhenti, gerakannya yang bergetar pun terhenti. Setelah melihat senyuman yang tercipta dari bibir bayi tua itu, anaknya.
Dan langsung saja dia cium bayi tua itu. Kebahagiaan seketika menyeruak, karena melihat senyuman bayi bertubuh keriput layaknya orang yang lanjut usia, kelopak mata yang keriput dan tak jelas bila melihat, layaknya penyakit mata pada orang yang telah lanjut usia. Namun, hanya senyuman bayi tua itulah yang menunjukkan keaslian seorang bayi.
Dritzehn pun langsung mendekatkan bayi itu pada Roesli, "Lihatlah Roes... senyuman itu... "
Roesli pun ikut tersenyum, terlihat begitu sulit dia untuk tersenyum. Dan tiba-tiba saja jantungnya terasa sakit, kedua tangannya pun menahan sakit itu, menekankan ke dadanya.
"Roes.... kamu kenapa? " Dritzehn mulai khawatir.
Roesli menggeleng, dan perlahan bibir keriputnya bergerak.
"Kutukan Gide.... menjadikan orang yang meminum air sumur itu menjadi tua inilah... yang mulai aku rasakan.... resikonya..... dan, setelah masa tua manusia itu pasti akan.... mati...." ucapnya terbata-bata dan bergetar.
Dritzehn semakin tak percaya dengan ucapan istrinya yang berubah menjadi tua itu.
...****************...
.
.
.
Sampai disini apakah semakin menarik kisahnya?
Komentar di bawah ya 😄
Biar Author tahu, kisahnya menarik untuk dilanjutkan atau tidak....
Thankyou 😍
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!