NovelToon NovelToon

My Special Class

Episode 1 [Revisi]

...***...

Dirumah mewah milik keluarga Wijaya yang hanya ada empat orang keluarga bersandang nama belakang Wijaya, yaitu kakeknya Rayza Wijaya, mamanya Aryani Wijaya, Reihan Wijaya, dan putri manjanya Sheryl Wijaya.

Kakek memimpin perusahaan Wijaya group, sembari menunggu Reihan dewasa dan memberikan seluruh tugas dan tanggung jawab perusahaan Wijaya yang juga merupakan salah satu perusahaan terbesar di indonesia. Meski begitu, mereka hidup dengan sederhana saja.

Dirumah itu sebelum kakeknya pulang, Sheryl selalu setia menemani mama menonton Tv, saat Reihan belum kembali juga. Saat menonton ia iseng membuka benda yang serba tau itu, ya ponsel. Dia ingat bahwa ada pesan notifikasi masuk di hpnya. Dan itu dari Grup sekolahnya. Mengingat lusa liburan semester satu akan berakhir dan akan dimulainya semester yang baru, pasti ada pemberitahuan yang cukup penting, kan?

Saat ini Sheryl menginjak usia 16 tahun dan duduk di kelas 11, bukan sembarang kelas, dia masuk ke kelas paling teladan di jajaran jurusan IPA yaitu kelas XI IPA 1. Bukan hanya itu, dia juga mendapat peringkat pertama, di semester 1 yang lalu. Membuat seluruh keluarganya bangga. Bukan cuma Sheryl, Reihan yang saat ini berada di semester akhir di kelas 12, juga mendapat juara pertama di kelas yang dianggap teladan. Yah..., usia mereka memang beda satu tahun. Mau gimana lagi, udah takdir.

"Lah?!! Ehh!! Apaan sih ini!" Teriakan gadis itu, sukses besar memekakan telinga Aryani yang tengah asyik bersuka cita dengan Televisinya.

"Ada apa sih Shy?" Aryani menoleh dengan kedua tangannya memegangi telinganya, yang nyaris kehilangan fungsi gendang itu. Shyshy, itu panggilan khas Aryani untuk putri bungsunya, Sheryl.

"Mau buat mama kena serangan jantung dadakan yah?"

"Ih, ga gitu Ma, maafin Shyshy tapi coba liat deh ini." Sheryl mengulurkan Hp-nya. Pasti ada yang penting di sana.

Benar saja, Aryani langsung melotot menatap hp itu tak percaya dengan yang tertulis di sana. Segera dia menghubungi Kepala sekolah yang adalah teman lamanya. Mencoba meminta penjelasan tentang maksud tindakannya terhadap Sheryl.

"Ma--" Sheryl mencoba menenangkan Aryani yang tampak sedikir sebal.

"Udah tenang aja, Mama bakal minta penjelasan, apa maksudnya dia gitu ke kamu, putri bungsu keluarga Wijaya."

Sheryl kembali menatap hp-nya lagi, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Bagai mana tidak, pasalnya gadis imut mungil yang notabane-nya adalah gadis supel dari XI IPA 1 tiba-tiba dipindahkan ke kelas XI IPA 5 yang sudah sangat terkenal. Benar - benar menjadi legenda, terkenal akan kenakalannya yang melegenda.

Apakah sheryl dengan mudah menerima pemindahan dadakan ini? Tentu saja tidak!! Tidak tau bagaimana kehidupan gadis supel itu bila ada di sana. pikirannya melayang menerka nerka apa yang kepsek makan tadi pagi sampe otaknya gesrek gitu.

"Ke kelas XI IPA 5?!! Gila!! Beneran edan!! Gendeng! Geblek!! Penghuninya masya Allah, subhanallah lah, beraneka ragam!!" Protes Sheryl mengetahui ia dipindahkan ke kelas legendaris itu. "Banyak ragamnya, ada barbie muka tebal 5 cm, ada nakalnya kuadrat pangkat 3 kali 5, yang tawuran ada, langganan bolos?? Apa lagi!! Wah langganan Pak Eky terlambat? yah berserak dimana-mana!!" Sheryl yang menjabat sebagai wakil ketua OSIS tentu saja sangat tau ke-'legendaan' apa saja yang terjadi di kelas itu.

Sheryl kembali ke kamarnya mengangkat telpon Zizah sepupunya, sekaligus sahabat dan teman sekelasnya. Tidak lupa Zizah juga ikut dipindahkan ke kelas legenda itu. Membuat Zizah pusing tujuh keliling.

"Ryl lo udh denger ngga? Gila kan sekolah itu?!! Masa kita dipindahin gitu aja, dan harus mau lagi bla bla bla." celoteh Zizah panjang lebar yang membuat Sheryl menjauhkan hp dari telinga nya. Kemarahan Zizah itu wajar, karna Zizah yang menyandang gelar sekretaris OSIS paling baik sepanjang sejarah sekolah juga dipaksa menanung, menimbah ilmu di kelas yang sama dengan orang-orangan itu.

"Sebenarnya saya begini bu, karna saya ingin mengubah anak-anak kelas XI IPA 5. Mungkin dengan adanya Sheryl dan Zizah membuat mereka termotivasi untuk lebih giat lagi belajarnya. Mohon ibu mengerti, dan bantu kami." penjelasan singkat dari telepon itu menjawab sebagian pertanyaan Aryani. Kenapa putrinya yang berprestasi harus dipindahkan ke kelas itu. Mendengar jawaban itu cukup untuk membuat Aryani mempertimbangkan keputusannya.

"Ini juga karna usulan dari Reihan, jika tidak mana mungkin kami memiliki keberanian sejauh itu." Tambah pria di sebrang telpon sana, suaranya pelan penuh hormat.

Aryani diam sebentar, dia mencoba mencerna perkataan teman lamanya itu. Beberapa pertanyaan mulai muncul dibenaknya, alasan mengapa putra sulungnya yang dia percaya sangat bijaksana malah memgambil keputusan sombrono seperti ini.

Selang beberapa waktu, suara serak basah khas milik Reihan terdengar. Aryani mematikan hp-nya dan langsung menyambut Reihan pulang.

Seperti biasa ciuman di punggung tangan khas untuk Aryani segera mendarat.

"Rei, Shyshy dia di pindahkan ke kelas--"

"Ke kelas XI IPA 5? Iya Ma, itu permintaan Reihan pada sekolah." jawab Reihan memotong pertanyaan Mamanya sembari melepas jaket hijau tua yang ia kenakan, langsung di buang ke sofa diikuti badannya yang juga terduduk di sofa. Dengan berkelas, kaki kanan di letakkan di atas kaki kirinya.

"Tapi apa alasannya? Kelas XI IPA 5 itu bukan hal baik untuk masa depan adik mu. Kamu pindahin dia sama dengan mengacaukan masa depannya." Suara Aryani sedikit menekan, namun Reihan masih tampak tenang.

"Mama salah..., Rei cuma nggak mau Shyshy mengalami masa SMA yang penuh tekanan yang kayak Rei rasain sekarang ini. Rei agak nyesel kenapa mesti masuk di kelas IPA 1 yang notabanenya panutan. Mama tau? Di kelas nya Shyshy cuma punya Zizah sebagai sahabatnya secara tulus. Sedangkan yang lainnya? Yang lainnya hanya menatap sinis Shyshy, memandang Shyshy bagai musuh yang harus di enyahkan, ambisi yang begitu kuat terlihat di mata rata-rata anak IPA 1 yang teladan, jika memang bersaing secara sehat itu gak masalah. Tapi apa Mama tau, mereka udah beberapa kali mencoba menyakiti Shyshy. Gak terhitung berapa kali mereka mencoba mengintimidasi Shyshy, karna rasa iri mereka pada shyshy yang supel, semuanya gagal karna Rei tau rencana mereka. Ma..., yang Rei khawatirin saat Rei lulus adalah siapa yang akan menjadi pahlawan Shyshy yang melindunginya?? Bukan cuma itu, kalau dia terus ada di kelas itu dia bakal tersiksa mentalnya, Shyshy gak akan menikmati masa SMA biasa yang menyenangkan, Ma. Kalau soal keselamatan Shyshy mama tenang aja, Rei yakin shyshy baik baik aja."

Mendengar penjelasan putra sulungnya itu, Aryani menangis terisak memeluk Rei begitu erat menumpahkan air mata dibaju putra sulungnya itu, merasa amat sangat bersalah karna tidak mengetahui tekanan yang mereka rasakan selama ini, karna berprestasi ingin membanggakan keluarga dan orang tua sampai kebahagiaan pun digadaikan.

"Maaf..., maaf semua salah mama, maafin mama." ucap aryani berulang kali.

"Ma..., Mama ngga salah, Ini pasti berat juga buat Mama, harus ngasuh Rei dan Shyshy sendirian, nggak ada Papa. Sebagai putra sulung keluarga Wijaya, tekanan seperti itu hanya hal sepele buat Rei, tapi beda sama Shyshy dia itu putri bungsu yang harus kita jaga. Makanya Mama paksain dia ke kelas XI IPA 5 yah? Biar kalau Rei lulus dia ngga bakal dicelakain orang lagi."

"Kamu yakin, kelas IPA 5 baik-baik aja? Gak mau pindahin Shyshy ke sekolah lain aja?" Fakta yang baru Aryani ketahui tentang kehidupan sekolah anak-anaknya, membuat tingkat ke khawatirannya meninggi.

"Percaya sama Rei." Hanya tiga kata yang Rei ucapkan, memberikan ketenangan pada Aryani.

"Iya Mama pastiin dia pindah ke kelas XI IPA 5. Meski notabane-nya buruk, lebih baik daripada harus mengalami siksaan batin."

"Makasih ma, udah percayain Rei."

"Mama mau ke atas bujuk Shyshy dulu."

Bukan seorang mama Aryani namanya kalau tidak bisa membujuk Shyshy si putri manja. Akhirnya Shyshy setuju masuk ke kelas XI IPA 5. Dengan ganti Aryani akan memberikan banyak novel limited edition untuknya.

Episode 2 [Revisi]

...***...

Sejak pagi Sheryl sudah sibuk mempersiapkan diri. Karna hari ini Semester 2 dimulai, sedih rasanya harus berpisah dengan yang namanya libur dan rebahan, paket lengkap yang sangat diidamkan olehnya..

Pagi itu Sheryl sarapan bersama keluarganya, dengan damai tentunya. Selang beberapa waktu, Sheryl selesai, ia pun berpamitan pada Kakek dan Mamanya, tentu saja  mana boleh ketinggalan, ciuman pagi untuk mereka berdua.

"Woi dede pendek, ayo berangkat bareng gue?" Ajak Reihan yang menepuk lembut kepala Sheryl. Ya, biasanya memang Sheryl berangkat sendiri.

"Ngga mau, males gue. Ralat ya gue tuh nggak pendek, kakak aja yang ketinggian." balas Sheryl ketus memanyunkan mulutnya. Meskipun sering diledek begitu, tapi telinga Sheryl masih tidak terbiasa, dia tetap kesal.

"Dih..., emang yah orang pendek banyak banget alasannya." Rei tersenyum tipis, memukul pelan jidat adiknya.

"Ma, Kakek, liat kakak, stress! Gendeng!" celoteh Sheryl yang pagi-pagi udah di buat badmood sama kakaknya.

"Rei, udah jangan ganggu adik kamu terus. Berangkat gih, entar terlambat loh." Syukurlah Aryani adalah orang yang lembut, dia mampu melerai keributan ringan itu tanpa masalah.

"Kamu juga Shy, sekali-kali berangkat sama kakak mu gih. Ntar terlambat." sambung Kakek yang bangkit dari kursinya dan membelai lembut rambut cucu kesayangannya itu.

"Ngga mau lah, males banget Shyshy, yang ada nih ya Kek, bisa jadi satu gosipan sekolah. Sheryl juga ntar di jemput zizah, terus baliknya naik angkot kayak biasa."

"Lo takut di gosipin sama satu sekolah karna deket sama kakak gitu? Yah masuk akal sih secara Kakak ini kan famous garis miring terkenal." jelas Rei terkekeh sendiri, ia saja tak biasa memuji diri sendiri.

Yah memang seperti itu. Hanya ada beberapa orang tertentu di sekolah yang tahu kalau mereka adalah kakak dan adik kandung. Alasan Sheryl tidak ingin mengekspos hubungannya dengan Rei adalah karna wanita-wanita muka tembok, yang tiap hari gangguin kakaknya. Dan kalau udah tau Rei punya adik. Otomatis mereka bakal deketin adiknya. Secarakan Rei sayang banget sama adiknya itu. Jadi kesimpulannya Sheryl ngga mau di ganggu oleh mereka. Garis bawahi kata mereka.

"Gendeng--"

*Tin Tin

Suara klakson mobil Zizah berbunyi memutus ucapan Sheryl. Dengan cepat Sheryl menuju ke sana, tak lupa ia juga mencubit lengan Rei saat pergi. Membuat desisan seksi pagi hari ala Rey.

Zizah menurunkan kaca jendela mobilnya dan menyapa keluarga Wijaya itu.

Bukan rahasia lagi jika kakak laki-laki adalah orang yang paling suka menggangu dan mengejek adik perempuan nya. Tapi jika ada yang menggangu adik perempuannya maka kakak laki-laki adalah orang pertama yang akan melayangkan pukulan pada orang itu. Benar, hanya kakak laki-laki yang boleh menggangu adiknya. Orang lain tidak boleh. Yang menggangu akan di belenggu.

Begitu juga perlakuan Rei pada Sheryl, yang selalu menganggap gadis itu sebagai adik kecil imut sasaran gangguannya.

   Meskipun di rumahnya Sheryl  terlihat cerewet dan manja. Tapi tidak di sekolahnya. Di sekolah, ia membangun image gadis supel yang dingin, anggun, elegan, bijaksana, cerdas. Ngomong seperlu nya aja, irit kata. Kalau ngeluarin kata ibarat ngeluarin emas, susah amat. Ditambah dengan perpaduan wajah cantik pake pangkat tiga dengan tubuh mungil miliknya, apalagi  dia adalah Waketos (Wakil Ketua Osis ) dia bisa saja jadi Ketos, hanya saja ia merasa Andy lebih baik. Tentu saja dengan semua yang di milikinya sekarang dia menjadi salah satu primadona jajaran atas di sekolah. Tidak kalah, Zizah yang sifat asli rumahnya cerewet membangun image gadis ice girl di sekolah. Pasalnya gadis itu angkuh dan arogan, itu dapat dilihat dari cara jalannya yang tak pernah tertunduk selalu medongak ke atas, menandakan kesombongannya. Dia juga merupakan SekOs ( Sekretaris Osis ) Meski jarang senyum, karna udah terlahir cantik yah tetep cantik. Dia juga salah satu primadona jajaran atas di sekolah.

  Sheryl dan Zizah menyusuri koridor untuk melihat-lihat. Banyak pasang mata yang melihat mereka, yang kagum tambah kagum, yang sirik makin sirik.

"Tch, sialan!!" desis Zizah menatap 4 gadis di depannya. Yang adalah anak XI IPA 1, mantan teman sekelas mereka. Ya Soalmya mulai hari ini Sheryl dan Zizah adalah anak XI IPA 1.

Bukan rahasia lagi, jika mereka sangat tidak menyukai Sheryl dan Zizah. Bahkan saat masih sekelas. Mereka sering mengganggu Sheryl dan Zizah terang-terangan. Sedangkan yang lainnya hanya memberi Sheryl dan Zizah tatapan dingin dan sumpah serapah di dalam hati. Ada juga yang main belakang. Tapi untung aja ada Rei yang menggagalkannya.

"Ngapain para 'Teri'  itu kesini??" tanya Sheryl. Ya, 'Teri' adalah sebutan untuk mereka berempat dari Zizah.

Para 'Teri' itu pun menghampiri Sheryl dan zizah. Sudah jelas niatnya. Ingin mencibir Sheryl dan Zizah. Bukan Sheryl yang pedas namanya kalau kalah dari para 'Teri' itu.

"Eh, juara pertama? Pindah nih? Ke kelas legenda lagi, Duh akhirnya berandal di balikin ke tempat berandal. Akhirnya mata kepsek kebuka juga." cibir Renata yang menatap rendah sheryl dari atas kepala sampai kaki, yang disahuti gelak tawa teman-temannya.

"Bener, akhirnya kepsek sadar tempat berandal kayak gitu butuh orang yang dapat me- motivasi mereka, bukan terus menghina mereka." balas Sheryl yang pergi dan langsung diikuti Zizah. Tidak lupa mata elang milik zizah menatap tajam mereka. Membuat mereka begidik.

   Hari itu hari pertama mengawali sekolah, ada pidato yang ingin di sampaikan pak Kepsek kepada semua penghuni  SMA Merah Putih itu. Sheryl dan Zizah mulai masuk ke barisan kelas XI IPA 5.

"What the-?! Gila! Yakin nih kelasnya?" Pekik Sheryl heran.

"Stress!! " sambung Zizah melongo.

Mereka terkejut bukan main. Tercengang melongo heran, diam beberapa saat melihat teman barunya itu. Hanya ada belasan orang di barisan itu dan itu tidak lebih dari 15 orang. Setahu mereka kelas di sekolah ini seenggaknya lebih dari 30 orang. Bagaimana mungkin di hari pertama ada lebih dari setengah penghuni terlambat.

"Benar-benar legenda. Padahal yang menjaga gerbang hari ini pak Eky, luar biasa..., berandalnya." Sheryl bertepuk tangan sebelum dia menepuk jidatnya sendiri. Beban berat mulai menghampiri pundaknya.

Dan hampir semua yang berbaris  ini adalah perempuan, dapat dikatakan perempuan di kelas ini masih memiliki etika, meski bedak mereka sudah hampir sama dengan badut.

"Sheryl?! Juara umum kelas XI jurusan IPA??" Panggil pria itu. seketika Sheryl dan Zizah menoleh. Terlihat seorang pria berkulit putih, memakai kacamata, dan beralis tebal. Satu kata, Tampan. Melihat dari pakaiannya yang rapi dan berbaris di sini. dia pastinya adalah ketua kelas XI IPA 5. Sheryl harus bersyukur, setidaknya ketua kelas ini masih masuk dalam jajaran orang normal.

"Gue Daniel Karen. Ketua kelas XI IPA 5. Salam kenal

" ucap pria itu memperkenalkan dirinya.

"Gue Sheryl, dia Zizah." sahut Sheryl sekenanya.

Belum sempat Daniel berbicara lebih lanjut. Sheryl dan Zizah sudah pergi ke depan meninggalkannya. Daniel manaikkan sebelah alisnya, tersenyum tipis menatap Sheryl.

"Ketemu, perfect, calon gue." gumam Daniel.

  Setelah selesai berbaris. Sheryl pergi ke kantor Kepsek menerima panggilannya di ikuti oleh zizah. Entah tak tau apa yang di katakan Kepsek pada mereka. Jujur saja, Zizah enggan sekali bertemu pria tua yang merupakan masalah utama dalam kehidupan sekolahnya. Syukurlah kedua gadis ini di besarkan dengan etiket yang baik, jadi masih bisa memgendalikan diri.

...***...

Episode 3 [Revisi]

...***...

Sheryl dan Zizah keluar dari ruangan Kepala sekolah. Di lapangan sudah sepi, Tak terlihat lagi murid-murid terlambat lalu lalang. Sepertinya memang sudah selesai dihukum. Kedua gadis itu berjalan di koridor, tepat di depan kelas XI IPA 1, terdengar banyak suara batuk yang di sengaja.

"Ya Allah, buatlah mereka batuk selamanya." Doa Zizah kesal.

Kedua gadis itu terus berjalan menuju kelas mereka, kelas baru tepatnya. Masih beberapa meter dari kelasnya. Mereka sudah merasakan hawa aneh, dan kebisingan juga telah terdengar. Pantas saja kelasnya di letak paling ujung, ini alasannya. Setelah sampai di pintu. Daniel langsung menyambut mereka.

Daniel langsung mengambil kayu pemukul dan membanting nya beberapa kali di meja dengan suara kuat. BUKKKHH!! BUKHH!! BUKHHH!! BUKHH!!!

Sheryl dan Zizah juga terkejut.

"Apaan sih lo kudanil? Bikin kaget aja! Kalo gue ninggal muda itu semua karna lo sering mukul-mukul meja. Ntar kalo gue ninggal muda gue bakal gentayangin sinta loh." nyerocos David.

"Lah kok lo gentayangin gue! Salah gue apa?" sahut sinta. Suara dari gerombolan gosip itu.

"Salah lo terlalu cantik sih. Yah elo kan udah nyuri hati gue. Eaaa!! Eaaa!!" balas David yang disambung gelak tawa teman-temannya.

"Woi woi udah jadian aja sono."

"aceeeppiiiwwwiitt!"

"Pajak jadian woi!"

"Dih alay, norak"

Begitulah suara-suara itu terdengar bagai suara ghoib. Luar biasa deh. Nyuruh diem aja mesti mukul meja dulu.

"Andrian...! Liat deh! Masa Gue digodain sama kodok David itu, Ndri bantuin gue ngomong lah." pinta Sinta dengan suara manja yang suer dah alay bat sumpah.

"Dih apa sih loh! jijik tau! Lo kira gue mau sama kaleng rombeng macem lo." Ketus Andrian, padahal dia dulu juga sering baperin Sinta sampai Sinta baper beneran. Ketika udah baper, Andrinya cuma PHP. Yah begitulah memang, bukan salah Andri juga sih. Soalnya Andri emang udah terkenal playboynya. Salah sendiri ngapain masukin gombalan mautnya Andri kedalam hati. Kata-kata Andri di dengerin, yah mampus sendiri.

"Keterlaluan deh lo Ndri." Sinta berlari keluar sambil menangis.

"Dih, Parah lo Ndri." Sambung Agung, salah satu jajaran pria ganteng di kelas itu, masuk sirkelnya Andri.

"Makasih ya Ndri, lo udah lepasin sinta buat gue, ntar gue bantuin lompat pager." ucap David cengengesan dan menepuk pundak Andri bangga.

"Sama-sama bray, btw, tuh cewek kemana?? Ntar dia bolos, gue pula yang di salahin." keluh Andri sok cemas padahal nada mengejek.

"Dia pasti ke kamar mandi lah, bagusin make-upnya. Dia kan ratu badut." sambung Regata terkekeh. Sungguh, lawakannya tidak lucu, tapi banyak yang tertawa.

Benar saja. Sinta ke kamar mandi, syukur dia bawa beberapa alat make-upnya.

Tiap minggu gonta-ganti pacar bukan hal baru bagi Andri. Jadi kehilangan satu seperti sinta. Halah udah biasa. Malah bagus, karna suaranya cempreng kayak kaleng rombeng, begitulah ekspresi Andri saat ini.

*Prok! Prok! Prok!

Tiga kali tepukan yang di suguhkan oleh Sheryl, sukses menarik perhatian seisi kelas. Kelas yang tadinya tidak begitu fokus pada mereka berdua. Kini memandang kedua gadis itu dengan tatapan serius.

"Uwihh.. Sapa tuh?? Cans bat dah"

"anak baru dari mana??"

"dih tapi sombong"

"Gapapa sombong asal cantik nya kayak gini."

Kumpulan suara ghoib itu kembali lagi. Sheryl yang kini tengah jadi pusat perhatian, mulai mengutarakan unek-uneknya, yang sedari tadi dia tahan.

"Bagus ya, drama kalian ini. Bikin gue jijik sampe mau muntah--"

"Sama gue jugak jijik banget liat mereka." sambar Andrian yang memotong ucapan Sheryl. Sheryl hanya memandang pria itu dengan tatapan sinis meremehkan.

"Ini Sheryl dan ini Zizah mereka murid yang di pindahin dari kelas XI IPA 1 ke kelas kita."

Begitulah perkenalan singkat yang di sampaikan Daniel.

"oh ternyata bukan dari sekolah lain toh"

"jadi dri kelas XI IPA 1"

Beneran horor. Muncul lagi tuh banyak suara ghoib.

"Ini serius kita di pindahin ke kelas ini?! dari kelas teladan ke kelas legenda??!! cobaan macam apa ini?" Desis Sheryl kesal.

"Weii~ Santai dong. Kelas kami juga teladan kok!" Sahut pria itu,  yang sedari tadi duduk ngegame mengabaikan segala riuh ricuh karna ulah Andri. sekarang juga masih ngegame. Ngomong sama Sheryl tapi natap ke hp. Membuat emosi Sheryl naik ke ubun-ubun. Gadis itu yang biasa di hormati kini di abaikan oleh cowok tengil itu.

"Nathan,  santai dong.  Murid baru nih." Protes Andri nada meremehkan.

Nathan, yah Nathan nama cowok itu,  yang juga terkenal akan tukang PHP kelas paling atas. Gimana lagi, wajahnya yang gantengnya ngga ketulungan, harta yang berlimpah, seminggu empat kali ganti mobil. Cewek mana yang ngga antri dibuatnya. Meski dia ngga pernah pacaran tapi dia terkenal welcome ke semua cewek jenis apapun itu.

"Yakin lo? Kelas lo ini teladan?!" Sinis Sheryl menaikkan bola matanya jengah.

"Iya dong, teladan, telat datang pulang duluan, Hehe dan ralat Sher, nih kelas kita, bukan gue sendiri." ucap Nathan cengengesan. Menjajar rapi gigi putihnya. Senyumnya sangat manis, seolah mampu menyihir banyak kaum hawa untuk memgantre demi dirinya.

"Mimpi apa gue kemaren, sampe ketemu orang kayak kalian!". Sheryl muak, dia berjalan ke bangku kosong diikuti oleh zizah yang sedari tadi mengumpat surapat dalam hati. Karna masih jaga image tentunya.

"Santai dong, nih kelas kami manusia semua kok isinya, ngga ada kanibal percaya deh. Paling ada juga psikopat" balas Nathan yang di sambung gelak tawa oleh kawan-kawannya saat itu.

Yah mereka tentu saja 4 most wanted yang membuat banyak gadis menggila. Mereka adalah Nathan Arkasa, Andrian wiraguna, Regata Tara, Agung adijaya. soal kegantengan ngga usah di tanya, semuanya melebihi standar. apalagi Si Nathan, kalo masuk Tv mukanya kena sensor karna terlalu tampan dah. Di tambah lagi anak-anaknya orang kaya, jangankan ngomong. sekali tatap juga udah banyak yang tertarik.

"Baru kali ini gue ketemu cowok-cowok lambe turah kayak kalian. Mukanya aja berkelas. Tindakannya murahan. Ngumbar janji sana sini." Pekik Sheryl emosi. Cukup sudah, dia sudah terlalu sakit kepala, bahkan sebelum istirahat pertama. Entah bagaimana gadis mungil satu ini akan menjalankan hari-hari di kehidupan ke sekolahnya.

"Suram udah masa SMA gue. " tambahnya menggelenhkan kepala.

"Sampah daur ulang sih." Celetuk Zizah, sudah cukup ngumpat dalam hatinya. Saatnya main ceplas ceplos.

"Udah, udah Sheryl, Zizah cowok tuman kayak mereka ini nggak usah di langgeti. Ntar stress sendiri. Maklumi aja waktu pembagian otak ngga datang. Sarafnya juga udah di ganti pake pipa aer." lerai gadis itu,  yah itu adalah Klara, dia adalah juara 1 kelas legenda itu. Melihat Klara angkat bicara. Mata Daniel tiba - tiba serasa menyeramkan.

"Cewek cupu?!" teriak Sheryl dan Zizah bersamaan. Memeluk Klara dengan hasrat rindu yang membara. Dia adalah Klara Archen sahabat kedua gadis itu. Semasa SMP mereka bertiga menjalin persahabatan yang erat. Namun Klara bilang dia mau sekolah di luar negri. Nyatanya sekarang dia berada di sekolah ini.

"Wah, kalian berubah drastis yah. Hampir nggak gue kenali." ucap Klara.

"Jawabannya hanya satu kata. I M A G E." Sahut Zizah santai.

"Dan lo sendiri kenapa bohongin kita?"

"Ntar aja, gue jawabnya"

"Woi woi woi~ ini kelas bukan tempat reunian--"

"Iya ini kelas, buat belajar. Bukan buat tidur." sambung pak Ghani guru terkiller. Mata pelajaran Mate-matika. Yang juga adalah wali kelas mereka itu. Pak Ghani memotong ucapan Nathan dan menarik kerah baju belakangnya bagai mengangkat seekor kucing jalanan.

"Pak Ghani??!!" seketika semua murid duduk dengan rapi.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!