Jihan Kharisma hanyalah seorang murid SMA kelas tiga yang begitu mengagumi seorang tentara, bahkan ia berandai-andai kalau dia menikah dengan seorang tentara kelak akan bagaimana. Rasa inginnya menikah dengan tentara adalah begitu memikatnya pria-pria berseragam itu. Apalagi ditambah kehadiran kakaknya yang mampu membuatnya terpikat dengan cowok berseragam. Kakaknya adalah salah satu cowok berseragam itu, sehingga semakin memupuk rasa ingin mendapatkan seorang pria berseragam juga. Ketika ia melihat kakaknya mengenakan baju dinas begitu gagah dan kerennya, membuat Jihan berandai-andai kalau itu bukan kakaknya pasti sudah ia kejar-kejar untuk menjadi suami, sayangnya itu kakak kandungnya kakaknya sendiri. Jadi mana mungkin..
Semenjak kakaknya menjadi tentara lah yang semakin membuat jiwa seorang Jihan untuk mendapatkan laki-laki berseragam begitu menggebu-gebu. Bahkan saat dia masih Kelas 1 SMA saja ia terus-terusan men follow atau mengirim pertemanan kepada para tentara tapi sayangnya diantara itu semua tidak ada yang men chat dirinya atau apa. Apa mungkin ia masih terlalu bocah buat mereka huh sungguh menyebalkan.
Jihan adalah gadis cantik yang memiliki tubuh mungil serta kulit nan putih. Menurutnya dia sudah begitu cantik tapi kenapa tidak ada yang mengajaknya berkenalan dari sekian orang yang ia mintai pertemanan.
Apa iya terlalu memaksakan diri untuk mempunyai kekasih seorang prajurit. Tapi sepertinya tidak ia sering stalking atau apa terhadap akun yang ia ajak dalam berteman. Masa itu masih dianggap terlalu memaksakan, tentu saja tidak. Selalu, selalu saja Jihan tidak merasa dirinya seperti itu. Itu namanya tidak memaksakan
………………
Jihan berada di meja makan dirumahnya seperti biasa ia makan roti tawar diolesi susu coklat didalamnya, memakan itu sambil bermain Hp duduk tenang tanpa ada yang mengganggu. Ya jelas tidak ada yang mengganggu lah saat ini tidak ada orang dimeja makan hanya dia sendiri. Keluarganya sedang tidak ada di rumah. Jihan hanya tiga bersaudara. Ia memiliki kakak cowok yang berprofesi sebagai Tentara berpangkat kapten dan Kakak perempuan yang sudah menikah dengan seorang tentara. Kakak perempuannya menikah terlebih dahulu ketimbang kakaknya yang laki-laki. Kakak Jihan yang tertua berumur 24 tahun sedangkan kakak keduanya berumur 22 tahun sedangkan dirinya 18 tahun. Saat ini kakak perempuan Jihan yang bernama Fira sedang ikut suaminya dinas di Sulawesi dan kakaknya yang laki-laki Banu tinggal di batalyonnya ia jarang sekali pulang ke rumah. Karena harus menghabiskan kesehariannya di sana. Resiko anak terakhir selalu sendirian dan rasa sepi yang menghinggapi.
Jihan masih sama dalam posisinya tadi main hp sambil makan roti. Dia kalau ada kakaknya atau ayahnya di rumah ia tidak berani seperti saat ini, jelas tidak beranilah ayah dan kakaknya adalah orang yang keras serta disiplin. Mereka memegang prinsip begitu teguh dengan kedisiplinan, apalagi ayahnya yang begitu disiplin sekali. Tidak ada kata terlambat dalam kamusnya, ayahnya selalu menyuruh dirinya untuk melakukan apapun secepat mungkin. Dan selalu menerapkan kedisiplinan lain contohnya dimeja makan dilarang yang namanya bicara apalagi bermain handphone. Sungguh mengerikan kalai sampai ia bermain handphone dimeja makan bisa-bisa perang dunia menghantam.
Kenapa Ayah Jihan bisa seperti itu, itu semua karena penerapan dari keluarganya dulu. Kakek Jihan adalah seorang mantan pejuang, dan ayahnya dulu sempat ingin masuk tentara tapi tidak bisa karena adanya gigi yang berlubang. Padahal saat itu, kakek dari Jihan menyarankan untuk menambalnya atau memberikan sogokan kepada pelatih tempat seleksi agar lolos masuk tentara.Tapi ayah Jihan, Tuan Pandu menolak hal itu, alasannya itu semua tidak jujur. Sebuah ketidakjujuran nantinya bisa membuat boomerang tersendiri baginya. Kejujuran juga salah satu prinsip yang dipegang teguh oleh seorang Pandu, sehingga ia mengubur keinginannya untuk menjadi prajurit dan memilih jalan rezeki lain untuknya yakni menjadi seorang pengusaha. Itu kini terbukti, Pandu menjadi salah satu jajaran pengusaha sukses di Indonesia.
°°°°°
Pagi buta Jihan pergi berolahraga dengan bersepeda, ia bukan hanya bersepeda di kompleknya saja tapi juga ditempat lain diluar komplek. Mengelilingi jalanan kota jakarta selatan. Ya rumahnya berada di Jakarta Selatan lebih tepatnya di daerah Pasar Minggu. Bersepeda sudah menjadi kebiasaan Jihan dari beberapa bulan lalu semenjak dia pernah kecelakaan motor dan membuat kakinya patah tulang. Kata dirinya sendiri kalau ingin menguatkan tulangnya lagi, serta membuatnya tambah kuat maka dengan bersepeda adalah cara yang ampuh untuk menyembuhkannya, sebuah anggapan yang konyol bagi semua orang tapi tidak bagi Jihan. Entah anak itu memang aneh selalu membuat anggapan-anggapan serta persepsi diri pada dirinya sendiri. Anak aneh bin ajaib kalau kata kakak serta ayahnya.
…………………………
Saat sudah lama berkeliling Jihan akhirnya kembali ke komplek perumahannya. Namun tiba-tiba saja saat dirinya sedang mengayuh sepeda ada sebuah mobil yang terlalu minggir kearahnya sehingga membuat Jihan kagol dan terjatuh dari sepeda. Mobil itu bukannya berhenti tapi malah jalan terus seperti tidak tahu kalau sudah membuat seseorang terjatuh.
"Woii, kalau nyetir itu pakek mata nggak sih. Malah pergi lagi" teriak Jihan saat dirinya terjatuh tertimpa sepeda lagi.
"Dasar orang gak jelas, ini namanya tabrak lari" gerundel nya
Jihan berusaha berdiri, sedikit mengangkat sepedanya agar ia bisa berdiri. Baru saja ia akan mengangkatnya datang seorang pria tampan yang seketika membuatnya terdiam karena terpesona dengan ketampanan laki-laki itu. Jihan malah diam seperti patung, membiarkan pria itu mengangkat sepedanya agar agak jauh dan agar Jihan bisa berdiri.
"Kau tidak pa-pa" Pria itu berbicara sambil mengulurkan tangannya berniat membantu Jihan untuk berdiri.
Jihan masih diam pada posisinya yang terduduk di tanah. Padahal sepedanya tidak menimpa dirinya, gadis itu masih diam terpaku memandang laki-laki tampan yang ada didepannya.
Bahkan secara tiba-tiba Jihan menepuk-nepuk pipinya sendiri, mencoba menyadarkan diri apakah dia sekarang sedang bermimpi atau sudah ke dunia lain melihat pria tampan pak seperti malaikat berdiri didepannya sambil mengulurkan tangan.
Tentu saja ulah Jihan itu mendapat kernyitan di dahi Pria tersebut, merasa heran dengan anak didepannya itu. Ya pria tersebut mengira Jihan masih anak-anak karena tubuhnya yang kecil serta wajahnya yang tampak baby face.
"kau ada yang luka nak, sampai membuatmu terdiam. apa kepalamu sakit karena terbentur" Pria itu tampak khawatir melihat Jihan yang hanya diam mlongo memandangnya.
Karena tidak sabar dengan itu, pria tersebut berjalan kebelakang Jihan dan menaruh kedua tangannya di ketiak Jihan dan mengangkat gadis itu untuk berdiri. Jihan semakin terpana, mendapatkan perlakuan seperti ini.
"Sudah berdiri sekarang, kau ada yang terluka? Hello" Pria itu sedari tadi tidak mendapat jawaban dari Jihan yang tengah terbengong-bengong melihatnya. Akhirnya membuat Pria itu mengkibas-kibaskan tangannya didepan Jihan.
Seketika itu Jihan tersadar dari lamunannya,..
"Eh., Iya. A.. aku tidak apa-apa" jawabnya pada akhirnya
"Syukurlah kalau kau tidak apa-apa, saya permisi dulu kalau begitu" Pria yang belum diketahui namanya itu berniat untuk pergi, baru beberapa langkah..
"Maaf, Kalau boleh tahu nama anda siapa" teriak Jihan karena jarak Yang agak jauh. Walaupun hanya beberapa langkah, tapi membuat jarak mereka jauh.
Pria itu berbalik sambil menatap gadis didepannya, membuka mulutnya bersiap untuk menjawab..
"Nama saya...... "
°°°
T. B. C
"Maaf kalau boleh tahu nama anda siapa? " Teriak Jihan dengan berani pada pada pria tampan itu yang sudah berjalan beberapa langkah darinya.
Pria itu yang mendengar teriakan Jihan berbalik dan menatap gadis mungil didepannya.
"Nama saya Galbara Adi Prawira" teriak pria itu juga membalas teriakan Jihan sambil tersenyum tipis tanpa memperlihatkan giginya.
Setelah mengatakan itu pria yang telah diketahui namanya Galbara Adi Prawira itu langsung melanjutkan jalannya lagi pergi meninggalkan Jihan yang masih berdiri mengagumi ketampanan laki-laki tersebut.
"Gue harap nanti kita bisa bertemu lagi" Lagi-lagi Jihan berteriak keras menyampaikan apa yang diharapkan hatinya. Padahal laki-laki itu sudah berjalan menjauh darinya.
Galbara benar-benar telah menghilang tidak nampak lagi di dekat Jihan. Membuat Jihan langsung menaiki sepeda nya dan pergi kembali ke rumah dengan hati yang berbunga-bunga karena telah melihat pria yang begitu tampan dan mempesona. Badan yang tegap, membuatnya begitu keren. Seperti seorang tentara, apa jangan-jangan dia tentara karena bentuk badannya yang proporsional. Jika benar ia akan mencari bahkan menjadi Stalker orang itu.
Jihan bersepeda sambil bersenandung bahagia membayangkan terus-terusan pria tadi sungguh membuat dirinya sehat dan bersemangat. Kenapa tidak dari dulu saja ia bertemu dengan orang itu, kalau dari dulu dia sudah bertemu pasti akan menjadi semangatnya untuk mengejar mimpi saat dijanji-janjikan oleh kakaknya juga pasti dia akan mendapatkan semua hadiah itu, kalau ter suntik semangat pria tampan.
………………
Jihan sudah sampai dirumahnya dia langsung memasukkan sepeda nya ke garasi dan berjalan masuk rumah berlari dengan begitu semangat agar sampai dikamar dan membayangkan pria tadi, sungguh menyenangkan sepertinya. Sangking senangnya Jihan berlari masuk rumah sampai-sampai tidak tahu ada orang yang bersembunyi dibalik pintu dapur. Dari garasi memang langsung menjurus ke dapur.
DORRR
Teriak Banu sambil muncul dari balik pintu, sehingga membuat Jihan terkejut bukan kepalang. Dia langsung tegap berdiri seperti patung sambil memegangi dadanya kaget karena apa yang dilakukan kakaknya tadi.
"KAKAK NIH APA-APAAN SIH, aku kaget tau nggak? " Marah Jihan sambil terus memegangi dadanya.
Banu hanya tertawa cekikikan melihat adiknya yang tampak kaget, rasanya begitu puas menjahili adik bungsunya ini. Walaupun Banu adalah seorang tentara, dia orangnya tidak kaku, ia juga bisa bercanda dan bersikap konyol. Tergantung situasi dan kondisi dia bersikap seperti itu.
"Dasar gak jelas, tentara kok kaya bocah" Jihan masih kesal dengan apa yang dilakukan kakaknya.
"Eh bocah bilang bocah" ujar Banu sambil tersenyum dan mengacak-acak rambut adiknya.
"Terserah, Ngapain sih pulang kalau cuman gangguin aku" sungut Jihan.
"Ya justru itu kakak pulang, karena kakak kangen menjahili kamu" Banu tersenyum meledek.
"Huuhh" dengus Jihan sambil ber sedekap dada mengalihkan pandangannya.
"Kok kamu makin pendek aja sih dek" ujar Banu menahan tawa.
Jihan melihat kearah kakaknya tak suka, itu tadi mengejek atau apa. Memang menyebalkan kakaknya yang satu ini, kakak cowok satu-satunya dan yang tertua tapi kelakuan kayak bocah. batin Jihan sambil terus memperhatikan Banu tidak suka.
"Kenapa marah? " tanya Banu saat diperhatikan seperti itu oleh adiknya.
Jihan hanya mlengos, malas menanggapi kakaknya yang selalu meledek dirinya.
"Cewek kok gampang marah, cepat tua. Pantes ya cewek-cewek cepat banget tuanya gampang marah sih" canda Banu memperhatikan adiknya yang mengalihkan wajah darinya.
"Udah gak usah marah, itu kakak bawain oleh-oleh dari Palembang " ujar Banu lagi karena perkataannya tadi tidak mempengaruhi Jihan sama sekali.
Mendengar yang namanya oleh-oleh tentu saja membuat Jihan menatap Banu antusias, siapa sih yang tidak suka oleh-oleh. Pasti semua orang mengharapkannya. Jihan langsung berlari ke Meja makan pasti oleh-oleh nya ditaruh disitu pikirnya.
°°°°°
Galbara sedang berada dirumahnya, lebih tepatnya di kamarnya mengangkat koper ke kasur dan membuka koper itu yang berisi baju-bajunya yang seminggu lalu ia bawa ke Palembang untuk menghadiri acara yang diadakan Gubernur Sumatera Selatan yang bertempat di ibu kotanya Palembang. Bukan hanya dirinya yang ke sana tetapi semua yang ada di batalyon dimana ia bertugas. Tidak semuanya juga hanya para perwiranya saja dan beberapa dibawahnya. Ia ke sana harus menemani komandannya yang tak lain juga seniornya dulu di Akmil. Galbara seorang tentara berpangkat Letnan dua, dan komandannya itu sudah seorang kapten. Jarak mereka hanya terpaut satu tahun tetapi karena komandannya begitu pintar ketika SMA dulu membuatnya cepat lulus dan mendaftar Akmil.
Bara nama yang panggilannya, membuka koper miliknya yang sudah berada di atas tempat tidur. Koper yang berisi kebanyakan baju dinas yang tersusun rapi dan sebagian baju biasa untuk ia gunakan ketika tidak berdinas. Perlahan Galbara mulai mengeluarkan satu-satu bajunya, baru mengeluarkan beberapa baju kegiatan nya sudah tertahan. Ada yang kurang disini pikirnya,.Bara segera membuka lemarinya yang sebelah mengambil gantungan baju di lemari itu. Kembali lagi melanjutkan kegiatannya, ya yang kurang adalah gantungan baju.
Gantungan baju begitu penting dan harus tersedia, itu untuk menggantung beberapa baju Dinasnya agar tidak kusut. Serta agar memudahkannya untuk diseterika dan disimpan. Menurutnya selain kusut, baju dinas kalau dilipat maka sangat susah sangat ribet tak berbentuk pulang. Kenapa Bara memikirkan hal seperti itu, jelas dia sendiri yang menyeterika bajunya, ia tidak mau merepotkan Mamanya atau asisten rumah tangganya akan keperluannya sendiri selagi dia bisa melakukannya kenapa tidak. Dia sudah terbiasa mandiri semenjak ia masuk Akmil yang harus dituntut bisa semuanya, jiwa seorang prajurit juga bukanlah jiwa yang mengandalkan yang lain.
Kalau memiliki jiwa seperti itu sebaiknya tidak usah saja menjadi tentara di rumah saja. Kalau mengandalkan orang lain, misalkan di hutang kau sendiri terus mengandalkan bantuan orang lain, apa ya bisa hidup kalau tidak berbuat sendiri. Biasakan diri jangan terlalu bergantung pada manusia cukup menggantungkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
………………
Bara telah selesai dengan kegiatannya memasukan baju kedalam lemari. Kini dia turun kebawah untuk menemui keluarganya yang beberapa bulan tidak ia temui. Benar Bara tidak bertemu dengan orang tua atau adiknya sudah sekitar 8 bulanan. Kemarin sebelum dia ke Palembang sebenarnya ia akan cuti. Namun ada tugas itu ia harus merelakan cutinya untuk dilakukan lain waktu karena tugasnya lebih penting dari keluarga. Bukan nya tidak sayang dan rindu dengan keluarganya sendiri. Namun dirinya hidup dan matinya sudah terikat akan tugas dan tanggung jawab untuk negara. Dirinya bukanlah milik keluarganya seorang melainkan, milik negara. Sumpah setia sidah ia ikrar kan ketika dulu dilantik menjadi seorang tentara di sekolahnya dulu Akmil Magelang.
"Hai Ma, Pa dek Caca" sapa Galbara ketika sudah sampai dimeja makan di rumahnya. Galbara hanyalah dua bersaudara, ia memiliki seorang adik perempuan yang masih duduk di Sekolah Menengah Pertama. Ia begitu menyayangi adiknya tersebut. Bara mencium kening adiknya lalu seperti kakak pada adiknya ia mengacak-acak rambut adiknya gemas.
"Iih, Mas Bara. Rambutku jadi berantakan" Keluh Caca sambil membenarkan rambutnya.
"Hai juga Bara, gimana kabarmu selama ini, sehat-sehat saja kan" Tanya Papanya Bara.
"Iya Allhamdulilah sehat Pa" jawab Bara lalu menarik kursi disebelah adiknya dan mendudukkan pantatnya disitu.
"Allhamdulillah kalau sehat" Sahut mamanya Bara sambil menaruh nasi di piring Bara.
"Kabar Mama sama Papa sendiri bagaimana sehat juga kan? " tanya Bara balik menanyakan kabar kedua orang tanya.
"Alhamdulillah kita sehat-sehat saja" Sahut Pramono dan Lidya bersamaan menjawab pertanyaan putra mereka.
"ayo kita makan dulu, ngobrolnya nanti saja setelah makan" usul Nyonya Lidya.
"Ya sudah ayo makan dulu, baru mengobrol" Pramono mengiyakan usulan sang istri lalu mulai menyantap makanan didepannya. Bara juga mulai menyendok kan sesendok nasi dengan sayur yang telah diambilkan oleh mamanya tadi. Seperti biasa momen seperti ini yang begitu dirindukan Galbara. Momen berkumpul bersama keluarga, sehingga membuatnya jarang sekali menyia-nyiakan waktu bersama keluarganya. Baginya waktu begitu berharga sehingga jangan sampai melewatkan waktu itu terutama jangan sampai melewatkan waktu bersama keluarga.
°°°
T. B. C
Jihan hari ini bangun kesiangan, tapi untung saja dia libur sekolah jadi tidak takut terlambat. Dengan masih mengantuk sambil terus menguap Jihan turun dari kamarnya menuju lantai bawah lebih tepatnya ruang tengah dirumahnya.
Sekarang sudah jam delapan, waktu yang cukup siang bagi anak gadis untuk bangun tidur. Untung kedua orang tua Jihan begitu pengertian saat Jihan libur sekolah. Tapi kadang-kadang Ayahnya juga marah sih kalau dia bangun kesiangan. Tapi entah hari ini kok tidak marah-marah,
"Ah sudahlah, mungkin Ayah bosan marah-marah sama aku terus" ujar Jihan santai.
Dengan masih mengenakan baju tidur Jihan berjalan menuju dapur sambil terus menguap, sesekali ia menutup mulut tapi sesekali juga dia tidak menutup mulutnya membiarkan saja mulutnya menguap.
"Woy, anak cewek nguap gak ditutup" celetuk Banu yang ternyata duduk dimeja makan. Dia tidak sendiri melainkan bersama temannya.
Jihan yang mendengar itu langsung menatap kearah kakaknya dan betapa terkejutnya ia saat melihat bahwa kakaknya itu tidak sendiri. Melainkan bersama seseorang, dan mata Jihan semakin melebar saat ia ingat siapa yang bersama kakaknya itu.
"Waah malaikat tampan,." ujar Jihan begitu saja keluar dari mulutnya. Banu melihat ke sana-kemari.
"Terimakasih" sahut Banu sambil tersenyum.
"Apaan sih bukan situ ya, tapi itu yang didepan kakak" tunjuk Jihan pada Bara yang memang tadi duduk di depan Banu.
"Isshh, menyebalkan. Dan kamu begitu memalukan" runtuk Banu lalu memperhatikan adiknya dengan pandangan mengejek.
"Aku," tunjuk Jihan pada dirinya sendiri. Sambil memperhatikan tubuhnya dari atas kebawah.
"OMG,.." Teriak Jihan begitu saja saat melihat penampilannya yang acak-acakan. Rambut berantakan, ada sedikit iler di mulutnya, ada belek dimatanya dan apa ini bajunya, baju tidur yang begitu memalukan.
Sangking malunya Jihan langsung berlari begitu saja pergi meninggalkan ruang makan berlari keruang tengah lalu berlari menaiki tangga untuk kembali ke kamar nya. Menyembunyikan dirinya dari rasa malu, saat penampilannya ini dilihat pria tampan itu.
Sementara dimeja makan Banu tertawa ngakak melihat tingkah adiknya tadi yang langsung lari ngiprit saat melihat temanya.
"Dasar adek, sikapmu masih kaya dulu" batin Banu menertawakan adiknya.
"Adikmu bang,?" Tanya Bara yang juga tertawa melihat tingkah anak kecil tadi. Ya Bara masih mengira Jihan sebagai anak kecil karena tubuhnya yang pendek.
"Hahahah iya, lucu kan. Dia sudah kelas tiga SMA tapi kelakuan kaya bocah" Banu masih sambil tertawa menceritakan adiknya.
"Apa bang? adek abang udah kelas tiga SMA. Loh bukan SMP kelas 1 bang" Bara merasa terkejut mendengar perkataan Banu tentang adiknya. Ia kira adik Banu itu masih SMP.
"Whahaha, ngakak aku denger kamu ngira adek ku masih SMP. Wahh, kalau dia denger kena amuk kamu" tawa Banu, membahana mendengar ucapan Bara.
Bara hanya tersenyum kikuk mendengar tawa Banu, dia merasa tidak enak karena telah mengira adik seniornya itu sebagai anak kecil.
"Udah ketawa-ketawa aja gak usah ditahan. Aku gak marah kok" ujar Banu saat melihat Bara yang menahan untuk tidak tertawa.
Galbara menanggapinya dengan senyum kecil.
"Diminum Bar teh nya, sambil tuh dimakan cemilan dari nyokap gue. Gak usah bayangin adik gue yang memalukan tadi"
"Hehehe iya bang" Bara langsung meminum tehnya yang memang tadi sudah di bikinkan oleh ibu Bara sebelum pergi ke kondangan saudaranya.
………………
Sementara Jihan di kamarnya uring-uringan sendiri. Gara-gara penampilannya yang kacau dibawah tadi. Dia sekarang mengacak-acak rambutnya serta memukul-mukul kan bantal kecil di kepalanya seperti orang gila.
"Ahhh, bodoh-bodoh" runtuk Jihan terus-terusan.
"Eh tunggu, bu..bukannya pria tadi, pria yang waktu itu nolongin aku ya."
"Kok dia bisa ada disini?" ujar Jihan lagi dan lagi.
"Waah, gue sama dia berarti jodoh dong ketemu lagi. Gue harus nunjukin diri ke dia nih" Jihan langsung bangkit dari ranjang dan langsung menyambar handuk di gantungan dekat kamar mandi, langsung masuk kedalam kamar mandi. Ia harus bergegas mandi tampil mempesona bertemu Pria tampan bak malaikat yang turun dari khayangan itu.
°°°°°
Jihan terburu-buru turun tangga bergegas menuju dapur menemui kakaknya dan orang tampan itu lebih tepatnya menemui Bara.
Syukurlah kakaknya masih disitu bersama dengan Pria tampan.
"Wuiih, udah cantik aja nih neng" gurau Banu melihat adiknya yang dengan santai duduk disebelahnya. Jihan memang tidak tahu malu, dengan terang-terangan ia menatap Bara yang hanya tersenyum saja. Melihat gurauan Banu.
"Woi, matanya bisa dikondisikan nggak" Banu memukul kepala Jihan yang terus-terusan melihat Bara.
"Apaan sih kak, ganggu aja" Marah Jihan tidak suka. Jihan menatap kakaknya tajam.
"Kan gue bilang kita ketemu lagi, berarti kita jodoh" celetuk Jihan begitu saja pada Bara. Dan tentu saja membuat Bara tersedak teh, karena saat ini ia tengah menyeruput tehnya.
"Adekk,.." tegur Banu pada adiknya.
"Apaan sih Mas,." jawab Jihan bodo amat.
"Waah adikku mulai aneh nih, kadang manggil kak kadang manggil Mas"
"Kamu sehat nggak sih dek" Banu dengan refleks langsung memegang dahi adiknya.
"Ihh, sehat lah Mas. Memang mas Banu " sungut Jihan tidak terima sambil menepis tangan kakaknya.
"Bar, aku mohon maklum ya kalau di rumahku. Adikku memang miring" lirih Banu sambil menaruh berbisik pada Bara.
"hahaha, gak pa-pa bang buat hiburan" tawa Bara akhirnya pecah melihat adik kakak didepannya yang saling ledek dan saling dorong.
"Makin ganteng" celetuk Jihan. Sontak Bara yang mendengar itu langsung berhenti tertawa.
"Lah kok berhenti tertawanya" lagi Jihan kembali berbicara.
………………………………………
Gara-gara Jihan tadi kini Banu mengajak Bara ke pinggir kolam renang dan masih saja Jihan mengikuti,
"Anak ini, kalau lihat orang ganteng udah gak bisa yang namanya ngelupain" ujar Banu kesal melihat Jihan yang terus-terusan melihat kearah mereka. Padahal sekarang jarah mereka cukup jauh.
"Makasih ya bang udah ngajak saya cuti bareng abang" ujar Bara ber terimakasih pada Banu. Karena sudah mengajaknya serta memberikan dirinya izin untuk cuti. Ia benar-benar sudah rindu dengan keluarganya.
"yaelah kayak apa aja Bar, santai aja sama saya"
"Ya gimanapun saya bisa cuti ini juga berkat abang"
"Udah slow aja, gak usah kaya gitu" ujar Banu sambil memegang bahu Galbara.
"Loh, kemana anak itu" ujar Banu saat tidak melihat Jihan lagi di ayunan yang tadi diduduki gadis itu.
"Itu di sana bang" tunjuk Bara kearah Taman yang tidak jauh dari kolam renang. Dimana Jihan sedang menelpon seseorang. Entah apa yang dibicarakan gadis itu, tapi wajahnya terlihat begitu serius saat berbicara.
°°°
T.B.C
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!