Perkenalkan nama aku Shella, aku adalah anak sulung dari dua bersaudara. saat ini aku masih duduk di kelas 1 SMP negeri di Kota Padang, dan gadis kecil yang tengah asyik bermain di pematang sawah itu adikku namanya Ayu. ia baru kelas 5 SD. Kami terlahir dari keluarga kecil nan sederhana, Ayahku bekerja sebagai kuli bangunan,sementara ibuku adalah seorang petani. Kami tinggal disebuah rumah kecil dipinggir area persawahan, bahkan tak jarang yang bilang kalau rumah kami seperti gubuk reot. Walaupun kehidupan kami sangat amat sederhana tapi kami sangat bangga memiliki orang tua seperti ayah dan ibu, mereka orang tua yang paling baik dan sangat menyayangi anak-anaknya. Suatu hari ketika pembagian rapor hasil ujian disekolah, aku mendapat peringkat ke dua, sementara adik aku mendapat peringkat pertama. Dengan senang hati kami segera menemui ibu yang saat itu tengah membersihkan area persawahan.
"Bu.. ibu.. " Seru Ayu dengan sigapnya menelusuri area persawahan.
"Ibu disini nak, ada apa? bagaimana hasil ujianmu kemaren yu?" Tanya ibu sambil membereskan perkakas taninya.
"ini bu.. " Ayu memberikan rapornya sambil senyum gembira kepada ibu.
" Alhamdulillah... selamat ya nak.. " ibu pun tersenyum bangga dan mengelus kepala gadis kecilnya itu.
"Dan ini hasil ujian Shella bu" aku pun tak mau kalah dari ayu untuk segera memperlihatkan rapor pada ibu.
"Alhamdulillah.. terima kasih ya Allah sudah memberi hamba anak-anak yang pintar" ujar ibu sambil memeluk kami.
Tidak berapa lama kemudian kami pun segera pulang kerumah. Setibanya dirumah ibu menyuruh kami mengganti pakaian, sementara itu ibu tengah membersihkan badannya kemudian lanjut memasak makanan kesukaan kami yaitu nasi goreng rendang sebagai hadiah atas prestasi kami.
"Bu.. ada yang bisa shella bantu bu?" tanya ku pada ibu yang tengah asyik memotong bahan masakan.
"Tidak nak, kamu tunggu saja didalam. sebentar lagi bapakmu pulang, nanti kota makan bersama"
"Baiklah bu.. Shella siapkan piring sama yang lainnya saja ya bu" pintaku ingin membantu ibu.
Sesekali aku lihat ibu tengah batuk dan mengelus dadanya. 'kasihan ibu, jangan sampai ibu kenapa-kenapa ya Allah, aku tidak ingin ibuku sakit lagi' gumamku dalam hati, karena ibuku memiliki riwayat penyakit radang paru-paru sejak 7 tahun belakangan ini. Aku tak bisa membayangkan bagaimana jadinya hidupku tanpa ibu.
"Assalamualaikum" tak berapa lama kemudian bapakpun pulang.
"Waalaikum salam bapak" Ayu pun segera berlari menghampiri bapak. "Pak, bapak pasti lelah ya? sini biar Ayu bantu bawain peralatan kerja bapak" pinta gadis kecil itu.
"iya nak.. ibumu mana?"tanya bapak sambil berjalan ke arah dapur
"Wah... wangi sekali.. tumben ibu masak nasi goreng rendang, ada hal apa ini? bapak jadi lapar" ujar bapak sambil menggoda ibu yang tengah asik dengan masakannya.
" Aiihh.. jangan genit deh pak, cepat mandi dulu sana" jawab ibu sembari tersenyum.
Tak berapa lama kemudian, makanan sudah dihidangkan. dengan senang hati kami menikmati masakan ibu yang sangat enak dan istimewa.
"Dari tadi bapak bertanya-tanya ada hal apa gerangan tiba-tiba ibu masak nasi goreng rendang, ada kabar baik apa?" tanya bapak pada kami seusai makan bersama disore itu.
"ada hal penting pak, anak-anak kita mendapatkan nilai bagus disekolah mereka, Ayu dapat juara satu, sementara Shella mendapat juara dua" jawab ibu dengan wajah tersenyum bahagia.
"Alhamdulillah.... Bapak senang mendengarnya" Ujar bapak sambil memeluk kami.
Hari demi hari berlalu..
bulan demi bulanpun berganti..
Tiba-tiba kebahagiaan kami berubah perlahan-lahan jadi air mata, karena penyakit lamanya kambuh, ibu pun harus dibawa ke dokter dan dirawat sampai sembuh. Sementara bapak tengah sibuk mencari biaya untuk perawatan ibu selama dirumah sakit.
Penyakit radang paru-paru ibu saat ini sulit disembuhkan, dadanya terasa sesak dan tubuh ibu pun kini mulai kurus. Aku dan adikku gantian merawat ibu dirumah sakit. Sungguh hancur rasa hati ini melihat ibu terbaring lemah di atas kasur pasien, dan disana terlihat beberapa alat untuk mengontrol kesehatan ibu.. "Bu.. aku sayang ibu, ibu harus kuat bu" ucapku saat itu sambil mengecup kening ibu.
Sudah dua bulan lamanya ibu terbaring dirumah sakit, Bapak pun mulai kewalahan mencari biaya pengobatan ibu.
"Kak... ibu kapan pulangnya kak?" Tanya ayu padaku sambil menangis.
"Kita berdo'a aja yu,mudah-mudahan ibu ceoat sembuh😭" ucapku sembari memeluk gadis kecil itu.
Untuk membantu meringankan beban Bapak, berbekal ilmu keterampilan yang aku miliki. aku membuat karya seni dari bola pimpong yang sudah dihias sedemikian rupa. Awalnya aku coba tes pasaran, jual beberapa pimpong hias, dimana satu buah pimpong hias seharga 2ribu rupiah, Alhamdulillah sampai terjual banyak dan hasilnya pun bisa untuk biaya kebutuhan sehari-hari.
Sore itu aku tengah membereskan buku pelajaran, sementara Ayu tengah menjaga ibu dirumah sakit. Tiba-tiba datanglah bu salomah, kakak dari ibuku.
"Assalamualaikum Ella"
"Waalaikumsalam bu, silahkan masuk bu"
"Shella" wajah bu Salomah terlihat sedih dan meneteskan air mata, kemudian beliau memelukku erat.
"ibu kenapa nangis bu?" Tanyaku heran dengan sikap beliau
"Ella.. kamu harus sabar ya nak.. ibu yakin kamu anak yang kuat". tingkah bu salomah membuat aku semakin heran dan bertanya-tanya apakah gerangan yang sedang terjadi?
"La.. kamu harus kuat menghadapi semua ini, ibu tau kamu sayang ibumu."
"Bu.. ibu kenapa? ela tidak mengerti? ada apa ibu? kenapa ibu menangis?"
"Shella... ibumu... ibumu.." Beliau kembali memelukku erat-erat.
"iya bu.. ibu ela kenapa bu? ibu ela sudah sembuh? sudah boleh pulang bu? tapi.. kenapa ibu nangis? ibu ela sudah sembuh ya bu?"
"Iya nak.. tapi... ibumu pulang"
"pulang? kapan ibu ela boleh pulang bu?"
"bukan itu maksud ibu shella... ibu kamu sudah boleh pulang, tapi pulang ke rumah Nya" tangisan bu salomah tak terbendung lagi.
"maksud ibu?" tanyaku untuk memastikan apa sebenarnya yang terjadi.
"ibumu sudah meninggal nak.. sekarang jenazah beliau sedang dalam perjalanan kesini".
Seketika tangisanku pecah, tak terbayangkan betapa hancurnya hatiku saat itu. rasanya masih tak percaya dengan apa yang terjadi.
aku tak mampu lagi berkata apa-apa, saat itu dunia terasa gelap bagiku.
Setelah sadarkan diri, aku daoati diriku tengah berada dikamar. dari luar terdengar suara tangisan. Rasanya masih tak percaya dengan apa yang aku lihat, ibuku pergi untuk selama-lamanya, aku segera mencari adikku dan memeluknya erat. hingga pemakaman ibu selesai,air mata tak henti-hentinya mengalir.
Kini kami hanya bisa pasrah menerima keadaan.
Malam itu hanya tinggal kami berdua, sementara ayah tidak terlihat sejak pemakaman ibu.
"Kak, Ayu kangen ibu kak"
"Sabar dek, kita harus kuat.. Allah lebih sayang ibu. kita do'akan saja ibu tenang disana. Sekarang Ayu tidur dulu ya, besok kita ke makam ibu" bujuk aku agar ayu tenang.
'Bu... shella berjanji akan membuat ibu selalu tersenyum, walaupun ibu sudah jauh disana, aku akan berusaha untuk menggapai impian ibu' gumamku dalam hati.
*pagi hari
Hari ini terasa beda bagiku, dimana saat bangun aku biasanya mendapati ibu tengah duduk di kursi sambil membaca ayat-ayat suci, setelah itu ibu membuatkan kami sarapan.
Aku benar-benar merasa kehilangan.
'sebulan sudah kepergianmu ibu, rasanya dunia ini terasa hampa tanpa kehadiranmu. ditambah sejak kepergianmu ayah pun tak kunjung pulang,entah dimana ayah berada. hatiku benar-benar hancur bu' gumamku hingga tak terasa air mata telah membanjiri pipi ini.
Sekarang hanya tinggal aku dan Ayu, tak ada lagi saudara kami yang tinggal disini. Baik itu saudara dari ibu atau pun sadara dari ayah, mereka umumnya tinggal jauh di kota. Adapun Bu Salomah kakak dari ibuku, beliau saat ini tengah berada dirumah anaknya karena beberapa hari setelah kepergian ibu, cucu dari Bu Salomah masuk RS karena DBD.
Tak ada lagi yang bisa aku harapkan, persediaan makanan pun telah habis, beruntung sawah yang selama ini digarap ibuku tak berapa lama lagi akan panen. Itu berarti untuk sementara aku harus cuti sekolah, karena aku harus mempersiapkan perlengkapan untuk panen.
Dari kejauhan aku lihat Ayu berlari kerumah yang di barengi dengan rombongan guru juga teman sekolahnya.
"Kak.. kak... ada teman juga guru ayu datang, katanya mereka mau melihat keadaan kita kak" kata gadis kecil itu dengan nafas yang ngos-ngosan.
"Iya yu... kamu jangan lari-lari gitu, nanti jatuh"
"iya kak" balas ayu.
Beberapa saat kemudian datanglah rombongan para guru dan murid dari SD tempat Ayu sekolah.
"Assalamualaikum" ujar Bu Monic yang merupakan guru kelas Ayu.
"Waalaikumsalam" jawab aku dan Ayu serentak.
"Mari bu, silahkan masuk" Aku pun mempersilahkan rombongan sekolah tersebut masuk kedalam rumah kami nan sederhana itu.
"Maaf bu, rumah Ayu sempit begini" Tambah Ayu.
"Tidak apa-apa yu, biarpun sederhana yang penting bisa berteduh dari hujan dan panas" kata bu Monic sambil mengusap kepala gadis kecil itu.
"sebentar bu, Saya ambilkan minum dulu" Aku pun segera beranjak ke belakang, tapi langkahku terhenti oleh perkataan para guru ayu.
"tidak perlu repot-repot nak, kami hanya sebentar. kakaknya Ayu silahkan duduk saja barengan dengan kami disini." Pinta Bu susi selaku kepala sekolah SD Harapan.
"iya bu" jawabku sambil mengangguk dan segera duduk disebelah Ayu.
"Begini kakaknya Ayu.. tujuan kedatangan kami kesini untuk mengucapkan belasungkawa atas kepergian ibu Siti, sekaligus ingin mengadakan pengajian bersama para murid Apakah kami diperbolehkan mengadakan pengajian tersebut disini nak?" Ucap Bu Susi menambahkan.
Tak berapa lama kemudian pengajian pun dimulai, suasana tersebut membuat hati Ayu menjadi sedih. Tak terasa ia meneteskan air mata.. 'ibu, andaikan saja engkau masih disini bersama kami' gumam gadis kecil itu didalam hati.
Tiga jam telah berlalu, pengajian pun selesai dan para guru dan murid satu persatu meninggalkan kediaman kami.
Saat itu Ayu tengah mengantarkan gurunyaa kedepan rumah
" Ayu, kamu yang sabar ya nak, jangan lupa berdo'a semoga Arwah ibunya Ayu tenang disisiNya" ujar Bu Monic sambil memeluk tubuh kecil itu.
"ngomong-ngomong bapaknya Ayu kemana? dari tadi ibu tidak melihat beliau?" tambah bu Monic.
"mmm.... Ayah... ayah tidak tau kemana bu, sejak kepergian ibu kami,ayah tak pernah pulang lagi bu" jawab Ayu. Air matanya pun tak terbedung lagi menahan kesedihan yang dia alami.
"Astagfirullah... ayu.. yang sabar ya nak,. jadi selama ini kalian cuma tinggal berdua saja dirumah?"
"iya bu, cuma kak shela satu-satunya keluarga ayu yang tersisa bu" Gadis kecil itu menangis sejadi-jadinya dalam pelukan bu Monic.
Hari sudah semakin sore, rombongan guru dan murid SD harapan sudah meninggalkan rumah sederhana kami. akan tetapi Ayu masih terlihat sedih sejak bercerita dengan gurunya.
"Sudahlah Ayu, kamu jangan bersedih lagi.kan masih ada kakak disini yang bakal jagain Ayu.." ujarku menenangkan.
"Kakak janji, kakak nggak bakalan ninggalin Ayu. kamu harus jadi orang yang sukses biar Ibu kita bisa Bangga melihatnya" tambahku.
"iya kak, Ayu janji ayu akan membuat ibu bangga. Ayu sayang ibu".
"Ya sudah, kamu mandi gih sana.. udah bauk acem".
"Siap kak sayang". Ayu pun segera bergegas menuju kamar mengambil handuk juga baju ganti.
Sembari Ayu mandi, aku pun ke dapur menyiapkan makan malam untuk kami. tapi apa yang terjadi?
'yaaaahhh... nasi tinggal sedikit, persediaan bahan makanan pun sudah habis'
Aku pun menghela nafas, dan menghembuskannya pelan.
Tak berapa lama kemudian, Gadis kecil itu telah selesai mandi dan mengganti pakaiannya.
"mmm... kak, Ayu lapar makanan masih ada kak?"
"ada dek, itu sudah kakak siapkan diatas meja"
"mmmm... kak, apa kakak sudah makan?"
"Sudah dek, kakak sudah makan. Kakak tinggal dulu ya, soalnya kakak mau siapin buku pelajaran yang mau dibawa" Kata ku berlalu menuju kamar.
*keesokan harinya di SMP Bakti Nusa, tempat dimana aku bersekolah. Hari itu sekolah kami mengadakan lomba marching band, aku dan beberapa teman lainnya ditunjuk sebagai peserta lomba. Siangnya kami disuruh berkumpul dilapangan sekolah, kami dibagi menjadi beberapa kelompok. dimana kelompok A sebagai pemain drum, kelompok B pemain pianika, kelompok C pemain flag. dan tak lupa ada 3 orang mayoret,mereka adalah Intan, Nia dan Sinta. Intan merupakan siswa teladan disekolah kami, dia berperawakan tinggi,berparas cantik,kulit putih langsat ditambah senyumannya indah dan mampu memikat hati setiap yang melihatnya. Nia juga cantik,tinggi, dia merupakan seorang anak guru bahasa Inggris disekolah kami. Dan itu Sinta, cewek idola disekolahan, tinggi semampai, kulit putih, kreatif namun agak sedikit sombong sih menurutku.
Sementara itu Aku ditempatkan di kelompok B,kelompok pemain pianika. Melalui aba-aba dari para mayoret kami mulai memainkan alat musik.
Siang itu panas matahari sangat terik, para anggota drumband pun terlihat sangat kelelahan. ada beberapa orang anak laki-laki yang berteriak ingin istirahat.
"pak sudah lah pak.. kami ingin istirahat panas sekali pak" teriak Ardian yang merupakan murid paling bandel disekolahn kami, entah kenapa ia bisa dipilih jadi anggota marching band.
"ya sudah, kalian boleh istirahat selama 1 jam, setelah itu kita kembali latihan. karena waktu lomba tinggal beberapa hari lagi" kata pak Joko selaku Guru pembina bidang kesenian.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!