Zahra Humaira Chandra adalah seorang magister pembangunan yang cukup terkenal di Jerman. Dan seorang pebisnis muda yang menjenjang karir saat berusia 20 tahun.
Menjalani hubungan percintaan selama kurang lebih 5 tahun dengan seorang pebisnis muda hingga di pisahkan karna suatu hal, membuat luka mendalam bagi sosok Donny Balldy, pemuda dengan sikap lemah lembut dan penyayang.
Sejak menjalankan bisnis keluarga dan mendapatkan banyak penghargaan karna kerja kerasnya, Zahra di angkat menjadi Dirut di One Group, perusahan yang menjalankan bisnis di bidang properti.
Zahra adalah sosok yang di kagumi oleh setiap orang, karna prestasi yang di raih dan sikap kedewasaannya membawa perusahan menjadi maju dan berkembang, di saat umurnya sudah beranjak 25 tahun, saat itulah Zahra memilih meninggalkan perusahan dan kembali ke Prancis untuk mengelolah bisnis yang ia bangun dengan kerja kerasnya.
Sampai pada suatu ketika ia melakukan kerjasama dengan seorang CEO dari Prancis yang bernama Ricard Alziro. Ricard 27 tahun adalah sosok pria berdarah dingin dan playboy. Segala percekcokan antar keduanya pun berlangsung lama, dan lama kelamaan membuat sosok Ricard yang cukup dingin dan juga playboy mengagumi sosok Zahra.
Ricard Alziro adalah anak semata wayang dari seorang pebisnis Fikry Alziro dan Linda Aldiwinata. Saat Ricard berumur 24 tahun ia tidak memiliki ketertarikan dalam urusan perusahan. Ricard pun dengan terpaksa menjalankan perusahan saat ia berusia 26 tahun karna desakan dari sang Ayah.
Setelah mengambil ahli perusahan, Ricard menjadi sosok yang berwibawa dan di segani oleh para pegawainya, temprament yang di miliki Ricard sudah di ketahui oleh setiap staf di perusahan.
Kehidupan Zahra sejak memilih meninggalkan perusahan dan kembali mengelolah bisnisnya di Prancis, berubah drastis. Zahra yang dulunya sosok wanita dewasa dan berwibawah kini menjadi wanita keras kepala dan juga manja, tapi ia tidak pernah mentolerir jika ada salah satu karyawannya melakukan kesalahan.
"Prily, sebentar nanti kamu pergi bersamaku, dan temani aku ke pesta pernikahan sahabatku." ucapnya.
"Tapi bos, sebentar nanti kita ada jamuan makan malam bersama beberapa Arsitek dari California." jawab Prily.
"Soal jamuan makan malam itu, kita bisa batalkan besok siang saja. Aku tidak bisa jika tidak menghadiri pernikahan Safier Ali." balas Zahra.
"Baiklah bos, segera saya batalkan jamuan makan malam itu." ucap Prily kembali.
Zahra yang sudah selesai berdandan kini menghampiri Prily di Apartementnya. Prily adalah sosok wanita baik dan juga penyayang. Prily adalah orang kepercayaan Zahra, 5 tahun lamanya Prily lah yang mengelolah bisnis Zahra selama ini.
Prily seorang anak yatim piatu dari keluarga yang cukup terpandang namun saat Ayahnya memilih menikah dengan seorang single parents yang memiliki seorang anak gadis. Terjadi beberapa masalah dalam bisnis Ayahnya dan membuat Ayahnya jatuh sakit dan meninggal sedangkan Ibunya meninggal saat Prily berusia 12 tahun karena kanker rahim.
Setelah kematian sang Ayah Prily di usir dari kediamannya, hingga suatu hari Prily di pertemukan dengan sosok Zahra. Prily yang linglung di tegah jalan dan hampir di tabrak Zahra, membuat Zahra merasa ibah dengan kondisi gadis yang hampir di tabraknya.
Zahra pun membawa Prily ke Apartementnya, dan mulai menenangkan Prily, setelah melihat Prily tenang, Zahra pun mulai menanyakan perihal mengapa dirinya berjalan malam-malam
selarut itu tanpa di temani seorang pun.
Prily menceritakan semua unek-unek dalam hatinya, Zahra pun memberi pekerjaan kepada Prily sebagai asistennya dan sungguh Zahra bersyukur memiliki sosok Prily yang setia kepadanya selama ini.
Kedua wanita itu terlihat cantik dan dengan anggunnya mereka berjalan memasuki aula pernikahan. Tampak sosok Safier Ali dan Anita Adiksa sedang menunggu kedatangan sahabat mereka yaitu Zahra.
Zahra pun menghampiri kedua pengantin tersebut dan memberikan ucapan selamat.
Anitha Adiksa & Safier Ali photo.
"Selamat untuk kalian, akhirnya kalian bisa menikah setelah lika liku perjalan cinta kalian, dan bersatu pada malam hari ini." ucap Zahra dengan melebarkan senyum seraya merasakan kebahagian kedua sahabatnya.
"Terima kasih Zahra, semua ini berkat dirimu, jika bukan dengan bantuanmu mungkin tidak akan ada malam bahagia ini untuk kami." balas Anita Adiksa dan langsung memeluk Zahra dengan eratnya.
Tanpa di sadari saat Zahra dan Prily masuk ke aula pernikahan ada sosok pria tampan yang sudah memperhatikan Zahra dari kejahuan, itu adalah sosok Ricard Alziro.
Ricard menghadiri pernikahan Safier Ali selaku rekan bisnis. Ricard pun berjalan menuju Altar pernikahan karna Ricard penasaran dengan sosok gadis yang di lihatnya sedari tadi.
Zahra yang sedang asik berbincang dengan kedua mempelai pun langsung terdiam saat melihat sosok pria tampan yang menyapa sahabatnya.
"Safier Ali selamat atas pernikahanmu dan semoga kalian di anugerahkan banyak anak." ujar Ricard dan di tanggapi dengan tawa oleh Safier dan Anita namun tidak dengan Zahra.
Zahra tiba-tiba terbatuk mendengar perkataan pria di sampingnya. "Sialan ni orang, bisa-bisanya bicara seperti itu." monolog Zahra.
Zahra pun berpamitan kepada kedua sahabatnya karna ia sungguh melupakan Prily.
"Safier, aku kesana dulu ya, aku mau nyamperin Prily dulu." ucap Zahra.
"Its okey, Zahra." jawab Safier.
Zahra pun berjalan menghampiri Prily yang sedang berbincang dengan beberapa gadis seusianya. Namun tatapan kekaguman dari Ricard tidak sekalipun berpaling dan terus menatap ke arah Zahra.
"Bos, apa ada yang kamu perlukan?" Tanya Prily.
"Prily, jangan panggil aku dengan sebutan itu, panggil namaku saja, toh kita juga sedang tidak di kantor." Pinta Zahra.
"Baiklah Kakak."
Zahra pun tersenyum mendengar Prily memanggilnya dengan sebutan Kakak. "Prily, apa semuanya sudah beres?"
"Sudah Kakak, aku sudah membatalkan jamuan makan malam itu dan mengenai CEO Sadewa semuanya sedang di selidiki." Prily menjelaskan.
"Suruh Vernando membuntutinya, dan cari bukti mengenai pengelapan uang perusahan yang di lakukan Sadewa selama ini. Suatu saat nanti kita akan memerlukan bukti itu." balas Zahra.
"Segera saya laksanakan, dan akan menyuruh Vernando menangani masalah ini.Tapi Kakak,"
"Masalah itu jangan khawatir, aku sudah memikirkan cara untuk menghindari media sampai waktunya tiba, dan dimana kita akan melakukan konfrensipers." Jawab Zahra singkat.
Prily kelak aku akan membayar semua kerja kerasmu selama ini dengan harga yang mahal. Membatin Zahra.
"Prily, kamu berbincanglah dulu, ada yang ingin aku diskusikan dengan salah satu rekan bisnisku." ucap Zahra.
Prily pun mengangguk.
Hampir sejam Zahra berdiskusi dengan salah seorang rekan bisnisnya, Zahra pun menghampiri Prily, dan mengajak Prily untuk makan beberapa cemilan yang sudah tersedia di beberapa meja.
"Prily setelah ini, kita berbincang sebentar dengan Safier dan juga Anita, barulah setelahnya kita kembali." Ucapnya kembali
"Anita, bagaimana dengan keadaan Livi,? Apa kamu sudah mendapatkan informasi mengenai keberadaannya dan juga Rian.?" Tanyanya khawatir dengan kedua sahabatnya.
"Maafkan aku Zahra, tapi sudah setahun lebih, aku tak kunjung mendapatkan kabar mengenai keberadaan mereka." Jawab Anita dengan sedih.
"Aku akan meminta bantuan dari kak Reza. Siapa tau kak Reza bisa membantu kita." Ujar Zahra karena menghawatirkan kondisi kedua sahabatnya dan sembari berpamitan kepada Safier dan juga Anita.
Zahra dan Prily pun berpamitan kepada Safier dan juga Anita. Setelahnya kedua wanita itu kembali ke apartement masing-masing.
Kini kedua wanita cantik itu sudah berada di apartement masing-masing. Namun Zahra yang tidak bisa memejamkan mata memilih untuk jalan-jalan ke club Oxixnine miliknya.
Zahra yang sudah berganti pakaian akhirnya meninggalkan Apartement miliknya dan mengemudi menuju salah 1 club malam miliknya.
"Nona besar!" Saldy yang begitu terkejut melihat kedatangan bosnya pada larut malam.
Saldy Andra photo
"Saldy, Apa Delia Nhat datang malam ini?" Tanya Zahra kepada kepala security.
"Delia dan juga Sadewa malam ini tidak datang, namun saya menyuruh orangku untuk mengikuti mereka dan saat ini mereka sedang berada di salah satu hotel di bawah naungan kita, bos." Saldy yang menjelaskan.
"Baiklah, jangan sampai kehilangan jejak keduanya, ikuti mereka terus, kemanapun mereka pergi dan jika terjadi sesuatu kabari saya secepatnya."
"Baik Nona besar! Jawabnya sembari membungkuk.
"Saya ke dalam dulu. Ohh iya jika ada yang mencariku katakan aku sedang tidak ingin di ganggu." Ucap Zahra kembali.
"Siap, Nona besar."
Zahra pun masuk dengan anggunnya ke dalam. Semua pegawainya begitu terkejut sama seperti Saldy, karna ini kali pertamanya bos mereka datang selarut ini tanpa ada Prily di sampingnya.
Nora Arganta photo
"Bos, Apakah ada hal yang mendesak, sehingga anda datang selarut ini! Dan di mana Nona Prily.?" Tanya Nora Arganta.
"Gak apa-apa Nora, aku hanya tidak bisa tidur, jadi aku memilih datang kesini dan tolong antarkan analisis keuangan ke ruanganku."
"Siap bos, aku akan menyiapkannya dan mengantarkan analisis keuangan ke ruangan anda." Jawab Nora Arganta selaku mananger club.
"Dan apakah bos ingin saya mengantarkan sebotol wine dan beberapa cemilan." Tanya Nora kembali sebelum meninggalkan ruangan Zahra.
"Baiklah Nora, terima kasih, ya". Ucap Zahra.
"Jika tidak ada lagi, saya pamit bos." Nora menunduk dan berjalan menuju lantai 2 di mana ruangannya berada.
Zahra mengangguk seraya tersenyum dan berjalan menuju lift khusus, setelahnya Zahra menekan tombol lantai 5 di mana ruangannya berada dan tempat khusus untuknya beristirahat.
Rangga photo
Rangga pun menyiapkan beberapa cemilan dan juga sebotol wine menuju lantai 5 di mana ruangan sang sahabat sekaligus bosnya berada.
Toktok...
"Masuklah!" Jawab Zahra dari dalam.
"Zahra, ini cemilan dan juga minumanmu. Apa terjadi masalah, sehingga kamu ke sini selarut ini.?" Tanya Rangga.
"Aku hanya gak bisa tidur aja, jadi milih kesini biar ada aktifitas aja." Jawab Zahra dengan memanyunkan mulutnya.
"Oh iya, gimana kabar Reza, Adri dan juga Alfian.? Udah cukup lama loh, mereka gak kesini lagi." Tanya Rangga kembali.
"Mereka lagi sibuk dengan proyek besar yang Ayah kasih ke mereka." Jawab Zahra sekedar.
Sedang asik berbincang dengan Rangga tiba-tiba pandangan mereka tertuju di layar CCTV.
Ricard yang sedang asik berkumpul dengan teman-temannya di sebuah club malam dengan di kelilinggi gadis-gadis cantik tepatnya adalah club milik Zahra.
Ricard yang sedang asik merayu gadis-gadis di sampingnya seketika pandangannya teralihkan kepada kedua pekerja club yang sedang berbincang.
"Gak biasanya Nona besar datang selarut ini, ya. Dan juga tidak di temani atau ada bodyguard di sampingnya. Apa terjadi masalah sehingga Nona datang selarut ini?" Tanya salah pegawai kepada pegawai yang satunya.
"Yang aku dengar sih, Nona besar tidak bisa tidur dan memilih datang kesini. Ya sudah ayo kita kerja lagi." Kedua pelayan itu pun kembali membersihkan meja.
Namun Ricard begitu penasaran dengan Nona besar yang nota benenya adalah pemilik club itu.
Siapa wanita itu dan mungkin aku bisa mengencaninya! Gumam Ricard seraya tersenyum picik.
Di pojok kanan club, terjadi beberapa masalah antara 2 pria kaya yang cukup terkenal, terjadi perselisihan antar keduanya dan club itu menjadi kacau karena ulah Rey Sidart salah seorang anak dari keluarga yang cukup terpandang yang mengganggu ketenangan Aldo Ambyar.
Saling menyerang pun terjadi antar keduanya, para pegawai club merasa tidak enak jika harus ikut campur dalam perselisihan kedua pria itu. Sorakan dari pengunjung lainnya sungguh mengganggu Zahra yang sedang berada di ruangannya.
Saldy yang berada di luar club menyadari jika terjadi keributan di dalam club, Saldy segera berlari dan masuk ke dalam. Sesampainya di sana ia pun segera melerai keduanya namun ia menjadi sasaran kemarahan Rey Sidart.
"Apa yang kau lakukan?" Teriak Rey Sidart kepada Saldy.
"Maafkan saya Tuan Rey, namun kali ini jangan membuat keributan di sini ka-karna" Dengan terbatanya Saldy berbicara.
"Karna apa bajingan!" Teriak Rey kembali.
"Ka-karna di atas ada Nona besar." Balas Saldy dengan gugup.
"Apa urusanku dengannya, dia hanya seorang pemilik club ini, sedangkan saya adalah anak dari seorang pengusaha kaya dari Group Sidart." Rey dengan kemarahannya pun menampar wajah Saldy dengan kerasnya. Hingga membuat semua orang terlonjak kaget.
Plaaakk...
Zahra sungguh murka melihat ke angkuhan dan kesombongan pria tersebut dari layar cctv, dan dengan cepatnya Zahra maupun Rangga keluar dari ruangannya dan menuju lift.
lima menit kemudian Zahra dan juga Rangga sudah berada tepat di belakang kerumunan pengunjung club. Zahra ingin melihat apa yang ingin di lakukan pria itu lagi kepada Saldy.
"Dasar miskin, kau dan para pegawai yang bekerja di sini hanyalah sampah." Hendak menampar Saldy kembali tiba-tiba pergelangan tangannya di tahan oleh Zahra yang dengan cepatnya menyusup di kerumunan pengunjung.
Zahra Humaira photo.
"Siapa kau? beraninya kau ikut campur, dasar wanita jalang!" Teriak Rey kepada Zahra.
Zahra menepis tangan Rey dengan kasarnya dan berkata. "Jika kau ingin membuat keributan silahkan kau keluar dari sini." Zahra berbicara dengan suara yang meninggi.
Rangga tak tinggal diam ketika mendengar Rey Sidart mengatai Zahra. Segeralah Rangga berjalan maju dan menonjok wajah Rey Sidart.
"Berani kau mengatai Zahra kami, dengan sebutan jalang, kau akan merasa akibat dari kecerobohanmu." Teriak Rangga kepada Rey.
Buuukk.. Rangga sekali lagi menonjok kembali wajah Rey. Rey pun membalas pukulan Rangga hingga kericuan itu membuat pelanggan lain merasa terganggu.
"Hentikan.!" Teriak Zahra yang membuat semua terdiam ketakutan.
Mendengar suara perempuan berteriak Ricard dan teman-temannya pun melangkah maju dan betapa kagetnya Ricard, melihat sosok di depannya.
Mengapa dia ada di sini? Monolog Ricard.
Semua pegawai club yang melihat kedatangan sang bos yang sudah berada tepat di depan mereka, membuat mereka gemetar ketakutan, karna mereka tahu betul jika ada yang mengusik ketentraman club malam itu akan sangat fatal.
Mendengar teriakan Rey yang mengatakan dirinya wanita jalang membuat kemarahan Zahra memuncak, dan dengan tatapan yang begitu tajam Zahra pun menampar Rey.
"Katakan itu sekali lagi, aku ingin mendengarnya, dan ingatlah malam ini akan menjadi malam terakhir untukmu dan juga keluargamu." Dengan tegasnya Zahra berkata.
"Siapa dirimu, kau hanya seorang pemilik club malam saja, sedangkan saya adalah pewaris dari Group Sidart, dasar jalang." Maki Rey kepada Zahra.
"Aku berikan kau waktu 2 menit, segeralah minta maaf kepada Saldy. Dan jika kau meminta maaf dengan sungguh-sungguh aku akan melanjutkan kerja sama dengan perusahan Ayahmu. Jika tidak, bersiap siaplah meratapi kehancuran keluargamu atas apa yang kau lakukan di club milikku." Tegasnya ia berbicara tanpa memperdulikan tatapan dari pengunjung club.
Zahra pun mengeluarkan ponselnya dan menelpon Prily, ketika melihat keengganan dari Rey untuk meminta maaf. Melihat telpon itu tersambung segeralah ia berbicara kepada Prily. Zahra pun mengaktifkan loudspeaker. Agar semua yang ada di situ berpikir panjang untuk membuat keributan di club tersebut.
"Hallo, Bos!" Sapa Prily.
"Ly, Apa kita sedang menjalin kerjasama dengan Sidart Group.?" Tanya Zahra dengan raut wajah memerah karena marah.
"Ada beberapa tender yang di tanda tangani oleh Sidart Group bersama kita, dan ada lagi proyek yang akan kita kerjakan bersama Sidart Group di tahun mendatang." Jelas Prily.
Semua yang mendengar perkataan seseorang di balik telpon Zahra, tampak terbelalak dan ada juga yang tidak percaya dan mulai mencibir Zahra.
"Sungguh drama yang bagus, ia hanya pemilik club biasa saja mana mungkin akan sangat berpengaruh seperti yang di ucapnya barusan." Cibir beberapa pengunjung.
Zahra terdiam sejenak dan menatap ke arah mereka dan tersenyum.
"Ly, kamu dengarkan perkataanku, dan segera laksanakan apa yang ku katakan kepadamu" Dengan tegasnya ia berkata.
"Batalkan semua kontrak kerja sama kita dengan Sidart Group, yang sedang berjalan maupun yang akan datang. Dan katakan kepada investor yang menjalin hubungan dengan Group Sidart untuk menarik investasi mereka tanpa terkecuali. Katakan juga, jika mereka tak mengikuti instuksiku segera meratapi nasib mereka karena akan menjadi saingan tersebesar saya." Zahra berkata dengan tegas dan menekan segala perkataannya.
"Baik bos, anda akan menerima kabar dariku setelah 5 menit dari sekarang." Jawab Prily.
"Kamu pikir bisa membodohiku, dengan menelpon seseorang dan mengatakan itu semua agar aku takut, sayangnya aku tidak tertarik." Timpal Rey Sidart dengan keangkuhannya.
Zahra tersenyum " Sehebat itukah keluarga Sidart, tapi sungguh kau membuatku marah malam ini, dan aku katakan sekali lagi jangan pernah menyesali apa yang terjadi hari ini, karna kau yang telah menggali kuburanmu berserta keluargamu." Ucap Zahra dengan menggelengkan kepalanya.
"Saldy, balas perlakuannya terhadapmu." Pintah Zahra.
Saldy sungguh tahu dengan pengaruh bosnya namun sungguh ia tidak bisa membalas perlakuan Rey Sidart karena ia tahu betul jika mengusik seorang Rey Sidart pasti akan bahaya bagi keluarganya, yang hidup hanya dengan pekerjaannya sebagai kepala security.
Melihat keengganan dari Saldy untuk membalas perlakuan Rey Sidart membuat Zahra marah. "Saldy. Apa yang kau takutkan! Jika kau tidak ingin membalas perlakuannya kamu enyalah dari sini dan tulislah surat resignmu dan berikan itu kepada Nora." Ucap Zahra dengan kekesalannya.
Para pegawai merasa gemetar mendengar cara bicara bos mereka, yang selalu menekan perkataannya saat perintahnya tidak di laksanakan.
"Baiklah, Nona!" hendak maju dan membalas perlakuan Rey, namun Rey dengan cepatnya menatap tajam dan meneriaki Zahra.
"Hey wanita jalang, kau sungguh mengira aku akan melepaskanmu atas apa yang kau lakukan malam ini, kau beserta pegawaimu akan mati mengenaskan setelah kejadian ini." Teriak Rey dengan sombongnya.
"Ohhh, kau sungguh memiliki mulut yang besar, dan aku pastikan setelah ini kau tidak memiliki kesempatan itu." Balas Zahra.
"Baiklah kita lihat setelah ini, Nora nyalakan tv." Ucapnya kembali.
Ricard sungguh tidak tertarik melihat perdebatan mereka, segera ia memberi kode kepada teman-temannya untuk meninggalkan club itu dan pergi ke club lain namun langkah kaki mereka terhenti ketika mendengar Group Sidart dalam keterpurukan dan jatuh bangkrut, akibat dari membuat marah salah seorang Investor terbesar dan sangat berpengaruh.
Semua yang awalnya tertawa karna mendengar bualan Zahra, kini menundukkan kepala karna ketakutan mereka yang telah menyinggung dan menertawakannya.
Ricard pun enggan pergi dari sana dan menyuruh teman-temannya duduk kembali karna sungguh ia ingin mengetahui identitas wanita berpengaruh besar terhadap perusahan-perusahan besar di Prancis.
Siapa wanita ini? dan mengapa pemberitaan itu tidak menyebutkan nama dan juga identitas perusahan yang membuat kehancuran besar untuk Group Sidart. Gumam Ricard dalam hati.
Rey yang mendengarkan pemberitaan itu tersungkur kelantai dan meratapi keangkuhannya karna kesombongannya ia membuat kehancuran besar bagi kelangsungan keluarganya.
"Maafkan saya Nona, saya mohon maafkan saya, saya sungguh menyesalinya, berikan aku kesempatan sekali lagi dan aku akan menuruti semua perintahmu, tapi jangan lakukan itu kepada keluargaku. Kau bisa menghukumku dan menyiksaku sesuka hatimu." Rey berkata dengan berlinang air mata.
"Semua kesempatan itu sudah hilang, sejak beberapa menit yang lalu. Dan sekali lagi aku katakan, jangan pernah menganggap rendah seseorang karena status dan juga pekerjaan mereka. Karena di atas langit masih ada langit yang lainnya." Jawab Zahra dengan tegasnya.
"Rey, anak sialan! Mengapa kau membuat marah Ketua One Group." Teriak seorang pria paru baya.
Zahra yang hendak berjalan terhentikan langkahnya karena mendengar teriakan seseorang yang dengan lancangnya mengatakan identitas dirinya.
Zahra berbalik dan menatap tajam ke arah pria paruh baya itu dan berkata " Sungguh lancang dirimu. Berani membuka jati diriku di sini." Ucap Zahra dengan kemarahannya.
"Ma-maafkan aku Ketua, aku, tidak bermaksud demikian. Aku berjanji akan memberikan hukuman yang tidak akan di lupakan oleh anak kurang ajar ini, karena telah menyinggung dan membuatmu marah." Ucap Prakas Sidart.
"Kalian enyahlah dari hadapanku sebelum berakibat fatal untuk kalian, sungguh kalian membuatku jengkel." Zahra memerintah.
"Baik, Ketua." Segeralah pria paruh baya itu menyeret Rey Sidart seperti seekor anjing.
"Kau berani-beraninya menyinggung dan membuat marah ketua One Group." Teriak Prakas Sidard setelah melewati Ricard dan lainnya.
Ricard tampak terbelalak. "One Group?" Bukankah itu perusahan yang memiliki puluhan perusahan dan berbagai bisnis seperti club malam dengan jumlah yang cukup banyak, belum lagi toko-toko yang memiliki fasilitas khusus dan berbagai hotel ternama.
"Apa wanita semuda dia bisa memimpin sebuah perusahan ternama? dan juga berpengaruh terhadap perusahan-perusahan besar.? Wow sungguh di luar nalar pemikiranku, aku akan menyelidikinya." Membatin Ricard dengan mengukir sebuah senyuman.
Zahra yang melihat kemarahan di wajah pria paruh baya itu hanya menggelengkan kepala seraya menyuruh Saldy dan juga Nora ikut dengannya ke lantai 2 tepatnya ruangan Nora.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!