NovelToon NovelToon

Cinta Dibalik Penolakan

Visual

Hi readers sebelum memulai ceritanya, author lebih dulu ngasi visualnya yah, supaya kita lebih larut dalam khayalan masing-masing, hihihi.

Ini hanya versi author yah, kalian bebas berimajinasi sendiri mau ngasi visual dengan karakter masing-masing tokoh.

Happy reading yah❣️🤩

Zafran Arga Faresta // 27 Tahun

Tari Zemira Salsabila // 21 Tahun

Zayn Argy Faresta // 23Tahun

4.Delia Maheswari // 22 Tahun

Galen Ray Surendra // 22 Tahun

Nara Agatha Rahdian // 21 Tahun

Pertemuan Awal

Siang itu disebuah kampus ternama dikota S terlihat sekumpulan mahasiswa jurusan fakultas Kesehatan Masyarakat sedang mengantri didepan sebuah mobil bus, mereka menunggu namanya disebut satu persatu oleh dosen pembimbing, namanya yang sudah disebut akan masuk kedalam mobil, mereka akan menuju ke sebuah desa terpencil dikota S untuk melakukan Kuliah Kerja Nyata.

"Tari Zemira Salsabila," terlihat seorang gadis cantik berwajah bening dengan raut muka yang kalem berjalan memasuki mobil saat namanya menjadi penutup yang disebut oleh dosen tersebut. Matanya mengitari seluruh isi mobil setelah berada didalamnya karena semua kursi penumpang sudah ditempati, termasuk kursi disamping sahabatnya, hanya tersisa satu kursi disamping seorang pria tampan yang terkenal sangat dingin dikelasnya.

"Tar, lu gak papa yah duduk bareng Galen?, abisnya ini si nenek sihir udah duduk duluan disini" kata Nara sahabat Tari, pria setengah wanita yang disebut nenek sihir oleh Nara terlihat menjulurkan lidah kearahnya.

"Enak aja, gua cantik begini dikatain nenek sihir" sahutnya. Tari hanya menghela nafas dalam-dalam, ia sudah biasa mendengar perdebatan kedua sahabatnya itu, Nara yang cantik, dan Edwin yang gemulai yang selalu minta dipanggil Chery.

"Tampan kali Cher" balas Nara yang disambut gelak tawa seisi mobil. Sementara Tari tidak terlalu memperhatikan, ia malah mendekati pria yang duduk sendiri tersebut.

"Hi Galen, boleh aku duduk disini?" tanya Tari yang hanya diiyakan dengan anggukan Galen, mereka memang satu kelas tapi Galen jarang sekali masuk karena ia juga mengambil jurusan bisnis, sepertinya keluarganya cukup berpengaruh dikampus karena ia bisa bebas seperti itu diperkuliahan.

Sepanjang perjalanan hanya diisi dengan canda tawa oleh mereka, kecuali Galen yang hanya diam membisu ditempatnya, ia tidak mendengar apa yang diperbincangkan oleh teman-temannya karena ia memakai headset, ia bukannya memilih-milih teman cuma memang ia hanya bisa dekat dengan beberapa orang teman kelasnya, sedangkan Tari sesekali tersenyum mendengar ocehan teman-temannya yang menggelitik sampai akhirnya ia tertidur dan tanpa sadar ia menjatuhkan kepalanya dibahu Galen. Galen membiarkan saja bahunya menjadi penyangga kepala Tari. Ia sebenarnya sudah lama menaruh hati pada Tari tapi ia belum pernah mengutarakan perasaannya sampai saat ini karena ia sedang mencari waktu yang tepat untuk ia duduk berdua dengan Tari.

Setelah menempuh perjalanan lebih sepuluh jam dan mampir satu kali dirumah makan untuk makan malam, mereka pun akhirnya sampai didesa yang dituju, sebuah desa yang sangat sunyi dan hanya terdengar suara jangkrik saat malam hari. Mereka terlebih dulu melapor dirumah kepala desa, dari sana mereka akan dibagi beberapa kelompok untuk menempati rumah-rumah warga yang sudah dipilih oleh aparat desa, setiap kelompok terdiri dari sembilan mahasiswa dan masing-masing kelompok memiliki ketua posko.

Seperti permintaan Tari ia akhirnya bisa satu posko dengan Nara dan Edwin alias Chery tapi mereka tidak menyangka ternyata ketua poskonya adalah Galen si cowok tampan tapi dingin.

"Nah adik-adik sekalian sekarang kita bisa mencari posko masing-masing, karena ini sudah malam saya berharap kalian bisa tertib dijalan, jangan mengganggu istirahat warga didesa ini" kata pak Dani, dosen yang mengantar mereka kesana.

Mereka pun berjalan menyusuri desa dengan diantar oleh orang-orang yang sudah diperintah Kepala Desa sambil menarik koper masing-masing. Tim Tari diantar oleh seorang pemuda yang sejak tadi menjadi pusat perhatiannya, bagaimana tidak pemuda desa itu memiliki wajah yang sangat tampan dan aura yang begitu dalam, andai ia memakai setelan jas kerja dan sedikit menata rambutnya maka ia akan sepadan dengan CEO-CEO muda di ibu kota.

Tari berjalan dibelakang pemuda yang belum ia tau namanya itu karena ia merasa gengsi untuk menegurnya lebih dulu. Nara mensejajari langkah Tari, sedangkan Galen, Edwin dan yang lainnya berjalan dibelakang.

"Cakep yah Tar," bisik Nara ditelinga Tari, Tari hanya tersenyum lalu meletakkan jari manis pada bibirnya.

"Apa masih jauh mas?" tanya Nara pada pemuda itu setelah mereka berjalan agak lama.

"Gak, itu didepan sedikit lagi nyampe" balas pemuda itu tanpa menoleh kearah Nara.

Benar saja setelah beberapa langkah akhirnya pemuda itu terlihat memasuki pekarangan sebuah rumah sederhana, rumah tersebut bukan rumah panggung tapi seluruh dinding-dindingnya terbuat dari kayu.

"Assalamua'laikun bu Minah" pemuda itu memberi salam dan dibalas oleh pemilik rumah yang langsung keluar menyambut kedatangan mereka.

"Ini anak-anak mahasiswa yang akan tinggal disini selama sebulan bu" katanya kemudian setelah ibu yang dipanggil bu Minah itu mempersilahkan mereka masuk, mereka duduk dikursi ruang tamu tapi ada juga beberapa yang hanya berdiri karena tidak kebagian kursi untuk diduduki.

"Selamat datang dirumah gubuk ibu nak, semoga kalian betah selama disini" kata bu Minah mengulas senyum ramah. Kalau dilihat dari wajahnya bu Minah sepertinya sudah berumur 60 tahun keatas, ia sudah tua tapi masih terlihat kuat.

"Ibu disini hanya tinggal bertiga dengan suami dan anak ibu, Dimas," kata bu Minah menoleh kearah pemuda tampan tadi yang langsung membungkukkan badannya. Ternyata ia adalah anak bu Minah, Tari dan kedua sahabatnya mebulatkan mata seolah tidak percaya bahwa Dimas adalah anak bu Minah, wajah dan aura mereka sangat berbeda seperti asisten rumah tangga dan majikannya. Tapi karena mereka masih baru berada disana mereka tidak bertanya lebih juah.

"Terima kasih bu kami sudah diizinkan tinggal disini selama melakukan Kuliah Kerja Nyata," Galen selaku ketua posko lebih dulu mengeluarkan suara.

"Mudah-mudahan kami tidak terlalu merepotkan ibu dan mas Dimas tentunya," kali ini Edwin menambahkan dengan gaya gemulainya. Tari dan Nara hanya menyunggingkan senyum manisnya.

"Kalau kalian butuh apa-apa jangan sungkan bilang sama ibu, atau minta tolong sama Dimas kebetulan ia kerja bantu-bantu staf di kantor desa," kata ibu Minah lagi.

"Terima kasih bu," ucap Nara cepat.

"Maaf nak, tapi disini cuma ada tiga kamar, yang satu sudah ditempati sama ibu, yang satunya lagi sama Dimas jadi tersisa satu kamar. Yang perempuan mungkin bisa menempati kamar itu, sedangkan laki-lakinya cuma bisa tidur diluar," kata bu Minah terlihat menekuk wajahnya.

"Aku bisa tidur diluar bu sama mahasiswa laki-laki yang lain, kamarku bisa dipake sama mereka yang perempuan, kelihatannya akan sempit kalau lima orang dalam satu kamar," ucap Dimas. Kelompok Tari memang terdiri dari lima orang perempuan, tiga orang laki-laki, dan satu orang makhluk jadi-jadian yaitu Edwin.

"Terserah kamu saja nak," jawab bu Minah.

"Kalau begitu gua sekamar sama kalian yah, gua kan bukan cowok," kata Edwin pada Tari dan Nara lalu langsung berdiri menarik kopernya.

"Mana nih kamarnya mas Dim?" tanya Edwin saat ia sudah berdiri didepan sebuah kamar.

"Enak aja, gua gak mau sekamar sama lu," balas Nara yang tidak diperdulikan oleh Edwin karena ia sudah nyelonong masuk dikamar yang sudah ditunjukkan oleh Dimas.

🤩😍Hi Hi mom Enni Chaka datang lagi di cerita kedua, selamat membaca yah readers kesayangancuuu, jangan lupa tetap ninggalin jejak LIKE, VOTE, dan KOMENT😘🤗

***Saat kutatap kedua bola matamu, kudapat damai dalam pekatnya, akankah pertemuan ini awal dari sebuah kebahagiaan yang akan tercipta nanti?❣️❤️

Menjadi Pusat Perhatian

"Ya ampun Nar, cepetan dong mandinya, kita udah lambat nih, mana Tari juga belum mandi," Chery berteriak-teriak sejak tadi didepan kamar mandi, dirumah bu Minah hanya ada satu kamar mandi, mereka bergantian memakainya, jika mereka lambat bangun maka siap-siap terima nasib mandi belakangan dan tentu saja akan datang terlambat ke kantor desa. Tari and the gank sebenarnya tidak terlambat bangun tapi pagi itu mereka menyempatkan berolahraga pagi dengan berjalan-jalan mengelilingi desa yang masih sangat sejuk dengan udara pagi harinya. Alhasil mereka pun keduluan mandi oleh teman-temannya yang hanya tinggal dirumah.

Setelah Nara dan Chery siap dengan pakaian jas rompi khas anak KKN, mereka berduapun sarapan dimeja makan yang sudah disiapkan bu Minah, bu Minah memang sudah melarang mahasiswa-mahasiswa dirumahnya untuk memasak, sebagai gantinya ia bersedia memasak untuk mereka selama berada disana. Saat Nara dan Chery selesai sarapan, Tari baru saja keluar dari kamar mandi.

"Tar, kita duluan yah, takutnya pak Dani ngomel-ngomel parah kalau tim kita banyak yang lambat datang, entar kita izinin lu deh" kata Chery yang terlihat terburu-buru.

"Yah udah deh, eh Galen mana?, kog aku gak liat dari tadi," Tari bertanya balik.

"Ya elah Tar, lu kayak gak tau aja manusia kutub itu, dia dari tadi udah pergi kekantor desa," jawab Nara.

"Maaf yah Tar, kita berangkat duluan," sahut Nara lagi lalu buru-buru pergi bersama Chery.

Tari pun masuk kedalam kamar untuk bersiap-siap. Tidak berselang lama ia sudah keluar kamar dengan memakai rok dibawah lutut dan baju berkerah lengan pendek, tidak lupa ia mengenakan rompi pembagian dari kampusnya.

"Nak Tari sarapan dulu," ucap bu Minah saat berpapasan dengan Tari didepan kamar.

"Aku udah lambat bu," balas Tari.

"Entar berangkatnya digonceng ama Dimas saja nak, dia juga mau kekantor desa kog," kata bu Minah lagi.

"Ooo iya kalau gitu bu," jawab Tari malu-malu. Ia lalu berjalan kemeja makan mengikuti bu Minah, disana dilihatnya Dimas sedang sarapan juga. Ia duduk dikursi yang berhadapan dengan kursi Dimas.

"Dim, nak Tari mau ikut sama kamu kekantor desa nak, teman-temannya udah pergi duluan," kata bu Minah pada Dimas.

"Iya bu," jawab Dimas singkat, ia terlihat sangat patuh pada ibunya membuat Tari semakin mengaguminya.

Setelah sarapan mereka berduapun berangkat kekantor desa dengan bergoncengan motor, karena Tari tidak biasa naik motor ia merasa takut kalau tidak berpegangan, perlahan ia pun melingkarkan tangannya pada perut Dimas, Dimas melihat sekilas kearah perutnya tapi kemudian ia kembali melajukan motornya membiarkan tangan Tari tetap melekat disana.

Semua orang membulatkan matanya saat motor Dimas memasuki halaman kantor desa termasuk Galen, Nara, dan Chery. Muka Tari terlihat memerah karena menjadi pusat perhatian disana sementara Dimas tetap menunjukkan wajah tenangnya, ia seolah sudah terbiasa menjadi pusat perhatian, karakternya berbeda sekali dengan karakter orang desa.

"Gila lu Tar, cepet juga aksinya," sahut Chery saat Tari sudah berada didekatnya.

"Apaan sih lu Cher, tadi tuh bu Minah yang nyuruh aku ikut sama Dimas daripada lambat," balas Chery melototkan matanya kearah Chery.

"Gak papa juga kali Tar, Dimas cocok ama lu, dia ganteng banget tau gak," ucap Nara yang memang sejak awal kagum pada Dimas.

"Kalau yang ganteng-ganteng aja lu bilang cocok ama Tari, lah gua?" Chery merajuk pada Nara.

"Kalau lu cocoknya sama Kunti," balas Nara yang membuat Tari tertawa lebar.

"Karena kalian sudah kumpul semua, kita mulai saja acara pembukaan ini," suara pak Dani terdengar sangat nyaring lewat mikerofon, membuat Tari and the gank seketika diam.

Seluruh mahasiswa pun mengambil tempat masing-masing dan mengikuti acara pembukaan dengan seksama, acara itu dibuka oleh sambutan kepala kecamatan dan kepala desa kemudian dilanjutkan dengan pemaparan kegiatan oleh dosen pembimbing yang akan dilakukan oleh seluruh mahasiswa selama berada disana, dan ditutup dengan makan siang bersama yang sudah disiapkan oleh staf desa.

Mereka makan beramai-ramai dikantor desa, Tari terlihat duduk disamping Nara dan Chery, mereka memang tidak bisa dipisahkan bahkan saat makan.

"Nih air minum," Galen tiba-tiba berada disamping mereka dan menyodorkan air minum kearah Tari.

"Tari aja nih yang dikasi air minum,"ucap Chery sinis, Nara diam saja melihat kelakuan sahabatnya itu.

"Air disana udah habis jadi aku cuma bawa satu," sahut Galen membela diri.

"Makasih Gal, omongan Chery gak usah dimasukin hati," ucap Tari.

"Iya gak papa kog, aku kesana dulu yah," kata Dimas lalu pergi dari kelompok Tari.

Tanpa Tari sadari ada sepasang mata disudut kantor tersebut yang memperhatikan interaksinya dengan Galen, dan ia adalah Dimas, yah Dimas merasa tertarik pada Tari sejak pertama kali melihatnya tapi ia belum berani mengatakannya karena mereka baru saja kenal semalam. Tari memang punya daya tarik yang cukup besar, ia tidak hanya cantik tapi juga pintar, baik, dan sangat sopan, innerbeautynya benar-benar keluar, tidak ada laki-laki normal yang tidak menyukainya.

Setelah acara selesai, semua mahasiswa pun disuruh kembali keposko masing-masing, mereka baru akan memulai kegiatan besok pagi. Karena desanya sangat terpencil dan jauh dari kota disana tidak ada ojek ataupun kendaraan umum yang datang tiap hari jadi untuk pergi dan pulang dari kantor desa mereka harus rela berjalan kaki, meskipun jaraknya tidak terlalu jauh tapi bagi Tari and the gank yang sudah biasa naik kendaraan ber AC dikota S merasa ini sangat melelahkan, untungnya sepanjang jalan Chery terus saja ngoceh jadi mereka bisa lebih santai.

"Kamu gak papa jalan?" tanya Dimas yang tiba-tiba menghentikan motornya disamping ketiga sahabat itu.

"Ehem...ehem...enak yah jadi Tari banyak yang merhatiin," Chery lagi-lagi berkata sinis.

"Apaan sih lu Cher, sinis mulu dari tadi," kata Nara terlihay sebel pada Chery, Tari lagi-lagi hanya tersenyum tipis.

"Iya mas Dim, gak papa kog, jalan rame-rame juga," jawab Tari yang dibalas anggukan kecil dari Dimas.

"Kalau gitu aku duluan yah semuanya, duluan yah Cher," Dimas tersenyum jahil pada Chery.

"Sumpah demi apapun, dia ganteng banget guyz, senyumnya itu loh merobek-robek jiwaku," Chery membulatkan kedua mata dan mulutnya, tangannya menopang dagunya.

"Ternyata dia gak sedingin Galen yah, ia cukup hangat Tar, semalam aja dia kalem karena belum kenal kita," ucap Nara yang ikut-ikut membulatkan mulutnya.

"Emang sekarang kalian udah kenalan sama dia?" tanya Tari melihat kedua temannya seolah terbius dengan pesona Dimas.

"Iya dong Tar, lu aja yang ketinggalan, kita tadi pagi udah kenalan sama mas Dimas, emang lu fikir dia tau nama gua dari mana," Chery menjulurkan lidahnya kearah Tari yang hanya bisa menepuk jidatnya.

"Aku benar-benar ngalah deh sama kalian, apalagi lu Cher, gak bisa liat cowok bening dikit diajak kenalan, gua pastiin lu duluan kan yang nyamperin mas Dimas," ucap Tari lagi yang hanya dibalas oleh cekikikan sahabat-sahabatnya tersebut.

🤩😍Jangan lupa LIKE, VOTE, dan KOMENT yah, kalau ada yang mau ngasi saran monggo😘

***Cinta itu hadir tidak perlu menghitung waktu karena dalam sedetik saja ia bisa tumbuh tanpa kita sadari, yang awalnya hanya sebuah kekaguman tapi kemudian menjadi alasan kita sulit memejamkan mata🤭🤗

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!