Nala Davira, gadis berusia 15 tahun yang masih duduk di bangku kelas 1 SMA.
Nala tipe wanita yang tangguh, suka menghadapi tantangan, pintar, supel, tegas, dan cepat belajar. Dia tinggal bersama kedua orang tua dan adik perempuannya, Kaila Faranisa yang berusia 12 tahun tahun dan duduk di bangku kelas 1 SMP.
Papanya bekerja di salah satu perusahaan besar di kotanya sementara Mamanya buka usaha catering di rumah. Nala juga suka membantu Mamanya saat ada pesanan catering.
..
Lana Adrian, laki-laki berusia 16 tahun dan juga duduk di bangku kelas 1 SMA, sempat harus mengulang kelas karena orang tuanya pernah pindah bolak balik ke luar kota urusan pekerjaan.
Lana juga tinggal bersama kedua orang tua dan Kakak laki-lakinya, Agam Nicholas. Agam sendiri berusia 19 tahun, dia sudah kuliah.
Papi Lana merupakan pengacara hebat sementara Maminya bekerja sebagai manager di sebuah hotel bintang 5 di Jakarta.
**
Siang ini awal Nala bertemu dengan kedua temannya, Jovanka dan Melani. Mereka tidak sengaja duduk berjajar di tengah lapangan yang sangat panas itu.
“Gila ! Panas banget !” gerutu Nala mengipas wajahnya dengan buku tulisnya
Melani pun menoleh kaget ke arah Nala “sorry” ucap Nala
“Nggak apa-apa, lagian gue juga capek duduk disini dengerin kepsek ceramah” gerutunya
Jovanka menyeletuk obrolan mereka “gue juga nih, kita ke kantin aja gimana ?” ajaknya
“Ayo !” jawab Nala bersemangat
“Wait ! Gimana caranya bisa kabur dari sini ?” tanya Melani bingung
Nala maupun Jovanka berpikir keras, lalu “gue punya ide !” seru Jovanka
Nala maupun Melani langsung menatap serius Jovanka “ijin ke toilet aja tapi gantian, kalau bareng-bareng pasti nggak dibolehin”
“Kayaknya susah deh” keluh Melani
Nala celingak celinguk, dilihatnya para OSIS pun sudah mulai kepanasan dan menepi ke tempat teduh di barisan belakang namun sudah tidak terlalu peduli dengan ceramah kepsek “gue punya ide lain”
“Apaan ?” tanya Jovanka penasaran
“Gue bakalan cari alesan ke OSIS, lo berdua ngendap-ngendap kabur lewat sana, nanti kita ketemu di kantin oke” ucapnya berbisik sambil menunjuk kecil ke arah yang dimaksud
“Lo yakin aman ?” tanya Melani gelisah
“Udah deh kalian tenang aja, gue usahain akting gue nggak gagal” ucapnya penuh keyakinan
Akhirnya mereka bertiga tos sebelum melakukan rencana kriminalnya padahal mereka bertiga tidak saling mengenal.
..
Jovanka dan Melani mulai menggeser tempat duduknya perlahan tanpa sepengetahuan para guru saat kepsek yang baru saja turun dari podium.
Saat Jovanka dan Melani sudah di posisi amannya, Nala mulai melakukan aktingnya, dia berjalan dengan wajah cemberut dibumbui mata berkaca-kaca ke arah para OSIS laki-laki karena dia yakin kalau laki-laki akan luluh dan mengijinkannya.
“Kakak” panggilnya sedih
3 orang laki-laki dengan lencana OSIS di bagian dadanya datang mendekati Nala “kamu kenapa ?” tanya salah seorang OSIS itu
Nala cemberut “zoro, Kak, hiks”
“Zoro siapa ? Kenapa kamu sedih ?” tanya yang lainnya
“Zoro udah kayak keluargaku sendiri Kak, dia.. dia mati” aktingnya sangat berbakat
“Astaga, kamu istirahat dulu aja ya sambil nunggu pidato selanjutnya”
“Aku.. aku apa boleh ijin menelefon keluargaku dulu Kak ? Aku sedih banget sekarang, bagaimana bisa pas zoro mati tapi aku nggak ada di deket dia” dilanjut dengan tangisan palsunya yang berhasil Nala dapatkan dari hasil melamun sampai matanya perih
“Ya udah, nama kamu siapa ? Biar Kakak ijinin”
“Aku.. aku Nala Davira”
“Ya udah Nala, silahkan hubungin keluarga kamu, Kakak ikut berduka cita atas kematian zoro”
“Makasih banyak Kak, Kakak baik banget” ucapnya bergegas meninggalkan lapangan
..
Nala tidak sengaja bertabrakan dengan seorang laki-laki saat mengendap-endap ke arah kantin “aduuhh, gila ya” gerutu Nala memegang tangannya
Laki-laki itu menatap sinis Nala dan langsung pergi begitu saja.
..
Setibanya di kantin, Nala langsung beli es teh dan menemui kedua teman barunya itu.
“Gimana ? Hebat kan gue ?” ucapnya dengan nada sombongnya
“Ya hebat sih, tapi gue tetep takut nih kalau sampe ketahuan” ucap Melani gelisah
“Buruan pesen makanan terus kita makan di samping kantin aja biar nggak ketahuan” ajak Jovanka
“Ide bagus, gue setuju !” ucap Nala bersemangat
“Btw, gue Melani” sapanya ramah
“Gue Nala”
“Gue Jovanka, panggil aja Jo"
Mereka bertiga segera memesan makan siang lalu membawanya ke samping kantin “Ray !” teriak Nala kaget
Raymond adalah tetangganya sejak kecil, kedua orang tua mereka sangat dekat bahkan Nala seringkali main dan nginap di rumah Raymond atas permintaan Maminya karena tidak punya anak perempuan padahal sangat mengharapkan anak perempuan.
Raymond yang sedang asik minum itu langsung menyemburkan minumannya tidak kalah kagetnya dari Nala “gila ! Berisik banget sih lo” gerutunya
Nala melirik salah satu laki-laki yang duduk bersama Raymond “lo !” ucapnya kesal
Raymond melihat temannya itu “lo kenal sama Nala ?” tanyanya
“Nggak” jawabnya dingin
“Nggak tahu diri ! Udah nabrak orang bukannya minta maaf malah kabur gitu aja, cih” sindir Nala berjalan dengan langkah kesalnya melewati Raymond dan kedua temannya lalu duduk bersama Jovanka dan Melani
..
Sudah selesai makan, kubu Nala maupun Raymond masih berada di tempatnya “alesan lo apaan Nal ?” tanya Raymond tanpa berbalik dan melihat Nala
“Zoro, lo ?” tanyanya balik
“Hahahaha kasihan zoro, gue mah tinggal godain OSIS cewek aja langsung diijinin” jawabnya dengan nada sombong
“Playboy”
..
Akhirnya Raymond mengajak kedua temannya berkenalan dengan Nala “Nal, kenalin, ini Lana, ini Miko”
“Kenalin juga nih temen-temen gue, Jo sama Mel, hahaha..”
Raymond menimpuk Nala dengan sepatunya “kalau ditanya tuh yang bener jawabnya, ya kali gue sama temen-temen gue asal manggil gitu aja”
Nala melempar jauh sepatu Raymond dengan wajah kesalnya “udah Nal udah, gue Melani, ini Jovanka”
“Hai Melani, sebentar ya” ucap Raymond segera berlari mengambil sepatunya
“Kalian kok bisa temenan sama anak Mami itu ?” tanya Nala penasaran
Lana maupun Miko menahan tawanya mendengar ucapan Nala “gue baru aja kenalan sama Ray pas ketemu disini tadi” jawab Miko sedangkan Lana memilih tidak menjawab pertanyaan konyol Nala
“Oh gitu” ucap Nala menganggukkan kepalanya
“Gue ngantuk nih” keluh Jovanka
“Kabur ke kelas aja yuk” ajak Raymond sambil memakai sepatunya lagi
“Pengen sih, tapi tanggung, pasti sebentar lagi selesai” ucap Miko melihat jam tangannya
..
Baru saja mengakrabkan diri, kini mereka berenam harus bersiap dengan akibatnya karena sudah berani kabur saat MOS.
Suara seorang guru terdengar lantang di speaker sekolah “yang namanya saya panggil langsung ke ruang BP !”
“Mati gue !” ucap Jovanka tepuk jidat
“Nala, Lana, Raymond, Miko !”
Nala menepuk-nepuk pelan bahu Jovanka “udah lo tenang aja, lo nggak jadi mati, hahaha..” lalu berjalan meninggalkan semuanya dengan langkah tenang
“Nala gila ya !” gerutu Jovanka
“Kalian tenang aja, Nala emang setengah waras” ucap Raymond dengan tenangnya
“Ini pertama kalinya gue dipanggil BP” ucap Lana sedikit pucat
“Hahahaha, tenang aja udah, paling cuma disuruh lari atau nggak bersihin lapangan” ucap Miko
Lana, Raymond, dan Miko berjalan bersama menyusul Nala ke ruang BP sementara Jovanka dan Melani walaupun merasa tenang karena tidak dipanggil ke ruang BP namun merasa khawatir sama Nala karena bagaimanapun mereka kabur bersama.
..
Di dalam ruang BP..
Guru BP dengan kepala plontos, kumis tebal, dan perut buncit berdiri bolak balik di depan Nala, Lana, Raymond, dan Miko yang berdiri berjajar itu.
“Sebutin nama kalian” ucap guru BP itu
“Tadi nama kita udah dipanggil di speaker kedengeran kenceng banget Pak, masa Bapak nggak tahu ?” tanya Nala membuat Lana, Raymond, dan Miko membelalakkan matanya
“Kamu juga ! Cewek sendiri tapi omongannya..” bentaknya sengaja menggantung dan berdecak kesal sambil menggelengkan kepalanya
“Maaf” ucap Nala datar
“Tulis nama kalian, nomor telefon orang tua kalian dan alasan apa yang kalian pakai untuk meninggalkan upacara MOS sekarang juga !” ucap guru BP itu dengan tegasnya
“Sorry nih Pak, tapi nulisnya dimana ya ?” tanya Lana
Wah, gila juga ini orang, pikir Nala.
Kesal, guru BP itu mengambil selembar kertas dan menaruhnya dengan kasar di atas meja beserta pulpennya.
Nala bergantian menulis nomor telefon orang tuanya di atas lembaran kertas tadi lalu berlari mengitari lapangan sampai 10 kali untuk Nala dan 20 kali untuk para laki-laki.
Tidak lupa Nala sengaja mengganti rok sekolahnya dengan celana training olahraganya sebelum melakukan hukuman pertama di sekolah SMA nya.
..
Para murid yang bersiap pulang itu ada yang berdiri menonton hukuman Nala dan yang lainnya jalani sementara sisanya melihat sambil berjalan keluar gerbang sekolah.
Di kejauhan, Jovanka dan Melani berdiri menonton Nala yang berlari pelan mengitari lapangan itu “gue jadi nggak tega sama Nala” ucap Jovanka
“Sama, gue juga” ucap Melani
..
“Sorry” ucap Lana yang tiba-tiba berlari di samping Nala
“Telat” jawab Nala ketus dan sengaja mempercepat larinya meninggalkan Lana
Lana tercengang mendengar penolakan dari Nala.
Gila ya itu cewek ! Orang minta maaf malah begitu, batin Lana kesal.
..
Hukuman selesai, Nala, Lana, Raymond, dan Miko kembali ke ruang BP menemui guru BP tadi dan orang tua mereka yang sudah duduk di sofa ruang BP itu.
Bukannya menghampiri Mamanya, Nala malah duduk di samping Mami Raymond “Mami, maafin Nala”
“Woi, nyokap lo disana” protes Raymond
Mama sudah mengeluarkan taringnya, segera Nala duduk di samping Mamanya.
Hanya Papi Lana yang datang sebagai walinya, yang lainnya Mama dan Maminya yang datang.
“Selamat sore Bapak Ibu sekalian, saya selaku guru BP di SMA 1 Jakarta ini merasa malu dengan sikap anak Bapak Ibu ini karena berani meninggalkan upacara MOS di hari pertama MOS” jelas guru BP menyulut omelan para orang tua dalam hati
Guru BP itu sudah memegang selembar kertas tadi di tangannya “dari penjelasan anak-anak ini, hanya satu yang serius dengan alasannya” ucapnya mengedarkan pandangan dan berhenti di Nala “Nala Davira, dia menulis alasannya ‘salah satu yang sudah saya anggap sebagai keluarga saya mati, namanya zoro dan saat mati pun saya tidak ada di dekatnya’, bisa dijelaskan Nala ?”
Mama sudah menatap tajam Nala, berbeda dengan Raymond dan Maminya yang tersenyum tipis menahan tawa, sementara Lana, Miko, dan orang tua mereka menatap sedih Nala.
“Pak, zoro bener-bener kayak keluarga saya sendiri, saya nemenin sejak dia kecil” ucapnya dengan akting sedihnya “Bapak tahu ? Saya nemuin zoro di deket pos komplek rumah saya Pak, dia sendirian, kurus, kecil, mana saya tega ninggalin sendirian gitu aja”
Kasihan juga denger ceritanya, pasti dia emang bener-bener sedih ditinggal sama zoro itu, pikir Lana.
Guru BP itu mengedip-ngedipkan matanya yang mulai berkaca-kaca “saya minta maaf Nala, saya ikut sedih kamu kehilangan zoro”
Mama menghela nafas panjang “maafkan anak saya Pak, ini kesalahannya, biar saya luruskan alasan anak ini” ucap Mama membuat semua yang tidak tahu ceritanya bingung
“Zoro itu anak kucing, memang benar anak saya menemukannya seperti yang barusan dia ceritakan, dia merawatnya setiap hari sampai memberinya susu di dalam botol bayi seperti bayi manusia, tapi zoro sudah mati 4 bulan yang lalu karena ditabrak mobil dan saat itu anak saya memang masih di sekolah” jelasnya membuat Raymond dan Maminya tertawa tanpa suara dan yang lainnya hanya bisa menghela nafas panjang
Sumpah ini cewek ! Gue udah sedih duluan aja, tahunya nipu, batin Lana menyesal.
“Nala” panggil guru BP itu penuh penekanan
“Hehehe..” tawa tipis Nala
..
Nala, Lana, Raymond, dan Miko keluar dari ruang BP bersama orang tua mereka lalu Jovanka dan Melani langsung mendekati Nala “Nal, sorry” ucap Melani sedih
“Lo kenapa Mel ?” tanya Nala bingung
“Kita tuh sedih tauk nggak lihat lo dihukum gitu” gerutu Jovanka
“Hahaha.. Udahlah, gue aman kok, oh iya minta nomor Hp lo berdua dong” ucap Nala menyodorkan Hp nya
“Lo berdua kenapa nggak balik duluan ?” tanya Nala
“Kita nungguin lo Nal” jawab Jovanka sambil mengetik nomor Hp nya
“Nala” panggil Mama dingin
Melani segera memberikan Hp Nala lagi setelah mengetik nomor Hp nya “udah sana, sebelum nyokap lo marah”
“Gue duluan ya, lo berdua hati-hati dijalan, sampe ketemu besok” pamit Nala sambil berjalan ke depan mendekati Mamanya yang berjalan bersama Mami Raymond
Mami langsung merangkul lembut bahu Nala “kamu pasti capek kan habis lari muterin lapangan ?”
Nala mengangguk cemberut sedih, dan baru saja dia menyandarkan kepalanya di bahu Mami, Mama langsung menjewer telinga Nala “nggak ada kasihan ya Nal, tunggu nanti Papa kamu bakalan bilang apa anak sulung kesayangannya dihukum padahal masih hari pertama MOS”
Nala memegang telinganya yang masih dijewer Mamanya “aduduh Mah, sakittt” keluhnya
Raymond yang memilih berjalan bersama Lana dan Papinya yang tidak jauh di belakang Nala itu menggelengkan kepalanya sementara Miko dan Mamanya sudah pulang duluan.
“Sini tas kamu, biar kamu lanjutin hukuman kamu sampe Dareen” perintah Mama
Mendengar nama Dareen, laki-laki yang sudah Nala anggap Kakaknya sendiri itu membuat Nala semangat “Kakak !” panggilnya sambil melambaikan tangannya ke arah Dareen yang berdiri bersandar di mobil
“Cepeeettt” ucap Mama menjewer telinga Nala lagi
“Aduh sakitt, Mami, nanti Nala pulang ke rumah Mami aja ya” pintanya sambil mengelus telinganya
Mami Raymond cuma tersenyum sambil mengelus lembut kepala Nala.
Nala mulai lompat jongkok sampai Dareen sebagai hukuman dari Mamanya seperti saat dia melakukan kesalahan dengan Kaila sejak kecil.
“Hahahahaha..” tawa Lana melihat Nala tersiksa
“Lana !” ucap Papinya penuh penekanan membuat Lana segera menutup rapat mulutnya
Lana sendiri pernah beberapa bulan sekolah di SMP yang sama dengan Nala dan Raymond, Lana juga sempat berteman dengan Raymond walaupun saat itu Lana di kelas 8 dan Raymond kelas 7.
“Om nggak pindah-pindah lagi kan ?” tanya Raymond
“Nggak, Om udah tetapin tinggal di Jakarta, mungkin Om akan pergi sendiri kalau ada kerjaan di luar kota biar Lana fokus belajarnya”
“Yess Lan, kali ini kita temenan seterusnya ya” ucap Raymond merangkul bahu Lana
“Yoi”
..
Nala langsung berdiri bersandar di mobil “capek banget Kak”
Dareen mengacak-acak rambut Nala “makannya jadi cewek jangan bandel”
“Ih jahat banget” gerutu Nala mengerucutkan bibirnya
“Kakak tauk nggak ? Si Ray adik Kakak yang ngeselin itu bisa kabur karena godain OSIS, idih Kak, sok ganteng banget” lapornya kesal
“Terus kamu apa ?” tanya Dareen
“Zoro, Kak.. Kasihan kan zoro mati pas aku lagi di sekolah” dramanya pura-pura sedih
Dareen mencubit gemas pipi Nala “kamu kok ngeselin ? Kasihan kan zoronya kamu jadiin alesan gitu, nggak tenang dia disana”
“Hehehe, kan yang penting Nala nggak bohong dan godain Kakak kelas kayak Ray”
..
Sudah sampai rumah, Papa sudah duduk dengan wajah kesalnya di ruang tamu menunggu kepulangan Nala dan Mamanya.
“Papa” panggilnya pura-pura sedih memeluk tangan Papa
“Nggak mempan Nala” ucap Papa datar
“Papa jahat banget sama Nala” keluhnya sedih
Akhirnya Papa menghela nafas berat “udah sana mandi, kamu bau keringet” ucapnya memeluk Nala sebentar sebelum melepaskan pelukannya
Nala melebarkan senyumnya lalu bergegas masuk kamar.
**
Hari ini hari pertama Nala sekolah menggunakan seragam putih abu-abu.
Walaupun rumah berdepanan tapi Nala dan Raymond mengendarai motornya masing-masing ke sekolah.
Setelah hari pertama MOS membuat ulah, Nala, Lana, Raymond, dan Miko diancam tegas kalau sampai mereka mengulang perbuatannya lagi akan langsung dipulangkan dan tidak di terima di sekolah itu.
..
Setelah memarkir motornya, Nala mendekati Jovanka dan Melani yang sudah duduk menunggunya di bangku koridor sekolah “ayo masuk kelas” ajaknya
Jovanka langsung mengeluarkan Hp nya “tunggu dulu, kita mesti foto-foto di hari pertama sekolah SMA sebelum masuk kelas”
Nala dan kedua temannya itu sudah selesai berfoto-foto dan baru saja mau melanjutkan langkahnya “kalian udah tauk kelas kalian dimana ?” tanya Miko yang kini berjalan di belakang Nala, Jovanka, dan Melani bersama Lana dan Raymond
“Iya ya, ayo lihat papan pengumuman dulu” ajak Jovanka langsung menarik tangan Nala dan Melani berlarian ke papan pengumuman yang berada di tepi lapangan
..
Jovanka sibuk meneliti namanya, Nala, dan Melani di papan pengumuman, berbeda dengan Nala dan Melani yang memilih duduk sambil mengipas wajahnya dengan telapak tangannya karena pagi-pagi sudah dibuat berkeringat sama Jovanka.
“Gue harap gue nggak sekelas sama cewek ngeselin ini” ucap Lana melirik Nala ketus yang menyusul ke lapangan
“Gila apa ! Gue juga ogah sekelas sama lo !” protes Nala
“Wait wait..” ucap Jovanka serius menunjuk daftar nama di depannya
“Guys ! Kita berenam sekelas !” ucapnya penuh semangat
“Hah !!” ucap Nala dan Lana kaget
“Hahaha, udah nikmatin aja, ayo ke kelas” ajak Raymond
Nala dan Lana saling menatap tajam satu sama lain sampai rasanya ada percikan api dari sorot mata mereka “jangan duduk deket-deket gue” ucap Nala ketus
“Siapa juga yang mau duduk deket-deket cewek judes kayak lo” protes Lana
..
Di kelas..
“Perkenalkan, Ibu wali kelas kalian tahun ini, nama Ibu, Ibu Maria, selama Ibu yang menjadi wali kelas kalian Ibu akan mengatur tempat duduk kalian biar adil” ucapnya
“Ah nggak asik banget diatur segala” bisik Jovanka menggerutu
“Ibu akan memanggil nama siswi dilanjut siswa yang akan duduk di sampingnya, semuanya harap berdiri, siswi berdiri di depan kelas dan siswa berdiri di barisan belakang kelas” ucapnya tegas
Semuanya sudah berdiri sesuai perintah lalu Ibu Maria mulai memilah tempat duduk “.., Jovanka, Miko”
“Duluan guys” ucap Jovanka
“Semoga gue duduk sama lo ya Mel” ucap Nala putus asa
“Kayaknya nggak deh Nal, dari tadi Bu Maria sengaja pasangin cewek cowok” ucap Melani
“Melani, Raymond” ucap Bu Maria
“Hah ? Aduh Mel, nanti tukeran aja ya, gue sama lo oke” ucap Nala memohon
“Melani ? Cepet ke tempat duduk kamu” ucap Bu Maria menunjuk tempat duduk untuk Melani dan Raymond
“Rasain lo” ucap Raymond tanpa suara ke Nala
Nala menatap tajam Raymond dan mengepalkan tangannya ke arah Raymond dan dibalas dengan senyum sinis dari Raymond.
“Nala Davira, Lana Adrian”
“Hah !” ucap Nala dan Lana ternganga
“Apa ada masalah Nala, Lana ?” tanya Bu Maria
“Saya alergi duduk sama cowok Bu” protes Nala membuat seisi kelas tertawa
“Nala, Lana, cepat duduk ke bangku yang Ibu pilihkan !” ucapnya
Dengan langkah yang berat, Nala terpaksa duduk di samping Lana dimana mereka duduk di barisan paling belakang dekat jendela.
Di depannya ada Melani dan Raymond dan di depannya lagi Jovanka dan Miko.
“Nasib gue sial banget” gerutu Nala menyandarkan punggungnya di bangku sekolah
“Lo pikir lo doang, gue juga ogah duduk di samping cewek judes kayak lo” gerutu Lana
“Ray, tukeran yuk, lo duduk disini sama gue” pinta Nala memohon
Raymond menoleh malas “ooogah” ucapnya dengan nada meledek
“Dilarang pindah tempat duduk tanpa seijin Ibu ya ! Sekarang bagi siswa yang memiliki nilai UN minimal 9 angkat tangan karena Ibu mau membuat pengurus kelas"
Percayalah hanya Lana yang mengangkat tangannya “coba maju ke depan” panggil Bu Maria
“Sekarang siswi yang memiliki nilai UN minimal 9 angkat tangan”
Tidak ada satupun yang mengangkat tangannya termasuk Nala padahal nilai UN nya minimal 9,5.
“Benar tidak ada ? Sayang sekali” ucap Bu Maria kecewa “kalau gitu siapa yang mau menjadi wakil ketua kelas ?” tanyanya lagi
Hampir semua siswi mengangkat tangannya penuh semangat kecuali Nala, Jovanka, dan Melani “kok lo nggak angkat tangan ?” bisik Nala
“Gue nggak mau jadi pengurus kelas Nal, apalagi wakil, idih pusing” bisik Melani menggerutu
Bu Maria menentukan pilihannya berdasarkan nilai UN minimal 8.
“Sekarang semuanya buka buku kalian, berbaris sesuai urutan tempat duduknya membawa buku kalian agar Ibu langsung pilih siapa yang akan menjadi sekertaris 1 dan 2 di kelas ini” perintahnya
Semuanya sudah berbaris dan menunjukkan tulisannya masing-masing namun Bu Maria hanya mendapatkan 1 kandidat, yaitu Melani.
“Kok lo nggak kepilih sih ? Padahal tulisan lo kan bagus ? Lagian lo tadi bisa aja jadi wakil Lana” bisik Raymond
Nala tersenyum licik menunjukkan bukunya yang dipenuhi dengan tulisan Kaila yang tentu saja masih berantakan, maklum Kaila baru saja lulus SD “sialan lo bohongin guru”
Raymond mengangkat tangannya membuat semuanya melihat ke arahnya “Bu, dia bohong ! Sebenernya tulisan dia bagus, tadi buku adiknya yang baru lulus SD yang dia tunjukkin ke Ibu” adunya membuat Nala menutup wajahnya dengan buku tulis di depannya
Melani memberitahukan nama Nala pelan ke Bu Maria “Nala, maju ke depan” perintahnya
Mati gue !, batin Nala.
Nala terpaksa bangun dari duduknya dan saat Bu Maria berpaling ke papan tulisnya Nala langsung menonjok tangan Raymond dan menatapnya tajam tapi Raymond malah tersenyum meledek.
Bu Maria memberikan spidol ke tangan Nala “tulis nama kamu dan nama Melani di barisan sekertaris” ucapnya
Nala sudah menulisnya dan menaruh spidol tadi ke tempat spidol di atas meja guru “jangan bohongin Ibu lagi” ucapnya
“Iya Bu, maaf”
Lagi-lagi Raymond mengangkat tangannya “Bu, sebenernya dia juga pinter”
Gue matiin lo Ray !, begitu tatapan Nala ke Raymond.
“Kamu tuh siapanya Nala ? Kenapa tahu tapi nggak kasih tahu dari tadi ?” tanya Bu Maria kesal
“Maaf Bu”
“Sudah sudah, biarkan Nala jadi sekertaris 2 karena nggak ada tulisan yang lebih bagus lagi” ucap Bu Maria tidak mau ambil pusing “sekarang Ibu butuh 1 orang bendahara siswi yang cerewet dan bisa menyimpan uang”
..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!