Seorang lelaki tampan yang mempunyai tatapan setajam elang dan rahangnya yang keras.
Melihat pantulan dirinya sendiri, di sebuah meja kaca. Kerutan halus di dahinya menunjukkan bahwa ada banyak masalah yang ada didalam hidupnya.
Matanya terpejam seolah mencari ide, bagaimana agar bisa keluar dari sebuah permasalahan yang ada didalam kehidupannya ini.
Matanya perlahan terbuka saat mendengar suara dering teleponnya.
"Halo!."
"Iya, Mah ada apa." jawab pria itu.
"Ke rumah sakit sekarang." terdengar suara seseorang wanita yang ada didalam telepon.
"Emang siapa yang sakit, Mah." pertanyaan yang keluar dari mulutnya, menunjukkan rasa khawatir yang mendalam.
"Sudah lah, cepat kesini sekarang kamu Dit." itu sebuah perintah yang tak bisa di acuhkan.
tutt.... tutt....tutt.....
Panggilan terputus sepihak. Helaian napas panjang yang dilakukan lelaki tampan dan berambut hitam itu adalah Aditya Jackson.
Adit keluar dari ruangan kerjanya. Dengan terburu-buru. Sesampainya diluar ruangannya. Adit bertemu dengan asisten pribadinya, yang bernama Ayan Jek.
"Ada apa Tuan? Apa ada masalah?." pertanyaan asisten Ayan. Membuat Adit membalikan badannya.
"Jangan banyak tanya kamu Yan, antar kan saya ke rumah sakit sekarang juga." perintah Adit yang harus dilakukan oleh asisten Ayan.
"Baik, Tuan." jawab singkat asisten Ayan. Karena dia tahu Tuan mudanya, tak suka orang yang banyak bicara.
Setelah hampir lima belas menit perjalanan.
Adit sampai di rumah sakit, ia berjalan melewati koridor rumah sakit.
Adit bertemu dengan Mamahnya tanpa basa-basi Aditya menghampiri Mamahnya, yang tampak ada raut kekhawatiran di wajah cantik wanita paru bayah itu.
"Mah." panggil Adit ke Mamahnya.
"Dit, lama banget sih kamu"
"Mah, itu enggak penting, yang penting sekarang adalah siapa yang sakit Mah." tanya Adit yang tak menjawab satupun pertanyaan sang Mamah.
"Aldi, kamu itu gimana sih Dit, jadi Daddy kok enggak becus." jawaban sekaligus ejekan, sang Mamah.
"Mamah enggak tahu lagi Dit, harus bagaimana, enggak selamanya Mamah akan di sampingmu terus, Mamah sudah tua, makanya kamu cepat cari pen." belum selesai bicaranya sudah dipotong sang anak.
"Sudah cukup Mah! Adit bosan kalo Mamah selalu nyuruh Adit cari pendamping, yang terpenting sekarang kesehatan Aldi." jawab Adit sambil berjalan keruangan Aldi. Dan meninggalkan sang Mamah sendirian.
3hari telah berlalu, Aldi dirawat di rumah sakit. Besok Aditya akan ke kantornya. Untuk beraktivitas lagi seperti hari biasanya. Siang hari ini di habiskan Adit menemani sang anak nonton TV di kamarnya bersama Aldi.
"Al kamu itu jaga kesehatan mu ya.
Dad kan harus kerja buat Al, jadi jangan skit mulu lah Al. kalau Al sakit kan semua kerjaan Dad, jadi terbengkalai." ucap Adit kepada sang anak.
"Iya... Dad, Al anji atan jada kecehatan." jawab Aldi dengan suara khas anak berumur dua tahun.
" Ya sudah, sekarang Al makan siang ya." ajak Adit kepada Akdi agar cepat sembuh.
Al hanya menjawabnya dengan anggukkan kepala.
Jam telah menunjukkan pukul 08:00 malam.
Semua penghuni rumah itu ada di ruang keluarga.
"Adit, kapan kamu akan nikah." pertanyaan to the poin itu datang dari sang Papah.
"Nanti kalo udah bertemu jodohnya." jawab Adit dingin.
"Baiklah Dit, umur kamu satu bulan lagi akan mengajak umur ke 29 tahun. Jika kamu belum menemukan calon istri, mau tidak mau kamu harus menikah dengan pilihan Mamah." kata sang Mamah membuat Adit sedikit sok. Namun dengan cepat dia mengembalikan ekspresi mukanya ke semula.
"Serah Mamah, ayo Al kita tidur udah malam nanti sakit lagi kamu lo."jawab Adit, kepada sang Mamah dan ajaknya pada anaknya untuk tidur ke kamar dan berjalan sambil menggendong Aldi.
Pagi hari yang cerah ini akan di lewati banyak orang untuk bekerja. Sama halnya dengan Aditia Jackson. Yang sudah ada didalam kursi penumpang untuk jalan menuju kantornya.
" Bacakan agenda hari ini." Perintah Adit pada sang asisten pribadinya.
"Jam 09:00 ada pertemuan dengan Tuan Rendy di Brew cafe, dilanjutkan jam 01:30 kunjungan ke kantor Tuan Wiratama, Tuan." jawab Ayan.
"Yan." panggil Adit pada asisten.
"Iya, Tuan." jawab asisten Ayan.
" Enggak jadi." kata Adit.
Setelah tiba di kantor, Adit langsung ke ruang kerjanya.
Untuk mengecek berkas-berkas yang sudah ada di meja. Terdengar ketukan pintu, saat dirinya sedang fokus mengecek beberapa laporan keuangan bulan ini.
Tok.... Tok... Tok
"Masuk" perintah Adit, pada orang yang ada di luar ruangannya itu. Munculah wanita cantik yang berjalan berlenggak-lenggok bak model itu adalah sang sekretaris Dinda.
"Permisi Tuan, saya ingin menyerahkan berkas-berkas, yang perlu anda tanda tangani." ucap Dinda pada atasannya.
" Baik, taruh saja di situ."jawab Adit sambil menunjuk ke meja.
"Baik, Tuan." setelah menaruh berkas-berkas di atas meja, Dinda pun pamit.
"Permisi Tuan" ucap Dinda, sambil membungkukkan badannya. Dinda berharap bisa dekat dengan sang atasannya.
Dia mencuri pandang kepada atasannya. Sebelum akhirnya
menutup pintu ruangan Adit. Dinda tersenyum menyeringai dan bergumam dalam hatinya.
aku akan berusaha untuk mendapatkan mu Tuan.
Setelah beberapa menit pintu ada yang mengetuknya lagi. Membuat Adit teralihkan fokusnya yang semula ke berkas-berkas sekarang menatap pintu.
"Masuk." perintah Adit .
"Tuan sudah waktunya bertemu Tuan Rendy, di Brew cafe ." ucap asisten pribadinya.
" Baiklah." jawab Adit sambil bangun dari duduknya.
Setelah menempuh waktu lumayan jauh, akhirnya perjalanan sampai di Brew cafe .
"Selamat pagi Tuan Aditya Jackson." sapa sang rekan bisnisnya.
"Hemmm pagi juga Tuan Rendy." jawaban singkat itu mengisyaratkan bahwa Adit tak mau basa-basi.
" Baiklah Tuan, silakan duduk." ajak Rendy pada Tuan Adit.
"Ada apa Tuan Rendy, meminta saya bertemu di sini." Tanya Adit dengan ekspresi datarnya.
Rendy yang ditanya dengan ekspresi datar, hanya menelan ludahnya sediri dengan susah payah.
"Be- begini Tuan, apakah anda bisa memberi suntikan dana di perusahaan saya, Tuan." tanya Rendy sambil terbata-bata.
"Baiklah, saya akan menanam saham di perusahaan anda." jawab Adit tanpa pikir panjang.
Membuat sang asisten terkejut mendengar jawaban atasannya itu. Tak biasanya sang atasan langsung menerima keinginan rekan bisnisnya itu tanpa pikir panjang.
"Saya akan menanam saham 25% di perusahan anda, tapi dengan syarat saya akan mendapatkan keuntungan 30% gimana apa anda setuju." tanya Adit pada sang rekan bisnis.
Tanpa berpikir panjang Rendy pun menyetujuinya.
"Tetapi jika harga saham anda menurun, dan tidak bisa mengembalikan saham yang saya tanam dalam waktu sebulan. Maka anda harus memberikan cafe ini pada saya." ucap Adit kembali.
"Ba-baik Tuan." Rendy menjawab dengan terbata-bata, dirinya takut jika perusahaannya tidak bisa mengembalikan saham yang ditanam Adit.
"Baiklah, saya permisi Tuan Rendy." pamit Adit sambil berjabat tangan.
Sesampainya di parkiran mobil. Adit dan asisten Ayan, langsung masuk ke dalam mobil.
Dengan asisten Ayan yang mengemudikan mobilnya. Dan Adit duduk di kursi penumpang.
"Kita ke kantor dahulu." perintah sang atasan pada bawahannya itu. Setelah sampai kantor.
Adit Kembali ke ruangannya untuk istirahat sejenak dan makan siang.Karena jam sudah menunjukkan 12:30 siang Belum juga makan siang, asisten pribadinya masuk ke ruang kerjanya, setelah mengetuk pintu.
"Ada apa Yan." tanya Adit kepada asisten Ayan.
"Saya hanya ingin menyampaikan kalo nanti, jam 13.30 siang kunjungan ke kantor Tuan Wiratama, untuk menagih utang tiga bulan yang lalu Tuan." jelas asisten Ayan.
" Oh iya ... Hampir saja lupa, dengan perjanjian tiga bulan lalu, kalo ini tanggal akhir untuk melunasi utangnya." sahut Adit.
Seusai makan Adit langsung mengajak sang asisten untuk pergi ke kantor Tuan Wiratama. Yang tak terlalu jauh dari Kantornya. Setelah beberapa menit perjalanan, sampailah Adit di kantor Tuan Wiratama. Dan Adit pun langsung ke ruangan Tuan Wiratama.Tanpa basa-basi asisten Ayan pun langsung mengetuk pintu ruangan Tuan Wiratama tersebut.
"Selamat siang Tuan Aditya Jackson." sapa Tuan Wiratama yang sudah tahu kalo yang mengetuk pintu adalah Ayan.
"Hmmm." jawab Adit datar. Dan duduk di sofa, sebelum dipersilakan si pemilik ruangan ini. Sambil menyilang kan kaki kirinya ke atas kaki kanannya.
" Apa anda tahu, mengapa Tuan saya kemari Tuan Wiratama?." tanya Ayan.
"Tentu saja Tuan Ayan, te-tetapi bisakah beri waktu saya satu minggu lagi." Jawab Tuan Wiratama.Dengan terbata-bata dan meminta Waktu untuk membayar utangnya.
"Saya sudah mengasih anda waktu tiga bulan, tetapi mengapa anda tidak menepati janji anda Tuan Wiratama." ucap Adit sambil menekankan nama Tuan Wiratama.
"Ma-maaf Tuan, bukan maksud saya mengingkari janji saya. Tetapi kantor saya aja belum stabil setelah penurunan saham bulan lalu, jadi saya mohon Tuan beri waktu untuk membayar pinjaman tersebut." jelas Tuan Wiratama.
Dengan berat Adit membuang napas.
Mata Aditya tertuju pada pigura foto kecil, yang ada di atas meja Tuan Wiratama.
Dengan senyuman menyeringai, Adit berjalan mendekati foto yang ada sosok wanita cantik di dalam pigura itu dengan gaya tomboy.
"Apa ini anak anda Tuan Wiratama." tanya Adit pada Tuan Wiratama.
"I-iya be- benar, Tuan Adit." jawab Tuan Wiratama.
Sambil tersenyum paksa, karena dia tahu apa yang akan diucapkan Adit selanjutnya.
"Berhubung anda tidak bisa membayar utang-utang anda, saya dengan baik hati memberi keringanan untuk anda Tuan dengan cara." ucap Adi, ter jeda sejenak sambil jalan ke sofa yang diduduki tadi. Adit duduk di sofa sambil meletakkan pigura yang dibawanya dari meja kerja Tuan Wiratama.
"Nikahkan saya dengan putri anda Tuan. Atau saya akan membuat kantor anda bangkrut dalam sehari Tuan Wiratama." ucap Adit yang sempat ter jeda tadi.
"Te-tetapi Tuan say." belum usai pembicaraan yang ingin diomongin, pintu ruangan terbuka.
Dan muncullah sosok wanita cantik. Dengan memakai kaus hitam lengan pendek, dipadu padankan dengan celana jeans hitam dan jaket jeans warna demin yang ada di tangan kanannya. Tangan kirinya memainkan kunci motornya. Tak lupa senakers putih yang membuat gayanya begitu seperti anak muda masa kini.
Semua orang pada melihat kearah wanita cantik itu.
Wanita cantik itu tak tahu, jika ditatap ketiga pria yang sedang duduk di sofa. Karena wanita cantik itu membelakangi ketiga pria tersebut.
Saat berbalik wanita itu memanggil orang yang begitu dia sayangi.
"Ay." belum sempat selesai ucapannya.
Mata wanita itu tertuju pada kedua pria yang cukup asing baginya.
"Maaf." ucap wanita itu, karena dia merasa bersalah tidak mengetuk pintu dahulu, sebelum masuk ruangan Tuan Wiratama.
Wanita itu berjalan kearah Tuan Wiratama dan mencium telapak tangan Tuan Wiratama.
"Xiodi." ucap Tuan Wiratama.
"Maaf Ayah, Xiodi enggak tahu kalo ada tamu, Odi kira enggak ada tamu, maaf Tuan-tuan yang ada di sini." ucap Xiodi lagi, karena merasa bersalah karena tidak mengetuk pintu dahulu.
"Gimana Tuan Wiratama, apa anda setuju dengan tawaran yang saya berikan tadi, kebetulan anak anda, ada di sini." Ucap Adit mengacuhkan Xiodi yang meminta maaf pada dirinya dan asisten Ayan.
"Ayah... Apa maksud Tuan ini" tanya Xiodi inggin penjelasan dari sang Ayah.
"Duduk lah dahulu nak." ucap Tuan Wiratama kepada sang putri. Xiodi pun menuruti ucapan Ayahnya. Xiodi duduk di samping Ayahnya
yang bersebrangan dengan Adit.
"Begini nak, Ayah punya utang dengan Tuan Adit." ucap Tuan Wiratama berhenti sejenak sebelum dirinya melanjutkannya kembali.
"Hari ini adalah hari terakhir untuk membayar utang-utang itu. Jika tidak di bayar hari ini juga, kantor akan bangkrut dalam sehari." ucap Tuan Wiratama pada sang putri.
"Emang Ayah punya utang berapa." tanya Xiodi kepada Ayahnya.
"100." belum sempat Tuan Wiratama menyelesaikan omongannya sudah dipotong Xiodi.
"100juta."
"100M." jawab Tuan Wiratama membuat Xiodi shock.
"Apa, mengapa banyak banget Ayah.Lalu gimana bisa dapetin uang sebanyak itu." ucap Xiodi yang masih shock atas jawaban Ayahnya.
"Hanya ada satu cara nak, kamu mau bantu Ayah kan nak?." tanya Tuan Wiratama pada Xiodi.
"Apa Ayah? Xiodi siap melakukan apa saja, jika Odi bisa, akan Odi lakukan untuk Ayah." jawab Xiodi dengan senyuman.
"Menikah dengan Tuan Adit nak."
jawaban itu membuat Xiodi kaget.
"Aa-apa Ayah me-menikah apa enggak ada cara lain Yah." tanya Xiodi mungkin saja ada cara lain selain menikah batinnya.
" Tidak ada." jawab Tuan Wiratama.
"Apa enggak ada cara lain Tuan!. Mungkin saja jadi pelayan tanpa bayaran Tuan." tanya Xiodi pada Adit.
Adit dan asistennya dari tadi hanya menyimak. Pembicaraan antara anak dan Ayah itu. Sebelum Xiodi bertanya kepadanya untuk yang kedua kalinya.
"Bagaimana Tuan Adit. Apa ada cara lain?." Tanya Xiodi.
"Saya rasa anda tidak perlu menanyakan hal itu, bukankah Tuan Wiratama sudah bilang tidak ada." jawab Adit dengan menatap Xiodi dengan sorot mata yang tajam.
"Emmmm." jawab Xiodi dengan Mengigit bibir bawahnya.
Xiodi menatap ke pria paru baya itu, dengan tatapan penuh cinta. Sebelum dirinya mengatakan sesuatu hal yang berat dalam kehidupannya ini.
"Ba-baiklah Ayah, Odi akan menikah dengan Tuan Adit. Selama ini Odi hanya ngerepotin Ayah, jadi sekarang saatnya, Odi harus menjadi anak yang berbakti bagi Ayah." jawaban Xiodi membuat Tuan Wiratama, menitihkan air mata, sejujurnya Tuan Wiratama tak rela jika anaknya harus menikah karena keterpaksaan.
"Benar Odi, mau menikah sama Tuan Adit." tanya Tuan Wiratama, kepada anaknya untuk meyakinkan dirinya sendiri, bahwa sang anak mau berkorban untuknya.
"Benar Ayah." jawab Xiodi dengan anggukan kepala.
Adit yang mendengar jawaban Xiodi itupun membuatnya sedikit terkejut, karena dirinya tak menyangka anak zaman sekarang rela berkorban demi keluarganya.
"Baiklah Ayah, Xiodi pamit dahulu ya, Yah." ucap Xiodi pamit kepada sang Ayah.
Sebelum dia pamit dia mencium tangan sang Ayah.
"Mari." ucap Xiodi kepada Adit dan asisten Ayan. sambil bangun dari duduknya.
Setelah keluar dari ruangan Ayahnya. Xiodi berjalan ke tempat parkiran mobil, dan menuju ke tempat di mana dirinya memarkirkan motornya. Namun matanya tertuju ke mobil Lamborghini Aventador. Xiodi baru pertama kali melihat mobil itu. Di tempat parkiran kantor Ayahnya. Dia tahu itu mobil bukan punya orang biasa, apalagi karyawan kantor Ayahnya Kebanyakan karyawan Ayahnya memakai sepeda motor. Dia tahu itu mobil tamu Ayah Xiodi. Dan tamu yang datang ke kantor Ayahnya hari ini adalah si penagih utang.
Dan tanpa basa-basi Xiodi langsung mengempiskan ban mobil empat-empat nya sekaligus.
Rasain lo rentenir, pulang jalan kaki sono, roda mobil mewah lo udah gua kempiskan semua hahahhaha.
Xiodi pun bejalan dan menghampiri motornya. Kawasaki Ninja ZX-6R .
Xiodi pun menjalankan motornya dengan kecepatan sedang.
TBC.....
Hai Baby jangan lupa like comment dan vote. Senja tunggu sarannya Baby.
Didalam ruangan Tuan Wiratama. Aditya pamit Kepada Tuan Wiratama.
"Baiklah Tuan Wiratama, saya pamit dahulu dan jangan lupa suruh putri anda datang ke kantor saya besok pagi. Dan ini tolong kasih kartu nama saya ke putri anda, saya permisi."
ucap Adit sambil bangkit dari duduknya dan berjabat tangan dengan Tuan Wiratama.
"Baik Tuan Aditya Jackson." ujar Tuan Wiratama sambil menerima uluran tangan Adit.
Setelah di parkiran, Adit dan asisten Ayan jalan menuju mobil. Asisten Ayan membuka kan pintu untuk Adit.
Setelah menutup pintu mobil asisten Ayan mengelilingi mobil. Dan berjalan kebagian pengemudi.Tetapi matanya tertuju pada ban mobil yang kempes.
"Maaf Tuan, ban mobilnya kempes." ujar asisten Ayan memberi tahu pada Adit.
"Apa Yan, kok bisa! ya sudah, suruh sopir buat jemput kita." jawab Adit.
Ayan menelpon sang sopir, untuk menjemput Tuannya. Setelah menelpon Ayan mengecek ada berapa ban yang kempes. Dan Ayan pun memberi tahu kepada atasannya bahwa ada orang yang sengaja mengempiskan ban mobil tersebut.
"Maaf Tuan, saya rasa ada yang sengaja mengempiskan ban mobilnya,Tuan." ucap asisten Ayan yang ada di luaran mobil, sedangkan Adit ada didalam kursi penumpang sambil main Ponsel keluaran terbaru.
"Cari tahu siapa yang berani-beraninya mengempiskan ban mobil saya." perintah Adit pada asistennya.
" Baik, Tuan." Asisten Ayan pun langsung masuk kembali, ke dalam kantor Tuan Wiratama. Di bagian CCTV dan meminta untuk mengirim video satu jam yang lalu ke ponsel pribadinya.
Setelah lima belas menit menunggu, akhirnya video yang di mintanya sudah terkirim ke ponselnya. Dan sopir yang di telponnya juga sudah datang.
"Ini Tuan, pantauan CCTV satu jam yang lalu." ucap asisten Ayan kepada atasannya.
" Kirimkan ke nomor saya." ucap Adit kepada Asisten Ayan.
"Baik Tuan." ucap asisten Ayan, betapa terkejutnya asisten Ayan. Saat sekilas melihat video itu.
Drt... Drt... Drt... Drt...
Suara pesan masuk dari ponsel Adit.
Adit mengabaikan pesan itu. Karena dirinya harus pindah ke mobil sport yang dibawakan sopirnya.
Setelah masuk ke mobil, Adit melihat pesan itu. Ternyata pesan video dari asistennya yang dikirimkan kepadanya.
Dan menit ke 45:40 detik dia melihat seorang wanita mengempiskan ban mobilnya. Tampak jelas wajah wanita yang menyabotase mobilnya.
damn! Awas saja kau mau main-main sama saya. Batin Adit menyeringai.
Matahari pagi membangunkan sosok wanita cantik, yang masih menikmati mimpi indahnya. Dia mulai membuka matanya secara perlahan.
"Hoam."
Wanita itu menguap, sebenarnya dia masih ngantuk, namun hari ini dirinya harus bertemu seseorang. Matanya tertuju pada jam dinding.
"Hah mengapa aku baru bangun." tanya wanita itu pada dirinya sendiri.
"Sudah jam 06 pagi." ucap wanita itu kembali.
Dia memutuskan untuk bergegas ke kamar mandi. Setelah beberapa menit wanita itu keluar dari kamar mandi. Dengan mengenakan atasan hoodie, yang bewarna hitam dan celana jeans hitam dan handuk yang ditaruh di atas kepalanya. Wanita itu berjalan ke arah meja riasnya.
Wanita itu duduk didepan meja riasnya sambil mengeringkan rambutnya dengan hairdryer. Setelah dirasa rambutnya kering wanita itu mengikat rambutnya. Wanita itu keluar dari kamarnya, sesudah memakai Seneakers warna putih ada tiga garis hitam di kanan kirinya.
Wanita itu melewati tangga dengan terburu-buru karena dia ingin menemui seseorang.
"Pagi Ayah Ibu." sapa wanita cantik itu kepada orang tuanya.
"Pagi nak." jawab Ibunya.
"Mau ke kantor Tuan Adit? Kamu nak!." tanya Tuan Wiratama.
"Iya Yah."
"Maafin Ayah ya nak, gara-gara Ayah kamu yang harus menanggung akibatnya." ucap Ayahnya merasa bersalah kepada anaknya.
"Ya udahlah Yah, tadi malam kan Ayah sudah minta maaf, jadi jangan dibahas lagi Okay." ucap anaknya tak mau melihat Ayah nya merasa bersalah.
Flashback Off.
"Cekklek" pintu utama terbuka memperlihatkan seorang pria paruh baya.
"Kalian belum tidur." tanya pria paru bayar itu, pada anak serta istrinya yang masih nonton TV.
" Belum, Yah." jawaban dari istrinya.
Tuan Wiratama pun jalan kearah keduanya dan duduk di deket sang istri.
"Nak, bisa volume TV dikecilkan." perintah Tuan Wiratama pada anak pertamanya itu,
anak keduanya sedang tidur di kamarnya. Sang anak pun menuruti apa kata Ayahnya.
"Nak, Ayah mau bicara sama kamu." ucap Tuan Wiratama kepada anaknya.
"Bicara apa Ayah."jawab anaknya yang tak pernah melihat Ayahnya.Yang dia kenal tidak pernah bicara serius, jika tidak terlalu penting.
" Ayah minta maaf, karena Ayah sudah menjadikanmu sebagai penebus utang." ucap Tuan Wiratama yang terpotong sang istri.
"Mak-maksud Ayah apa." tanya sang istri kepadanya.
"Iya Bu, maafin Ayah ya Bu, sudah mengorbankan anak kita." ucap Tuan Wiratama kepada istrinya.
"Ayah harus jelasin semuanya ke Ibu." ucapan sang istri meminta penjelasan.
"Nanti ya Bu, sekarang Ayah harus bicara sama anak kita dahulu." jawab Tuan Wiratama kepada sang istri, istrinya pun menyetujuinya.
"Ayah mau bicara apa?" tanya anaknya.
"Besok kamu harus ke kantor Tuan Adit, nak." ucap Ayahnya menjawab pertanyaan sang anak.
" Pagi, siang, sore atau malam." jawab sang anak tanpa beban, padahal sang anak pun tertekan dengan pernikahan ini. Anaknya ingin mengejar cita-citanya terlebih dahulu, namun anaknya menutupinya dari Ayah.
"Besok pagi, dan ini kartu namanya." ucap Ayah sambil menaruh kartu nama itu di atas meja. Dan anaknya pun mengambilnya.
"Baiklah Ayah, Ibu aku tidur dahulu ya, sudah ngantuk, besok harus bangun pagi, Untuk kekantor Tuan Rentenir." ucap Wanita itu sambil tertawa.agar Ayah dan Ibunya tidak terlalu memikirkannya.
flashback On.
"Ya sudah, Ayah, Ibu aku pamit dahulu ya." ucap wanita itu berpamitan kepada orang tuanya.
Setelah beberapa menit menempuh perjalanan akhirnya wanita itu pun sampai ke tempat tujuan, wanita cantik itu ialah Xiodi.
Jam menunjukkan pukul setengah delapan. Sekarang Xiodi sudah ada didepan kantor, dia pun masuk dan mencari ruang resepsionis. Untuk menanyakannya di mana ruangan Presdir.
Xiodi pun berjalan kearah resepsionis itu dan bertanya.
"Permisi Nona, saya mau tanya, di mana ruangan Tuan Aditya
Jackson? Apa anda bisa memberi tahu?." tanya Xiodi pada resepsionis.
"Maaf Nona, apa Nona sudah ada janji pada Tuan kami." jawab resepsionis itu.
Resepsionis itu melihat penampilan Xiodi, yang hanya memakai hoodie serta penutup kepala hoodie dan celana jeans serta masker.
Dinda sekretaris pAdit mendengar semua yang di bicarakan Xiodi dan resepsionis itu. Dia pun menghampiri kedua orang tersebut, jangan lupa gaya jalan yang berlenggak-lenggok.
"Maaf Nona, mencari siapa?." tanya Dinda dengan nada yang meremehkan.
Xiodi mengalihkan pandangannya yang semula ke resepsionis ini beralih ke suara yang asing baginya.
"Saya ingin bertemu dengan Tuan Adit, Nona." jawab Xiodi dengan tersenyum.
" Apa sebelumnya sudah ada janji, saya rasa Tuan Adit hari ini tidak ada janji bersama siapa pun." ucap Dinda dengan senyum mengejek.
"Tetapi saya disuruh Tuan Adit kesini pagi ini Nona, dan ini saya dikasih kartu namanya." ucap Xiodi, sambil memperlihatkan kartu nama itu.
"Saya tidak bisa percaya itu Nona, bisa saja anda mendapatkan dari jalanan dan langsung anda foto kopi kan." ejek Dinda pada Xiodi.
" Nona Wiratama." Xiodi yang merasa namanya dipanggil menengok ke arah suara itu.
" Tuan." sapa Xiodi, karena dia tak tahu namanya. Dua orang yang ada disitu pun terkejut. Siapa lagi kalo bukan Anandita Sang resepsionis dan sekretaris Dinda.
"Nona, sudah ditunggu Tuan Adit di ruangannya, mari saya antar." ajaknya serta menawarkan diri kepada tamu atasannya.
"Tidak perlu Tuan, saya bisa sendiri kok, Tuan cukup kasih tahu saja ruangan Tuan Adit ada dimana." tolak Xiodi yang tak mau merepotkan asisten Ayan.
"Baik Nona, ruangan Tuan Adit ada dilantai tiga puluh lima paling atas dan nanti akan ada tulisan ruangan Presdir." jawab asisten Ayan.
"Baik Tuan, terima kasih." ucap Xiodi berterima kasih kepada asisten Ayan.
Xiodi pun masuk lift dan menekankan angka 3 dan 5.
Namun sebelum lift tertutup ada seseorang yang masuk, dia adalah sekretaris Dinda.
Xiodi pun langsung sedikit bergeser ke samping dari sekretaris Dinda ini.
Setelah beberapa menit ada didalam lift akhirnya, lift itu terbuka, tanpa basa-basi Xiodi langsung jalan keruangan yang bertuliskan ruangan Presdir. Xiodi tak menghiraukan Dinda karena dia tak mau berurusan dengan orang yang tak dia kenal. Setelah berjalan akhirnya Xiodi pun tiba tepat didepan pintu Presdir. Sebelum mengetuk pintu dia sudah memakai maskernya dan tak lupa penutup kepala hoodie yang dia pakai sebelumnya dilepas terlebih dahulu.
Tok.... Tok..
"Masuk!" jawaban dari dalam ruangan.
"Cekklek" pintu terbuka, Xiodi pun masuk dan menutupnya kembali.
Terlihat lah sosok pria yang sedang duduk di kursi kebesarannya itu dan matanya masih fokus ke arah laptop.
Lima detik kemudian pria itu mendongak kan kepalanya dan melihat siapa gerangan orang yang menggangu dirinya.
"Siapa kamu?." tanya pria itu pada orang yang ada di depannya itu.
Xiodi yang di tanya dia membuka maskernya.
"Saya Tuan, maaf mengganggu ." jawab Xiodi yang masih berdiri.
"Duduk." perintah Adit.
Xiodi yang di suruh duduk pun langsung duduk.
"Ngomong-ngomong ada apa Tuan menyuruh saya kesini." tanya Xiodi yang tidak tahu mengapa dirinya disuruh ke kantor.
Adit memainkan tangan kanannya dan kirinya, menyatukannya menjadikan sebuah genggaman tangan. Dan tatapan matanya tertuju kearah Xiodi .Sambil memainkan kursinya.
Xiodi yang di tatap dengan Tatapan yang seperti itu pun membuatnya ada sedikit rasa takut.
"Hem." suara seseorang itu membuat Xiodi mengangkat kepalanya.
"Saya menyuruh anda kesini ada yang ingin saya bicarakan ke anda." ucap pria itu.
"Pertama adalah pernikahan, kita akan menikah satu bulan lagi, yang kedua nanti ini anda akan ikut saya ke rumah saya untuk saya kenalkan pada keluarga saya." ucap pria tampan itu memberi tahu kepada lawan bicaranya itu.
"Baiklah, mumpung anda ada di sini buatkan saya kopi." perintah Adit kepada Xiodi.
Xiodi yang mendengarkan perkataan Adit itu pun tercengang . Berbeda dengan Adit dia malah menikmati permainan yang dia rencanakan sebelumnya.
it's so time. batin Adit dan diiringi dengan senyuman miring.
"Baik Tuan." jawab Xiodi, sambil bangun dari duduknya.
Xiodi keluar dari ruangan tersebut, setelah dia keluar dia bertanya kepada OB.
Dimana tempat untuk membuat kopi. Setelah mengetahui tempatnya dia pun langsung berjalan. Menuju kearah dapur kantor. Setelah beberapa menit Xiodi selesai membuat kopi dia memutuskan untuk keruangan Presdir.
Tok... Tok...
"Masuk." sahut orang yang ada didalam.
"Ini Tuan. Kopinya." ucap Xiodi dengan menaruh gelas kopi di atas meja.
Adit meminum kopi itu namun.
"Byurrr." Adit memuntahkan kopi yang dia minum.
"Heh...ini kemanisan apa anda mau saya diabetes." ucap Adit dengan suara naik satu oktaf.
Xiodi yang ada di depannya Adit dia hanya menundukkan kepalanya.
" Buatkan lagi, CEPAT." perintah Adit dengan menekankan kata cepat.
"Ini terlalu pahit."
"Ini mengapa asin, anda tahu gula gak sih." Ucap Adit.
Sudah ketiga kalinya Xiodi bolak-balik buat kopi. Namun Karena dirinya sudah lelah dia pun akhirnya mengasih garam, di gelas yang ketiga itu.
"Maaf Tuan." ucap Xiodi pada Adit.
"Maaf-maaf! Buatkan saya teh, awas saja kalo enggak enak, saya akan nyuruh kamu push up." ucap Adit dengan nada tinggi.
"Permisi, Tuan." Pamit Xiodi kepada Adit, untuk membuatkan teh untuk Tuan Adit. Dengan kesabaran Xiodi yang hampir saja habis.
Huh sial banget sih hari ini bertemu orang kayak begitu. Umpat Xiodi dalam hati.
Setelah beberapa menit, akhirnya Xiodi sudah selesai membuatkan secangkir teh untuk Adit. Xiodi langsung bergegas ke ruangan Adit.
Tok.. Tok.. Tok...
"Masuk." jawab dari dalam.
"Ini tehnya Tuan, silakan diminum." ucap Xiodi dengan senyuman yang di paksakan nya.
Adit pun meminum teh buatan Xiodi. Sebenarnya kopi yang di buatkan oleh Xiodi itu. Sangat lah pas, namun dia ingin memberi pelajaran kepada Xiodi yang sudah berani mengempiskan ban mobilnya.
"Lumayan." ucap Adit sambil meminum teh yang Xiodi buatkan untuknya.
"Karena teh yang anda buatkan sedikit lumayan. jadi anda akan push up setengahnya saja, yaitu sebanyak 25 kali." ucap Adit yang sempat di jeda karena minum teh.
Adit pun berjalan menuju balkon kantor dan diikuti oleh Xiodi.
"Ayo cepat, nanti ini saya akan ada meeting." Xiodi pun bersiap-siap untuk push up.
"Ayo mulai." ucap Adit memberi aba-aba pada Xiodi.
Xiodi pun langsung dalam posisi push up.
"Okay satu, dua setengah, dua, tiga setengah, tiga, empat dan dua empat setengah. Eh mengapa sudah, ini masih kurang." ucap Adit yang melihat Xiodi mau bangun dari posisi sekarang ini.
Membuat Adit langsung menegurnya. Xiodi pun mengikuti apa yang Adit ucapkan, karena dia hanya seorang penebus utang.
" Dua lima." ucap Adit.
Xiodi pun langsung berdiri dengan tubuh yang bercucuran keringat. Karena push up tadi dan panasnya trik matahari di jam sembilan ini.
Adit kembali ke ruangan kerjanya dan berjalan kearah sofa yang ada didalam ruangannya itu. Xiodi hanya mengikutinya bagaikan anak bebek yang mengikuti induknya.
Adit duduk di sofa itu dan betapa terkejutnya dia, saat matanya melihat Xiodi yang ada di depannya mau melepaskan hoodie yang Xiodi kenakan.
"Aa-apa yang kau lakukan." tanya Adit terbata-bata.
Karena dia melihat Xiodi mau melepaskan hoodie yang dipakainya.
TBC....
Hai... baby jangan lupa dukung Bang Adit sama Xiodi ya baby kasih dukungan dengan cara like, comment dan vote senja tunggu saran dari kalian baby. Maaf kalau banyak TYPO!.
"Aa-apa yang sedang kau lakukan." tanya Adit terbata-bata karena dia melihat Xiodi mau melepaskan hoodie yang Xiodi pakai.
Xiodi yang mendengarkan omongan Adit. Dia menghiraukannya. Adit yang melihat tangan Xiodi sudah mau mengangkat hoodie yang Xiodi pakai. Adit dengan cepat menutupi wajahnya, dengan kedua tangannya. Xiodi telah melepaskan hoodie yang dia pakai.
"Tuan, mengapa anda menutupi wajah anda." tanya Xiodi sambil jalan kearah sofa.
"Jangan mendekat!." Bentak Adit membuat Xiodi langsung berhenti.
"Maaf, Tuan." ucap Xiodi meminta maaf.
"Pakai hoodie anda lagi!." perintah Adit dengan posisi yang masih menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
"Te-tetapi Tuan, hoodie saya basah." ucap Xiodi, karena hoodie yang dia pakai basah terkena keringat.
"Saya enggak mau tahu, pokoknya anda harus pakai hoodie! Jangan telanjang di depan saya, saya enggak akan nafsu sama cewek seperti anda." perintah sekaligus sindiran kepada Xiodi.
"Tetapi Tuan, saya tidak tel." ucapan Xiodi terpotong oleh Adit.
"Kalo tidak telanjang apa namanya NONA." ucap Adit sambil menekan kata Nona. Xiodi melihat dirinya sendiri, apa benar sekarang dia sedang telanjang.
"Maaf Tuan, tetapi saya pakai kaus, apa ini bisa disebut telanjang Tuan." jawab Xiodi, yang membuat Adit menurunkan tangannya dengan perlahan. Takut Xiodi membohonginya. Dan benar saja, Xiodi memakai kaus warna putih bertulisan Dior. Adit tampak bingung dengan tingkah lakunya sendiri hari ini.
"Huhhhh." helaian napas panjang itu dari Aditya.
"Tunggulah di sini, saya mau meeting dahulu, awas jangan macam-macam dan jangan menyentuh barang-barang saya paham!." ucap Adit sambil menunjuk Xiodi dengan jari telunjuknya.
Xiodi menjawabnya dengan anggukan kepala.
" Paham Tuan." jawab Xiodi, yang masih berdiri dari tadi.
"Duduklah di sofa, ngapain berdiri terus kayak patung manekin aja." ujar Adit sinis.
"Terima kasih! Tuan." ucap Xiodi berterima kasih pada Adit.
Adit menghiraukan ucapan Xiodi yang berterima kasih padanya.
Adit berjalan ke meja kerjanya, untuk mengambil berkas-berkas yang akan dibahas nantinya. Adit keluar dari ruangannya.
Xiodi yang ada didalam ruangan Adit, dia pun merasa jenuh, karena dirasa dirinya jenuh dia memutuskan mengambil ponselnya. Dan mengecek ponselnya siapa tahu ada pesan penting. Dan benar saja, ada begitu banyak pesan masuk dari ponselnya. Pesan masuk itu dari karyawan dan pelanggan setianya. Xiodi mempunyai salon perawatan kuku atau bisa disebut manicurist.
Xiodi mempunyai salon tersebut karena kerja kerasnya.
Sewaktu kuliah dahulu. Xiodi bekerja paruh waktu untuk mencari penghasilan. Agar dia bisa mewujudkan cita-citanya, tanpa bantuan dari sang Ayah.
Waktu itu dia kuliah dan bekerja di Hotel sebagai Concierge.
Apa itu concierge, secara harafiah berarti pembuka pintu. Tetapi jelas pekerjaannya lebih dari itu. Mereka juga harus bisa memenuhi kebutuhan “tidak formal” dari tamu. Misalnya, bila tamu butuh baby sitter, maka tamu bisa menghubungi concierge yang akan mengatur kebutuhan ini. Mereka juga bisa diandalkan bila kita ingin membeli tiket sampai mengatur reservasi atau pemesanan di restoran tertentu. Concierge adalah jenis pekerjaan di hotel yang biasanya tergolong mewah. Tipe pekerjaan ini kadang dibuka untuk entry level (tanpa pengalaman), namun kadang harus berpengalaman. Selama hampir dua tahun dia bekerja sebagai Concierge. Setiap bulannya dia mendapatkan gaji. Sebesar Rp 5 JT.
Sudah dua jam namun meeting belum juga selesai. Setelah berapa menit terdengar.
"Cekklek "Suara pintu terbuka, membuat Xiodi mengalihkan pandangannya yang semula ke ponselnya. Kini beralih kepada sosok pria yang baru dia kenal sehari yang lalu.
Adit berjalan menghampiri Xiodi.
Xiodi yang merasa sedang dihampiri pun langsung berdiri dari duduknya.
" Nanti ini kita akan ke rumah saya." ucap Adit sambil duduk di sofa, sedangkan Xiodi tetap berdiri seperti semula. Dia takut jika Adit marah padanya.
"Duduklah." ucap Adit kepada Xiodi.
Xiodi pun menuruti perkataan Adit.
Hening
Hening
Hening
Hening
"Tuan, apa saya boleh bertanya?." ucap Xiodi meminta persetujuan Adit. Untuk menanyakan sesuatu yang dia ingin tanyakan pada sang lawan bicara.
"Tanyakan lah." jawab Adit sambil menyenderkan tubuhnya ke sofa, dan memejamkan matanya.
"Apa ada kontrak pernikahan Tuan? Didalam pernikahan kita nantinya." tanya Xiodi yang sedikit takut, jika pertanyaan yang dilontarkan itu membuat Adit marah kepada dirinya.
"Terserah saya lah, bukannya anda hanya penebus utang Ayah anda!." jawab Adit yang masih memejamkan matanya itu.
"Tuan, apa saya bisa meminta satu hal pada anda Tuan." tanya Xiodi, dengan lembut, karena dia tahu Adit tak suka dengan orang yang banyak omong.
" Katakan!." jawab Adit singkat.
"Saya ingin dalam pernikahan ini, tidak ada kontak fisik berlebihan Tuan." Adit yang mendengar permintaan Xiodi itupun langsung membuka matanya dan memperbaiki duduknya.
"Saya tidak bisa janji, karena saya tak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Toh juga kita kan sudah nikah, sah-sah saja dong jika anda melakukan kewajiban anda sebagai seorang istri." sinis Adit.
"Apa saya boleh meminta sa." belum ucapan Xiodi selesai sudah dipotong Adit.
"Huss...." ucap Adit sambil menaruh jari telunjuknya di bibirnya sendiri,
menyuruh Xiodi diam.
"Diam lah! Dari tadi kau terlalu banyak bicara." ucap Adit yang sempat berhenti sebelumnya.
Xiodi dia menundukkan kepalanya dan berucap.
"Saya minta maaf Tuan." ucap Xiodi.
Adit bangkit dari duduknya sambil mengucapkan.
"Ikut saya sekarang." ucap Adit sambil berjalan kearah pintu.
Xiodi yang di minta Adit dia langsung berdiri dan mengikuti Adit.
Setelah beberapa menit keduanya telah sampai dilantai dasar mengunakan lift.
Seluruh karyawan, yang ada di kantor. melihat sang pemilik kantor itu keluar dari lift. Bersama wanita cantik namun gayanya sedikit tomboy. Para karyawan pun sedikit terkejut pasalnya sang atasan tak pernah membawa wanita ke kantornya. Namun para karyawan tak mau terlalu ikut campur akan urusan pribadi sang atasannya.Dengan cepat semua karyawan langsung menundukkan kepalanya 180°C Jika bertemu sang atasannya.
Sampai di parkiran, Adit langsung kearah mobilnya. Dan diikuti dengan Xiodi yang kebetulan motornya parkir tak jauh dari mobil Adit.
"Heh mau kemana anda." tanyanya Adit yang melihat Xiodi melewatinya. Xiodi yang merasa ditanya dia membalikan badannya kearah Adit dan menjawab pertanyaan yang dilontarkan Adit kepadanya itu.
"Ambil motor, Tuan." jawab Xiodi.
"Siapa yang nyuruh anda ke rumah saya pakai motor, hem." tanya Adit sambil kedua tangannya di taruh di dalam saku celana.
"Nanti biar sopir saya, yang bawa motor anda." ucap Adit lagi.
"Jangan Tuan." saut Xiodi dengan cepat.
Dan melambai-lambaikan kedua tangannya tanda tak setuju dengan perkataan Adit itu.
Xiodi tak mau jika ada orang yang menyentuh barang yang dia miliki. Adit yang melihat respons Xiodi, itupun sedikit bingung, mengapa wanita di depannya ini, seperti orang yang tidak menyukai jika ada orang lain menyentuh barang-barang miliknya.
"mengapa." tanya Adit datar.
"Saya tidak suka jika ada orang menyentuh barang milik saya, Tuan." ujar Xiodi.
"Saya bisa membeli 10 motor seperti itu, jadi jangan khawatir jika motor anda rusak saya akan tanggung jawab dan membelinya untuk anda." ucap Adit yang merasa semua bisa dibeli dengan uang. Xiodi hanya diam, karena dia tahu jika dirinya menjawab itu akan membuatnya dalam masalah.
"Cepat masuklah." ujar Adit kepada Xiodi. Xiodi dia hanya menuruti omongan Adit.
Setelah beberapa menit menempuh perjalanan sampai lah di rumah yang begitu besar.
"Cepat turun, dan ingat! Kalau di depan orang tua saya, jangan panggil saya Tuan." ucap Adit menyuruh Xiodi turun dari mobilnya.Dan mengingatkan Xiodi untuk tak memanggilnya Tuan. Xiodi yang mau membuka pintu mobil tangannya ditarik Adit, sebelum Adit mengucapkan.
"Heh pakai hoodie, apa anda hanya akan memakai kaus saja." ucap Adit yang mengingatkan Xiodi, yang hanya memakai kaus.
"Oh saya lupa Tuan, terima kasih Tuan telah mengingatkan saya." jawab Xiodi sambil senyum.
Xiodi begitu terperangah melihat rumah Adit yang begitu besar.
Mereka berdua langsung masuk rumah besar nan megah itu. Setelah sampai ruang keluarga Adit memanggil Mamahnya.
"Mah." panggil Adit, sedikit berteriak agar Mamah mendengarnya, dan dia tak perlu memanggilnya beberapa kali.
"Ada apa sih Dit, enggak usah teriak-teriak, Mamah udah denger kali." jawab Mamah yang ada di atas tangga sambil berjalan kearah Adit.
"Siang Tante." sapa Xiodi kepada Ny.Rinba Jackson.
Dengan tersenyum lebar kepada Ny.Rinba Mamah Adit.
"Siang juga nak, duduklah dahulu nak." ucap Ny.Rinba kepada Xiodi dan mempersilahkan Xiodi untuk duduk.
Mereka bertiga pun duduk di sofa yang berwarna putih.
"Siapa nama kamu nak?." tanya Mamahnya Adit.
"Xiodi, Tante." jawab Xiodi.
"Oh... Nama yang bagus." ucap Ny.Rinba.
"Mah, kita akan nikah sebulan lagi." peryataan Adit itu membuat Mamahnya kaget sekaligus bahagia.
"Benarkah itu nak." tanya sambil menunjukkan raut kebahagiaan di wajah wanita paru bayah itu.
"Iya, mah." jawab Adit.
Di tengah pembicaraan mereka bertiga terdengar pintu terbuka dan memunculkan sosok pria paru bayah yang mirip seperti Adit.
Dia adalah Tuan Jinsin Jackson Papah Adit. DIa berjalan kearah ketiga orang yang duduk di sofa itu.
"Siang Mah, Dit." sapa Tuan Jinsin ke istri dan anaknya. Matanya teralihkan kepada wanita cantik yang duduk di samping Adit.
"Siang, Pah." jawab sang istri.
"Siapa dia mah." tanya Tuan jinsin kepada sang istri, sambil melirik kearah Xiodi dengan ekor matanya.
Dan tersenyum kearah Xiodi, sambil duduk di sofa.
"Calon menantu, Pah." jawab istrinya, membuatnya sedikit terkejut dengan pernyataan yang diberikan sang istri. Sedetik kemudian ter ulas sebuah senyuman dibibir pria paru bayah itu.
"Siapa namamu, nak." tanya Tuan jinsin kepada Xiodi.
"Xiodi Wiratama, Om." jawab Xiodi.
"Udah berapa tahun kenalnya, nak." tanya Papah Adit, kepada Xiodi.
"Belum Ada setahun, Om." jawabnya.
Wah wah wanita ini benar-benar pembohongan yang berbakat. Batin Adit.
Bener Kan belum ada setahun. kenalnya,baru juga sehari yang lalu. Berati aku enggak bohong dong sama orang tua, Tuan Adit. Batin Xiodi.
"Nak Xiodi ini, bekerja atau masih kuliah, kok seperti umur dua puluhan ke atas." tanya Tuan Jinsin.
"Saya sudah lulus kuliah satu tahun yang lalu Om, kalau mengenai umur, saya sekarang dua puluh empat tahun Om." jawab Xiodi dengan berhati-hati takut salah ngomong.
"Kalian pacaran sudah berapa tahun?." tanya Ny.Rinba, kepada Xiodi dan anaknya.
Adit yang mendengar pertanyaan dari Mamahnya, langsung memberi kode pada Xiodi dengan menginjak kaki wanita itu. Agar Xiodi yang menjawab pertanyaan dari sang Mamah. Xiodi yang tahu akan maksud Adit pun langsung menarik kakinya yang terasa sakit karena diinjak Adit.
"Belum ada sebulan, Tan." jawab Xiodi yang masih menahan sakit dibagikan kakinya.
Cih....wanita ini, pinter banget bohong. Batin Adit yang menatap sinis kearah Xiodi.
Bener Kan! Kita aja belum pacaran. Walaupun cuma sehari. Apa lagi sebulan. Sekali lagi aku enggak bohong pada orang tuanya Tuan Adit.
"Ohhh gitu, ya sudah kalau gitu kita makan siang dahulu gimana." ajak Ny. Rinba.
TBC....
Hay.....Baby.... Tolong kasih dukungan!!!! Ya
Buat senja dengan cara like, comment dan vote. Senja tunggu saran yang membangun dari kalian.Terima kasih.
BABY
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!