Adira berjalan lesu menuju rumahnya setelah seharian bekerja sebagai seorang SPG disalah satu mall di Jakarta.
Setelah tamat dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Ia terpaksa bekerja sebagai seorang SPG untuk membantu perekonomian keluarganya. Semenjak Ayahnya meninggal kehidupan keluarganya menjadi carut marut. Ia terpaksa harus membuang mimpinya untuk menjadi seorang dokter, karena tak ada biaya untuk melanjutkan kuliah.
Sementara ketiga adik-adiknya masih memerlukan biaya yang besar untuk membiayai pendidikan mereka. Ibunya yang hanya seorang ibu rumah tangga biasa, terpaksa harus bekerja serabutan untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Ia terpaksa meminjam uang dari aplikasi pinjaman online untuk modal usaha kue.
Namun sayangnya usaha yang dijalankannya tak semulus perkiraannya. Toko kuenya sepi sehingga membuatnya kesusahan untuk mengembalikan pinjaman onlinenya.
Karena bujuk rayu dari marketing pinjaman online, berhasil membuatnya masuk dalam jeratan hutang yang semakin lama semakin menggunung, yang membuat kehidupannya tidak tenang karena setiap hari diteror oleh debtcollector.
🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Adira terkejut ketika sampai didepan rumahnya, ia melihat beberapa perabot rumah tangga milik ibunya berserakan diluar.
"Ini pasti ulah debtcollector sialan itu!" batin Dira
Ia segera masuk kedalam rumahnya yang sudah seperti kapal pecah, dilihatnya ibunya yang duduk dibawah kursi tamu sambil menangis memeluk Rafa adiknya.
"Ibu!" panggil Dira sambil menatap ibunya
"Dira, kau sudah pulang nak" jawab bu Hindun sambil berusaha berdiri
"Apa rentenir itu yang melakukan ini semua, sampai membuat ibu babak belur? " kata Dira kesal
Bu Hindun hanya mengangguk.
"Ibu sih kalau diberitahu ngeyel, jangan pinjam uang di aplikasi online!, tapi ibu masih saja meminjamnya, makanya sekarang tahukan akibatnya!" kata Dira kesal
"Maafkan ibu nak, tapi jika kita mengandalkan pinjaman dari Bank pasti tidak akan di acc, ataupun bila di acc pasti waktunya lama dan uangnya tak sebesar pinjaman dari online," jawab bu Hindun
"Tapi bunganya itu mencekik leher bu, coba bayangkan!, ibu cuma pinjam 20 juta, baru dua bulan sudah menjadi 30 juta. Darimana kita akan membayarnya bu!" kata Dira
"Gaji Dira aja gak cukup untuk melunasi hutang-hutang ibu," Dira menambahkan lagi
Ibu Hindun hanya tertunduk lesu, ia merasa bersalah karena kecerobohannya, membuat anak-anaknya menderita.
"Maafin ibu nak, " kata bu Hindun lirih
"Sudahlah bu, aku pergi dulu, mau cari pinjaman uang buat ngelunasin hutang-hutang ibu, " Jawab Dira
Ia segera pergi meninggalkan rumahnya yang membuat nafasnya sesak. Harusnya ia bisa beristirahat melepaskan penat setelah seharian bekerja, tapi gara-gara masalah hutang ia terpaksa kembali ketempatnya bekerja.
Ia menghela nafas panjang sebelum menemui tuan A Seng bosnya, ia berniat meminjam uang kepadanya. Ia sudah tak tahan melihat ibunya setiap hari diteror, dan dipukul oleh debtcollector.
**tok.. tok.. tok!
Adira memberanikan diri mengetuk pintu ruangan bos A Seng.
"Masuk!! " perintah Bos A Seng
Dira segera membuka pintu dan masuk keruangan itu.
"Ada keperluan apa kau menemuiku, Dira? " tanya A Seng
"Maaf bos kalo saya lancang, tapi karena ini benar-benar mendesak, saya mau pinjam uang bos, untuk melunasi hutang ibu saya, nanti pembayarannya tinggal memotong dari gajiku saja, " kata Adira menjelaskan maksud kedatangannya
"Kau tau Dira, kamu tidak perlu meminjam uang kepadaku, aku akan memberikannya dengan cuma-cuma kepadamu, asalkan kau mau jadi istri ketigaku, " jawab bos A Seng dengan senyum yang menyeringai
Adira hanya terdiam, dia tahu kalau tuan A seng bosnya itu sudah menaruh hati padanya, semenjak pertama kali ia bekerja sebagai SPG di gerai ponselnya. Namun Dira tak pernah meresposnya, ia tak mau meladeni setiap ajakan dari bosnya, yang menurutnya lebih pantas jadi kakeknya daripada jadi suaminya.
"Maaf saya tidak bisa bos!, kalau bos tidak mau meminjami saya uang, saya pamit pulang saja, " kata Adira sambil melangkah pergi meninggalkan ruangan bos A Seng
Dira berjalan lesu menuju kantin, ia kemudian duduk menyendiri sembari merebahkan kepalanya dimeja.
Seseorang datang menghampirinya dan duduk disebelahnya.
"Aku bisa membantumu" kata wanita yang duduk disebelahnya
Dira langsung mengangkat kepalanya, menatap kearah gadis yang berada disebelahnya.
"Dari mana kau tau aku sedang butuh bantuan? " tanya Dira penasaran
"Aku tidak sengaja menguping pembicaraanmu dengan bos A Seng tadi, " kata Shafira
"Jadi kau bisa meminjami aku uang," kata Dira dengan wajah berbinar
"Tidak, tapi aku punya solusinya, bahkan kau tidak hanya bisa melunasi hutang-hutang ibumu, tapi kamu juga bisa mendapatkan penghasilan yang besar, " kata Shafira menjelaskan
"Bagaimana caranya? " tanya Dira penasaran
Shafira segera mengeluarkan laptop dari dalam tasnya, ia kemudian membuka sebuah situs lelang keperawanan Online.
"Jadi kamu menyuruhku menjadi ******* gitu!" kata Adira kecewa
"Tidak juga, kamu cuma melelang keperawananmu saja di media online, lalu kau hanya melakukan sekali tanpa harus menjadi *******!" jawab Shafira
"Sama saja, aku menjual diriku, bagaimana nanti kata tetangga, jika mereka tahu aku menjual diri untuk membayar hutang, " kata Adira
" Kau pilih aplikasi luar negeri saja supaya tidak ada orang yang tau, jadi nanti kau juga hanya akan mendapatkan penawaran dari orang asing saja, itu malah akan menguntungkan kamu, karena nilai tawar mereka lebih tinggi dari pada orang kita sendiri, " Terang Shafira
"Apa kau sudah pernah melakukannya? " tanya Dira
Shafira hanya mengangguk.
"Aku juga sama sepertimu Dira, makanya aku pakai cara ini, tapi setelah mendapatkan uang yang cukup besar aku langsung mengakhiri semuanya, aku memulai membuka usaha kecil-kecilan dirumah, dan aku kembali bekerja, agar orang-orang tidak curiga terhadapku, " Shafira menjelaskan
"Lalu, berapa uang yang kau dapatkan? " tanya Dira
"Dua ratus juta rupiah," jawab Shafira
Adira hanya terdiam membayangkan begitu besar uang yang didapat dengan menjual keperawanannya.
"Apa kau mau jadi istrinya bos A Seng, untuk melunasi hutang-hutang ibumu?" goda Shafira
"Diih ogah," jawab Dira
"Yaudah pikirkan dulu baik-baik, kalau kau setuju datanglah kekosanku" kata Shafira meninggalkan Dira yang masih termenung dikantin
Adira Pulang kerumah dengan langkah Gontai. Ia segera merebahkan tubuhnya diatas kasur.
Kepalanya pening karena terus memikirkan hutang ibunya. Pukul Tiga dini hari ia terbangun, ia melihat ibunya yang tengah sholat malam. Dia tahu ibunya adalah seorang yang religius, itu yang membuatnya selalu mengaguminya.
Ia juga kemudian mengambil air wudhu dan segera sholat. Ia bermunajat meminta petunjuk atas masalah yang dihadapinya, dan tentu saja meminta petunjuk untuk menjawab tawaran dari Shafira.
Setelah selesai sholat ia kemudian melanjutkan tidurnya.
Pagi hari Dira sengaja tak masuk kerja, badanya berasa linu dan kepalanya sangat berat.
"Kamu gak kerja nak," sapa ibu Hindun yang sedang menyiapkan sarapan untuk sikembar Rara dan Riri juga Rafa.
"Tidak bu, hari ini Dira izin gak masuk kerja"
"Kamu sakit nak? " tanya Ibu Hindun yang kemudian menyentuh keningnya.
"Kamu demam nak, sebentar ibu carikan obat diwarung dulu," kata bu Hindun
Ia segera membeli obat sakit kepala diwarung terdekat.
"kamu makan dulu baru minum obat, makanannya ibu tinggal dimeja ya? " kata Ibu
Dira mengangguk pelan.
Ia melihat ibunya kembali kewarung untuk melayani orang-orang yang membeli kue.
Dira segera menyendok makanan yang tersaji dimeja samping tempat tidurnya, kemudian meminum obat yang ibu beli.
Ternyata obat itu mengandung obat tidur, sehingga membuat Dira mengantuk setelah meminumnya. Ia kemudian tertidur lagi.
**Prangg!!!
Terdengar seperti suara perkakas yang sengaja dilempar oleh seseorang.
Dira segera bangun dan melihat keruang depan.
Seseorang hendak melayangkan tamparannya kewajah bu Hindun, tapi Dira segera menahan tangan laki-laki itu.
"Jangan kau sentuh ibuku!" teriak Dira
"Hai anak kecil jangan ikut campur!" kata debtcollector yang kemudian menepis tangan Dira.
"Kalau kau tak mau melihat ibumu kami pukul, kamu harus melunasi hutang-hutangnya, " kata salah seorang debtcollector
"Baik, datang satu minggu lagi kesini aku akan lunasi semua hutang ibuku!" kata Dira
"Hmmm, baik!, aku pegang omonganmu anak kecil!, kalau kau bohong kau akan tau akibatnya, " jawab Laki-laki itu
Mereka akhirnya pergi meninggalkan rumah Dira.
"Nak, kenapa kamu ngomong begitu?, apa kamu punya uang untuk melunasinya?" kata ibu
"Doain saja Dira bisa bayar bu " kata Dira sambil memunguti perkakas dapur yang berserakan
Dira juga tidak tahu kenapa bisa berbicara seperti itu.
"Apa mungkin ini jawaban dari doaku semalam, " batin Dira
Ia kemudian memantapkan hatinya dan bersiap-siap pergi menemui Shafira dikosannya.
Setelah selesai mandi Dira kemudian berpamitan kepada ibunya.
"Bu, Dira pergi dulu ya? " kata Dira
"Katanya gak enak badan?, kamu mau kemana nak " jawab ibu Hindun balik bertanya
"Aku mau main kerumah Fira bu, " sahut Dira
"Yaudah hati-hati nak, " jawab Ibu
Dira kemudian memesan ojek online dan melesat menuju kekosan Shafira.
Sesampainya disana ia terpaksa menunggu diteras, karena Fira belum pulang kerja.
Satu jam kemudian Fira sudah terlihat mendekat kearahnya.
"Gimana lo setuju dengan penawaran gue" tanya Shafira
Dira hanya mengangguk, Ia kemudian masuk mengikuti Fira.
Ia tercengang dengan isi kosan Fira, yang berisi perabotan mewah, mulutnya menganga ketika matanya memandangi sekeliling ruangan yang tidak terlalu besar namun dipenuhi dengan perabotan mewah.
"Lo juga nanti bisa dapat barang-barang kaya punya gue, bahkan bisa lebih" kata Fira yang memperhatikan Dira melongo memperhatikan isi rumahnya
Fira kemudian membuka laptopnya.
"Bentar, gue perlu ambil gambar lo dulu," kata Fira
"Lo tinggal pilih aja dari galeri ponselku, " jawab Dira sambil menyodorkan ponselnya
"Ga bisa Dira, harus yang terbaru, sekarang lo dandan dech, tar gue ambil gambar lo, " pinta Fira
Dira kemudian memoles tipis wajahnya dengan bedak dan mengoles lip tint warna pink yang membuatnya terlihat cantik alami.
"Ok, lo sekarang pake baju gue" Fira menyodorkan baju kepada Dira
Dira segera memakai baju yang diberikan oleh Fira.
Setelah berganti baju, Fira segera mengambil foto Dira dari berbagai sudut.
*Ceklik.... ceklik... ceklik !!
"Perfect! " kata Shafira
Ia kemudian menghubungkan kabel data dari ponselnya ke laptop, ia segera mengupload foto dan biodata Adira.
"Selesai!! " teriak Fira
"Lo tinggal tunggu aja, dan check udah berapa orang yang melakukan penawaran, ingat lo harus pilih yang paling tinggi penawarannya, " kata Fira mengingatkan
Dira hanya mengangguk.
"Btw kita makan dulu yuk, kebetulan tadi aku beli bakso, " ajak Shafira
Fira kemudian menuangkan dua bungkus bakso kedalam mangkuk dan memberikannya kepada Dira.
Mereka berdua menikmati bakso sembari matanya sesekali melirik kearah laptop.
"Wuiih, baru Sepuluh menit diupload sudah banyak yang mengajukan penawaran, keren! " teriak Fira berdecak kagum
Dira hanya tersenyum kecut melihat dirinya yang sudah dilirik oleh pria-pria hidung belang.
"Gue bisa chek pake handphonekan, soalnya gue gak punya laptop? " tanya Dira sedikit malu
"Bisa, lo tinggal download dulu aplikasinya, trus pake account lo, bereskan, " jawab Fira
"Ok, sekali lagi thanks ya Fir, udah bantu gue, " kata Adira
"Santuy, gue seneng kok bisa bantu lo," jawab Fira
"Yaudah kalau gitu, gue pamit pulang dulu ya," kata Dira
"Ok, kalau ada apa-apa telpon gue aja, jangan sungkan, " kata Fira
"Ok siap!" jawab Dira sembari pergi meninggalkan Shafira.
Setibanya dirumah Dira disambut oleh sikembar Rara dan Riri.
"Ka Dira, minggu depan sekolah Rara mau ngadain study tour, aku boleh ikut kan? " rengek Rara yang bergelayut ditangan Dira
"Boleh?" jawab Dira
"Asyiik!!" jawab Rara
"Tapi tadi ibu bilang tidak boleh, karena gak ada uang? " kata Riri sambil menyungutkan wajahnya
"Nanti kaka yang bayarin biaya study tournya, " jawab Dira
"asyik!! " jawab Riri kegirangan
"Makasih ya ka! " kata Rara dan Riri bersamaan
Dira kemudian masuk kekamarnya dan segera mandi untuk membersihkan diri.
Sehabis mandi ia duduk diatas kasur sembari membuka ponselnya.
Ia melihat semakin banyak yang menawar dirinya bahkan sudah ada yang menawar dengan harga 250 juta.
"Aku tunggu satu jam lagi baru kututup" kata Dira lirih.
Satu jam kemudian ia menutup sesi penawaran, ia kemudian mencari seseorang yang mengajukan penawaran tertinggi.
Haidar Ali Khan seorang keturunan campuran Iran dan Inggris mengajukan penawaran tertinggi senilai 400 juta, Ia kemudian menjatuhkan pilihannya pada sosok Laki-laki tampan berusia 36 tahun itu.
Tak berselang lama handphonenya berdering.
"Hallo, " sapa Dira
"Hi, Dira, I'm Mr. Khan" jawab Haidar
Deg!! jantung Dira mendadak berdegup kencang, mendengar seseorang yang memanggil namanya, keringat dingin mulai bercucuran dari badannya, badannya panas dingin dibuatnya.
Satu jam kemudian ia menutup sesi penawaran, ia kemudian mencari seseorang yang mengajukan penawaran tertinggi.
Haidar Ali Khan seorang keturunan campuran Iran dan Inggris mengajukan penawaran tertinggi senilai 400 juta, Ia kemudian menjatuhkan pilihannya pada sosok Laki-laki tampan berusia 36 tahun itu.
Tak berselang lama handphonenya berbunyi.
"Hallo, " sapa Dira
"Hi, Dira, I'm Mr. Khan" jawab Haidar Khan
Deg!! jantung Dira mendadak berdegup kencang mendengar seseorang yang memanggil namanya, keringat dingin mulai bercucuran dari badannya, badannya panas dingin dibuatnya.
"Hallo, hallo! " ucap Haidar Khan memastikan Dira masih diujung telepon
"Hallo Mr. Khan, can you speak Indonesian, I can't speak english" jawab Dira
"Tentu, saya hanya mau memastikan, kapan kita bertemu? " tanya Haidar Khan
**Deg!!!
Kembali jantung Dira berpacu lebih kencang dari sebelumnya, ia semakin gugup untuk sekedar menjawab pertanyaannya.
"Halo, Dira, kamu masih disana? " tanya Haidar
"Iya, Mr. Khan, terserah anda mau bertemu dimana dan kapan, " jawab Adira
"Baiklah saya tunggu besok kamu di cafe XYZ, pukul satu siang, untuk lokasinya nanti saya shareloc, " ucap Haidar
"Baik" jawab Dira
"Ok, sampai jumpa besok Dira" kata Haidar
"Iya" jawab Dira yang kemudian menutup ponselnya.
Ia segera merebahkan tubuhnya, dan menenangkan dirinya mempersiapkan hari esok.
Pagi hari setelah selesai membantu ibu membuat kue, Dira langsung membereskan rumahnya.
"Hari ini kamu gak kerja lagi nak?" sapa ibu Hindun ketika Dira sedang mengepel lantai
"Gak bu, Dira udah ambil cuti seminggu untuk istirahat," jawab Dira
"Oh, yaudah kamu istirahat aja. Gak usah bebenah, biar ibu saja, " kata Ibu
"Gapapa bu, sekali-kali Dira bantuin ibu, " jawab Dira
Dira melirik kearah jam dinding yang menunjukan pukul sebelas siang. Setelah menyelesaikan pekerjaannya dia kemudian mandi dan bersiap-siap. Ia memoleskan make up tipis ke wajahnya, dia menatap kearah cermin, sejenak mengagumi kecantikannya yang alami.
Dilihat lagi ponselnya, sudah ada shareloc yang dikirim oleh Haidar.
Selesai sholat dzuhur Dira berangkat menuju kafe XYZ, diantar oleh driver ojek online.
Sesampainya disana ia segera menuju meja nomor 65 yang sudah dipesan oleh Haidar. Ia berjalan masuk kedalam kafe, seseorang tampak melambaikan tangan kearahnya. Dirapun segera mendekatinya.
"Duduklah!!" perintah Haidar
Dira segera duduk.
Haidar mengulurkan tangannya.
"HaidarAli khan," Haidar memperkenalkan diri
"Adira, " ucap Dira sambil menjabat tangan Haidar
"Mau makan apa? " tanya Haidar
"Samain aja sama bapak, " jawab Dira
"Ok" jawab Haidar yang kemudian memesan makanan untuk mereka
Tak perlu menunggu lama, dua orang sudah menyajikan beberapa hidangan diatas meja.
"Silahkan dimakan, " kata Haidar
Dira segera melahap hidangan yang ada didepannya, sesekali Haidar mencuri pandang kearah Dira. mengagumi kecantikan gadis belia dihadapannya.
"Dira, jadi kapan kita bisa check in" kata Haidar memulai pembicaraan
Mendengar ucapan dari Haidar membuat Dira langsung tersedak. Hampir saja seluruh isi mulut dira keluar andai saja ia tak segera menutup mulutnya dengan tisu.
"uhuk!!, uhuk!! " Dira segera mengambil tisu untuk menutup mulutnya.
Haidar segera memberikan air putih padanya.
Dira menjadi sedikit tenang setelah meminumnya.
"Maaf pak, apa bapak menginginkankan check in sekarang " jawab Dira
Haidar mengangguk.
"Bukankah lebih cepat lebih baik" ucap Haidar lagi
Deg!!!, jantungnya berpacu lebih kencang, apakah secepat itu laki-laki itu ingin menikmati tubuhnya pikirnya dalam hati.
Sekedar informasi kenapa Haidar fasih berbahasa indonesia, ia adalah pengusaha minyak dari Timur tengah yang sudah tinggal di Indonesia cukup lama, ia tinggal dikampung Arab Bogor.
"Kalau kau setuju, kita langsung check in kehotel hari ini juga" ucap Haidar
Adira hanya mengangguk, karena cepat atau lambat toh ia juga harus melakukannya dengan Haidar.
Setelah selesai makan Haidar mengajaknya masuk kedalam mobil, ia membawanya kesebuah hotel.
Haidar membuka pintu kamar hotel yang sudah ia booking dan mempersilahkannya masuk.
"Tunggulah disini, aku keluar sebentar" kata Haidar
Adira duduk disofa, matanya menatap sekeliling ruangan yang sangat mewah itu.
Haidar kembali dengan membawa sebuah map.
Dia kemudian membuka kemejanya didepan Dira, ia segera memalingkan muka tak mau melihatnya berganti pakaian.
Haidar hanya tersenyum sinis melihat tingkah Dira yang menutup matanya.
"Cih, ******* yang sok lugu, " batin Haidar
Haidar yang sudah bertelanjang dada dan hanya memakai celana pendek berjalan mendekati Dira yang duduk disofa. Ia pun duduk disebelah Dira dan membuka tangan Dira yang menutupi wajah cantiknya.
Dira menatap sesosok pria dewasa yang sangat tampan dihadapannya, dadanya yang bidang dipenuhi dengan bulu-bulu lembut yang membuatnya terlihat sexy.
Ia kemudian mendongakan dagu Dira yang sedari tadi menunduk, Haidar melihat Dira yang pucat disertai keringat yang mulai bercucuran membasahi wajahnya. Dinginnya Ac disana tak bisa mendinginkan suasana ruangan itu yang mulai memanas.
"Apakah ini yang pertama kalinya untukmu?" tanya Haidar
Dira hanya mengangguk.
"Good, aku suka gadis polos sepertimu, " ucap Haidar
"Apa kau sudah punya pacar?" tanya Haidar lagi
Lagi-lagi Dira hanya menggeleng dan ia masih tak berani menatap kearah laki-laki dihadapannya
Dia memang sudah ketakutan, karena ini kali pertamanya ia harus berada satu kamar dengan orang asing .
Ia kemudian memejamkan matanya ketika Haidar mulai mendekatkan bibirnya.
**Dreet!!!... dreeet....!!!,
Ponsel Haidar berbunyi, ia kemudian mengangkatnya dan berbicara dengan seorang wanita dengan memakai bahasa Arab, sehingga Dira tak tau apa yang mereka bicarakan. cukup lama Haidar berbincang.
Setelah selesai Haidar kemudian memakai kaos dan pergi keluar.
Beberapa menit kemudian ia kembali bersama seorang wanita berdarah arab yang sangat cantik dan anggun dibalut hijab berwarna hitam.
Adira menjadi bingung.
"Kenalin dia Hafsah istriku , " kata Haidar
Mata Dira melotot seperti hendak keluar dari tempatnya, ia kaget bukan main untuk apa Haidar membawa istrinya kemari.
"Apakah istrinya akan melabraknya??, karena memergoki suaminya dengan wanita lain di hotel, " batin dira yang terus berkecamuk membayangkan hal-hal negatif yang akan menimpanya kini
Pikiran Dira terus dihantui bayangannya seorang pelakor diamuk oleh seorang wanita dengan membabi buta seperti yang ia sering lihat dalam sinetron.
"Dira, " Panggil sesrorang yang sukses membuyarkan lamunannya
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!