NovelToon NovelToon

Sekretaris Canduku

Prolog

ALDEBARAN BRADSITON ARGANTA

Aldebaran, seorang laki laki dengan paras yang sangat tampan dan mempesona, di usianya yang dibilang cukup muda 24 tahun, menyandang gelar Miliader Top No.1 di Kanada.

Bagaimana tidak menjadi idaman setiap perempuan.

Namun, meski Aldebaran seorang Miliader yang sangat disegani, dia dikabarkan tidak pernah dekat pada perempuan manapun.

Kecemasan orang tuanya yang melihat Aldebaran tidak pernah dekat pada perempuan manapun.

Membuat mereka selalu mencarikan pasangan yang cocok untuknya, namun Aldebaran selalu menolaknya dengan keras.

Hingga pada suatu hari dia tanpa sengaja bertemu dengan seorang perempuan yang sangat menarik menurut Aldebaran.

Cantik dan sederhana

Biasa tapi begitu Istimewa

Kata yang pantas untuk menggambarkan wanita yang baru kali pertamanya Aldebaran temui.

Bahkan dia tidak pernah merasakan debaran aneh saat Aldebaran hanya menatap mata hazelnya.

Meski Aldebaran selalu bersikap dingin pada semua cewek yang mendekatinya, percayalah

Itu hanya kamuflase dari Aldebaran, dia benci jika hanya dicintai karena status dan kekayaan, percayalah itu menyakitkan.

Karena itu Aldebaran bersikap seolah dia dingin tak tersentuh, tidak pernah berurusan dengan yang namanya cewek.

Namun, setelah Aldebaran bertemu dengan wanita yang menurutnya bisa mencuri hatinya hanya dengan tatapan matanya

Aldebaran percaya, jika dia kini telah jatuh cinta pada seorang wanita cantik dan sederhana ini.

Bahkan katakanlah Aldebaran kini menjadi gila setelah bertemu dengan wanita itu.

Berbagai cara dia lakukan agar bisa selalu dekat dan bersama wanita yang menurutnya pantas untuk menjadi pendampingnya kelak.

Kira kira, apa yang bakal Aldebaran lakukan biar bisa deket ya sama wanita itu?

emang secantik dan sesederhana apa sih cewek yang Aldebaran maksud.

Sampai sampai dia rela lakuin apapun biar bisa deket sama dia.

Penasaran, yuk kepoin.

SELA GABRIELA MAXITON

Sela, panggilan cewek cantik dan sederhana ini.

Cantik dan sederhana, kata yang cukup untuk menggambarkan Sela.

Dia hanya tinggal bersama ibunya, ayahnya meninggal sejak dia duduk dibangku SMP.

Sela hanya lulusan SMA, itupun dengan susah payah dia bisa lulus hingga SMA.

Bersyukur, pastinya. Bisa lulus hingga SMA dengan biaya sekolah ditanggung sendiri menurut Sela itu sudah kebanggaan tersendiri.

Kuliah?

Entahlah, mungkin nanti saat Sela sudah bisa mengobati penyakit ibunya yang telah menggrogotinya semenjak dia masih kecil.

Setelah lulus SMA, Sela bekerja serabutan untuk bisa memenuhi kehidupannya dan ibunya.

Sela selalu berusaha keras agar bisa membawa ibunya untuk berobat ke rumah sakit, agar bisa sembuh dan kembali seperti dulu lagi.

Meski dilubuk hatinya yang paling dalam, Sela ingin sekali untuk kuliah, namun semua itu dia urungkan.

Sela sadar, jika takdirnya hanya sebagai lulusan SMA, bukan sebagai seorang sarjana. Sela rela jika harus bekerja demi ibunya, asal ibunya bisa sembuh.

Kehidupan yang Sela jalani setiap hari selalu tenang dan damai tanpa ada gangguan dari siappun.

Namun, semua berubah saat Sela tidak sengaja bertemu dengan seseorang yang begitu terkenal di negara Kanada.

Seakan kehidupannya berubah 90 derajat setelah Sela bertemu dengan laki laki itu.

Seakan alam mendukung untuk menyiksa Sela agar selalu bisa bertemu dengan laki laki yang menurut Sela sebagai penganggu di kehidupannya.

Lalu bagaimana kelanjutan cerita mereka berdua?

Apakah Sela akan selalu diganggu oleh laki laki itu?

Akankah tumbuh benih cinta diantara mereka berdua?

Penasaran

Yuk langsung baca aja

Kemewahan Aldebaran

Tit Tit Tit

Tepat pukul 5 pagi alarm berbunyi, Aldebaran mematikan alarmnya.

Rutinitas pagi kini dimulai, Aldebaran membuka gorden dengan remote kontrol, agar sinar mentari masuk ke dalam kamar minimalisnya.

Aldebaran bergegas untuk pergi ke kamar mandi, karena pagi ini dia akan ada meeting besar bersama CEO Belgia.

Aldebaran masuk ke dalam kamar mandi yang dekat dengan pemandangan laut

Saat pagi Aldebaran lebih suka untuk mandi dengan pemandangan laut seperti ini dengan sinar matahari yang sempurna dan sehat untuk tubuh.

Sedangkan sepulang kerja nanti, Aldebaran akan mandi dan merilekskan tubuhnya di kamar mandi satunya, seperti gambar diatas.

Semua rumah yang dia beli sendiri ini, sesuai dengan rancangan yang Aldebaran rancang sendiri. Wow, keren bukan.

Setelah selesai mandi, Aldebaran pergi ke walk in closet, dengan tiga sisi yang berbeda.

Aldebaran sengaja membagi walk in closetnya menjadi 3 bagian untuk mempermudah dirinya.

Dimana bagian walk in closet khusus untuk baju kerja, baju santai atau di rumah dan baju untuk menemui para petinggi.

Setelah selesai dan rapi dengan setelan jasnya, Aldebaran beralih menuju koleksi display aksesorisnya.

Setelah selesai bersiap Aldebaran pergi menuju koleksi sepatunya, bukan lebih tepatnya toko sepatu, karena banyaknya sepatu yang ia punya.

Aldebaran keluar dari tabung koleksi sepatunya, beralih pada koleksi satunya.

Setelah lama bingung untuk memilih yang mana, Aldebaran beralih pada koleksi sepatunya yang lain.

Disini adalah sepatu khusus yang ia pakai saat akan bertemu dengan para petinggi dari berbagai negara.

Setelah menemukan sepatu yang cocok untuknya, Aldebaran turun ke lantai dua untuk sarapan.

Saat di lantai dua kalian akan disuguhi oleh nuansa ruangan yang sangat indah.

Di mana semua bernuansa putih dan begitu terang.

Bara mendesain pada lantai dua agar matahari bisa masuk dan menyinari ruangan di lantai dua.

Bara sangat jarang sekali berada di lantai dua, dia lebih banyak menghabiskan waktu di lantai tiga atau satu.

Bara hanya akan berkumpul di lantai dua ketika sahabatnya datang.

Karena Bara tidak mengizinkan pada siapapun kecuali Rendy naik ke atas lantai tiga.

Di sini Bara lebih suka sarapan dengan nuansa yang tenang dan damai.

Karena itu semua dia desain seindah mungkin.

"Bar, buruan sarapan, 20 menit lagi CEO Belgia akan mendarat," kata Rendy yang sibuk menyiapkan sarapan pagi untuk Aldebaran.

Sekilas tentang Rendy, dia sahabat Bara sejak kuliah, karena Bara tidak bisa mempercayai seseorang semudah itu, alhasil Rendy adalah tangan kanannya.

Rendy merasa berhutang budi pada Bara, berkat Bara lah dirinya bisa kuliah hingga wisuda, dia kini tinggal sebatang kara, maka dari itu kini dia seakan mengabdi pada Bara.

Namun, Bara tidak pernah menganggap Rendy sebagai asisten atau pengabdinya, karena Rendy tetaplah sahabat pada masa kuliah.

Ok, kembali ke topik awal.

"Mereka yang butuh gue, kenapa gue yang ribet," kata Bara santai sambil meletakkan lap dipahanya bersiap untuk sarapan.

"Tapi Bar, lo tahu kan tuan Walles orangnya gimana," kata Rendy mengingatkan akan sikap CEO asal Belgia hari ini.

Bara tampak begitu cuek, dia menikmati sarapannya dengan begitu santai. Tanpa memedulikan ocehan Rendy.

"Dia orangnya seprofesional itu, barusan gue baca artikel tentangnya, salah satu yang paling dia benci asal lo tahu," Bara menatap Rendy memintanya untuk melanjutkan ucapannya.

"Terlambat," bukannya kaget atau menanggapi ucapan Rendy, Bara malah kembali asik sarapan.

"Lo sebenarnya dengerin gue enggak sih," kesal Rendy setelah merasa dirinya diacuhkan sejak tadi.

"Bosnya gue apa lo?" tanya Bara setelah meminum susu dari New Zealand yang setiap pagi dia minum.

"Tuan Bara," jawab Rendy sambil memasukkan suapan keduanya.

Bara tersenyum samar melihat wajah jengkel Rendy.

"Kita buktiin aja, seberapa hebatnya artikel menceritakan tentangnya," Rendy mengernyit bingung mendengar ucapan Bara.

"Buruan sarapan," kata Bara ketika melihat wajah bingung Rendy.

Setelah selesai sarapan, Rendy turun ke bawah untuk menyiapkan mobil yang akan dipakai Bara.

Tidak lama Bara menyusul Rendy untuk turun ke lantai satu menaiki lift.

Bara sengaja merancang ada tangga dan lift untuk turun pada setiap lantai.

Semua untuk mengantisipasi suatu hal yang darurat dan gawat.

Saat di lantai satu kalian akan disuguhi ruangan dengan nuansa hitam indah.

Bara lebih suka menghabiskan waktunya di sini, entah membaca buku atau merilekskan otaknya.

Selain tempatnya yang indah dan sangat nyaman, warna hitam adalah kesukaan Bara.

Bara menuju garasi mobilnya, bukan lebih tepatnya toko mobil.

"Tuan ingin naik mobil apa?" tanya salah satu bodyguard ketika Bara memasuki garasinya.

"Saya akan mengendarai sendiri," kata Bara meminta kunci pada bodyguard gempal itu.

"Tapi tuan," ucapannya terpotong saat Rendy memberi isyarat untuk memberikan kuncinya pada Bara.

Bara berjalan menuju mobil lamborgini hitamnya, lalu berjalan keluar dari garasi.

"Tunggu apa lagi buruan kita ikuti bos," perintah Rendy pada para bodyguard yang ada.

Rendy dan bodyguard lainnya langsung menaiki mobil khusus bodyguard.

Mereka dengan cepat langsung mengikuti tuannya, sebelum mereka kehilangan jejak.

Jika dilihat dari luar rumah Bara akan terlihat begitu luas dan sangat strategis.

Mungkin terlihat minimalis, namun begitu luas dan sangat mewah.

Namun, tidak hanya itu saja saat kalian melihat dari arah samping kanan terlihat begitu elegan.

Terlihat sederhana namun begitu mewah, terkesan tidak begitu norak atau berlebihan.

Lebih indah lagi saat di lihat dari sisi kiri pada waktu senja.

Tempatnya begitu sangat tenang dan terlihat begitu romantis dengan langit yang begitu indah.

●●●

Citttttttt

Suara deritan dari ban mobil yang direm. Lamborgini warna hitam senilai 200 Triliun terparkir epic di depan perusahaan ATF Centre Fashionable.

Di mana perusahaan yang diminati dan banyak dicari oleh banyak kalangan.

Bara menuruni mobilnya, banyak orang berhenti sejenak saat melakukan aktivitasnya, hanya untuk menatap Bara yang turun dari mobil.

Citttt

Bara menoleh, 7 mobil warna hitam terparkir di belakang mobilnya.

Siapa lagi mereka kalau bukan, Rendy dan para bodyguardnya.

Rendy turun dari mobil lalu diikuti oleh para bodyguard yang berjumlah sekitar 50.

"Dasar bapak bapak," gumam Bara lirih lalu melangkahkan kakinya untuk memasuki kantornya.

Mengapa Bara dikawal bodyguard sebanyak itu, satu karena Bara di perusahaannya bukanlah seorang CEO melainkan bagaikan idol.

Bagaimana tidak, staf dan karyawannya begitu menggilai CEO nya sendiri, mereka bahkan hampir setiap hari meminta tanda tangan Bara. Astaga apa mereka menjualnya.

Kedua, jangan lupakan jika Bara adalah Miliader Top No.1 di Kanada sekaligus pendiri Perusahaan tertinggi dan termewah pertama di Kanada.

Jadi tidak heran lagi saat Rendy lebih mengetatkan penjagaan pada Bara.

Perusahaan Bara telah dinobatkan sebagai Perusahaan tertinggi dan termewah di Kanada.

Bagaimana tidak, Perusahaan Bara mampu mencapai lantai 100 dan itu adalah perusahaan pertama yang ada di Kanada. Amazing bukan.

Dari luar aja perusahaan Bara begitu mewah dan sangat luas, bukan luas lagi entahlah kata apa yang cukup untuk mengatakannya.

Lalu bagaimana dengan interior nya, apa akan semewah dan semegah seperti dari luar.

Saat kalian masuk akan disuguhi oleh pemandangan yang sangat indah ini.

Bayangkan saja ini baru lobi dan lantai satunya udah semewah dan semegah ini.

Lalu bagaimana dengan lantai 2 hingga lantai ke 100 nya, membayangkan saja membuat kita meninggoy rasanya.

Kalian enggak tanya seberapa banyak OB yang bekerja di perusahaan Bara?

Jika Rendy mau menghitungnya mungkin satu RT orang yang bekerja sebagai OB, astaga satu RT itu bukan cuma ratusan orang tapi banyak, bisa bisanya Bara mempekerjakan satu RT hanya untuk menjadi OB.

Bahkan gaji OB setara dengan gaji Direktur, lalu apa kabar sama direktur di perusahaan Bara, apa bapak bapak direktur mau tuker posisi.

Ya tuhan, gaji OB setara sama gaji direktur, apa kalian juga mau mendaftar.

Kembali ke topik awal.

Bara dan Rendy dengan beberapa bodyguard memasuki lift menuju lantai teratas di mana itu adalah ruangan milik Bara.

Bara mendesain lift pada perusahaannya dengan sangat pandai, lift yang berada di perusahaan Bara berbeda dengan lift pada umumnya.

Lift ini memiliki kecepatan yang luar biasa. Jika menggunakan lift pada umumnya untuk mencapai ke lantai 100 akan memakan waktu 30 menit.

Sedangkan lift yang Bara rancang, untuk mencapai lantai 100 hanya butuh waktu 10 menit.

Lantas ini lift atau apa, bisa secepat itu.

Lift terbuka, menandakan mereka telah sampai di lantai 100.

Di sini adalah tempat di mana Bara sedang santai atau merilekskan otaknya.

Ini adalah ruangan Rendy bekerja, sebagai resepsionis sekaligus asisten juga sekretaris.

Di sini adalah tempat di mana Bara dan para petinggi akan melakukan makan siang.

Bara tidak pernah membandingkan staf dan karyawannya, Bara juga memberikan fasilitas berupa restoran untuk karyawannya saat makan siang.

Gimana luas bukan, tapi ini hanya untuk para staf dan karyawan sedangkan untuk para OB yang katanya satu RT ada tempatnya sendiri.

Bukan untuk membedakan antara OB dan karyawan namun Bara hanya ingin memudahkan mereka saat makan siang.

Ini adalah tempat kolega maupun tamu siappun menunggu saat ingin bertemu dengan Bara.

Dan ruangan ini adalah tempat rapat antara Bara dengan beberapa Direktur.

Sedangkan ruangan yang mewah dan elegan ini adalah ruangan milik Bara.

Terlihat sederhana namun, Bara sangat menyukai akan hasil desainnya ini.

Dan ini adalah tempat di mana Bara dan CEO Belgia akan bertemu.

Ya, ini adalah tempat khusus untuk Bara bertemu dengan para petinggi dari berbagai negara dan kalangan.

"Tepat jam 10 pagi," kata Bara ketika sudah duduk sambil mengamati jam tangannya.

Rendy bingung kenapa tuan Walles belum datang, bahkan Bara yang harus menunggunya.

Alamat keparat namanya ini, siapa juga yang nulis artikel tentang tuan Walles di internet jika beliau membenci keterlambatan,

Dan bodohnya gue yang baca dan percaya begitu saja, batin Rendy merutuki kebodohannya.

"pukul 10 lebih 5 menit," kata Bara membuat Rendy tersadar dari pikirannya.

"Sebentar biar saya check," kata Rendy hendak pergi memeriksa jam janji mereka akan bertemu.

"Enggak perlu, dia udah datang," kata Bara membuat Rendy berbalik dan menatap bingung Bara.

"Selamat siang tuan Bara," sapa tuan Walles bersama dengan beberapa kepala direksi dan direkturnya.

"Selamat siang tuan Walles, senang bisa bertemu dengan anda," kata Bara menyambut kedatangan Walles dengan saling berpelukan.

Dia ini CEO apa cenayang, batin Rendy sambil menatap heran pada Bara.

Mereka duduk sambil menikmati beberapa minuman yang disiapkan oleh perusahaan Bara.

"Maaf tuan Bara, kami membuat anda menunggu lama," kata Tuan Walles meminta maaf atas keterlambatannya.

"Tidak perlu sungkan, saya tahu siapa tuan Walles. CEO TXT Centre Fashion One yang membenci keterlambatan," kata Bara sambil memasang senyum devilnya.

Rendy tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Bara barusan. Walles merasa direndahkan dia hanya tersenyum miring.

"Maaf saya baru jet lag pukul 9.50 jadi saya berusaha cepat untuk bisa sampai di perusahaan anda," kata tuan Walles mengatakan akan keterlambatannya.

Bara menyentuh jam tangan digitalnya, melihat jadwal penerbangan Belgia Kanada.

"Pesawat mendarat pukul 8.25, waktu dari bandara ke perusahaan hanya memakan waktu 15 menit dan jam bertemu pukul 10 tepat, anda terlambat 5 menit, apa saya mengatakan kebenarannya?" tanya Bara membuat semua terdiam.

"Saya sebenarnya orang yang profesional dan selalu mempertimbangkan semua waktu, karena semua yang berlalu tidak bisa diulang kembali, saya tidak suka kata terlambat," kata Bara tidak melanjutkan ucapannya.

"Jadi, terus terang saya tidak bisa lagi bekerja sama dengan perusahaan anda, tuan Walles," kata Bara membuat Walles berdiri dengan segala emosinya.

Beberapa bodyguard dan Rendy dengan cepat dan siaga langsung melindungi bosnya, takut alih alih Walles menyerang Bara.

"Dasar pecundang, kamu akan tahu akibatnya setelah mencari masalah denganku, kau hanyalah bocah ingusan," kata Walles membuat Bara hanya tersenyum manis dan duduk dengan sangat santai.

"Pecundang setidaknya lebih baik daripada seorang pengkhianat, bukan begitu tuan Walles," Walles melotot terkejut dengan apa yang barusan Bara katakan.

"Awas saja, kau akan merasakan akibatnya setelah membuat masalah denganku," kata Walles sebelum meninggalkan ruangan Bara.

Bara hanya tersenyum samar, dia hanyalah salah satu dari banyaknya penjilat sekaligus pengkhianat yang lainnya.

"Tuan apa anda sedang ada masalah, kenapa bisa anda memutuskan kerjasama dengan tuan Walles, kita sudah lama bekerja sama dengannya," kata Rendy protes saat Bara memutuskan kerja samanya.

"Dia hanya seorang penjilat dan pengkhianat, tidak lebih," kata Bara sambil memainkan ponselnya.

"Maksud Tuan," tanya Rendy tidak mengerti dengan ucapan Bara.

Flashback On

Bara mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata rata 120 km/ jam.

Entah apa yang sedang dia kejar, seperti orang kesetanan saat mengendarai mobilnya.

Bahkan beberapa bodyguard dan Rendy tertinggal jauh tanpa bisa mengikuti jejak Bara.

Bara sengaja memilih jalan pintas, bukan jalan seperti biasanya menuju kantor, karna ada sesuatu yang harus dia urus.

Bara menghentikan mobilnya di depan perusahaan Centre Style One.

Terlihat beberapa mobil warna hitam sedang terparkir di depan perusahaan.

Bukan itu masalahnya, tapi seseorang yang sedang berbicara di depan lobi.

Tuan Walles dan Reynald.

Bara sudah mencurigai sejak dulu, ada sesuatu yang tidak beres antara Walles dan Reynald.

Ternyata benar.

Bara menatap jam tangannya, pukul 08.35. Bara melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju kantornya.

Agar tidak menimbulkan kecurigaan pada Rendy dan bodyguardnya.

Flashback Off

"Tuan," panggil Rendy membuat Bara tersadar dari lamunannya.

"Kenapa..," ucapan Rendy terpotong saat Bara berbicara.

"Ayo, gue pengin makan di luar," kata Bara sambil menyambar jasnya yang tergantung.

Rendy berdiri dan menatap jengkel pada Bara.

"Sabar Ren, kerja sama psikopat terkadang selalu makan hati tiap hari," gumam lirih Rendy sambil mengelus dadanya.

"Gak usah mengumpat, gue denger," teriak Bara yang berada di depan lift bersiap untuk turun.

"Tuan Bara yang terbaik," teriak Rendy sedikit berlari menuju lift sebelum tertutup menyusul Bara.

●●●

**Yeaay akhirnya part 1 nya selesai

Maaf ya kalau ceritanya penuh kehaluan🤣

Semoga kalian semua suka

Jangan lupa ya buat Like, komen dan tambahkan di favorit kalian**.

Debaran Aneh

•••

"Ibu Sela berangkat kerja dulu ya," pamit Sela pada ibunya.

Rina yang sedang terbaring tidak berdaya di ranjang merasa merepotkan putri semata wayangnya.

"Nak," panggil ibunya sangat lirih sekali, Sela kembali duduk dan mendekati ibunya. Menatap sayang pada ibunya.

"Kalau kamu capek, istirahat aja, kamu jangan sampai sakit," kata ibunya merasa iba pada putrinya ini.

Di mana sekarang adalah masa masanya remaja sedang asyik kuliah, putrinya sibuk untuk bekerja menafkahi dirinya.

"Ibu, Sela enggak capek kok. Sela seneng bisa kerja buat berobat ibu, jadi ibu jangan bilang gitu ya," kata Sela melarang ibunya merasa merepotkan.

"Nak, juallah rumah ini untuk biaya kuliahmu, ibu biar numpang sama bibi aja," kata Rina membuat Sela melotot tidak percaya.

"Enggak akan, ini rumah peninggalan ayah satu satunya, meski hidup kita susah, Sela enggak akan jual rumah ini, Sela rela bu jika harus bekerja tiap hari," kata Sela kekeh akan pendiriannya.

Tes

Air mata Rina turun begitu saja, ibu macam apa dirinya ini, membiarkan anaknya menderita.

"Sudah ya bu, Sela berangkat kerja dulu, ibu baik baik di rumah ya, nanti Sela akan tetangga sebelah untuk menjaga ibu," kata Sela setelah mencium pipi ibunya dan berlalu pergi.

"Mas, maafkan aku, aku belum bisa membahagiakan putri kita," guman lirih Rina dalam hati sambil meneteskan air matanya.

Sela berangkat bekerja menaiki sepeda yang dibelika ayahnya 5 tahun lalu.

Sela bekerja di sebuah restoran besar,dia bekerja sebagai pengantar makanan, dengan modal menaiki sepeda usangnya ini.

Jarak antara restoran dan rumah cukup jauh, karena itu Sela berangkat lebih pagi agar tidak terlambat.

Tepat pukul 8 Sela sampai di restoran. Sela langsung bergegas menuju tempat ganti, lalu menuju dapur.

"Sel lo udah dateng," kata Gabriela teman baik Sela di restoran selama bekerja.

"Iya La, kamu dari tadi sampainya?" tanya Sela sambil menata box makanan untuk nanti siang.

"Hah, hm iya dari tadi," kata Gabriela sedikit gagap.

Satu persatu karyawan restoran mulai berdatangan.

Setelah mereka bersih- bersih dan bersiap, mereka baru membuka restoran.

Satu persatu, pelanggan mulai berdatangan. Restoran ini cukup terkenal dan juga sangat ramai.

Jadi tidak heran jika baru saja dibuka sudah banyak pelanggan yang datang.

"Sela," panggil Roni kepala dapur. Sela langsung datang dengan cepat.

"Iya Chef, ada apa?" tanya Sela.

"Tolong antarkan makan siang dengan box warna hitam ke perusahaan tuan Reynald, kamu tahu kan?" tanya Roni memastikan agar Sela tidak salah antar.

"Siap tahu Chef," kata Sela lalu bergegas untuk mengantarkan makanan ke perusahaan Reynald dengan menaiki sepeda.

●●●

Bara mengendarai mobilnya dengan sangat santai.

Hari ini moodnya begitu bagus, bisa mengungkap kebusukan Walles.

Bara menatap kaca spion, mobil para bodyguardnya masih setia mengikutinya hingga

Brakkkkkkk

Bara terkejut dan membanting stir ke kiri. Untungnya Bara pengendara yang handal.

Bara melepaskan sealt beatnya dan turun untuk melihat korban yang dia tabrak.

Bara berlari menghampiri pengendara sepeda yang sudah terduduk di aspal sambil meringis menatap lututnya.

"Aduh gimana sih pak, naik mobil yang bener bisa enggak sih," Bara yang jongkok disamping cewek itu mengernyit kala dia dipanggil Pak.

"Pak?" tanya Bara pada cewek yang sedang terduduk di aspal ini. Sela mendongak menatap seseorang yang menabraknya.

Sela sedikit terkejut ketika melihat Bara, ya tuhan orang di depannya ini nyata atau enggak.

Cit

Cit

Cit

Cit

Cit

Cit

Cit

Ketujuh mobil bodyguard Bara berhenti mendadak kala mobil tuannya oleng ke kiri.

Semua bergegas turun untuk memastikan jika tuannya baik baik saja.

"Tuan apa anda terluka?"

"Apa anda baik baik saja,"

"Apa ada yang tergores tubuh indah anda?" Bara mengangkat tangannya, mereka terdiam lalu menatap Sela.

Sela mendongak menatap begitu banyaknya bodyguard yang mengelilinginya dengan berbaju hitam.

"Bapak bapak ini gimana sih, saya yang terluka kenapa dia yang ditanya," dumel Sela kesal karena tidak ada yang menanyakan keadaannya.

"Maaf nona keselamatan tuan kami yang utama," kata salah satu bodyguard menjelaskan pada Sela.

Bara hanya diam menatap wajah cantik Sela yang terkena paparan sinar matahari.

"Emang dia siapa, anaknya Barack Obama?" semua orang melongo mendengar ucapan Sela yang terlihat begitu polos.

Bara hendak angkat bicara namun, ponsel Sela berbunyi.

Drtttt Drttt

Ponsel Sela berbunyi, itu telepon dari kepala dapur.

Sela mengeluarkan ponsel jadulnya, bahkan beberapa bodyguard, Rendy dan juga Bara dibuat melongo oleh Sela.

Di zaman yang canggih ini, Sela masih menggunakannya, Bara seakan beruntung bisa melihat ponsel jadul ini.

"Halo," sapa Sela pelan karena takut akan amukan Roni.

"Selaaaa," teriak Roni membuat Sela menjauhkan ponselnya dari telinga.

"Kenapa kamu bisa terlambat mengantarkan makan siang tuan Reynald," kata Roni dengan nada sangat tinggi.

"Maaf Pak, saya mengalami masalah kecil di jalan," kata Sela tanpa memberitahukan kejadian sebenarnya.

Bara menatap kagum akan wajah cantik juga perkataan sopan Sela.

Beberapa saat dirinya seakan dibuat terkesima oleh Sela.

"Kembalilah, tuan Reynald tidak lagi menginginkan makan siangnya, sebagai ganti ruginya, gaji kamu saya potong 1 minggu," kata Roni lalu mematikan teleponnya.

"Tapi pak," kata Sela ketika Roni mematikan ponselnya.

Sela menatap nanar kotak makan yang kini tergeletak di aspal.

"Kamu benar- benar enggak tahu, siapa saya?" tanya Bara memastikan sekali lagi pada Sela.

"Apa itu penting?" tanya balik Sela pada Bara.

Semua seakan menganga melihat sikap Sela yang berani dan begitu polos.

"Nona, dia adalah seorang miliader yang terkenal di Kanada,apa anda tidak tahu?" jelas Rendy pada Sela.

Sela menatap datar kearah Rendy lalu menatap Bara sekilas.

"Apa kamu tidak punya TV di rumah?" tanya Bara karena merasa heran dengan cewek yang dia temui ini.

Bagaimana bisa Aldebaran seorang yang terkenal di berbagai negara dia bisa tidak tahu itu.

"Jika tidak ada, apa anda akan membelikannya?" ketus Sela merasa kesal pada laki laki di depannya ini.

Sela meniup pelan lukanya, lututnya sedikit mengeluarkan darah.

"Bahkan mereka selalu mengandalkan uang tanpa tahu sikap minta maaf," gumam Sela lirih namun masih bisa didengar oleh Bara.

"Saya minta maaf," ucap Bara dengan sangat tulus.

"Hah," kaget semua bodyguardnya dan Rendy dengan sangat kompak dan serentak layaknya paduan suara.

Bara mendongak menatap tajam ke arah Rendy dan para bodyguardnya.

Seorang Aldebaran yang terkenal dingin dan cuek, arogan dan sombong, dan mahal akan permintaan maaf pada seseorang.

Kini tanpa diminta dan dipaksa, dia mengucapkan kata yang seakan begitu keramat baginya.

Sela hanya diam tanpa merespon permintaan maaf Bara.

Bara mengulurkan tangannya di hadapan Sela, Sela menatap datar uluran tangan Bara.

"Perkenalkan saya Aldebaran Bradsiton Arganta" kata Bara memperkenalkan dirinya pada Sela.

Tit

Tit

Tit

Banyak mobil yang mengantri di belakang mobil mereka, karena mobil para bodyguard yang menutupi jalan.

"Bos sekarang bukan waktunya acara perkenalan, kita pulang aja, jalanan macet karena mobil kita," adu salah satu bodyguard untuk menghentikan perkenalan Bara dengan Sela.

Sela melihat beberapa mobil yang macet karena mobil orang orang di depannya ini.

Sela juga tidak kunjung menyambut uluran tangan Bara.

"Bos jalanan sudah begitu macet, ayo kita pergi," bujuk Rendy yang berjongkok di samping Bara.

Bara masih menatap Sela yang hanya diam tanpa membalas uluran tangan Bara.

"Nona, setidaknya balaslah uluran tangan bos kami, agar dia mau pulang," kata bodyguard bertubuh gempal memohon pada Sela.

"Bisa- bisa jalanan akan macet sepanjang 10 km, buat nunggu nona membalas uluran tangan bos kami," mereka terus membujuk Sela agar mau membalas uluran tangan Bara.

Sela menghembuskan napasnya pelan, lalu menyambut uluran tangan Bara.

Deg.

Bara tidak pernah merasakan debaran dan desiran yang mampu membuat hatinya seakan berdetak abnormal.

Sela melepaskan tangannya tanpa menyebutkan namanya.

Dengan lutut yang sakit dan begitu perih, Sela berdiri dengan perlahan.

Bara merasa khawatir dengan keadaan Sela.

"Naiklah ke mobil saya, akan saya antar," kata Bara sebagai permohonan maafnya.

"Tidak perlu, kaki saya bukan patah cuma terluka, masih bisa untuk mengayuh sepeda," ucapan Sela membuat para bodyguard

Memberikan isyarat pada Sela dengan menggelengkan kepala, agar Sela tidak menolak tawaran Bara.

"Ini ada uang sebagai ganti rugi dan permohonan maaf saya," kata Bara sambil menuliskan nominal pada cek.

"Tidak perlu, saya masih mampu untuk membayar ganti ruginya," kata Sela sambil mendirikan sepedanya.

"Setidaknya terimalah, agar kelak saat kita bertemu kamu tidak akan menuntut saya," kata Bara sambil menahan senyumnya sekuat mungkin melihat wajah galak Sela.

"Saya bukan cewek matre jadi simpan saja uang anda," kata Sela sebelum pergi sambil menuntun sepedanya dengan kotak makan di tangannya.

Bara dan Rendy juga bodyguard hanya bisa menatap kepergian Sela begitu saja.

Bagaimana bisa Sela menolak tawaran dan bantuan Bara dengan cuma- cuma.

Bahkan di luar sana banyak para wanita yang mengantri untuk bisa dekat dengan Bara ataupun mendapatkan uang dari Bara.

Tapi Sela?

Sifat itu tidak ada pada Sela, dia bukan cewek yang gila akan uang atau buta akan cinta.

Sederhana dan apa adanya.

Mandiri dan juga bertanggung jawab.

Itulah wanita yang menjadi idaman setiap laki laki.

"Tuan apa barusan dia menolak tawaran yang anda berikan?" tanya salah satu bodyguardnya.

Karena merasa seakan heran dengan sikap Sela, menolak berlian yang sudah di depan mata.

"Itu namanya, dia idaman, punya harga diri," kata Bara lalu pergi menuju mobilnya karena banyaknya mobil yang sudah macet hanya untuk menunggunya.

"Oh jadi gitu, kalau kita nolak waktu di gaji bos, itu berarti kita idaman dan punya harga diri dong," kata salah satu bodyguard yang masih sangat muda.

"Itu bukan idaman dan punya harga diri namanya," kata Rendy ikut menanggapi ucapan bodyguard muda itu.

"Terus apa dong tuan?" tanyanya pada Rendy.

"Bego sama oon namanya," kata Rendy kesal lalu pergi menuju mobilnya mengikuti Bara pergi.

"Apa gue salah ngomong?" gumam bodyguard muda itu bertanya pada dirinya sendiri.

●●●

Bara sedang berada di lantai atas di ruang tengah.

Waktu sudah menunjukkan pukul 23.50, tapi Bara belum juga tidur.

Padahal rutinitas setiap harinya, Bara tidur tepat pukul 21.00 dan bangun pukul 05.00

Bara tidak bisa tidur, Bara masih memikirkan wanita yang dia temui di jalan tadi.

Pikiran Bara seakan terpenuhi oleh wajah wanita cantik itu.

Bara memainkan remote kontrol yang mengatur langit- langit ruang tengah yang bisa berganti berbagai tema.

Bagaimana bisa ada orang yang tidak mengenal dirinya.

Bahkan belahan dunia, bukan lagi belahan dunia, tapi luar angkasa pun mengenalnya, tapi cewek itu.

Bara kembali mengganti tema langit ruang tengahnya.

"Ini tidak bisa dibiarkan," kata Bara lalu melempar remote kontrol ke sembarang arah.

Bara menaiki lift untuk turun ke lantai dua.

Bara menyalakan lampu ruang tengah yang berada di lantai dua dengan remote kontrol.

Bara menekan tombol alarm yang ia pasang ketika ada masalah darurat.

Tanpa menunggu lama, para bodyguard dengan baju tidur mereka keluar berbondong bondong dengan mata setengah terpejam.

Begitu pun Rendy dengan piyama doraemonnya keluar dengan mata setengah terpejam.

"Tuan apa ada pencuri?"

"Apa anda baik- baik saja?"

"Apa anda terluka?"

Bara mengangkat tangannya membuat mereka terdiam dan menatap Bara.

"Ekhm, saya ingin meminta bantuan pada kalian," kata Bara bersikap salah tingkah dan kikuk.

Mereka menatap Bara heran, memang apa ada masalah dengan bosnya.

"Duduklah," perintah Bara pada mereka semua. Bara membuka laptopnya, mencari sesuatu. Setelah lama menunggu, Bara memperlihatkan layar laptopnya.

"Tolong bantu pilihkan foto saya yang terbaik," kata Bara sambil menghadapkan laptopnya di hadapan para bodyguardnya.

Ya Tuhan.

Bara menekan tombol alarm dan berhasil membangunkan semua orang hanya untuk membantu dia memilihkan foto.

Kalau saja dia bukan Miliader, mereka bersumpah akan menenggelamkan Bara di sungai Amazon.

"Tuan apa tidak bisa kita milihnya besok pagi?" tanya Rendy bersikap sabar dengan sikap Bara.

"Apa saya pernah menunda saat akan menggaji kalian?" mereka diam tak lagi menjawab.

"Pilihlah, yang menurut kalian paling sempurna," kata Bara sambil menyombongkan dirinya.

Rendy berlagak seakan mau muntah mendengar ucapan Bara.

Salah satu dari mereka menscroll beberapa data yang menyimpan foto- foto Bara.

Hampir 30 menit mereka hanya menscroll sekitar 1000 foto- foto Bara.

"Bagaimana, apa kalian sudah menemukan yang saya minta?" tanya Bara dengan mata setengah terpejam menunggu mereka memilih fotonya.

"Bos, mau anda pakai baju apapun anda terlihat sempurna," kata salah satu bodyguardnya.

Bara tampak menahan senyumnya, kala bodyguardnya memuji kesempurnaannya.

"Baiklah, kalian lakukan voting untuk pemilihan foto saya," perintah Bara membuat Rendy dan para Bidyguard kaget.

"Hah, voting," kaget mereka serempak dan begitu kompak.

"Bos, coba anda lihat, sekarang sudah jam 1 dini hari, apa tidak sebaiknya besok pagi aja kita voting tentang fotonya," mereka mencoba membujuk Bara.

"Silahkan kemasi barang barang kalian," kata Bara dengan santainya.

Seketika mereka semua serentak berdiri dan mencari kertas dan bolpoin.

Rendy mengambil alih laptopnya lalu para bodyguard baris begitu panjang.

Satu persatu mereka maju sambil memilih foto Bara di laptop yang Rendy pegang.

Hampir 10 menit mereka telah selesai melakukan voting dan kembali duduk di sofa sambil menahan kantuk.

"Bos ini foto yang banyak mereka pilih," kata Rendy memperlihatkan foto Bara.

Bara melihat fotonya, dia menahan senyumnya.

Ternyata para bodyguardnya memiliki selera yang bagus.

"Baiklah, sekarang tolong buatkan artikel tentang saya dengan sangat detail, sedetail mungkin," perintah Bara pada Rendy.

"Sekarang bos?" tanya Rendy sambil menatap tidak percaya pada Bara.

Bara hanya menatap Rendy tanpa menjawabnya.

Tanpa satu kata lagi, Rendy yang ngerti akan maksud Bara langsung duduk di sofa dan mengerjakannya.

Bara menatap beberapa bodyguardnya, mereka telah tertidur dengan posisi duduk.

Bara tersenyum samar, begitu beruntungnya Bara memiliki mereka semua.

Setelah menunggu beberapa menit, Rendy menyodorkan laptopnya di hadapan Bara.

"Ini bos, artikel yang anda minta sudah siap," kata Rendy dengan suara serak dan mata yang memerah karena mengantuk.

Setelah selesai membaca artikel yang telah Rendy buat, Bara menahan senyumnya.

"Baiklah, kamu kirim ke semua media," perintah Bara namun, tidak ada jawaban dari Bara.

Bara melihat ke samping, teernyata Rendy sudah terlelap dengan pulas.

Bara tersenyum melihat mereka yang sedang tertidur dengan sangat pulas.

Kasihan, hanya karena ulah Bara yang sangat merepotkan jadi harus membangunkan mereka semua saat sedang istirahat.

"Maafkan saya," kata Bara sambil menatap satu persatu mereka yang tertidur pulas.

●●●

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!