Oweeek......Oweeek......Oweeek
Sayup-sayup terdengar suara tangisan seorang bayi dari arah luar. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, sebagian penghuni rumah kos sudah tertidur lelap.
Kevin yang baru pulang dari minimarket tempatnya bekerja, di kejutkan dengan suara tangisan itu. Dan lebih mengejutkan lagi adalah saat dia melihat ada sebuah keranjang bayi yang tergeletak tepat di depan kamar kosnya.
"Bayi siapa ini? Tega nian orang yang menaruh bayi ini di sini..." Gumam Kevin.
Dia segera mengangkat bayi mungil itu. Anehnya bayi itu terdiam saat Kevin mengangkatnya.
Kevin celingukan kekanan dan kekiri, setelah dipastikan tidak ada orang, buru-buru dia masuk kedalam kamar kosnya.
Di dalam keranjang bayi terdapat beberapa pakaian bayi, popok bayi, selimut dan satu kaleng susu formula bayi.
Kevin memeriksanya dengan seksama, sampai dia menemukan sepucuk surat dari balik selimut bayi yang di pakainya.
Perlahan Kevin membuka surat itu dan membacanya.
'Aku titip anakku padamu....aku tau kau orang yang baik...aku terpaksa memberikan bayi ini karena sesuatu hal....tolong...nama bayi ini adalah Meira Alicia, umurnya baru satu Minggu, tolong kau jaga dan rawat anakku, lima tahun lagi aku baru akan mengambilnya. Terima Kasih....'
Kevin mengepalkan surat itu lalu membuangnya ke sembarang arah.
"Kurang ajar dia! Melemparkan tanggung jawab sembarangan! Binatang saja tau bagaimana menyayangi anaknya. Keterlaluaaannn!!!" Teriak Kevin geram.
Oweeek......Oweekk.....Oweeekkk....
Bayi itu kembali menangis karena kaget saat Kevin berteriak, takut penghuni kos lain terbangun buru-buru Kevin mengangkat bayi itu dan menenangkannya.
"Ssash.....sssshhh....kau tenang sayang, jangan menangis....atau aku akan digerebek warga yang lain karena dituduh menculik anak..." Bisik Kevin.
Bayi itu nampak kehausan, mulutnya ke kanan dan ke kiri mencari sesuatu yang dapat di hisapnya.
Kevin merogoh keranjang bayi itu, akhirnya dia menemukan sebuah botol susu. Kevin tidak tau bagaimana cara membuat susu, dia mempelajari cara penyajian melalui bacaan yang terdapat pada kaleng susu.
Akhirnya setelah beberapa lama, susu bayi itu pun sudah jadi, di buat sesuai dengan takaran. Kevin meletakan bayi itu di ranjang tidurnya yang berukuran single bed. Tak lama kemudian bayi itu pun sudah tertidur.
Kevin bernafas lega, namun dia mencari cara bagaimana dia menjelaskan kesemua orang tentang keberadaan bayi itu, kepalanya benar-benar pusing.
Akhirnya Kevin memutuskan untuk membawa bayi itu ke panti asuhan terdekat. Besok pagi dia berencana akan membawa bayi itu keluar dari kosnya. Dia tidak siap menghadapi pertanyaan dari orang-orang saat melihatnya ada bersama dengan seorang bayi, bahkan yang dia sendiri tidak tau dari mana asal usulnya.
*********
Matahari pagi itu menyinari wajah Kevin dari celah jendela kamar kosnya, dia mengerjapkan matanya. Dan sontak dia langsung terbangun saat teringat akan bayi semalam yang ia temukan.
Bayi itu sudah bangun, namun dia tampak tenang dan tidak menangis. Kevin langsung menyambar handuknya dan bergegas ke kamar mandi.
Buru-buru Kevin mandi takut bayi itu menangis, tak lama Kevin keluar dari kamar mandi dan langsung memakai bajunya.
"Anak pintar...kalau kau tenang begini kan aku aman..." Kata Kevin sambil mengelus pipi bayi mungil yang lucu dan imut itu.
Entah mengapa saat melihat mata sang bayi, timbul rasa belas kasihan dari hati Kevin yang terdalam, apakah dia tega menaruh bayi itu di panti asuhan?
Tok...tok....tok...
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu kamar Kevin. Dengan wajah panik Kevin berusaha menyembunyikan bayi itu di kolong tempat tidurnya.
Setelah dirasa aman, Kevin pun keluar untuk membukakan pintu kamarnya.
Bu Ning, ibu kosnya sudah berdiri di depan kamar Kevin.
"Mas Kevin, untung kau sudah bangun...tumben...biasanya kalau sip malam kau bangun siang..." Kata Bu Ning sambil matanya melongok ke arah kamar. Kevin berusaha menghalanginya.
"Ada apa sih Bu?" Tanya Kevin risih.
"Bulan ini bayar kos naik 50 ribu ya..."
"Lho kok naik lagi Bu...dua bulan lalu kan baru naik..."
"Kan daya listrik di tambah Mas...jadi ya wajar saja kalau naik..." Ujar Bu Ning.
Oweeek.....Oweeek....
Bu Ning membulatkan matanya saat mendengar suara tangisan bayi dalam kamar Kevin.
"Di kamarmu ada bayi Mas?" Tanya Bu Ning.
"Eh...itu Bu...itu...mungkin suara kucing kali..." Kilah Kevin. Hatinya mulai gelisah.
"Ah...aku masih bisa membedakan mana suara kucing atau bayi...coba sini ku periksa kamarmu! Minggir!" Bu Ning mencoba masuk namun Kevin berusaha mencegahnya.
Akhirnya Kevin tidak punya pilihan lain selain jujur pada Bu Ning, sang pemilik kos tempat Kevin tinggal.
Perlahan Kevin masuk ke kamarnya dan mengambil bayi itu dari kolong tempat tidurnya.
Bu Ning membelalakkan kedua matanya saat melihat bayi merah yang ada di hadapannya.
"Mas Kevin...! Bayi siapa ini? jangan-jangan ini bayi pacarmu ya...!" Tuduh Bu Ning. Kevin langsung menggelengkan kepalanya.
"Bukan Bu...sumpah...semalam ada di depan kamar saya..." Jelas Kevin.
"Semalam? Aku tidak mendengar suara tangisan bayi..."
"Sudah tengah malam Bu...yah sekitar jam 11 lewat lah...pas saya pulang kerja..."
"Mas Kevin tidak sedang berbohong kan??" Tanya Bu Ning menyelidik.
"Ya ampun Bu...sudah berapa lama saya tinggal disini? Mana pernah saya bohong sama ibu, kecuali waktu kerja bakti saya pura-pura sakit..." Jawab Kevin.
"Ooo....jadi waktu itu kamu cuma pura-pura ya...awas ya kamu...!"
"Maaf Bu...hehehe...ketahuan deh..."
"Sekarang ayo kita laporkan penemuan bayi ini ke kantor polisi..." Ajak Bu Ning.
"Jangan Bu...!" Sergah Kevin.
"Kenapa?"
"Bayi ini amanat buat saya..."
"Apa maksudmu?"
Kevin mengeluarkan secarik kertas surat yang dia baca semalam, kertas yang sempat dia remas dan di buang, namun dia memungutnya kembali.
Bu Ning membaca isi surat itu. Kevin langsung menarik tangan Bu Ning masuk kedalam kamarnya.
"Jadi bayi ini gimana Mas? Atau mau di taruh saja di panti asuhan?" Tanya Bu Ning. Kevin nampak berpikir.
"Tadinya saya juga berpikir begitu Bu...mau menaruhnya di panti asuhan...tapi..."
"Tapi kenapa Mas?"
"Saya rawat bayi ini saja Bu...saya akan mengadopsinya..." Ucap Kevin.
"Hah? Kau yakin? Kau bahkan belum menikah, bagaimana mungkin kau akan jadi ayah tanpa menikah..."
"Ini hanya sementara Bu...kan disurat itu katanya lima tahun bayi ini akan di ambil lagi...jadi tidak masalah dong..."
"Terserah lah...asal dia tidak menyusahkan mu..."
"Trima kasih Bu..."
Bu Ning langsung pergi begitu saja meninggalkan kamar Kevin. Sementara Kevin masih tetap berdiri sambil menggendong bayi mungil itu.
"Nah Meira....mulai sekarang kau harus panggil aku Daddy ya....Daddy....Meira akan menjadi anak Daddy..." Ucap Kevin sambil mengecup lembut kening Meira, bayi mungil itu pun tersenyum.
**********
Kevin merogoh ponselnya kemudian memencet nomor seseorang, Bayi Meira nampak sedang tertidur di tempat tidur Kevin.
"Halo..."
"Halo...Mbak Yanti, hari ini aku ijin tidak masuk kerja ya..." Kata Kevin. Yanti adalah kepala Toko di minimarket tempat Kevin kerja.
"Lho.. kenapa kamu ijin?"
"Ini lho mbak...perutku mules...besok aku masuk deh..." Bohong Kevin.
"Awas lho Mas...kalau besok tidak masuk lagi...ku potong gajimu..." Kata Yanti yang kemudian langsung menutup teleponnya.
Kevin memandang Meira yang mulai membuka matanya, bayi itu tersenyum kecil, namun membuat hati Kevin sejuk.
"Mei... hari ini kita belanja keperluan mu ya...tempat tidur untukmu, juga selimut dan popok...ibumu pelit sekali hanya membawakan sedikit...biar nanti Daddy yang belikan ya...kau jangan takut...Daddy tidak akan menelantarkan mu..." Ucap Kevin.
Kevin menghempaskan tubuhnya di samping Meira, dia mengingat kejadian setahun lalu, sebelum dia meninggalkan rumah besarnya yang bak istana.
* Flash back on *
"Kevin...pokoknya kau harus menikahi Angela, karena Papa sudah janji dengan Pak Tomo, untuk menjodohkan kalian..." Kata Pak Herry, Papa Kevin.
"Tidak Pa...ini bukan jaman Siti Nurbaya...aku bisa mencari jodohku sendiri!" Sahut Kevin.
"Kau punya perusahaan besar, wajahmu sangat tampan, banyak gadis yang mengejar mu...apa kau mau harta kita jatuh ke tangan orang yang tak dikenal?"
"Pokoknya aku tidak suka dijodoh-jodohkan...aku ini sudah dewasa Pa...bukan anak kecil lagi yang hidupnya harus di atur-atur...!"
"Papa tidak perduli! keluarga Tomo itu sudah banyak membantu perusahaan Papa...!"
"Tapi bukan berarti aku yang harus berkorban! Lagi pula, perusahaan ku yang sekarang tak ada hubungannya dengan keluarga Tomo, aku membangunnya sendiri karena jerih lelahku!" Bantah Kevin.
"Pokoknya Papa tidak mau dengar lagi alasanmu...Minggu depan kau harus menikahi Angela. Titik!!" Seru Pak Herry sambil bergegas meninggalkan Kevin yang masih berdiri.
Bu Dewi, Mama Kevin langsung mendekati putranya itu, lalu wanita paruh baya itu membawa putra semata wayangnya untuk duduk di sofa.
"Jangan membantah Papamu Kevin, kau tau Papamu begitu keras, ternyata kau sama saja, mewarisi sifat Papamu itu..." Ujar Bu Dewi lembut.
"Karena aku merasa benar..." Jawab Kevin.
"Kau tentu kenal dengan Papamu...dia tak akan pernah berhenti sampai tujuannya tercapai..."
"Kalau begitu...aku akan pergi dari rumah ini..." Ucap Kevin.
"Jangan Nak...kaulah satu-satunya harapan Mama...jangan membuat Mama sedih..." Bu Dewi memandang putranya dengan wajah sendu.
"Mama...aku sudah dewasa...aku bisa mengurus diriku sendiri...percayalah padaku, dimana pun aku berada, aku selalu mengingat Mama...aku hanya ingin Papa sadar, tidak semua kehendaknya harus terwujud..." Kevin lalu bangkit berdiri dan berjalan menuju ke kamarnya.
"Kevin...!" Panggil Bu Dewi. Kevin tetap melangkah tanpa menoleh lagi.
Malam itu, Kevin berkemas meninggalkan rumah besarnya, dia hanya membawa barang-barang seperlunya. Tepat jam 1 malam, dia keluar dari rumah itu. Tanpa membawa fasilitas apapun.
"Pak Yoga, antarkan Aku ke stasiun..sekarang juga..." Kata Kevin pada Yoga, supir pribadinya.
"Tapi Den, kalau tuan tanya bagaimana?" Tanya Yoga cemas.
"Jangan katakan apapun...kita jalan sekarang, cepat!" Seru Kevin.
"Ba Baik Den..." Sahut Yoga.
"Setelah sampai depan stasiun, kau segeralah balik! Kalau Mama menanyakan ku, bilang saja tidak tau...kau paham?"
"Paham Den..."
Pada malam itu juga, Kevin pergi meninggalkan rumah besarnya menuju ke stasiun, dia akan pergi jauh meninggalkan kotanya, dan pada saat itu, dia tidak memiliki tujuan kemana dia akan pergi.
Kereta itu membawanya sampai ke Surabaya, di ujung pulau Jawa. Di kota inilah Kevin akan memulai hidupnya yang baru.
Kevin pergi hanya membawa beberapa buah baju di dalam tas ranselnya, dia tidak membawa dokumen apapun kecuali KTP. Ijasah dan surat penting lainnya dia tinggalkan di Jakarta, di rumah besarnya.
Di kota inilah dia bertemu Yanti di sebuah kedai kopi, melalui Yanti yang adalah kepala toko di sebuah minimarket, Kevin mendapat pekerjaan sebagai pegawai di minimarket tempat Yanti bekerja.
Perusahaannya di Jakarta untuk sementara waktu dia percayakan pada Paul untuk mengelolanya, sepupunya yang sangat dia percayai.
*Flash back off*
Oweeek....Oweeekkk....
Suara tangisan Meira membuyarkan lamunan Kevin. Kevin segera mengangkat Meira.
"Cup....cup...cup...kenapa sayang? Anak Daddy lapar atau apa nih...aduh...Mei belum bisa bicara ya..." Ujar Kevin panik.
Buru-buru Kevin membuatkan Meira susu, namun Bayi mungil itu masih tetap menangis. Kevin bingung dibuatnya.
Akhirnya Kevin melepas popok Meira, benar saja, bayi mungil itu ternyata sedang pup. Kevin menutup hidungnya.
"Aduh...kau menyusahkan sekali! Masa aku harus membersihkan ini?? Aku ini laki-laki yang belum pernah menyentuh bayi! Apalagi membersihkan daerah sensitif ini....Oh my God!" Kevin nampak frustasi.
Namun laki-laki itu tidak punya pilihan lain, mau tidak mau dia harus membersihkan kotoran bayi mungil itu.
Kevin mengambil tissue dan air hangat, kemudian mulai membersihkan bayi itu, mulanya Kevin merasa sangat jijik, namun apa boleh buat, siapa lagi yang akan mengurus bayi malang itu.
Setelah selesai, Kevin mengganti semua pakaian Meira, tidak ada bedak apalagi minyak telon.
Kevin mulai menekan tombol ponselnya untuk menelepon Yanti, ya, hanya Yanti saat ini yang bisa membantunya.
"Halo...kenapa Mas Kevin?" Tanya Yanti.
"Mbak...tolong ambilkan di minimarket, popok bayi baru lahir, tissue basah, minyak telon, bedak bayi...terus apa lagi ya keperluan bayi...?" Kevin menghentikan perkataannya.
"Mas Kevin apaan sih? Lagi mimpi ya...bayi? Bayi siapa? Aneh deh ah...!"
"Please Mbak...suruh ojek online kek yang antar ke tempat kos aku...ini penting mbak...nanti aku ganti uangnya...pokoknya bawakan apa yang aku sebutkan tadi oke..?"
"Iya...iya..."
"Aku tunggu lho mbak...jarak toko ke kos aku kan cuma 10 menit..."
"Iya bawel deh ah...sabar dulu mas...ini lagi diambilin...!" Seru Yanti.
"Jangan galak-galak mbak...susah jodoh lho..."
"Tau ah...nih sudah semua...di tunggu!" Yanti segera menutup teleponnya.
Kevin menarik nafas lega.
"Akhirnya Mei...kau akan wangi seperti bayi pada umumnya...jalan-jalan beli tempat tidur nanti sore aja ya...Daddy capek mau bobo...jangan rewel ya..." Kevin segera merebahkan tubuhnya di samping Meira. Ranjang itu jadi sangat sempit karena kini ada penghuni baru.
Tok....tok....tok....
Baru saja Kevin mau memejamkan mata, suara ketukan pintu mengusiknya lagi. Dengan malas Kevin membuka pintu kamarnya.
"Nih pesananmu!" Tiba-tiba Yanti sudah berdiri di hadapan Kevin.
"Lho mbak...cepat amat, katanya mau dikirim pakai ojek online..."
"Aku naik motor sendiri! penasaran, bayi siapa yang kau maksud?" Tanya Yanti penasaran.
"Oke...sini masuk...kenalkan ini adalah anak aku, namanya Meira....Meira...dia akan tinggal bersamaku disini...mulai saat ini, aku yang akan jadinya daddy-nya Meira..." Ucap Kevin.
Yanti terkesiap dengan mulut yang menganga lebar.
*********
Yanti langsung masuk kedalam kamar kos Kevin dan langsung memuku-mukul tubuh Kevin.
"Dasar kau mesum! Sampai punya anak di luar nikah! Kau sungguh sangat bejat!! Aku tertipu dengan muka polos mu itu Mas Keviiinn!!!" Yanti terus memukul Kevin dengan kalap sampai Meira menangis karena kaget.
"Mbak...Mbak Yanti...dengar aku dulu mbak...aku tidak seperti itu...dengar aku dulu...kau jangan menuduhku sembarangan...!!" Kevin berusaha menghindari pukulan dari Yanti.
"Kau mau alasan apalagi hah?? Hari ini bahkan kau telah membohongiku...katanya kau ijin tidak masuk karena sakit perut, sekarang malah ada bayi ini di kamarmu...!!" Sengit Yanti.
"Mbak...suaramu itu lho...bikin kaget anakku tau...!" Seru Kevin.
"Nah, tuh kan...sekarang kau mengakuinya kalau itu anakmu!! Dasar laki-laki bejat!! Kenapa kau tidak bilang selama ini kalau kau punya pacar Hah???!" Yanti kembali memukuli kevin sampai dia kelelahan sendiri.
"Semalam waktu aku pulang kerja Mbak...bayi itu sudah ada di depan kamarku ..aku tidak tau siapa orang tuanya...!" Jelas Kevin sambil ngos-ngosan karena habis di pukuli Yanti.
"Bohong!!"
"Betul Mbak...tanya saja Bu Ning, ibu kos ku...aku kasihan sama bayi ini, makanya aku angkat anak saja..." Jelas Kevin.
"Kenapa kau tidak bawa saja ke kantor polisi atau ke panti asuhan?"
"Tuh baca suratnya! Ibunya menitipkannya padaku...!" Kevin melempar gumpalan kertas yg sudah lecek itu ke hadapan Yanti. Yanti memungut dan membacanya.
"Jadi benar bayi ini bukan anak kandungmu Mas?" Tanya Yanti sambil tersenyum cerah.
"Ya bukan lah...aku ini masih segel tau!!" Cetus Kevin.
"Ya siapa tau Mas..."
"Sudah deh Mbak...lebih baik balik ke toko sana, kasihan si Joni jaga sendirian..." Kata Kevin.
"Ya udah, aku balik sekarang..." Yanti langsung berdiri dari tempat dia duduk tadi.
"Mbak Yanti, besok aku ijin bawa Meira kerja ya...masa dia di tinggal sendirian di kamar..."
"Kamu mau kerja apa mau ngurus anak Mas..."
"Ya kerja lah...sambil ngurus anak..." Sahut Kevin.
"Oke...asal bayimu tidak mengganggu pekerjaanmu ..."
"Aduh...trima kasih Mbak...Mei...besok ikut Daddy kerja ya Mei..." Ucap Kevin sambil mencium pipi bayi mungil itu.
"Daddy...Daddy....kayak orang kaya saja!" Cetus Yanti sambil berjalan keluar dari kamar kos Kevin.
*********
Sore itu, Kevin berencana akan membeli tempat tidur untuk Meira, karena tidak mungkin dia tidur di ranjang Kevin yang sempit itu. Kevin mencatat di kertas kecil, apa-apa saja yang akan dia beli untuk keperluan Meira.
"Nah Mei...ikut Daddy ya...sebentar lagi Mei akan punya box bayi, supaya Mei lebih nyaman Bobonya...gak kesempitan lagi..." Kevin mengajak Meira berkomunikasi.
Setelah selesai, Kevin menggendong Meira keluar dari kamar kosnya.
Beberapa penghuni kos yang baru pulang kerja mendekatinya.
"Bayi siapa tuh Mas?" Tanya Bang Soleh, yang juga kos di tempat Kevin.
"Oh...ini bayiku, Meira namanya..." Sahut Kevin.
Kevin bingung menjelaskan asal usul bayi yang tak jelas itu, lebih baik di akui saja bayi itu sebagai anaknya, walau banyak orang yang akan mencibirnya.
"Waduh...tidak di sangka nih...Mas Kevin diam-diam...jago juga bikin anak....untung tanggung jawab...mana nih ibunya??" Kevin hanya tersenyum menanggapinya.
"Makanya pakai pengaman dong Mas!" Celetuk Anto, seorang mahasiswa yang juga kos di tempat itu. Lagi-lagi Kevin hanya nyengir mendengar perkataan si Anto.
Beberapa penghuni kos nampak sedang berbisik-bisik. Kevin cepat-cepat berlalu dari tempat itu, mencoba tidak memperdulikan pikiran mereka terhadapnya.
"Kau dengar Mei, Daddy akan melindungimu dari orang-orang jahat...Daddy akan rawat kamu sampai besar...sampai nanti ibumu menjemputmu...sekarang kau adalah milik Daddy, Daddy untuk Meira..." Ucap Kevin.
********
Di sebuah Mall kecil di kota itu, Kevin berjalan sambil mengendong Meira, kesebuah toko perlengkapan bayi.
Beberapa mata memandang aneh terhadapnya, jarang ada seorang laki-laki muda yang menggendong bayi sendirian.
Ketika Kevin sampai di dalam toko perlengkapan bayi, dia melihat-lihat model box dan barang-barang lain yang diperlukan Meira. Dia sangat tertarik ingin membelinya, namun dia teringat kamar kosnya yang kecil, yang hanya berukuran 4x4 meter.
"Mbak...box yang itu berapa harganya?" Tanya Kevin pada seorang penjaga toko itu.
"Oh...yang ini harganya 1,5 juta Mas..." Jawabnya.
"Hmm...mahal juga ya...tapi tak apalah...aku mau yang itu" Kata Kevin sambil menunjuk sebuah box yang terlihat cantik dan nyaman.
"Sama stroller yang itu berapa Mbak?" Kevin menunjuk lagi sebuah Stroller.
"Kalau yang itu 1,2 Juta Mas...ini Mas nya kok belanja sendirian? Mana nih istrinya....kasian amat sih ganteng-ganteng ngurus bayi sendirian..." Kata si penjaga toko itu.
Kevin hanya tersenyum kecut menanggapinya.
"Tolong di siapkan ya Mbak...dan di kirim ke alamat ini..." Kevin menyodorkan secarik kertas berisi alamat kos nya.
"Siap Mas....ada lagi yang lain Mas?"
"Sudah cukup...!" Sahut Kevin sambil melakukan transaksi pembayaran menggunakan kartu kredit platinum.
Setelah selesai pembayaran, Kevin duduk di sebuah restoran cepat saji di dalam mall tersebut.
Tubuhnya pegal juga beberapa jam menggendong bayi, apalagi Meira mulai gelisah, buru-buru Kevin mengambil botol susu dari dalam tas Meira, lalu mulai menyusui bayi mungil itu.
Beberapa pasang mata menatap iba kepadanya.
Kevin merogoh ponselnya dari dalam saku celananya, dia mulai menelepon seseorang.
"Halo..."
"Halo Paul...bagaimana kabarmu?"
"Vin?? Kau dimana sekarang? Om Herry terus menanyakanmu...apalagi Mamamu...bahkan kau sudah di masukan iklan di media sosial..."
"Aku baik dan ada di suatu tempat, jangan kau beritahu siapapun nomor ponselku yang baru.... perusahaanku aman kan?"
"Aman Vin..."
"Bagus! Aku butuh uang...tolong transfer aku uang 500 juta, aku butuh membeli sebuah rumah kecil.."
"Tapi katakan dulu...di mana keberadaan mu??" Tanya Paul.
"Belum waktunya bro...saat ini aku butuh uang itu secepatnya...kau kan tau aku belum bisa mengambil uangku sendiri....bukankah kau memegang rekening perusahaan?"
"Ya...ya...kau kirim saja nomor rekening mu...secepatnya aku akan tansfer..."
"Bagus....aku tunggu!!"
Kemudian Kevin mematikan ponselnya.
"Nah Meira...sebentar lagi kita akan pindah dari rumah kos itu, kita akan tinggal di rumah kita sendiri...supaya kau bisa bermain dengan nyaman..." Ucap Kevin.
Kevin kembali bangun dari duduknya setelah menghabiskan satu gelas minuman dingin. Dia langsung memesan taksi online di aplikasi ponselnya Lalu dia segera berjalan menuju ke pintu keluar.
Dari kejauhan, nampak seorang wanita cantik bermata bening yang selalu memperhatikan Kevin dan bayinya dengan pandangan mata yang sendu.
***********
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!