Meisya adalah seorang gadis desa, yah bisa di katakan gadis desa, ia baru saja menginjakan kaki di kota yang cukup besar dan meninggalkan keluarga untuk menyambung sekolahnya.
Karena ekonomi keluarga yang serba kekurangan Meisya memantapkan hati untuk ikut dengan tantenya dan berharap ia bisa melanjutkan sekolahnya.
Meisya tidak ingin seperti kakak dan adiknya yang memutuskan untuk berhenti sekolah.
Meisya yakin dengan dirinya sendiri dapat menyelesaikan pendidikannya dikota sambil bekerja dan tidak akan menyusahkan orang tuannya.
Walau berat para keluarga melepaskan kepergian Meisya dengan harapan dapat mewujudkan impiannya.
Meisya menahan air matanya saat harus berpisah, ia tak ingin terlihat sedih di hadapan keluarga yang ia cintai itu.
senyum manis terus menghiasi bibir Meisya,
ketegarannya membuat keluarganya lebih tenang melepas kepergiaannya.
" jaga diri sayang saat di kota orang " pesan Rahma Ibu Meisya, Meisya mengangguk dan memeluk ibunya.
" kami akan menunggu kepulanganmu Sya " ujar Sherly kakak Meisya.
" emmmm" jawab Meisya sambil menahan air matanya yang hampir saja keluar. ini adalah pertama kali ia memeluk kakaknya itu, selama ini ia hanya bertengkar tanpa ada yang mau mengalah.
" ingat jadilah sosok yang diharapkan kehadirannya dan sangat di rindukan saat pergi" pesan Ryan, mendengar itu Meisya hanya mengangguk tapi tidak terlalu mengerti apa maksud dari perkataan sepupunya itu. selesai pamitan Meisya melangkah menjauh dari keluarganya, pada saat membalikan badan, air mata yang sejak tadi ia tahan mengalir deras, ia terus melangkah tanpa menoleh dan mempercepat langkahnya.
kapal pelni yang ia tumpangi telah berlayar menjauh dari kota kelahirannya itu. Meisya berharap ia akan belajar dengan giat dan kembali dan bisa mengubah kehidupan orang tua dan saudara-saudaranya.
" menangislah jika ingin menangis" suara Diana
yang berdiri di belakang meisya sambil, menepuk bahu Meisya
" nggak tante, aku sudah cukup menangis" ujar Meisya dengan senyum dan mata yang masih sembab.
" aku memulai semua ini dengan niat yang baik, semoga akhirnya juga baik" batin Meisya
🛳🛳🛳
Dua malam dua hari berlayar di laut, akhirnya
Meisya sampai, tapi belum sampai di tujuan karena
mereka harus naik taxi hingga enam jam barulah sampai di rumah Diana.
Meisya yang pertama kali melakukan perjalanan jauh,
mengalami mabuk darat. sesampainya di rumah
tante Diana, Meisya langsung merebahkan badan di
atas kasur, kamar yang telah di sediakan Diana
tak butuh waktu yang lama Meisya tertidur pulas, karena masih jam 12 malam, sehingga Meisya tak lagi bisa menahan kantuknya.perut yang masih mual, kepala pusing membantunya tidur dengan cepat.
Matahari mulai muncul dan menyinari pagi, hingga pagi menjadi sangat cerah. Meisya membuka matanya dan memandang seluruh isi kamar, ia sadar ia tak lagi di rumah orang tuanya, kamar yang ia tempati sekarang terlihat lebih mewah.
Diana adalah tetangga Rahma Ibu Meisya, mereka dari desa yang sama dan lulus dari sekolah yang sama, setelah lulus SMA Diana lebih memilih untuk kuliah di luar kota, karena belum ada perkuliahan di kota temat tinggal mereka, sedangkan Rahma tidak melanjutkan kuliahnya karena kondisi dan ekonomi yabg tidak memadai, Rahma lebih memilih untuk merantau mencari kerja. Diana menemukan jodohnya di kota dan menikah.
walau hanya sekedar kenalan orang tua Meisya, ia menganggap Meisya seperti ponakan kandung, Diana memiliki delapan anak. anak pertama sudah berkeluarga. ke tiga dan ke empat sekolah luar kota. Anak kedua adalah seorang guru anak ke lima masih duduk di bangku SMP e ke enam dan ke tujuh masih SD dan yang bungsu masih berumur 2 tahun.
" Meisya, kamu sudah bangun?".
"iya, tante" ujar Meisya
"sana, mandi, biar seger"
Meisya masuk kembali ke kamar dan mencari baju ganti dan handuk di tas yang ia bawah. kamar mandi juga sudah tersedia dalam kamar, sehingga ia tak perlu keluar kamar lagi.
selesai mandi Meisya membantu tante Diana di dapur menyiapkan sarapan dan mencuci piring.
walaupun memiliki rumah yang begitu besar tante Diana tidak memiliki pekerja yang membantunya.
Selesai menyiapkan sarapan tante diana mulai membangunkan anak-anaknya yang masih tidur
" bunda udah pulang " Tanya Nisya saat membuka matanya.
" iya baru nyampe tadi malam" sambil membangunkan Putri dan Lavina
" bundaaa" Putri langsung memeluk ibunya, mendengar suara Putri, Lavina juga membuka mata, ia bangkit dan ikut memeluk tante Diana.
" udah hilang kangennya kan? sekarang waktunya mandi dan sarapan". ujar tante Diana sambil mengusap kepala anak-anaknya.
selesai sarapan tante Diana memperkenalkan Meisya sebagai anggota keluarga baru mereka.
" bagus deh, ada yang masakin kalau bunda nggak di rumah." celetuk gadis kecil yang masih kelas 2 SD itu.
" bener banget, jadi bunda bisa lebih sering jenguk nenek kan". jawab tante Diana membalas celetuk Lavina.
" tapi jangan terlalu sering bunda" sambung Nisya
" baiklah para nyonya-nyonya"
" ko Ayah nggak kelihatan bun?" tanya Nisya
"tidur di kamar tamu. Biar aja ayah masih ngantuk banget.
🌮🌮🌮
Tampak Meisya sudah mulai akrab dengan semua anak-anak Diana. Melihat itu Diana tersenyum dan bahagia ternyata anak-anaknya menerima Meisya dengan tangan terbuka.
"kak, kakak masuk SMA ya" tanya Nisya
"iya, tapi belum mendaftar, ada nggak sekolah yang dekat dari sini?"
" ada kak, mau liat nggak?" ujar Nisya
" emang boleh?"
" boleh dong kak, ntar aku ijin dulu sama bunda" Nisya berlari masuk rumah, Lavina dan Putri masi Asyik bermain sepeda di halaman rumah.
Nisya mengawasi kedua anak yang asyik berlomba sepeda tanpa menghiraukan keadaan sekitar.
" dulu aku pernah ingin memiliki sepeda, atau sepatu roda agar bisa bermain bersama teman-temanku, tapi keinginan itu tidak pernah tercapai, aku iri pada kedua anak ini" batin Meisya sambil tersenyum sedih.
" kak, kata bunda, tunggu kak Fatih aja"
" kak Fatih?" Meisya bingung
" hem, baru aja bunda bangunin"
" kita kan liat-liat sekolah aja, kenapa harus di temanin sama kak Fatih?"
"kata bunda sekalian daftar kak. minggu depan kan udah mulai sekolah".
" ohhh... baiklah" jawab Meisya merasa bersalah.
Tiga puluh menit telah berlalu, belum ada tanda-tanda fatih keluar. tiba Meisya kaget karena teringat sesuatu.
" bentar ya syah"
Meisya melangkah masuk kamar dengan terburu-buru untuk mengambil segala berkas untuk mendaftarkan dirinya di sekolah. saat membuka pintu kamar untuk keluar tampak seseorang juga buru-buru menuruni anak tangga.
" upss, sorry. kamu Meisya" Fatih mendekati Meisya
"oh..iy, aku Meisya sambil mengulurkan tangan untuk memperkenalkan namanya. Fatih menyambut uluran tangan itu dan memperkenalkan dirinya.
" Fatih" jawabnya singkat,
" kamu bisa panggil aku kak Fatih, seperti adek-adek yang lain" sambungnya dengan senyum manis,
" Ehmmm, apa kalian belum selesai.."
" oohhh bunda, Fatih kangen". sambil mencium pipi bundanya.
"baik bunda, kami berangkat dulu yah".
"hati-hati" pesan Diana
Meisya melangkah mengikuti langkah Fatih. menuju sekolah di sebrang jalan.
Nisya dan kedua adiknya sudah berjalan dengan mengendarai sepeda yang mereka kendarai masing-masing. Meisya menatap Fatih yang berjalan tepat sejajar di sampingnya. lelaki yang tepat di sampingnya itu tidak terlalu memperhatikannya, atau mungkin ia tidak ingin menggubris tatapan itu.
"kak.."
"hemmm..."
" maaf, jadi ganggu tidur kakak"
" ya nggak lah, kakak senang ko"
" tapi kayaknya tadi tante bangunin karna harus temanin aku mendaftar"
" nggak juga, sekalian kakak kerja, makanya bunda bangunin"
"oh... memang kakak nggak libur?"
" hemmm... kakak tahun ini yang bertugas menerima murid baru"
" ohhh... kalau gitu kakak antar sampai disini aja, biar aku urus sendiri pendaftarannya".
" hai Dir, udah lama"
" sekitar 40 menitan yang lalu, murid baru?" sambil menatap Meisya dengan senyuman
" iya, sepupu aku"
" Mei, masuk! silahkan duduk" melihat Meisya yang masih bingung, Fatih memberi penjelasan yang menghilangkan kebingungannya.
" Oiya... Kak Fatih kerja disini, dan sekarang kakak sama pak Dirga yang bertugas menerima murid baru"
mendengar penjelasan Fatih, Meisya menjadi sedikit lega, setidaknya ia tidak mengusik tidurnya di hari libur. Meisya duduk di depan Fatih dan menyelesaikan urusan administrasi dan mengisi formulir pendaftaran.
" mau langsung pulang?"
" kakak masih lama?"
" hemmm... jam 12 baru pulang"
" kalau gitu, aku liat-liat sekolah dulu" ujar Meisya beranjak dari duduknya dan berjalan keluar.
saat akan menuruni tangga ia berpapasan dengan seorang wanita separuh baya yang bertanya padanya.
" maaf nak, apa masih menerima murid baru"
" iy tante masih, silahkan tante" jawab Meisya sopan, setelah ibu itu hilang dari pandangannya Meisya kembali melanjutkan langkahnya.
Meisya berjalan mengitari sekitar sekolah. Terakhir ia berjalan menuju belakang sekolah, ada sebuah pohon yang cukup rindang menarik perhatian Meisya dan memutuskan untuk istrahat di bawah pohon tersebut.
" Mak, pak, aku sudah menyelesaikan pendaftaran ku. Aku bahkan sangat bahagia, uang yang ku tabung dari jualan jambu, mencuci dan menyetrika benar-benar membantu segala urusan sekolahku, ternyata usahaku tak sia-sia" . Air mata mengalir begitu deras melewati setiap inci pipi Meisya.
sambil memukul dadanya ia mencoba agar tidak mengeluarkan suara yang mungkin akan ada orang yang mendengar suara tangisnya.
" kamu bisa menangis, jika ingin menangis." sebuah suara dari balik pohon mengagetkan Meisya, spontan menghapus air mata dan menutup wajahnya.
" tenang aja di sini nggak bakalan ada yang datang, kan masih pada liburan." sambung orang tersebut.
" apa kamu murid baru?." Meisya hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan tersebut.
" aku Arya kelas dua." perkenalannya tidak digubris oleh Meisya. Walau tidak ada respon dari lawan bicaranya itu, Arya terus bicara.
" apa kamu tau, kenapa ada air mata?." Meisya masih tetap diam
" kata mario teguh menangislah dalam deritamu jika kamu ingin menangis, karena air mata adalah do'a di saat engkau tak mampu berbicara ."
" so sekarang kamu bisa mengeluarkan air mata penderitaan itu dan bangkitlah kembali."
" terima kasih." dengan suara pelan
" ucapan itu kedengarannya tidak tulus." goda Arya
Meisya membalikan badannya menghadap Arya yang sejak awal ia terus membelakanginya.
tidak berani menatap wajah Arya, Meisya mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan namanya.
" Meisya." melihat itu Arya tersenyum dan menyambut uluran tangan itu. ternyata wanita didepannya itu sangat polos.
" Arya." balasnya
" apa kamu tidak ingin menangis lagi, aku akan menemanimu
" nggak, aku udah nggak pa-pa kok."
"Itu bagus, karena aku juga bingung harus berkata apa lagi untuk menghiburmu"
" maaf dan terima kasih, pada hal ini pertama kalinya kita bertemu tapi..."
" nggak pa-pa, siapa tau pertemuan ini akan memiliki makna yang tersembunyi" Arya masih menggodanya.
" maksudnya?"
" hahaha... aku cuma bercanda"
Meisya mulai merasa nyaman dengan sikap yang Arya tunjukan padanya. Ia mulai bercerita tentang dari mana asalnya dan banyak hal tentang dirinya. begitu juga dengan Arya, mereka saling bertukar cerita dengan sangat ceria.
Arya menatap Meisya yang masih asyik berbicara,ia pun senang karena Meisya telah lupa akan kesedihannya.
" Sya... Meisya" Fatih memanggilnya
" aku harus pulang."
Meisya berdiri, Arya juga ikut berdiri saat melihat yang datang adalah Fatih.
" Assalamualaikum pak."
" waalaikumsalam Arya, ibu kamu udah pulang loh"
" iya, ibu pulang sama Aldo."
" tapi kayaknya tante nyari deh tadi."
" aku udah sms Aldo untuk pulang sama ibu."
" oh.. gitu, kalau gitu yuk kita pulang."
" kak, ini kan masih jam 11."
" hmmm... trus kenapa?." tanya Fatih
" em...nggak pa- pa, kayaknya tadi Meisya salah dengar deh kalau kak Fatih bilang pulangnya jam 12."
" kamu nggak salah dengar kok." jawab Fatih santai
" kalian saudara?" Arya menyela pembicaraan Meisya dan Fatih.
" Iya, kak Fatih sepupu aku."
" sepupu?" pertanyaan Arya hanya mendapatkan anggukan dari Meisya dengan senyum manisnya.
" kalian tinggal serumah."
" iya, kan tadi aku udah bilang, aku tinggal sama tante disini." mendengar itu Arya hanya mengangguk dan menatap ujung sepatunya. dan suasana menjadi hening, hingga tiba di gerbang sekolah.
" Mei...apa aku boleh minta nomor kamu"
" nomor apa?" balas Meisya
" nomor HP ".
" aku nggak punya HP ".
" beneran?? tapi kok bisa?"
" dia masih harus fokus sekolah, kalau mau ngomong sama Meisya, hubungi aja nomor bapak."
" beneran ni pak?" Arya tampak bahagia
" makasi pak, Aldo udah jemput, aku pulang dulu." pamit Arya dan berlalu pergi. Tapi langkahnya terhenti dan kembali menghampiri Meisya.
" ayo menjadi teman." ujar Arya sambil mengulur tangan untu bersalaman, tanpa berfikir panjang Meisya menyambut tangan Arya dengan senyum lebar
" baiklah." Melihat adegan romantis itu Fatih memilih untuk berjalan duluan.
Meisya mengejar Fatih yang belum terlalu jauh, langkahnya menjadi sejajar.
" kamu kelihatan bahagia sya." menatap wajah Meisya yang masih memasang senyum manisnya.
" aku senang, benar-benar senang, sekarang aku sudah punya teman, yang paling penting dia cakep banget " balas Meisya dengan senyum lebar.
" apa kamu menyukainya?".
" aku sangat suka" jawab Meisya
" baguslah, semoga kamu betah tinggal disini".
" hmmm... makasi kak."
" iya sama- sama."
Meisya juga berharap semoga kedepannya ia bisa menyelesaikan setiap masalah yang ia hadapi. dan cita-cita tertingginya yaitu dapat membuatkan rumah yang layak untuk di tinggali keluarganya di masa depan.
" semoga kamu menjadi orang yang sukses Meisya, belajarlah dengan penuh semangat, jika nanti ada masa kamu merasa gagal, ingatlah kegagalan adalah awal kesuksesan. Tapi pada saat gagal kamu putus asa, maka semua akan hancur. Kamu akan menjadi orang yang hanya bisa bermimpi tetapi tidak bisa menjadi orang yang meraih mimpi" pesan dari guru Meisya dan juga tetangga Meisya, sebelum ia meninggalkan rumah menuju pelabuhan saat itu. Nasehat itu menjadi kekuatan tersendiri untuk Meisya saat merasa ingin menyerah. Tetapi saat ingat kata-kata itu ia akan kembali semangat.
Meisya membantu Diana menyiapkan makan malam, Nisya dan adik-adiknya asyik menonton TV di ruang keluarga. Tampak Fatih menuruni anak tangga dan melangkah menuju dapur.
" Fatih bantu ya bun."
" jangan kak, Meisya aja yang bantu tante."
" nggak pa-pa, kak Fatih udah biasa kok."
" maksudnya, kak Fatih bisa masak?"
" bisa dong." jawabnya dengan bangga
" wah... bukan kah kak Fatih terlihat sempurna. wajah tampa, pintar, bisa masak pula semoga aku bisa memiliki suami seperti kak Fatih." batin Meisya sambil menatap punggung Fatih yang memotong sayur-sayuran.
" Sya...Meisya."
" iya tante." Meisya kaget dan menatap Diana, dengan salah tingkah.
" siapkan piring- piring."
" baik tante."
" apa kamu melamun sya?"
"emmm....nggak kak." bohongnya dengan masih salah tingkah.
" jangan-jangan kamu..." sambil menatap Meisya
" memangnya aku..aku kenapa kak." Meisya semakin gugup.
" lagi jatuh Cinta sama Arya."
" Arya, siapa dia?"
" murid Fatih di sekolah bun, tadi mereka kenalan, dan anehnya mereka langsung akrab."
" bagus dong, tapi jangan pacaran ya Sya."
" baik tante, Meisya janji."
" bukan mau membatasi kamu, tapi kamu punya cita-cita yang harus kamu gapai. jangan sampai pacaran, putus dan membuat kamu depresi dan akhirnya pelajaran kamu terganggu."
" iya tante, Meisya ingat dengan tujuan Meisya."
" bunda ko jadi serius sich."
" nggak ko kak Fatih, Meisya senang, kata mama kalau ada yang marah sama kita demi kebaikan kita, berarti kita masih disayang, masih ada yang peduli."
" hmm..bener banget." Diana membenarkan perkataan Meisya.
selesai menyiapkan makan malam, Diana memanggil anak-anaknya dan Sultan suaminya.
" ternyata kakak sangat telaten di dapur." ujar Meisya saat menata meja makan.
" itu hanya menjadi hobi."
" kalau aku sama sekali tidak bisa masak."
" kalau begitu carilah suami yang pintar masak, seperti kak Fatih "
" Aamiiin, semoga dapat jodoh yang pintar masak."
" Aamiiin." sambung Fatih.
"Amiiinn" sambung yang lain dan mengambil tempat duduk masing- masing. Mendengar itu Meisya menjadi malu, ternyata pembicaraan dengan Fatih terdengar.
" belajar dulu, masih terlalu mudah untuk mikirin suami" Sultan memperingati Meisya
" baik om."
" baik ayah." sambung Fatih
" kalau kamu, sudah bisa menikah." mendengar perkataan ayah, semua tersenyum
" aku masih mudah ayah, umurku baru 23 tahun."
" tapi kamu kan sudah mapan."
"Ayah... makan dulu, ntar lagi baru lanjut."
akhirnya mereka makan dengan tenang, Fatih juga merasa lega. Melihat keluarga Diana membuat Meisya kembali teringat akan keluarganya.
" makanan sangat banyak untuk sekali makan, bagaimana keluargaku di kampung, apa malam ini mereka hanya makan nasi putih yang disiram air, atau mungkin." memikirkan keluarganya membuat Meisya tidak berselera makan.
" ko makannya sedikit banget kak?" Nisya bertanya
" kakak udah kenyang."
" kamu terlihat kurus, makan yang banyak, jangan malu." sambung om Sultan
" aku benar-benar kenyang Om." Meisya menolak untuk menambah makanan.
Meisya membereskan meja makan dan mulai cuci piring. Walau Diana sudah memperingatinya besok pagi baru cuci piring. Meisya berharap Nisya akan membantunya, ternyata begitu selesai makan Nisya langsung masuk kamarnya.
Meisya berfikir mungkin Nisya tidak terbiasa membersihkan rumah di malam hari. Tapi dari hari ke hari sikap Nisya tidak pernah berubah Nisya memang tidak pernah membantu pekerjaan rumah. Ia hanya asyik dengan laptop, tidak tau apa yang ia lakukan dari pagi hingga malam
💕💕💕
Meisya kembali ke kamar dan menghempaskan badannya di atas kasur. Rumah tampak sudah sangat sepi Nisya dan adik-adiknya sudah di kamar, padahal Meisya ingin mengobrol dengan anak- anak Diana.
Meisya tidak bisa tidur, ia tampak sangat gelisah. karena benar- benar tidak bisa tidur Meisya membuka pintu kamar dan melangkah keluar, ia mendekati pintu kamar Nisya karena masih ada suara ribut dari kamar tersebut.
tok..tok..tok Meisya mengetuk pintu kamar Nisya.
" put, buka pintunya" Suara Nisya
pintu kamar terbuka, tampak Nisya dan Lavina baring di atas kasur dan menatap layar laptop di hadapan meraka.
" kakak belum tidur?" tanya Nisya
" kakak blom ngantuk"
" kakak mau ikutan nonton nggak?" sambung Nisya
" mang lagi nonton apa?" Meisya mendekati Nisya dan menatap layar laptop tersebut.
" ini drama korea kak, cowoknya ganteng banget." ujarnya dengan wajah yang sangat berseri-seri.
" hmmm... ganteng sich, tapi kakak nggak terlalu suka nonton."
" rugi bangeet sich kak, padahal oppa-oppa korea tu buat seger otak kalau lagi banyak masalah, yakin deh kak semua masalah akan sirna." ujar Nisya sambil mengeratkan pelukannya di bantal guling yang ia peluk sejak tadi.
" gimana kalau kita ke atas aja."
" boleh, aku bawa laptop, biar kita nonton di atas aja."
dengan cepat Nisya menyetujui permintaan Meisya, senyum Meisya merekah indah, ini pertama kalinya ia bisa melihat suasana malam hari dari gedung tinggi. Putri dan Lavina berlari menaiki anak tangga Nisya mengikuti langkah Meisya.
" wah.. ternyata banyak kamar disini."
" iya kak, mungkin nanti kamar kita akan di pindah ke sini, soalnya di bawah mau di jadikan kamar tamu."
" ini kamarnya kak Tazkia, sebelahnya kamar kak Riana sama Kak Rifka, di depan masih kosong."
" trus di lantai atas juga ada kamar?"
" iya kak, di atas juga ada tiga kamar, tapi satunya udah di pake sama Fatih."
"wah ..... aku benar- benar di atas gedung tinggi, dan menatap langit malam. ini benar- benar membuatku sangat senang." Meisya menatap kendaraan yang terus mondar - mandir di temani cahaya bulan yang sangat lembut.
Saat berumur 12 tahun Meisya pernah bermimpi bisa menatap langit dan kota malam hari sambil duduk-duduk santai di balkon. dan akhirnya keinginan itu menjadi kenyataan.
Meisya berharap semoga keinginan-keinginannya yang lain juga bisa menjadi kenyataan suatu hari nanti.
" kak kita sudah terlalu lama disini."
" iya kak, Vina juga udah ngantuk."
" ok kakak juga udah ngantuk."
Karena sudah puas dengan pemandangan malam Meisya juga mulai merasa mengantuk, ia akhirnya kembali ke kamar dan mengeluarkan buku kecil yang ia beli saat akan meninggalkan kota kelahirannya. Meisya berharap buku itu menjadi teman yang bisa mengisi cerita-cerita hidupnya.
selesai menulis Meisya menyimpan buku tersebut dalam laci meja belajar yang ada di sisi tempat tidurnya.
" ma..pak, aku berharap bisa menyelesaikan pendidikan dan bisa mengubah masalah ekonomi yang kita hadapi. Walau hanya rumah kecil dan warung kecil depan rumah menjadi tiang ekonomi yang mana mampu menopang dan mencukupi dalam keseharian kita agar mamak dan bapak tidak harus lagi mencari sesuap nasi dari orang-orang yang selalu meremehkan kita." batin Meisya dan tampak air mata kembali mengalir, ia memiringkan wajahnya dan berusaha agar segera tertidur, tapi air mata itu tetap saja mengalir membasahi bantal yang ia gunakan. ia kembali memukul mukul dadanya untuk menghilangkan rasa sesak di dadanya.
" kuatlah dan yakinlah, semua akan berubah" ucapnya lirih menghibur dirinya dan kembali menutup mata.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!