"Kriiiiing...." Bunyi alarm pagi ini membangunkanku dari segala mimpi. Yaa..mimpi yang sangat jauh dari kenyataan hidup yang aku jalani.
Masih seperti biasa. Aktivitas rutin tiap hari. Bangun tidur,mandi,siap siap ke kantor. Jam 7.35...aku sudah sudah siap dengan beat putihku yang setia mengantarku kemana mana. Yaaa...seperti inilah rutinitasku setiap hari. Semenjak suamiku pergi tanpa kabar..aku memilih untuk tinggal di rumah kos yang tak jauh dari kantorku.
Hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai ke kantor.
Jam menunjukkan pukul 07.55 saat aku tiba di parkiran kantor. Sudah 4 tahun aku bekerja di sini..sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa kontraktor. Selama 4 tahun..tidak ada hal istimewa yang aku alami di tempat kerja. Sampai akhirnya..ketika ada karyawan baru yang masuk...disinilah cerita dimulai...
Adalah Arka..karyawan baru di divisi HRD yang menggantikan posisi HRD lama Pak Teguh..yang mengundurkan diri karena pindah ke Solo. Awalnya tidak ada yang istimewa sama sekali. Semua berjalan seperti biasa. Sementara aku bekerja di divisi penanganan customer. Yaa..aku adalah Delia. Adelia Diandra yag sangat pandai dalam mengatasi masalah customer. Tetapi..tidak dengan masalahku sendiri...
Kedekatan aku dan Arka dimulai saat kita menghandle sebuah proyek Rumah Sakit. Kita sering ngobrol dan meeting bersama untuk membahas proyek tersebut. Berawal dari obrolan masalah pekerjaan,lama lama kami saling cerita tentang kehidupan pribadi kami masing masing.
Arka tinggal bersama orang tuanya di sebuah rumah yang terletak agak jauh dari kantor. Dia sudah menikah dan tinggal berjauhan dengan istrinya yang di luar kota. Mereka belum dikaruniai anak. Konon ceritanya..pernikahan mereka karena perjodohan orang tua. Arka begitu santainya menceritakan kehidupan pribadinya kepadaku..tanpa ada rasa sungkan. Sementara aku masih menutup rapat rapat cerita pribadiku. Sampai detik ini..tidak seorangpun tahu..bahkan teman teman kantorku pun tidak tahu tentang kehidupan pribadiku. Aku memilih menutup rapat rapat cerita hidupku. Hanya ada satu orang yang aku percaya..dia adalah teman kuliahku. Mira,satu satunya teman yang tahu persis kehidupan pribadiku. Hanya kepada Mira aku bisa menceritakan semua keluh kesahku.
Siang ini jam menunjukan pukul 11.45. Teman temanku sudah mulai keluar untuk makan siang atau sekedar minum kopi. Aku masih berkutat dengan beberapa dokumen dan data customer yang harus aku follow up. Rasa lapar pun aku abaikan karena bagi aku..pekerjaan ini harus kelar hari ini. Target penjualanku harus masuk di bulan ini,karena aku mengingat banyak kebutuhan keluarga terutama mamaku yang harus aku pikirkan. Ah..sebegitu semangatnya aku? Tidak juga. Terkadang semua aku jalani karena pelampiasan dari semua masalah masalah hidupku.
3 tahun sudah usia pernikahanku. Ah..pantaskah disebut pernikahan? Aku menikah denga teman kuliahku..Hendry. Sejak awal kami pacaran,sebetulnya banyak ketidakcocokan. Hendry adalah tipe orang yang arogan dan emosional. Sejak awal pacaran hampir hari hari kami diisi dengan pertengkaran. Dia yang selalu cemburu buta membuat hubungan sosialku dengan teman temanku jadi terbatas. Semua aktivitasku pun terbatas karena Hendry tidak suka aku sering beraktivitas di luar rumah.
"Hei..kamu gak makan siang?" Tiba tiba Arka datang sambil menepuk bahuku..membuyarkan semua lamunanku. "Ntar..belum selesai.." jawabku masih berkutat dengan pekerjaanku. Dengan setia Arka duduk di bangku sebelahku..menungguku menyelesaikan pekerjaanku.
Setelah kurang lebih 20 menit Arka menungguku menyelesaikan pekerjaan,akhirnya kami berjalan bersama keluar kantor untuk makan siang. Kami mencari tempat makan yag tidak jauh dari kantor. Setelah memesan makanan kami pun duduk di meja no 12. Sambil menunggu pesanan datang,kami pun membicarakan masalah pekerjaan. Proyek yang sedang kami tangani lumayan besar juga sehingga membutuhkan koordinasi yang intens agar tidak terjadi kesalahan dalam hal teknis maupun manajemen.
Selama kami makan siang sambil membahas pekerjaan,aku merasakan ada sesuatu yag beda dari Arka. Aku merasakan tatapan yang berbeda dari matanya yang tajam. Tidak..aku tidak boleh berpikir terlalu jauh. Aku tidak boleh terlena dengan semua sikap Arka terhadapku. Tidak bisa dipungkiri,Arka memang sosok lelaki idaman. Postur tubuhnya yang tinggi (karena dia mantan atlit basket di kampusnya dulu). Kulitnya yang putih bersih,ditambah tatapan matanya yag tajam,membuat siapapun yang dekat denganya pasti merasa nyaman.
Kami kembali ke kantor setelah sekitar 1 jam menghabiskan waktu istirahat. Kembali ke rutinitas masing masing. Akupun melupakan sejenak segala keanehan dalam sikap dan tatapan mata Arka.
Tanpa terasa jam menunjukan pukul 4 sore,saatnya pulang kantor. Tapi lagi-lagi,aku harus menyelesaikan pekerjaanku yang belum selesai. Aku memutuskn untuk lembur. Lagipula tidak ada yang menungguku pulang. Keluargaku memang berada satu kota denganku tapi aku memutuskan untuk kos karena aku ingin tenang dalam kesendirian tanpa ada pertanyaan dari orang tua maupun saudaraku tentang rumah tanggaku. Aku hanya ingin menenangkn diri..entah sampai kapan. Nyatanya 3 tahun aku bergulat dengan permasalahan ini. Tanpa kejelasan,tanpa ketegasan,dan tanpa keberanian untuk mengambil keputusan.
Terlalu sulit bagiku untuk memutuskan apa yang harus aku lakukan. Sejak usaha suamiku bangkrut,dia pergi tanpa meninggalkan pesan apapun untukku. Sementara aku disini hanya bisa berharap dan menunggu tanpa ada kepastian. Aku hanya bisa diam dan menutup rapat rapat masalah pribadiku. Tak seorangpun tahu. Bahkan aku berusaha menutupi omongan dan pertanyaan dari tetangga,yang akhirnya memutuskan aku untuk keluar dari rumah.
"Teng..teng..teng..teng..teng..". Lima kali jam berdenting menandakan sudah 1 jam aku berkutat dengan pekerjaanku. Kuberesi kertas kertas di atas mejaku. Kutumpuk di tepi meja dengan rapi. Aku masukkan alat alat tulisku ke dalam laci. Lalu kumatikan komputerku. Kukemasi barang barang pribadiku,ponsl,charger,headset,dll. Selesai sudah. Saatnya pulang.
Setelah absen aku berjalan keluar kantor menuju parkiran. Ternyata disana aku melihat sosok yang sudah tidak asing lagi bagiku. Sosok tinggi dan tegap berada tidak jauh di depanku. Aneh..aku merasakan ada getaran getaran di dadaku. Baru pertama selama 4 tahun aku bekerja di sini,aku merasakan perasaan seperti ini dengan rekan kerjaku. Halo Delia..apa apaan kamu? Aku mengutuk dalam hati perasaanku sendiri. Huff. Buang jauh jauh.
"Hai..udah kelar kerjaanmu?" Sosok di depanku menyapa dengan ramah. "Udah...tapi belum semua. Aku lanjutin besok lagi ah..cape" jawabku sambil menyiapkan kunci motor. "Kamu buru buru pulang gak? Makan yuuk..?" Kembali Arka mengajakku bicara. "Gak juga si..memang kita mau makan dimana?" aku menjawab ajakan Arka,sementara debaran dalam dadaku semakin bergemuruh. "Ayo ikut aku..kita kesana bareng". Aku terdiam sejenak. Akhirnya aku memutuskan untuk naik motor sendiri. Aku berpikir lebih baik aku naik motor sendiri saja. Akhirnya kami pun menuju ke cafe yang sudah disepakati. Arka meluncur dengan mobil sedan nya,sementara aku di depan mobilnya dengan mengendarai beat putihku.
Aku sampai di depan rumah kos ku sekitar jam 8 kurang 15 menit. Arka bersikeras mengantarku walaupun aku sudah menolaknya. Akhirnya dia tetap mengikutiku sampai rumah kos. Sebelum membuka pintu gerbang aku mengucapkan terima kasih dahulu ke Arka. Terimakasih untuk traktiranya dan juga sudah mengantarku pulang walaupun kita membawa kendaraan sendiri sendiri.
"Ok..aku pulang yaah..." kata Arka sebelum pergi. "Iyaa hati hati.."jawabku. Ada perasaan bahagia dalam hatiku dan pasti terlihat dari pancaran wajahku. Duuh kalau sampai ketahuan Arka aku kan pasti malu. Kemudian aku membuka pintu gerbang dan menuntun motorku ke garasi. Tentu saja..pancaran bahagia itu masih jelas di wajahku.
"Hai del..baru pulang ?" Ternyata Rindi teman kos ku yang baru selesai mandi. Kebetulan kamar mandi di rumah kos ku terletak persis di belakang garasi motor. "Iya ni..lembur" jawabku sambil mengunci stang motorku.
Setelah mandi aku pun merebahkan badanku di kasur. Ah..rasanya lelah sekali badan ini. Sambil rebahan,aku buka ponselku. Iseng iseng aku buka galeri fotoku. Aku geser satu per satu foto foto di galeri. Dan aku menemukan fotoku bersama mama dan adikku. Ada rasa rindu bercampur sedih dalam hatiku. Aku merindukan mereka. Sudah hampir sebulan aku tidak berkunjung ke rumah mamaku. Semua karena kesibukanku bekerja,sehingga aku belum sempat mampir k rumah. Padahal kami tinggl di satu kota yang sama.
Untuk mengobati rasa rinduku,aku sengaja memposting foto tersebut di akun sosmed ku. Aku menulis..."Merindukan Kalian..." Tidak lama adikku menelponku melalui panggilan video call. Ada mama dan papaku juga di sana. Sedikit mengobati rindu kepada orang orang yang aku sayangi. Sekitar hampir 30 menit kami melepas rindu akhirnya aku mengakhiri percakapan. Sebelumnya, ntah sudah yang ke berapa kali mama memintaku untuk pulang. Tentu saja dengan mata berkaca kaca menahan kerinduan dan kesedihan,karena beliau pasti tahu apa yang tengah aku rasakan.
Setelah aku memutup telpon,aku melihat notifikasi pesan belum terbaca. Kubuka pesan itu..dan ternyata..Arka! Di mengirimkan pesan untukku. "Apa kabar mama kamu?" Begitu awal percakapan kami via whatsapp. Akhirnya kami ngobrol panjang lebar. Dan obrolan kami bukanlah mengenai proyek atau customer. Tapi tentang masalah pribadi.
Aku sendiri lupa sudah berapa lama kami ngobrol via whatsapp. Aku lihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 22.30. Berarti sekitar 1,5 jam sudah kita asyik ngobrol. Sampai ada notifikasi lagi..entah ini pesan yang keberapa. Ketika aku baca..kembali perasaanku bergemuruh. Seperti mimpi rasanya aku membaca kembali pesan itu. "Del..aku jujur sama kamu,sejak aku kenal kamu..aku langsung suka sama kamu. Aku sendiri gak tau kenapa perasaanku bisa seperti ini. Maaf ya Del kalau kamu tersinggung. Aku cuma ingin jujur sama kamu tentang perasaanku. Aku jg gak akan maksa kamu untuk suka sama aku. Kamu gak harus jawab sekarang. Yang penting kamu tau perasaanku". Cukup panjang pesan yang dikirim Arka untukku.
Aku masih diam terpaku setelah membaca pesan itu. Sampai ada telpon masuk yang mengagetkanku dan membuyarkan lamunanku. Handphone ku bergetar terus sambil kulihat nama di layar ponselku. Ku angkat telponku. "Haii..lagi ngapain sii..lama bener angkatnya.." cerocos Mira begitu aku angkat telpon nya. Aku sudah membayangkan raut muka keselnya. Hahaha..Mira memang begitu. Dia bisa tiba tiba kesel tapi sebentar kemudian dia akan happy lagi.
" Del..besok aku off. Besok kamu bisa kan temenin aku cari kado? Aku jemput kamu jam 12 siang ya..sekalian kita makan siang". Tuut..tuut..tanpa basa basi Mira mematikan telpon. Hufff aku sudah tidak heran dengan sikapnya. Dia tidak sedang bertanya atau sedang meminta tolong..tapi lebih tepatnya..memaksaku untuk menemaninya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!