NovelToon NovelToon

Scorpio

Perkenalan tokoh

Saralee

Percaya diri tinggi, pemalas, play girl, dan jago karate.

Saralee terlahir dari keluarga konglomerat. Namun dia tidak pernah bahagia karena kedua orang tuanya sering bertengkar.

Dia juga tipe perempuan yang mudah bosan dengan apapun, termasuk pasangannya. Bagi dia hatinya terlalu berharga untuk diserahkan pada seorang lelaki.

Dia merasa tertantang ketika bertemu lelaki yang sulit didekati perempuan lain, akan tetapi setelah berhasil menaklukkan, dengan bangga Saralee akan meninggalkannya.

Suatu hari dia kabur dari rumah karena sudah tidak tahan dengan keributan kedua orang tuanya. Dia memutuskan kabur ke paviliun peninggalan kakeknya yang sudah lama tidak ditempati.

Adella

Cuek, matre, cerdas dan jago memasak.

Adella terlahir dari keluarga yang cukup mampu. Namun suatu hari bisnis keluarganya dihancurkan oleh orang tua kekasihnya, karena cinta mereka berdua tidak mendapat restu.

Kekasihnya juga dijodohkan dengan wanita dari keturunan bangsawan, meskipun kekasihnya masih memperjuangkan Adella tapi dia sudah terlanjur kecewa.

Dengan hati yang terluka, Adella meneruskan kuliah di tempat yang jauh. Dia berniat menyembuhkan luka hatinya dan mencari pekerjaan sampingan supaya bisa membantu perekonomian keluarganya. Karena dia juga memiliki dua adik yang masih sekolah dasar.

Aileen

Pemalu, penakut, lembut dan pandai melukis.

Aileen terlahir dari keluarga bangsawan yang dimanjakan. Namun ternyata dia hanyalah anak dari istri kedua dan sejak kecil dia dirawat ibu tirinya yang tidak bisa memiliki keturunan.

Suatu hari Aileen mengetahui identitas dia yang sebenarnya. Kemudian dia melarikan diri dari rumah untuk mencari Ibu kandungnya yang masih hidup tapi entah dimana.

Satu-satunya petunjuk tentang Ibunya hanyalah selembar foto yang bertuliskan tempat kelahiran Ibunya.

*************************************

Hujan mengguyur deras membuat orang-orang yang baru turun dari bus terjebak di halte. Mereka hanya bisa pasrah dengan keadaan, karena tidak ada satu kendaraan yang lewat.

Malam semakin larut, akan tetapi hujan masih belum reda juga.

Sebagian orang mulai pergi meninggalkan halte bus. Ada yang mendapat jemputan, ada juga yang terpaksa menerobos air hujan.

Di sana masih tersisa tiga gadis cantik yang usianya sebaya, mereka bertiga juga sama-sama membawa koper besar.

"Hay... perkenalkan, nama aku Saralee. Nama kalian siapa?" tanya seorang gadis berambut bergelombang. Aura kepercayaan dirinya memancar lewat tatapan mata beningnya.

"Nama aku Adella," jawab gadis berambut pirang sebahu dengan senyuman ramah.

"Nama aku Aileen," timpal gadis berambut lurus dan hitam lebat dengan senyuman manis.

Saralee mengangguk, gadis mempesona itu melihat kedua orang yang baru dikenalnya terlihat gelisah.

"Tujuan kalian kemana?" tanya Saralee penasaran.

"Aku dari tempat jauh, aku baru saja diterima di sebuah universitas A. Jadi aku masih mencari tempat tinggal yang dekat dengan universitas aku," jawab Adella tanpa ragu-ragu.

"Aku sama, aku juga dari tempat yang jauh. Kedatanganku ke sini untuk mencari seseorang, tapi aku juga masih belum memiliki tempat tinggal.

"Aku punya paviliun peninggalan kakekku, kamarnya kebetulan juga ada tiga. Bagaimana kalau kalian tinggal bersamaku?" saran Saralee ramah.

Aileen dan Adella terdiam sejenak. Mereka berpikir sekarang sudah larut malam, bagi seorang gadis tidak baik untuk tetap tinggal di sana.

Dengan serempak keduanya mengangguk dengan senyuman indah.

"Berapa harga sewa untuk perbulan?" tanya Adella, gadis memikat itu sedikit khawatir karena tidak membawa uang yang banyak.

"Aku tak butuh uang, aku hanya ingin kalian tugas bersih-bersih dan memasak saja!" jawab Saralee tenang.

"Tapi, aku tidak bisa memasak?" kata Aileen cemas.

"Santai saja, aku jago masak! dan kamu yang bertugas bersih-bersih," sela Adella sambil menyentuh bahu kiri Aileen.

Seketika Aileen setuju, karena kalau bersih-bersih gadis manis itu yakin pasti bisa.

"Baiklah kalau kalian setuju, sebenarnya paviliunnya tidak jauh dari sini, berjalan kaki paling butuh waktu sepuluh menit. Hanya saja hujannya masih lebat, sebaiknya kita tunggu disini sebentar!" kata Saralee senang karena punya teman untuk tinggal bersama.

Selama ini Saralee selalu kesepian karena menjadi anak tunggal. Kedua orang tuanya juga terlalu sibuk dengan urusan masing-masing. Sekali berkumpul yang ada hanya pertengkaran.

Sambil menunggu, mereka bertiga saling bertukar cerita masing-masing. Mereka bertiga langsung merasa akrab dan tidak menyembunyikan apapun juga.

"Kenapa nasib kita hampir sama ya? Intinya kabur dari rumah walau tujuannya berbeda," kata Saralee tertawa lepas.

"Iya, dan lucunya lagi Saralee lahir pada 25 Oktober, aku 1 November dan Aileen 14 November. Bukankah itu bintangnya Scorpio semua?" jawab Adella tak kalah tertawa.

"Mungkin karena sudah takdir, kita sengaja dipertemukan untuk saling membantu satu sama lain," timpal Aileen lembut.

"Aileen! Apa tidak ada petunjuk lain selain foto dan tempat kelahiran ibumu?" tanya Saralee serius.

Aileen hanya menggeleng lemah dan tak berdaya.

"Kota ini luas, butuh waktu lama untuk mencari ibumu, sebaiknya kamu besok daftar kuliah dulu! Jangan sampai kamu melalaikan pendidikan dan merusak masa depanmu sendiri," saran Adella perhatian.

Saralee ikut mengangguk menyetujui saran Adella.

"Apa aku bisa diterima? Selama ini nilai aku biasa-biasa saja," tanya Aileen cemas.

"Tenang saja, nanti aku bantu! Begini-begini aku masuk ke Universitas A karena beasiswa prestasiku," jawab Adella membanggakan dirinya.

"Wah... hebat!" puji Saralee dan Aileen bersamaan.

"Sepertinya aku juga mau pindah ke Universitas A, supaya kita bisa belajar bersama. Tapi aku juga tidak yakin apakah aku bisa diterima, karena selama ini aku malas belajar," timpal Saralee menertawakan dirinya sendiri.

"Nanti kita belajar bersama. Aku juga harus tetap belajar untuk mempertahankan prestasiku, kalau tidak nanti beasiswaku akan dicabut," ucap Adella.

"Adella, sekarang kedua orang tuamu usaha apa? Kejam sekali orang tua kekasihmu," tanya Aileen ikut terharu mengingat kisah Adella.

"Sekarang sudah mantan! Aku tidak mau mengingat dia lagi. Sekarang ayah ibuku membuka usaha laundry kecil-kecilan, karena kami juga tidak memiliki banyak modal," jawab Adella berusaha tegar.

"Adella, bayaran pekerjaan sampingan itu kecil, apalagi kamu juga masih belum lulus kuliah. Lebih baik cari cowok tajir saja! Itu cara tercepat mendapatkan uang banyak," saran Saralee tertawa pelan.

"Aku tidak mau menjual tubuhku demi uang," protes Adella.

Saralee tertawa.

"Kamu masih bisa mempertahankan keperawanan kamu! Kalau aku hampir setiap bulan gonta-ganti cowok, cuma aku tidak terobsesi dengan uang. Hanya saja melihat mereka patah hati aku merasa puas," kata Saralee apa adanya.

"Benarkah? Apa kamu tidak takut?" tanya Aileen yang merasa merinding.

"Kenapa takut? Kalau mereka macam-macam aku hajar saja, aku jago karate." jawab Saralee bangga.

Mereka kemudian tertawa bersama.

Tanpa terasa hujan sudah berhenti, tinggal gerimis kecil yang masih tersisa.

"Ayo, sebaiknya kita segera ke paviliun!" ajak Saralee pada kedua teman barunya.

Mereka berdua berjalan beriringan mengikuti Saralee.

Terimakasih sudah berkenan membaca karya saya, jangan lupa Like, Vote dan beri Rating Bintang 5🙏 Karena dukungan dari kalian sangat berarti bagi Authoor.

Mohon kritik dan sarannya , semoga kedepannya novel SCORPIO ini bisa berkembang lebih baik🤗

Paviliun Tua

Saralee, Aileen, dan Adella berjalan beriringan menyusuri jalan beraspal yang sepi, tak jauh dari jalan raya terlihat sebuah bangunan tua lantai dua yang terlihat masih kokoh.

Bangunan itu terlihat menyeramkan, karena lampunya mati dan sudah lama tidak berpenghuni.

Aileen yang penakut merasa merinding, gadis penakut itu menggenggam erat lengan Adella,

"Saralee, apa kamu yakin ini rumah yang kamu maksud?" tanya Aileen cemas.

"Iya, jangan takut! Tempat ini kalau sudah dibersihkan pasti terlihat bagus," jawab Saralee tenang, mengambil kunci di koper, kemudian dia membuka pintunya,

Ha ...a...a...

Teriak Aileen dan Adella bersamaan, mereka kaget melihat banyaknya kain putih yang tersebar di ruangan gelap, seolah memberi kesan angker.

Saralee tertawa, dia segera menekan saklar yang berada di belakang pintu, dalam sekejap cahaya terang sudah memenuhi seluruh ruangan.

Aileen dan Adella berdecak kagum, karena meskipun dari luar terlihat bangunan tua tetapi di dalamnya terlihat mewah dan unik.

Lantainya semua terbuat dari kayu halus berwarna coklat tua, dindingnya seperti sebuah lukisan sekuntum bunga melati dengan paduan warna hijau putih.

Adella tertawa sendiri, karena kain putih yang tadi terlihat menyeramkan hanyalah sebuah penutup sofa dan barang-barang lainnya supaya tidak kotor.

Aileen juga merasa tenang, karena tempatnya tidak seperti yang ada di bayangannya tadi.

Saralee tersenyum puas, meskipun tempatnya sudah lama tidak di huni namun kondisinya masih sama seperti dulu, hanya saja lantainya yang terlihat berdebu. Kemudian dia segera mengajak kedua temannya berkeliling sambil membuka kain penutup.

Paviliun tua peninggalan kakek Saralee memang tidak terlalu besar, karena tempat itu bukanlah rumah utama keluarganya.

Di lantai pertama, separuh ruangan adalah ruang tamu, di sana terdapat sofa mewah dan lengkap dengan koleksi-koleksi barang yang terbuat dari kayu. Dan separuh yang lainnya adalah ruang makan beserta dapur.

Kemudian Saralee mengajak ke lantai dua, di sana ada tiga kamar yang lengkap dengan kamar mandi di dalam.

Di depan kamar mereka juga ada ruangan luas untuk tempat bersantai yang ada televisi berukuran sangat besar.

"Saralee, sudah berapa lama tempat ini kosong?" tanya Adella penasaran, karena lantainya berdebu cukup tebal.

"Tempat ini adalah salah satu peninggalan kakekku. Dua tahun yang lalu kakekku meninggal, jadi tempat ini di wariskan kepadaku. Hanya saja aku terlalu malas mengurusi," jawab Saralee santai.

"Berarti sudah dua tahun ini tempatnya dibiarkan kosong dong?" tanya Aileen yang mulai panik.

"Tidak juga, tempat ini pernah ditinggali kakak sepupuku, Dion. Tetapi enam bulan yang lalu dia sudah lulus kuliah dan melanjutkan studinya keluar negeri," jawab Saralee meyakinkan, dia tahu jika Aileen gadis yang paranoid.

"Sepertinya kita tidak mungkin tidur dalam keadaan masih seperti ini," timpal Adella, matanya melihat ke atas sudut dinding yang ada sarang laba-laba.

"Aku juga berpikir begitu, meskipun aku pemalas tapi aku tidak suka tempat yang kotor. Apa kalian siap malam ini lembur?" tanya Saralee meminta pendapat.

"Siap!" jawab Aileen dan Adella bersamaan.

Mereka segera turun ke lantai bawah, mereka ingat jika di samping dapur ada gudang kecil yang dijadikan sebagai tempat menyimpan alat-alat untuk membersihkan ruangan, di sana juga masih tersisa sabun untuk mengepel lantai.

Tidak peduli di tengah malam, mereka bertiga semangat membersihkan paviliun tua itu.

Tepat Jam dua malam, mereka sudah menyelesaikan semuanya.

Aroma wangi menyebar ke seluruh ruangan yang terlihat bersih dan rapi. Mereka sangat puas, karena sekarang tempat ini sangat nyaman untuk ditinggali.

Mereka bertiga beristirahat di ruang santai depan kamar, mereka bersyukur karena Televisinya masih bisa menyala.

"Aku lapar sekali! Dari tadi siang belum makan," keluh saralee.

"Sama, tapi malam-malam begini mana ada yang jualan makanan? Mau masak juga nggak ada bahannya," cetus Aileen.

"Sebentar, sepertinya tadi aku dibawain bekal ibuku. Tapi aku tidak tahu apa isinya, karena memang belum aku buka," kata Adella, gadis menawan itu segera bangkit dari sofa dan masuk ke kamarnya, beberapa detik kemudian dia sudah kembali dengan membawa satu kotak tempat makanan.

"Cepat dibuka!" perintah Saralee tak sabar.

Adella segera membukanya, ternyata isinya adalah kue brownies rasa coklat, di atasnya di taburi keju.

"Wah! Ini kue kesukaanku," pekik Aileen tersenyum riang.

"Lumayan banyak, cukup untuk mengganjal perut kita malam ini," kata Saralee.

"Ayo kita makan," ucap Adella ramah.

Mereka segera menikmati kuenya. Karena kondisi perut mereka yang lapar, dalam sekejap semuanya sudah habis.

"Enak sekali! Apa itu buatan ibumu sendiri?" tanya Aileen penasaran.

"Iya, ibuku memang pandai memasak dan membuat roti. Makanya aku juga sedikit bisa," jawab Adella.

"Benarkah? Kalau begitu kapan-kapan kita buat lagi ya? Aku juga mau belajar," ucap Aileen senang, matanya sampai berbinar membentuk bintang.

"Iya, kalau ada waktu luang, mulai besok kamu fokus dulu masuk universitas!" saran Adella .

"Iya... iya..." jawab Aileen tersenyum malu.

"Aku tahu! Jika Adella hanya punya tabungan sedikit, sedangkan Aileen meskipun punya banyak tapi kamu juga harus membayar biaya masuk universitas. Bagaiman kalau dalam satu bulan pertama biar jatah belanja memakai uangku dulu, tapi untuk bulan berikutnya kalian berdua patungan ya?" ucap Saralee dengan senyuman dermawan.

"Kamu memang baik hati! Terimakasih banyak ya, Saralee. Aku juga akan segera mencari pekerjaan," jawab Adella riang.

"Aku juga ikut mencari pekerjaan ya? Meskipun saat ini tabunganku cukup banyak tapi aku tidak tahu bisa bertahan sampai kapan, jadi aku harus mulai mencari juga supaya nanti kalau ada keperluan mendadak aku tak bingung," sela Aileen.

"Baiklah, meskipun kamu terlihat seperti Tuan Puteri tapi aku yakin kamu pasti bisa kalau berusaha," jawab Adella.

"Kalian semangat ya!" ucap Saralee tulus, dia merasa senang seperti memiliki dua teman baik.

"Sekarang kita tidur yuk, sudah hampir pagi" ajak Aileen.

Mereka segera memasuki kamar masing-masing, dan mata mereka langsung terpejam karena merasa kelelahan.

Terimakasih sudah berkenan membaca karya saya. Jangan lupa Like, Vote dan beri rating Bintang 5 🙏 Karena dukungan dari kalian sangat berarti bagi Authoor.

Mohon kritik dan sarannya juga, semoga novel SCORPIO ini lebih baik lagi🤗

Kisah Awal Adella

Visual Keenan

Cahaya mentari pagi sudah menerobos ke sela-sela jendela kaca yang tidak tertutupi gorden, akan tetapi ketiga gadis yang semalaman begadang itu tak kunjung bangun juga, mungkin mereka kelelahan dan masih terbuai dalam mimpi indah.

Setelah terik matahari bersinar tepat di atas kepala, mereka semua terbangun karena perut mereka yang mulai melilit karena kelaparan.

Satu persatu dari mereka keluar ke kamar, dan duduk di sofa ruang santai. Mereka bertiga seketika tertawa keras, mengejek penampilan satu sama lain yang masih acak-acakan.

"Aku sangat lapar!" ucap Aileen.

"Sama, apa sebaiknya kita cari makanan di luar yuk? Sekalian belanja untuk kebutuhan sehari-hari, karena besok kita pasti sibuk mendaftar ke Universitas A," jawab Adella.

"Tapi sebaiknya kita mandi dulu, mana mungkin aku keluar dengan penampilan seperti ini?" timpal Saralee.

Mereka bertiga kembali ke kamar dan segera mandi, setelah itu mereka segera keluar dari rumah.

Sebagai anak tunggal dari keluarga konglomerat, penampilan Saralee yang paling mencolok, dia terlihat keren dan berkelas. Dia memakai rok mini dengan baju pendek ketat, tak lupa ditambah aksesoris yang mahal.

Sedangkan Aileen juga dari keluarga kaya, gadis pemalu itu berpenampilan feminim dengan gaun selutut merah muda dan bandana yang menghiasi rambut panjangnya. Wajahnya juga di make up natural sesuai kepribadiannya yang lembut dan kalem, seperti seorang puteri dari kerajaan.

Di antara mereka yang paling sederhana adalah Adella, karena masalah ekonomi keluarga membuat dia tidak bisa memakai barang mahal seperti yang lainnya. Dia hanya memakai celana jeans ketat panjang dan kaos pendek warna putih, rambut sebahu warna pirangnya di ikat seperti ekor kuda. Gayanya sedikit tomboi tetapi memberi kesan menarik.

Mereka bertiga memutuskan sarapan dengan nasi goreng yang dijual di seberang jalan halte bus.

"Setelah ini kita belanja kemana? Apa ada pasar yang dekat di sekitar sini?" tanya Adella pada kedua temannya.

"Ada sih, tinggal naik bus di pemberhentian pertama. Apa tidak belanja di supermarket saja? Jujur aku tidak pernah ke pasar," jawab Saralee ragu-ragu.

"Ke pasar saja tidak apa-apa, bukankah kita sedang kabur dari rumah? Kita harus bisa berhemat," timpal Aileen berlapang dada. Meskipun selama ini dia diperlakukan seperti tuan Puteri yang dimanja, tetapi dia sangat baik hati dan tidak pernah membedakan status orang lain yang lebih rendah.

"Iya betul, lagi pula setiap bulan aku harus bisa mengirim uang untuk adik-adikku, kasihan mereka kalau sampai kekurangan," ucap Adella.

"Baiklah, aku mengikuti kalian saja. Tetapi ingat! Aku tidak mau membersihkan rumah atau melakukan pekerjaan apapun," jawab Saralee mengalah. Sekilas dia memang terlihat angkuh. Namun jika semakin mengenalinya lebih dekat, Saralee juga memiliki beberapa sisi baik, yaitu murah hati dan tidak perhitungan.

Setelah makan mereka segera menyeberang menuju halte bus, Adella terpaksa menghentikan langkahnya karena mengambil dompetnya yang terjatuh, membuat dia tertinggal di belakang. Sedangkan kedua temannya sudah sampai di pinggir jalan.

Tiba-tiba dari arah belakang Adella, ada mobil mewah berwarna merah yang melaju dengan kencang, seketika Aileen dan Saralee berteriak dengan kencang,

"Adella... awas di belakangmu!"

Adella yang terkejut segera menoleh kebelakang, tapi mobil yang melaju kencang tersebut segera banting stir dan menabrak separuh warung nasi goreng.

Untung saja tidak ada korban jiwa, karena pelanggannya sudah pergi sementara penjualnya sedang di dapur.

Adella yang masih gemetaran karena kaget segera di hampiri kedua temannya,

"Kamu tidak papa?" tanya Aileen yang juga ikut gemetar.

Adella belum bisa menjawab karena masih syok, dia hanya menatap pemuda yang masih duduk santai di belakang kemudi. Wajah tampannya sangat jelas karena mobilnya tidak beratap.

Saralee segera mengajak kedua temannya untuk menepi di warung nasi goreng yang roboh sebelah, dan pemilik warung tersebut keluar sambil marah-marah.

"Bagaimana ini? Tempat usahaku hancur!" teriak seorang Ibu setengah baya sambil menangis.

Pemuda yang tampan tadi segera turun mendekati pemilik warungnya.

"Berapa Anda meminta ganti rugi?" tanya pemuda itu tersenyum ramah tapi dengan nada tegas.

"Tempat ini baru saya di perbaiki, menghabiskan biaya sekitar delapan juta," jawab Ibu pemilik warung dengan wajah yang mulai tenang.

Pemuda tampan itu segera kembali ke mobil, dia mengambil amplop warna cokelat dan memberikannya pada pemilik warung,

"Isinya ada lima belas juta, silahkan diterima. Dan saya meminta maaf karena sudah menabrak warung Anda," ucap Pemuda tampan itu tegas dan penuh tanggung jawab.

"Iya, terimakasih," jawab Ibu pemilik warung dengan tersenyum senang, dia tidak menyangka jika mendapatkan ganti rugi dua kali lipat, dia merasa jika kejadian barusan adalah sebuah berkah.

Pemuda tadi segera menghampiri Adella yang masih terbengong.

"Sekarang bagaimana kamu akan mengganti rugi kepadaku? Semua salah kamu yang berhenti di tengah jalan," kata pemuda itu dengan raut wajah yang dingin.

"Berapakah biaya yang harus saya ganti untuk memperbaiki mobil Anda?" tanya Adella pasrah, karena saat ini tabungannya sangat menipis.

"Paling cuma seratus juta..." jawab Pemuda itu. Namun sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, sudah lebih dulu dipotong oleh Saralee.

"Berikan nomer rekening Anda, saya akan segera transfer sekarang," sela Saralee tegas, dia tak rela jika temannya ditindas.

"Aku tidak perduli dengan uang seratus juta itu, tetapi karena kejadian ini aku harus telat ikut rapat penting, setiap detik waktuku seharga ratusan juta," ejek pemuda tampan itu pada Saralee, kemudian dia mendekati Adella dan berbisik di telinganya.

"Nanti malam jam tujuh, temui aku disini! Kalau tidak kamu akan tanggung sendiri resikonya, Nona manis!" ancam pemuda itu dengan senyuman licik.

Seketika Adella wajahnya memerah karena menahan amarah, dia segera menarik punggung jas pemuda itu supaya tidak pergi.

"Saya bukan perempuan seperti yang Anda kira. Pasti saya akan mengganti seluruh kerugian Anda walaupun saya harus bekerja seumur hidup," teriak Adella.

Pemuda itu segera melepaskan dirinya dari tangan Adella, kemudian melihat dengan tatapan merendahkan dari ujung kaki sampai kepala Adella.

"Aku bahkan tidak berkhayal untuk menyentuhmu, karena kamu sama sekali bukan tipe aku. Dan ingat apa yang aku katakan tadi!" ancam pemuda itu dengan senyuman puas, dia segera masuk ke mobil dan melajukan lagi dengan kecepatan tinggi.

Adella merasa malu dan marah, dia tiba-tiba merasa sakit kepalanya memikirkan kejadian barusan.

"Tak ku sangka ada orang yang lebih sombong dan angkuh dariku," cetus Saralee.

"Kamu tidak apa-apa Adella?" tanya Aileen khawatir, dia juga ikut tegang saat menyaksikan adegan barusan.

"Aku tidak apa-apa, Aileen! Saralee, apakah mobil milik pemuda itu sangat mahal ya?" Adella menatap Saralee dengan wajah serius.

"Iya, harganya Milyaran. Aku saja menginginkan mobil itu, tetapi sampai sekarang belum juga dibelikan sama orang tuaku," jawab Saralee merasa kasihan pada temannya.

"Baiklah, karena aku yang bersalah, aku juga yang harus bertanggung jawab," ucap Adella optimis, dia tak ingin menjadi wanita lemah, karena dia juga masih memiliki tanggungan beban di kedua pundaknya untuk membuat keluarganya sejahtera.

Aileen dan Saralee tersenyum melihat Adella yang semangat kembali,

"Kita pikirkan bersama nanti saja, sekarang kita belanja dulu," ucap Saralee.

"Iya, mulai sekarang apapun yang terjadi kita bertiga saling membantu," hibur Aileen.

"Berjuang Scorpio!," timpal Saralee setengah berteriak.

Mereka bertiga tertawa bersama, dalam hati Adella bahagia karena dipertemukan dengan teman-teman yang baik.

Terimakasih sudah berkenan membaca karya saya. Jangan lupa Like, Vote dan beri rating bintang 5 ya🙏 Karena dukungan dari kalian sangat berarti bagi Author.

Mohon kritik dan sarannya juga, semoga novel SCORPIO ini bisa berkembang lebih baik🤗

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!