NovelToon NovelToon

Mrs. Gilang Baskara

Ch.1

Sya atau Marsya begitulah orang memanggilnya.

Gadis cantik yang di gilai banyak lelaki dari berbagai kalangan, ia di kenal dengan sifatnya yang ramah kepada setiap orang.

Karena kecantikan dan kebaikannya membuat banyak orang menyukainya, tapi tak jarang banyak juga yang tak suka dan iri padanya.

Marsya Cantika Putri adalah gadis berumur 24 tahun yang harus kerja banting tulang demi menghidupi kebutuhan ibu dan adiknya.

Ayahnya meninggal tepat 3 tahun lalu saat dirinya masih dalam masa kuliah. Karena tidak sanggup membayar biaya semester, marsya harus di keluarkan dari kampus.

Tidak ingin adiknya bernasib sama dengannya. Akhirnya marsya memutuskan untuk bekerja demi menyekolahkan adiknya yang saat ini masih duduk di bangku SMA.

Marsya tinggal di salah satu kontrakan kecil yang letaknya berada di pinggiran kota.

Sedangkan ibu dan adiknya tinggal di kampung halaman mereka tempat Marsya di besarkan.

Marsya sempat mengajak ibu dan adiknya untuk pindah ke Jakarta tetapi keluarganya memilih menetap di kampung karena mereka beralasan tidak ingin meninggalkan segala peninggalan dan kenangan ayah mereka.

Jadilah Marsya pergi merantau sendiri untuk mencari kerja.

Marsya bekerja di salah satu hotel berbintang yang ada di kota Jakarta.

Ia bekerja sebagai room service yang biasa mengantarkan makanan kepada tamu-tamu hotel yang memesan.

Kadang ia juga membantu pekerjaan para housekeeping untuk membersihkan kamar hotel yang berantakan.

***

Hotel Bas.

Seorang gadis berjalan dengan stroller berisi makanan yang akan ia antarkan kepada tamu hotel.

Ia berjalan dengan sesekali tersenyum menyapa para pekerja lain yang ia temui di sepanjang jalan menuju kamar hotel untuk mengantarkan pesanan.

“Hai Sya” Sapa salah satu staf hotel wanita yang juga bekerja di hotel tersebut, ia juga salah satu teman yang cukup dekat dengan Marsya.

”Hai Din” Balas Marsya, wanita yang tadi menyapanya bernama Dina.

“Mau mengantar pesanan tamu ya” Tanya Dina lagi.

“Seperti biasa hahaha” Jawab Marsya sambil tertawa.

“Mau diantar ke kamar nomor berapa memangnya”

“Untuk tamu kamar nomor 1140, tamu yang baru masuk tadi sore”

“Ah aku tahu” Jawab Dina “Kalau begitu semangat, aku juga akan melanjutkan pekerjaanku” Jawab Dina lagi memberi semangat.

“Kau juga semangat bekerjanya” Balas Marya.

Marsya kemudian melanjutkan langkahnya menuju kamar nomor 1140 yang berada di lantai 10.

Marsya kemudian memencet lift dan masuk kedalam. Lift membawa Marsya menuju lantai 10 hotel tempat tamu itu menginap.

Ting

Lift terbuka. Marsya langsung keluar menuju letak kamar yang akan ia antarkan pesanannya.

Tok…Tok…Tok

Marsya mengetuk pintu kamar hotel.

Tidak berapa lama seorang wanita yang umurnya sekitar 40 tahunan tetapi kelihatan masih muda muncul dari dalam kamar.

“Iya, ada apa?” Tanya wanita tersebut.

“Permisi mbak. Saya dari salah satu staf hotel ingin mengantarkan pesanan makanan yang mbak pesan di restaurant hotel kami.” Ujar Marsya dengan sopan.

“Ah iya. Silahkan masuk.” Wanita itupun mempersilahkan Marsya untuk masuk menata makanan yang ia bawa di atas meja kamar hotel.

Marsya pun berjalan masuk dengan strollernya yang berisi makanan itu, kemudian ia menata makanan diatas meja dengan rapi.

Setelah pekerjaannya selesai , ia pun pamit undur diri dari dalam kamar.

Marsya kembali ke tempatnya bekerja, dalam perjalanan ia bertemu dengan pak Iwan. Seorang cleaning service yang biasa membersihkan lantai hotel.

”Selamat malam pak Iwan.”

“Eh Neng Marsya. Malam juga neng.” Jawab Pak Iwan “Neng Marsya darimana atuh” Tanya Pak Iwan lagi.

“Marsya habis nganter makanan untuk tamu hotel yang baru masuk sore tadi pak.”

“Oalah. Ya sudah neng, bapak mau lanjut kerja lagi.”

“Ia pak. Marsya duluan, mau ke belakang dulu ngambil barang-barang Marsya”

“Ia neng cantik.”

Marsya hanya tersenyum mendengar pak Iwan lalu kembali melanjutkan jalannya menuju tempat staf hotel biasa menaruh barang-barang mereka.

Sudah saatnya pergantian shift, jadi Marsya waktunya pulang ke kontrakan untuk beristirahat.

Sesampainya di tempat para staf, Marsya langsung menuju loker miliknya. Mengambil tas dan jaketnya lalu berjalan keluar.

Saat hendak keluar dari ruangan itu, kebetulan Marsya berpapasan dengan Elea salah satu staf hotel wanita yang membenci Marsya karena ketenaran Marsya yang dikenal cantik dan baik itu.

“Eh. Ada primadona lewat” Sindir Elea pada Marsya.

”Terima kasih atas pujiannya mbak” Balas Marsya masih berusaha sopan.

“Heh! Jangan besar kepala kamu. Hanya karena banyak yang menyukaimu kau jangan belagu pada kami seniormu di tempat ini” Balas Elea dengan suara angkuhnya.

Elea memang bisa dikatakan salah satu senior Marsya di tempat kerja karena dialah yang duluan dan lebih lama kerja di tempat itu dibandingkan Marsya.

“Permisi mbak, saya pamit duluan” Jawab Marsya.

Karena tidak ingin meladeni Elea dalam berdebat Marsya langsung buru-buru jalan meninggalkan Elea yang sudah berteriak memanggil namanya karena kesal tidak di tanggapi.

Marsya sudah sampai di tempat pemberhentian bus dekat dari hotel tempatnya bekerja.

Setelah bus yang menuju tempat tinggalnya lewat, Marsya langsung buru-buru menaiki bus tersebut.

Ia ingin cepat sampai di kontrakan dan membersihkan tubuhnya yang lelah karena pekerjaannya hari ini.

Bus berhenti. Marsya pun turun dan berjalan kaki menuju kontrakan kecilnya itu.

Sesampainya di dalam kontrakan. Marsya langsung masuk ke dalam, lalu merebahkan tubuhnya sementara di atas kasur minimalis miliknya sebelum beranjak mandi.

Dirasa cukup. Marsya langsung menuju kamar mandi, menanggalkan segala kain yang melekat pada tubuhnya dan masuk kedalam kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandinya.

Setelah selesai dengan ritualnya, Marsya lalu beranjak keluar menuju lemari pakaian plastik miliknya yang terletak di sudut kamarnya.

Memilih baju yang di rasanya nyaman lalu memakainya.

Marsya kemudian menuju dapur untuk melihat apa yang bisa ia masak untuk di makan.

Setelah di perhatikan ternyata yang ada di sana hanyalah mie dan telur sisa yang ia beli waktu itu.

Intel (Indomie Telur). Tidak masalah, yang penting kenyang. Batinnya.

Ia langsung bergerak lincah membuat masakan segala umat apalagi mahasiswa pada saat tanggal tua.

Intel pun jadi. Marsya langsung menyantap masakannya itu.

Setelah selesai Marsya lalu berjalan menuju kamarnya, merebahkan dirinya sambil menatap langit-langit kamar meratapi hidupnya.

Karena memang sudah lelah dengan pekerjaannya hari ini.

Dan juga Marsya yang harus bangun pagi-pagi besok untuk memulai aktivitasnya lagi seperti biasa, langsung menutup matanya berharap agar langsung memasuki alam mimpi.

Tidak menunggu lama, Marsya pun tertidur dan memasuki alam mimpi seperti yang ia harapkan.

Ch.2

Lelaki gagah dengan kacamata hitamnya terlihat turun dari dalam pesawat bersama sekertarisnya yang selalu setia berada di sampingnya.

Para wanita yang melihat mereka berdecak kagum dengan kharisma lelaki itu.

Lelaki gagah dan sekertarisnya baru saja kembali dari luar kota sehabis mengurus proyek yang mengharuskan dirinya untuk turun langsung ke lapangan memantau para pekerja.

Gilang Baskara. Orang mengenalnya dengan kepandaiannya dalam berbisnis.

Di usianya yang masih terbilang muda ia sudah mampu memimpin sebuah perusahaan besar bernama Baskara Group.

Baskara Group merupakan salah satu perusahaan raksasa di kota Jakarta yang bergerak dalam bidang jasa dan property.

Baskara Group merupakan perusahaan turun temurun yang didirikan oleh keluarga besar Baskara.

Seperti halnya Gilang, sebelum menempati posisi sebagai presdir Baskara Group kakek dari Gilang yang bernama Milano Baskara lah yang pertama kali mendirikan perusahaan tersebut.

Lalu setelah kakek dari Barack memutuskan untuk pensiun, Kevin Baskara yang ialah papa dari Gilang lah yang melanjutkan jejak sang ayah Milano.

Kemudian setelah Kevin memutuskan untuk menikmati masa tuanya ia memberikan kepercayaan kepada anaknya untuk melanjutkan usaha mereka.

Gilang memiliki wajah blasteran eropa yang menurun dari kakeknya Milano yang berasal dari Perancis membuat ia di gilai para wanita, tak jarang banyak wanita yang sering ingin menemuinya bermaksud menggoda Gilang agar menjadi kekasih mereka.

Gilang yang hobinya bersenang-senang dan bermain wanita membuatnya menjadi incaran para lawan bisnisnya yang ingin menjatuhkan perusahaan raksasa mereka lewat hobi Gilang.

Gilang sudah sering di tegur oleh kedua orang tuanya tentang sifatnya yang sering minum-minum dan bersenang-senang bersama para sahabatnya di club.

Tapi karena Gilang berdalih bisa mengendalikan dirinya saat sedang bersama teman-temannya membuat kedua orangtuanya membiarkan saja toh Gilang juga sudah besar dan tau mana yang baik dan tidak baik pikir kedua orangtuanya.

***

Gedung Baskara Group.

“Bagaimana dengan perkembangan hotel yang ada disini?” Tanya Gilang kepada Doni sekertarisnya. Mereka sedang berjalan menuju ruangan Presdir tempat Gilang.

Tak jarang banyak karyawan yang menunduk saat berpapasan dengan mereka.

“Sejauh ini perkembangannya baik pak. Bahkan peningkatan tahun ini lebih tinggi di banding tahun lalu” Jawab Doni memberi penjelasan.

“Baguslah kalau begitu. Pantau terus kinerja hotel itu karna itu salah satu aset penting perusahaan.” Ujar Gilang.

Setelah sampai di depan ruangan Presdir.

Gilang langsung masuk dan duduk di kursi kebesarannya, sedangkan Doni beralih ke tempatnya di depan ruangan Presdir, setiap orang yang ingin menemui sang presdir harus melalui dirinya dulu.

***

Gilang sedang memeriksa dan membaca beberapa dokumen yang akan ia tanda tangani.

Drtt…drtt…drtt

Terdengar bunyi getaran ponsel Gilang yang ia letakkan di atas meja kerjanya.

Karena merasa terganggu dengan suara getaran ponselnya, Gilang lalu meraih ponselnya, melihat siapa yang menghubunginya.

Tertera nama Alex pada layar ponselnya. Alex merupakan salah satu teman Gilang waktu kecil, pertemanan mereka berjalan hingga masing-masing sudah memiliki perusahaan sendiri.

Tetapi dari semuanya perusahaan Gilang yang paling nomor satu di kota Jakarta.

Gilang dan Alex juga sedang menjalin kerja sama bisnis tentang proyek pembangunan di salah satu kota di Bandung.

“Halo.” Sapa Gilang dengan suara yang terdengar malas.

“Hei Bro, aku dan yang lainnya berencana malam ini kumpul di club biasa. Bagaimana denganmu?” Tanya Alex to the point.

“Aku akan datang nanti” Jawab Gilang.

“Baiklah. Selamat bekerja.” Ujar Alex. Gilang langsung mematikan sabungan telfon dan melanjutkan kegiatannya memeriksa berkas yang tertunda tadi.

***

Sudah waktunya pulang kerja.

Para pekerja langsung bergegas merapikan berkas-berkas yang ada di meja mereka lalu berjalan bersama dengan teman-teman mereka menuju lift khusus karyawan yang juga sudah banyak para karyawan yang lain mengantri untuk turun menuju lantai dasar Baskara Group.

Sementara yang lain berbondong-bondong untuk pulang. Gilang masih setia dengan berkas-berkas yang ada di depan matanya.

Ia masih memeriksa beberapa dokumen sisa. Sedangkan Doni masih setia menunggu sang Presdir keluar dari dalam ruangan.

Hingga waktu menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit barulah Gilang selesai dengan pekerjaannya.

Gilang langsung membereskan mejanya, menyimpan dokumen penting pada lemarinya, menguncinya, lalu meraih jasnya yang ia lampirkan pada belakang kursi dan bergegas keluar dari ruangannya.

Saat keluar ia melihat Doni yang masih setia di tempatnya.

Doni langsung beranjak dari duduknya dan berjalan mengikuti langkah kaki bossnya menuju lift khusus Presdir.

Ting.

Lift terbuka. Gilang langsung berjalan menuju mobilnya yang terparkir di halaman Gedung Baskara Group.

Doni dengan sigap membuka pintu mobil, mempersilahkan bossnya untuk naik.

“Antarkan aku ke club biasanya.” Ujar Gilang langsung.

“Baik tuan.” Balas Doni patuh.

Doni langsung menancap gas membelah jalanan ibukota yang saat itu sedikit macet.

Sesampainya di sebuah club yang cukup terkenal Gilang langsung turun di ikuti Doni di belakangnya.

Mereka berjalan menuju tempat VIP biasa mereka kumpul bersama teman-teman mereka.

Sepanjang jalan banyak yang mengenali Gilang, banyak pula gadis-gadis yang ingin mendekat menggoda Gilang tapi sepertinya hari ini Gilang sedang tidak berselera untuk meladeni para wanita malam itu.

Memasuki ruangan khusus tamu-tamu VIP.

Disana terlihat Alex , Johan, dan Dirly yang sudah berada di sana dengan para wanita sewaan mereka.

“Hei Bro” Sapa mereka serempak, setelah melihat Gilang masuk. Mereka langsung melakukan tos ala laik-laki.

“Berikan aku minum” Pinta Gilang langsung pada wanita yang sudah bersedia khusus menuangkan mereka minum.

***

1 Jam sebelum Gilang datang.

Di sudut ruangan di sebuah club itu. Terlihat seorang pria yang menggunakan topi dan masker sedang berbicara dengan wanita seksi. Mereka tampak serius dengan pembicaraan mereka.

Tidak berapa lama, lelaki itu memberikan wanita tersebut sebuah botol obat yang entah isinya apa.

Setelah wanita itu pergi, lelaki itu langsung tersenyum seolah senang dengan pembicaraannya tadi.

***

Para sahabat itu sedang berbincang-bincang tentang pekerjaan mereka. Sesekali mereka menyesap minuman yang ada di gelas mereka.

Gilang yang mulai merasa pusing langsung menyuruh Doni untuk mengantarnya pulang.

Doni langsung bergerak cepat menuntun sang boss menuju mobil mereka yang terparkir di depan.

Dalam perjalanan pulang menuju tempat Galang. Ia tiba-tiba merasa badannya gerah dan panas. Ia seperti cacing kepanasan di dalam mobil

“Ada apa tuan?” Tanya Doni merasa aneh dengan kelakuan sang boss.

“Tubuhku tiba-tiba terasa gerah dan panas. Aku ingin berendam air dingin. Kau cepatlah.” Ujar Gilang sambil menggeliat tidak jelas di tempatnya.

Gilang yang masih sadar, tahu ini jalan menuju salah satu hotelnya yang terkenal di Jakarta.

“Berhenti di hotel milikku. Sepertinya aku akan menginap disana. Tubuhku juga sudah tidak nyaman, aku sudah tidak tahan.”

Sepertinya ada yang tidak beres dengan tuan. Batin Doni berpikir.

Mereka pun sampai di hotel milik Gilang.

Ch.3

Sesampainya di hotel.

“Kau boleh pulang Don” Perintah Gilang pada sekertarisnya yang masih setia mengikuti langkahnya.

“Tapi Tuan …”

“Dengar kata-kataku” Sebelum Doni menyelesaikan kalimatnya, Gilang langsung memotongnya seperti tidak ingin kata-katanya dibantah.

“Baiklah Tuan. Saya permisi, jika ada apa-apa Anda bisa menghubungi saya” Jawab Doni sebelum Gilang benar-benar hilang dari pandangannya.

Gilang hanya mengangguk dan langsung berjalan meninggalkan Doni di depan hotel.

Gilang langsung bergegas menuju lift khusus yang akan mengantarkan ia pada kamar president suite khusus dirinya jika akan berkunjung ke hotel ini.

Setiap staf hotel yang bertemu dengannya akan menunduk memberi hormat pada sang presdir pemilik hotel ini.

Kamar president suite ini memang hanya dirancang khusus buat Gilang dan keluarganya yang ingin menginap di tempat ini.

Masing-masing keluarga mereka memegang kartu khusus untuk membuka pintu kamar president suite itu.

Bahkan para petinggi ataupun pejabat yang ingin menyewa kamar ini tidak pernah di berikan oleh mereka meskipun mereka ingin membayar lebih.

Sesampainya di kamar tersebut, Gilang bergegas memasuki kamar mandi, menjalankan shower untuk mengguyur tubuhnya yang terasa panas dari dalam.

Ia tidak sempat untuk membuka jas dan seluruh pakaian yang ia gunakan karena tidak tahan.

Karena merasa masih kurang, Gilang kemudian menjalankan kran membiarkan air memenuhi bath up yang ada. Kemudian memasukinya dan merendam seluruh tubuhnya.

Sambil berendam. Gilang meraih ponselnya dan menghubungi manajer hotel untuk menyuruh orang mengantarkan pakaian dan makanan untuknya.

Gilang lupa membawa baju ganti, karena ia tidak tahu kejadiannya akan seperti ini.

***

Sementara di tempat lain. Marsya sedang bersiap-siap memakai seragam hotel. Ia baru saja tiba karena pergantian shift dan ia mendapat jadwal malam hari ini.

Sudah rapi dengan pakaiannya, Marsya keluar dari dalam ruangan menuju tempatnya para staf lain yang menunggu tugas apa yang akan mereka lakukan.

“Hai Sya. Kau yang bertugas malam ini?” Tanya salah satu staf pria yang bernama Billy.

“Ya. Giliran ku sekarang” Menjawab sambil tersenyum.

“Berarti kita sama” Jawab Billy lagi. Billy memang memiliki ketertarikan terhadap Marsya sama seperti pria-pria lain yang mengagumi Marsya. Tapi Billy tidak berani mengungkapkan karena ia hanya berani menyukai dalam diam.

Sedang asik berbincang-bincang dengan temannya.

Tiba-tiba manajer hotel masuk ke dalam ruangan staf.

“Kalian siapkan pakaian dan makanan untuk pak Gilang. Beliau sekarang berada di kamar miliknya.” Terdiam kemudian memperhatikan setiap karyawan lalu matanya tertuju pada Marsya

“Kau yang bertugas mengantarkan. Sementara yang lain siapkan keperluan pak Gilang. Nanti gadis ini yang mengantarnya” Manajer itu lalu menunjuk Marsya.

Marsya hanya dapat menganggukkan kepalanya, tidak berani membantah.

Setelah manajer itu pergi semua langsung bergerak cepat menyiapkan makanan dan yang lain bergegas mengambil pakaian yang di butuhkan Gilang.

Marsya hanya berdiri menunggu sampai semuanya siap barulah tugasnya yang akan mengantarkan.

Setelah semuanya siap. Sekarang giliran Marsya untuk mengantarkan. Para staf lain menyemangati Marsya yang sudah berjalan menuju kamar pemilik hotel ini.

***

Kembali pada Gilang yang masih berendam, semakin lama dirinya semakin tidak tahan dengan tubuhnya. Muka dan matanya sudah memerah sekarang. Ia terus bergerak gelisah berpikir sebenarnya apa yang terjadi dengan tubuhnya.

Sial*n. Ada apa sebenarnya dengan diriku. Kenapa rasanya hasrat ku semakin meningkat ingin di lepaskan.

Ia lalu berpikir apa saja yang ia lakukan sampai membuat dirinya begini.

Perasaan tadi aku hanya minum. Dan itu hal biasa yang sudah sering ku lakukan. Apa jangan-jangan ada yang menaruh sesuatu di minumanku. Sial*n. Gilang masih berpikir hingga kerutan muncul di dahinya saking berpikir keras.

Berendam pun tidak akan menurunkan hasrat Gilang karena memang ia di beri obat perangsang dengan dosis yang tinggi.

Sementara akal sehatnya sudah mulai hilang berganti dengan kabut hasrat dalam pikirannya. Tiba-tiba terdengar bunyi bel tanda seseorang datang.

Tanpa pikir panjang Gilang langsung meraih bath robes atau jubah mandi yang sudah di sediakan, lalu memakainya.

Berjalan keluar lalu membuka pintu.

Dahinya berkerut melihat seorang wanita cantik berdiri di depan kamarnya dengan trolley berisi barang-barang yang ia butuhkan.

Gilang langsung mengerti bahwa dia adalah orang yang ditugaskan untuk mengantar pesanannya.

“Permisi Tuan. Saya yang di tugaskan untuk mengantar pesanan Anda.” Ujar Marsya sambil menunduk hormat.

“Letakkan di dalam.” Jawab Gilang ketus. Ia lalu mempersilahkan Gilang untuk masuk dan meletakkan barang-barang tersebut.

Marsya kemudian berjalan masuk meletakkan barang sesuai perintah Tuannya. Sedangkan Gilang terus memperhatikan Marsya dengan pikiran-pikiran yang sudah di kuasai oleh obat perangsang itu.

Tanpa pikir panjang Gilang langsung menutup pintu dan menguncinya.

Saat ini yang ada dalam pikirannya adalah bagaimana menuntaskan hasratnya tersebut.

Melihat Marsya membuat tubuhnya tiba-tiba bereaksi, ia merasa bergairah ketika melihat tubuh wanita itu.

Marsya yang sudah selesai dengan pekerjaannya pun berniat kembali. Saat berbalik ke belakang, ia melihat Tuannya yang berlagak aneh seperti orang kepanasan.

“Tu..Tuan” Ujar Marsya yang merasakan hal buruk akan terjadi padanya.

Gilang berjalan mendekat, semakin mendekat membuat Marsya berjalan mundur dengan kaki yang bergetar karena ketakutan.

Gilang langsung bergegas mendekap Marsya dan melemparkannya di atas tempat tidur miliknya. Gilang buru-buru naik menindih tubuh mungil Marsya di bawahnya.

“Tuan. Apa yang anda lakukan? Tolong lepaskan saya” Ucap Marsya memohon.

”Diam dan menurut lah. Jika kau mencoba kabur dari tempat ini, aku tidak akan segan-segan memecatmu dari sini.” Ancam Gilang pada Marsya.

Marsya yang takut akhirnya menurut, diam di bawah tubuh Gilang membiarkan Gilang merebut apa yang selama ini ia jaga.

Marsya tidak ingin kehilangan pekerjaan, ia tahu mencari pekerjaan di kota ini sangatlah susah.

Sementara dirinya membutuhkan uang untuk membayar biaya sekolah adiknya dan biaya berobat ibunya yang sedang sakit di kampung.

Saat Gilang melakukan penyatuannya dengan Marsya, terlihat air mata menetes.

Marsya merasa hancur sekarang, di tambah rasa sakit yang di rasanya. Ini adalah pertama kali baginya.

Gilang melakukannya berulang-ulang hingga tengah malam, karena efek obat yang tinggi membuat Marsya harus menahan rasa sakit lebih lama dalam melayani Gilang.

Sudah tengah malam dan perlahan efek obat itu mulai hilang.

Marsya sudah tertidur sejak tadi membiarkan Gilang dengan kegiatannya yang belum usai.

Setelah merasa kesadarannya kembali. Gilang akhirnya berhenti dan ikut membaringkan tubuhnya di samping wanita yang baru saja membantunya keluar dari pengaruh obat perangsang yang tidak tahu siapa yang menaruhnya pada minuman Gilang sambil melihat langit-langit kamar Gilang berpikir.

Besok aku akan menyuruh Doni menyelidiki hal ini.

Ia kemudian melirik pada Marsya yang sudah tertidur di sebelahnya. Matanya terlihat sembab dan ada bekas air mata di matanya.

Tidak menunggu lama mereka berdua tertidur dengan lelapnya saking capeknya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!