NovelToon NovelToon

Trapped By The Devil

Meet The Devil

***Cerita ini tidak sesuai dengan peraturan gereja yang berlaku, hanya untuk menambah unsur dramatis saja. Penulis beragama yang sama dengan tokoh. Cheers 🥂***

***

"Cie, nikah," goda Dave.

Davina tertawa karena guyonan receh papanya.

"Jadi masuk gak, Pa?" tanya Davina menunjuk pintu gereja.

"Ya, bolehlah." Dave sok ogah-ogahan, padahal sudah menyodorkan lengannya. Davina segera memeluk lengan Dave.

Mereka pun melangkahkan kaki perlahan memasuki lorong gereja. Musik klasik Canon in D mengalun syahdu mengiringi langkah mereka. Wangi manis mawar langsung menyapa indera penciuman Davina. Ah, ini adalah wangi kesukaannya. Dia memang sengaja memesan bunga mawar putih untuk dekorasi gereja hari ini.

Semua jemaat langsung dibuat berdecak kagum begitu melihat kecantikan Davina hari ini. Beautiful in white adalah kalimat yang benar-benar cocok untuknya. Gaun putih serta selayar panjang melekat indah di tubuhnya yang ramping. Tidak ada riasan make up yang tebal, bahkan bibirnya hanya dipoles oleh lipstick berwarna nude.

Kecantikan Davina memang terkadang tidak masuk akal.

Davina melirik ke kanan dan ke kiri saat menyusuri lorong gereja, mencoba mengenali satu per satu hadirin. Ah, semuanya lengkap, semuanya datang tepat waktu, harinya menjadi semakin sempurna!

Lalu dia berjalan melewati Diana, Mamanya.

“Love you, Ma!” Dia melambai pada Diana, yang sudah menitikkan airmata. Padahal acara ini bahkan belum mulai, tapi Mamanya sudah menangis saja.

Davina sangat fokus pada kebahagiaannya, tanpa dia sadari, sepasang mata mengikuti setiap gerakan anggunnya, memuji dalam hati kecantikannya hari ini. Sesuatu bergemuruh di dalam dada sang pemilik mata indah itu, apalagi saat melihat senyum yang tak pernah lepas dari bibir Davina. Belum pernah dia lihat Davina sebahagia ini.

Begitu mereka tiba di depan altar, Dave menyerahkan Davina ke tangan calon suaminya. Lelaki paling beruntung semuka bumi, Nikolas.

"Jaga Davina," pesan Dave, singkat. Ada nada mengancam yang tegas dalam suaranya.

"Pasti, Om,” jawab Nikolas.

Lalu Nikolas beralih pada Davina saat Dave sudah meninggalkan mereka.

"Cantik," goda Nikolas.

"Baru tahu?" Davina tersenyum meledek.

Bagaimana mungkin Nikolas baru tahu secantik apa Davina? Dia bahkan tidak perlu mengenakan segala riasan dan barang-barang mahal untuk terlihat cantik. Bahkan jika Davina mengenakan baju compang-camping pun, Nikolas tetap akan sudi menikahi wanita itu. Secantik itulah Davina di mata Nikolas.

Prosesi pernikahan pun dimulai. Semua berlangsung baik dan khidmat. Nikolas dan Davina saling mengucapkan janji sehidup semati. Lancar, terlihat sekali bahwa mereka memang sudah mantap dengan satu sama lain.

Bahkan Jefri, sang pendeta yang memimpin acara pemberkatan tersebut, berpikir bahwa pernikahan ini benar-benar kehendak Yang Kuasa, dibuktikan dengan khidmat dan lancarnya setiap prosesi yang berlangsung. Tinggal satu tugas terakhir Jefri sebelum benar-benar mengesahkan dua insan tersebut sebagai suami istri, yaitu bertanya pada jemaatnya.

"Apakah ada di antara jemaat yang tidak setuju dengan pernikahan ini? Jika ada, silahkan berbicara sekarang atau hendaklah ia diam untuk selamanya."

Hening. Sepi.

Sepasang mata yang sejak tadi tak henti memandangi Davina kini telah beralih mengamati seluruh ruangan. Gejolak dalam dadanya kini telah berubah menjadi rasa sakit yang membuatnya semakin gelisah dari detik berganti detik.

"Baiklah, jika tidak ada, maka saya—"

"TUNGGU!" Tanpa dia sadari, suara ini keluar dari mulutnya sendiri. Seluruh jemaat kaget. Bahkan dirinya sendiri lebih kaget, apalagi saat otaknya memerintahkan tubuhnya untuk bangkit berdiri dari bangku, membuat dirinya semakin terekspos. Perhatian semua orang langsung tertuju padanya, termasuk calon pengantin yang sedang menatapnya nanar, seakan ingin membunuhnya saat itu juga. Tapi dia tidak peduli. Hanya satu yang dia tahu, kalau dia diam dan membiarkan hal ini terjadi, dia akan menyesal seumur hidup.

"Saya tidak setuju dengan pernikahan ini!" katanya lagi, dengan lantang.

Sekejap saja suasana ruangan gereja berubah gaduh dengan bisik-bisik para jemaat.

"Raka! Apa-apaan kamu?" Davina histeris di altar.

Tapi laki-laki itu tidak peduli, dia kembali berteriak, "Calon pengantin perempuan itu milik saya, Pendeta Jefri! Dia tidak boleh jadi milik orang lain!"

Suasana semakin gaduh.

"Lo udah gila?" Nikolas rasanya ingin meninju wajah Raka sampai remuk redam sekalian. Harusnya Davina memang tidak boleh mengundang laki-laki itu!

Raka baru akan membuka mulutnya lagi, tapi kedua orangtuanya dengan cepat menarik Raka keluar dari ruangan gereja.

"Pokoknya saya tidak setuju, Pendeta Jefri! Jangan nikahkan mereka! Sampai mati saya tidak setu—"

Mulut Raka langsung dibekap oleh Mamanya sendiri. Dia diseret keluar dan menghilang di balik pintu gereja.

Nikolas dan Davina cepat-cepat menoleh ke arah Jefri, memberi isyarat dengan lirikan mata untuk melanjutkan acara pemberkatan.

Tapi Jefri tahu, dia tidak dapat melakukannya.

"Menurut peraturan gereja ini, pernikahan tidak bisa dilanjutkan kecuali Raka sudah memberikan restunya." Jefri menjelaskan.

"Apa???" Nikolas tidak terima.

"Pendeta Jefri, tolonglah." Davina mengemis.

"Maaf, tapi ini memang sudah peraturannya. Kalian lebih baik selesaikan dulu masalah ini dengan Raka."

Davina dan Nikolas saling memandang. Bagaimana ini bisa terjadi di hari pernikahan mereka?

 

***

 

“RAKA!!! KAMU UDAH GILA???” Nayla, Mama dari si pembuat onar, langsung menjewer telinga anaknya sekuat yang dia bisa, ketika mereka sudah berada di luar gereja.

“AW, AW! SAKIT, MA!!!” Raka meringis.

“BIAR KAMU TAHU RASA!!!”

Akhirnya Nayla melepas jewerannya. Raka langsung mengusap-usap telinganya yang kini terasa panas dan sakit. Dia mencibir di balik punggung Mamanya.

"Apa sih yang kamu pikirin, Ka? Ini pernikahan Davina!” Nayla terdengar frustasi.

“Raka enggak peduli! Davina itu punya Raka!”

Mata Nayla semakin membesar begitu mendengar ucapan anaknya. Kini dia beralih pada Azel, suaminya.

“Zel, kamu kok diam aja? Marahin ini anak kamu!” Nayla menumpahkan amarahnya pada suaminya, karena dia tidak bisa mengamuk lebih lama lagi pada anak kesayangannya itu. Tapi, jelas, dia bisa marah sesuka hati pada suaminya.

“Kalau udah begini baru anak Papanya.” Azel mencibir.

Azel baru akan membuka mulut untuk memarahi Raka, tapi suara pintu gereja yang terbuka beserta hiruk pikuk jemaat yang berhamburan keluar menghentikannya. Nikolas dan Davina berjalan cepat-cepat menuju Raka.

"KA! MAKSUD KAMU APA, HAH?” Davina, yang terbiasa bersikap lembut, baru kali ini merasakan dorongan untuk menampar pipi seseorang.

“RAKA! JELASIN KE PENDETA JEFRI SEKARANG!!!” Nikolas menggeram.

Raka menggeleng, lalu dia cepat-cepat berlari, menjauh dari Davina dan Nikolas yang jadi ikut berlari mengejarnya. Tapi Davina dan Nikolas tentu saja kerepotan menyusul langkah Raka, karena gaun dan sepatu hak tinggi Davina.

“PENDETA JEFRI, SAYA MASIH TIDAK IKHLAS!!! JANGAN NIKAHKAN MEREKA!!!” Raka berteriak lagi pada Pendeta Jefri, yang kini berdiri di depan gereja. Suasana halaman gereja itu semakin gaduh.

“JANGAN DENGERIN RAKA, PENDETA JEFRI!!!” Davina kini sudah berteriak sampai paru-parunya terasa sakit.

Tapi Raka tidak peduli.

“NIKO, DAVINA ITU MILIK GUE SATU-SATUNYA! SAMPAI MATI, DIA BAKAL SELALU JADI MILIK GUE! LO GAK BAKAL MENANG DARI GUE!” jerit Raka sambil tersenyum tengil. Lalu dia menghilang di balik pagar gereja.

Ladies and gentlemen, meet our Devil, Mr. Elraka Aditya.

 

***

Haloooooo semuaaaaaa! Hahahahaha ketemu lagi sama author remahan rengginang ini. Semoga masih niat ya ngikutin ceritaku. Jangan lupa fav, like, rate 5🌟 dan comment-nya please, kalian pada baik-baik deh 😆 Oh ya, kalau mau, follow IG baruku ya di : @ingrid.nadya 💕

Meet The (Almost) Bride

Raka benar-benar kabur entah kemana. Tidak ada satu orang pun yang tahu dimana keberadaannya. Sepertinya dia juga sengaja pergi agar pernikahan Nikolas dan Davina sungguh-sungguh batal hari ini. Kalau dia tidak ada kan, Jefri tidak bisa melanjutkan pemberkatan.

Pertemuan keluarga besar langsung diadakan malam itu juga.

“Makanya lo ngajarin anak yang bener, Zel!” Diana memarahi Azel.

“Maaf, Diana.” Azel menunduk. Tidak ada kata-kata yang dapat diucapkan untuk membenarkan sikap anaknya. Jadi sudah selayaknya dia minta maaf pada keluarga itu.

Davina sendiri langsung menyingkir dari ruang keluarga, dia tidak ingin tahu apapun. Dia lebih memilih untuk masuk ke kamarnya saat mengetahui bahwa Raka masih belum juga menunjukkan batang hidungnya.

Tega sekali laki-laki itu melakukan hal ini padanya. Seperti tidak cukup dia menganggu hidup Davina terus menerus selama ini, kini dia juga jarus membuat Davina batal menikah?

Dia memandang ke meja rias di hadapannya. Maskaranya sudah luntur sempurna karena airmata. Dia pun melepas selayar dari atas kepalanya. Harusnya malam ini dia sedang menunggu penerbangan bersama Nikolas di Terminal Tiga Soekarno Hatta sambil sesekali mencuri ciuman laki-laki itu selayaknya pengantin baru. Tiket pesawat menuju Paris sudah di tangan, tapi apa daya musibah tidak pernah bisa ditolak.

"Awas kalau kamu muncul, Ka. Aku tonjokin muka kamu sampai babak belur!” katanya sambil menangis.

"Ya udah, sini, bikin aku babak belur." Tiba-tiba satu sosok muncul dari jendela kamarnya.

Mata Davina melebar saat melihat Raka. Bagaimana laki-laki itu bisa masuk ke kamarnya???

Belum sempat dia mengucapkan sesuatu, Raka sudah lebih dulu menutup mulutnya.

"Jangan teriak! Nanti aku digebukin sama Niko. Aku maunya digebukin sama kamu."

Davina berontak. Dia tidak sudi lagi dekat-dekat dengan Raka! Panik dengan tingkah Davina, Raka langsung mengunci gadis itu dalam pelukannya.

"Devni," panggilnya, lembut.

Seperti mantra yang selalu berhasil, sekejap saja Davina berhenti berontak. Seluruh tubuhnya selalu merasakan sesasi berbeda setiap kali Raka memanggilnya dengan sebutan itu.

Devni merupakan panggilan sayang Raka untuknya. Dialah satu-satunya orang yang memanggilnya dengan sebutan itu. Entah disengaja atau tidak, Raka hanya memanggilnya Devni di saat mereka sedang berduaan saja. Hal itu malah membuat panggilan itu terasa intim dan rahasia.

Asal usul sebutan Devni sendiri sebenarnya tidak istimewa, hanya diambil dari nama seorang tokoh di kartun zaman dulu berjudul Scooby Doo. Menurut Raka, sosok Daphne (dibaca Devni) di kartun itu benar-benar mencerminkan Davina. Cantik dan tenang. Nama yang sedikit mirip membuat Raka memilih untuk memanggilnya Devni saja.

"Kamu tuh enggak bener-bener cinta sama Niko. Kamu cintanya sama aku." Raka memandang mata Davina, dalam-dalam.

Davina hanya bisa menggeleng, dia belum bisa bicara karena Raka masih membekapnya.

"Kamu janji enggak bakal teriak kalau aku lepas?" tanya Raka.

Davina mengangguk.

Tapi Raka tidak begitu saja percaya, dia tahu betul sifat Davina. Dia pun mengunci kedua tangan Davina di belakang punggung. Davina menggerutu dalam hati, bagaimana mungkin Raka melakukannya hanya dengan satu tangan?

"Kalau kamu mau teriak, silahkan. Tapi posisi kita sekarang bakalan menarik banget untuk dilihat sama Niko." Raka semakin mendekatkan diri, membuat tubuhnya melingkupi tubuh Davina sepenuhnya.

Davina hanya bisa diam, tidak ada gunanya melawan Raka. Daridulu laki-laki ini memang sama sekali tidak bisa ditentang keinginannya.

Sadar bahwa Davina kini sudah pasrah, akhirnya Raka melepas bekapan tangannya. Davina sudah tidak tahan lagi dengan kelakuan Raka, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Semakin marah dirinya, maka semakin larutlah dia dalam emosinya sendiri.

"Kamu tega, Ka." Airmata Davina mulai mengalir.

Raka terenyuh.

"Devni, aku cuma nyelamatin kamu dari jalan yang salah."

"Aku milih Niko, Ka, bukan kamu. Dan ini adalah keputusan paling benar yang pernah aku lakukan di seumur hidup aku."

"Kamu yakin keputusan kamu benar?" Raka menaikkan alis, tanda bahwa dia meragukan kata-kata Davina.

"Seratus persen yakin."

Kini tangan kanan Raka menyusup turun untuk memeluk pinggang Davina, sementara tangan kirinya menyusuri wajah cantik gadis itu.

"Ka!" Davina protes, tapi tubuhnya menurut, memilih manut dengan segala kejahilan Raka.

Tangan kiri Raka kini turun ke lehernya. Dia cepat-cepat menghempaskan tangan Raka sebelum dia benar-benar terlarut.

"Kamu jangan berani-berani nyentuh aku!" Davina mendorong tubuh Raka. Perbandingan tubuh mereka yang sangat jauh berbeda membuat usaha Davina sia-sia, tapi tidak ada salahnya mencoba kan?

Dia terus berontak sambil memukul-mukul tubuh Raka. Sebenarnya apa sih yang diinginkan laki-laki ini darinya?

"Devni." Kali ini Raka berbisik di telinganya. Pukulan Davina melemah.

"Kamu milik aku. Jangan lupain itu!"

Davina heran kenapa saat ini tubuhnya tidak bisa bekerja sesuai dengan keinginannya? Kenapa malah terlena dengan seseorang yang telah merusak acara pernikahannya? Harusnya saat ini dia membenci Raka setengah mati. Harusnya dia sedang mencakar-cakar wajah sempurna Raka itu. Tapi, kenapa dia malah terlena dengan sikap Raka?

"Please, menjauh dari aku." Davina memelas.

"Enggak bakal pernah." Raka tersenyum miring. Senyum itu dulu pernah membuat Davina tergila-gila. Tapi tidak hari ini! Tidak akan pernah lagi!

Dia mencintai Nikolas, sepenuh hati. Raka hanya sebatas kenangan masa lalu yang ingin dia kubur dalam-dalam.

Davina baru akan melancarkan serangan lagi pada Raka, tapi sesuatu mengagetkannya.

"Davina? Sayang?" Tiba-tiba sebuah ketukan di pintu kamarnya terdengar. Raka kaget, Davina pun langsung mengambil kesempatan itu untuk menjauh darinya.

"Aku boleh masuk?" Suara Nikolas terdengar lagi dari luar kamar. Davina tidak tahu harus berbuat apa, dia hanya terpaku.

Raka tersenyum penuh arti melihat Davina yang bergeming. Dia sangat menikmati bagaimana Davina bingung apakah harus membuka pintu untuk tunangannya itu atau tidak.

"Buka aja pintunya, mungkin Niko bakal seneng lihat aku disini." Raka terkekeh pelan.

"Brengsek!" maki Davina, dengan suara sekecil mungkin. Dia benci setengah mati pada Raka!

Akhirnya Raka mendekat lagi, lalu berbisik di telinga Davina, "I'll come again, Devni."

Kemudian Raka beranjak pergi, menghilang keluar jendela.

"Gak apa-apa kalau kamu belum mau ketemu siapa-siapa. Tapi kamu harus makan dulu, Sayang." Nikolas kembali membujuk Davina dari balik pintu.

Davina tidak berani menjawab.

"Aku letakin makanannya di pintu ya."

Davina dapat mendengar suara langkah kaki Nikolas yang perlahan menjauh. Dia menghempaskan diri ke ranjangnya, membenamkan wajah sepenuhnya ke bantal. Dia tidak berhak menemui Nikolas saat ini, apalagi dengan wangi parfum Raka yang masih menyelimuti dirinya. Dia menangis tersedu-sedu di dalam bantal.

Di sela isak tangisnya, Davina tiba-tiba teringat sesuatu. Dengan sisa-sisa harga diri, dia melangkah ke arah jendela dan menguncinya rapat-rapat. Dia tidak ingin kejadian tadi terulang lagi!

Ladies and gentlemen, meet our almost-bride, Miss Davina Mahardhika.

 

***

Hahahahaa. Maaf ya kalau Raka berbeda seratus delapan puluh derajat dari Azel 🙈 Gak bosen ngingetin untuk like dan komennya ya guys! Thank you 😘

IG Author : @ingrid.nadya

Kembali Jadi Milikku

"Mas, udah reservasi?" Seorang pramusaji menahan satu sosok laki-laki berperawakan tinggi menjulang yang hendak masuk ke dalam bar tujuannya saat ini. Raka menarik nafas pelan, mencoba menjaga kesopanan.

"Udah. Teman saya di dalam," sahut Raka sekenanya.

Pramusaji tersebut harus menarik nafas dalam-dalam saat ditatap oleh mata intens milik Raka. Wajah Raka yang sempurna dan matanya yang tajam memang sering membuyarkan fokus banyak wanita. Tapi pramusaji tersebut tahu bahwa dia harus tetap melakukan pekerjaannya, meski orang yang berada di hadapannya sekarang sangatlah mempesona.

"A-atas nama?" Dia tergagap.

"Rafael."

"Baik. Di table delapan ya."

Raka mengangguk, dia segera masuk ke dalam bar tersebut.

Herriot Sky adalah salah satu bar di Jakarta yang memiliki suasana tenang, berbeda sekali dengan hiruk pikuk bar pada umumnya yang selalu mendentumkan musik EDM yang berisik. Raka lebih menyukai bar seperti Herriot Sky ini, dimana dia bebas menikmati minuman keras dengan musik jazz. Banyak orang tidak tahu bahwa tempat ini adalah persembunyian Raka paling jitu. Hanya satu oranglah yang tahu soal ini. Yaitu, Rafael.

"Ka!" Rafael melambai begitu melihat Raka celingak-celinguk.

Rafael adalah sepupu Raka. Selisih umur yang kecil membuat mereka menjadi sangat akrab. Rafael sudah seperti kakak kandung yang selalu menerima baik dan buruk Raka, makanya dia percaya bahwa Rafael tidak akan mengadukan keberadaannya disini saat ini.

Rafael sudah seperti nine wine wine untuknya, alias emergency contact di saat Raka butuh teman untuk minum-minum. Tidak akan ada penghakiman dari Rafael, hanya ada nasihat-nasihat yang akan masuk kuping kanan dan keluar dari kuping kiri Raka dalam hitungan detik.

Raka langsung menghampiri Rafael. Begitu Raka duduk, sang sepupu langsung menonjok bahunya.

"Emang lo keterlaluan! Tega banget lo hancurin pernikahan Davina!"

"Shut up!" Raka mendengus.

"Davina gimana?"

"Ngamuk."

"Pastilah."

Raka menuangkan wine di hadapannya langsung segelas penuh, menyesapnya dengan buru-buru. Dia tidak perlu menikmatinya kali ini, dia hanya ingin minum. Dan mabuk. Dan hangover. Dan melupakan kelakukan bejatnya tadi pagi.

"Terus sekarang, apa rencana lo?" tanya Rafael.

"Gak ada."

Rafael terpelongo.

"Jadi, lo cuma pengen Davina batal married, terus lo gak ngelakuin apa-apa untuk dia?"

"Yep."

"Psikopat lo!"

Raka terkekeh.

Dia sudah terbiasa dijuluki gila oleh orang-orang di sekitarnya. Makaya, julukan psikopat juga bukan barang baru untuknya. Petualangan demi petualangannya dengan wanita-wanita di sekitarnya yang selalu berumur pendek sudah cukup jadi bukti bahwa Raka sulit serius dengan wanita manapun. Dia tidak punya trust issue, hubungan keluarganya pun baik-baik saja, Raka tidak tahu apa yang salah dengan dirinya.

Dulu dia selalu berpikir bahwa ini hanya disebabkan oleh kepribadiannya yang mudah bosan, tapi kejadian tadi pagi menyadarkannya. Jawaban yang selalu dia cari ternyata berada di dekatnya selama ini. Bahwa hal ini sesederhana karena dia hanya akan terikat pada satu wanita saja seumur hidupnya. Dan wanita itu tidak lain dan tidak bukan adalah Davina.

Tadi pagi, dia hampir gila rasanya saat melihat Davina tersenyum pada pria lain. Tangan Davina digenggam pria lain. Cadarnya dibuka untuk pria lain. Bahkan Papa Dave menyerahkan Davina ke tangan orang lain. Dan orang itu BUKAN DIA!

Akhirnya dia mengerti kenapa setiap kali wanita itu akan dimiliki orang lain membuatnya menjadi gila. Dia juga akhirnya mengerti kenapa perasaanya selalu jadi tidak tertahankan setiap kali Davina mulai menjauh darinya.

Padahal Raka tahu betul bahwa jika ada laki-laki yang pantas mendapatkan Davina, Nikolas-lah orang yang tepat. Laki-laki itu telah tergila-gila pada Davina sejak dulu. Tidak akan ada yang sanggup mencintai dan menjaga Davina sehebat Nikolas menjaga wanita itu. Bahkan Raka yakin Nikolas akan rela menjual jiwanya kepada setan asal melihat Davina bahagia. Tapi dia tidak peduli! Hanya dia yang berhak mendapatkan Davina. Wanita itu harus menjadi miliknya selamanya.

Kalau dia sampai membuat keributan besar di pernikahan Davina yang dihadiri oleh orang-orang penting kenalan Papa Dave, maka itu artinya dia serius dengan keinginannya ini. Meski dia harus mengakui bahwa dia cukup takut dengan amarah Papa Dave yang akan dia hadapi selama beberapa hari ke depan. Ah, jangan lupa badai amukan juga akan datang dari Mama Diana! Raka memang memanggil kedua orangtua Davina dengan sebutan Papa dan Mama, nanti akan dijelaskan lebih lanjut kenapa.

Belum lagi pertengkaran Papa dan Mamanya sendiri yang akan saling menyalahkan masing-masing pihak karena kelakuan tengil Raka. Dan seperti belum cukup panjang daftar orang-orang yang memarahinya, tiba-tiba dia teringat sebuah nama. Rara.

Rasanya dia ingin mengantukkan kepalanya ke dinding saat ini.

Rara adalah satu-satunya jembatan penghubung antara Davina dan Raka selama ini. Mungkin hanya karena Rara-lah, makanya Davina masih sudi berurusan dengan Raka. Tapi sekarang, dia kembali merusak kepercayaan kakak semata wayangnya itu.

Ah, semuanya jadi terasa sangat memusingkan!

"Lo nyesel?" tanya Rafael, melihat Raka menenggak wine-nya dengan rakus.

"Enggak."

"Terus kenapa lo minum kayak kesetanan?"

"Papa sama Mama pasti ada di apartemen gue sekarang. Gue males ngadepin mereka, jadi mending gue mabuk sampai gak sadar besok pagi. Ntar lo drop gue di hotel manapun lah, Raf.”

Rafael tertawa, “Mereka pasti lagi berantem hebat karena lo!”

“Gak usah heran.” Raka menggedikkan bahu. Sebenarnya hubungan Papa dan Mamanya sangatlah harmonis. Tapi tentu tidak ada gading yang tak retak, bukan? Dan Raka adalah retakan kecil di hubungan kedua orangtuanya. Jika Raka salah, maka Papanya ikut salah. Seperti kejadian di gereja tadi.

"Pantesan lo ngajak gue minum, ternyata cuma mau jadi kuli panggul lo doang."

Raka tertawa kecil, kembali menuangkan wine ke gelasnya.

Rafael berdehem, tanda bahwa dia akan mulai menyampaikan nasihat-nasihan yang pasti akan diabaikan juga oleh Raka.

"Lo harusnya biarin Davina bahagia, Ka, kalau lo enggak mau ngasih kebahagiaan itu."

"Bacot, ah!”

Rafael mendengus. Betapa sulit memberikan nasihat kepada sepupunya satu ini.

"Lo ngerusak kebahagiaan Davina hari ini. Lo harus tanggung jawab."

"Gue cuma gak suka dia nikah sama orang lain, Raf."

"Ya udah, lo yang nikahin dong!"

"Umur gue baru dua puluh lima tahun! Nikah kepala lo!"

"Terus sekarang lo mau gimana? Kalau lo gak kejar dia, gue yakin Davina bisa dapat gereja baru yang bisa nikahin mereka sih! Oh, dan tentu aja, kali ini lo gak bakal diundang untuk bisa ngerusak acara nikahnya dua kali!"

Raka menggeram.

Untuk pertama kalinya, dia mendengar semua petuah dari Rafael. Karena kali ini sepupunya itu benar. Well, sebenarnya Rafael selalu benar, Raka saja yang tidak mau mendengarnya selama ini. Tapi, kali ini pendapat Rafael terasa masuk akal di telinganya.

Tidak akan butuh waktu lama untuk Davina kembali sadar bahwa yang dia inginkan dan butuhkan adalah Nikolas. Laki-laki itu memang sangat sempurna untuk mendampingi Davina.

Raka meneguk kembali wine-nya. Ini tidak boleh terjadi. Davina harus segera kembali jadi miliknya!

 

***

Ka, kamu anak siapa sih? Perasaan Azel baiknya kayak malaikat, kamu kok macam anak setan begini? Hahahaha. Teman2, bantu aku dong untuk naikin cerita ini, comment dan vote ya, kalian baik deh 😉

IG Author : @ingrid.nadya

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!