NovelToon NovelToon

Pernikahan Beda Usia

Part 1

"Gatra ariyo pamungkas bangun..." teriak seseorang dari balik pintu dengan suara keras nya

"Huahhh" gatra menutup mulutnya sambil berusaha membuka matanya yang terasa berat "iyah udah bangun" jawabnya pada seseorang dibalik pintu

"Cepat mandi terus sarapan, papah udah nunggu dibawah. kamu kan hari ini ke kantor, gak kuliah" sambung wanita itu lalu pergi begitu saja

Gatra meraih handphone yang tergeletak di meja "jam tujuh? cepet banget" ucap gatra masih dengan mata layunya

Ia berjalan gontai ke kamar mandi sambil terus menguap "resiko kerja sambil kuliah, laporan numpuk, makalah numpuk skripsi gak beres" ucapnya dengan nada kesal

Ditempat lain, lebih tepatnya dimeja makan. seorang lelaki bertubuh agak besar sekitar berusia 50 tahun sedang duduk menyantap sandwich.

"Mana gatra?" tanyanya dengan datar "baru bangun dia pah" jawab perempuan yang tadi membangun-kan gatra usianya seperti tak jauh beda dari suaminya.

Terlihat dari rambut keduanya yang sudah mulai memutih walau hanya sebagian. kedua orang tua gatra disibukkan dengan bisnisnya masing-masing.

Bu pritasahara atau mamah, sebutan dari gatra. ia bekerja keras membangun sebuah salon kecantikan disaat usia nya muda sampai akhirnya sudah lebih dari dua cabang yang bisa ia kelola. sedangkan,

Pak dario pamungkas menjadi pemilik perusahaan parfum yang cukup besar, gedung pembuatan parfum yang besar dan banyak membuat nya semakin dikenal orang.

Usaha nya dari usia muda membuatnya sukses dihari tuanya, perusahaan parfum yang ia kelola selalu menjadi sorotan terlebih lagi parfum dari bunga sakura yang sedang banyak peminatnya ini membuat keuntungan yang sangat signifikan terjadi. ia bahkan sudah mengirimkan nya ke beberapa negara luar seperti brunei, malaysia dan vietnam.

"Kamu mau bareng sama papah atau bawa mobil? papah ada meeting pagi ini" ucapnya saat gatra turun dengan kemeja dari sebuah tangga

"Bawa mobil sendiri aja" jawab gatra, ia duduk disamping papahnya sambil langsung menyantap sandwich buatan mamah.

"Jangan telat datang ke kantor, hari ini kamu selesaikan laporan yang papah suruh buat" ucap pak dario dengan nada tegas yang langsung berlalu

"Gatra, hari ini mamah mau pergi ngecek salon yang ada didaerah tangerang. mungkin mamah bakal pulang telat. jadi, kalo kamu butuh apa-apa langsung ke bibi ya" kata mamah sambil menyodorkan sebuah gelas susu

"Iya" jawab gatra datar

"Ingat! pulang langsung pulang jangan macem-macem, jangan sampe papah kamu marah kaya waktu itu" mamah mengarahkan telunjuknya ke wajah gatra sambil menatapnya tajam

"Iya mamah ku sayang, tercinta" jawab gatra sambil tersenyum lebar lalu mencium kedua belah pipinya "aku berangkat"

Gatra membawa sebuah mobil berwarna hitam yang ia kemudikan sendiri, walaupun ia bisa memperkerjakan seorang supir tapi ia tak pernah mau. menurutnya mengemudi sebuah mobil bukanlah sesuatu yang merepotkan.

"Hallo raka lo dibengkel gak?" tanya gatra sambil memasang earphone

"Iya biasa nih ngontrol bengkel suruh bokap" jawab raka sahabat gatra

"Nanti malem kita ke club yu? ajak haris sekalian"

"Oke bos" jawab raka sambil tersenyum lebar ditempatnya

Gatra tersenyum puas sambil menatap jalan raya "untung mamah pulang malem, udah lama nih gak ke club"

Tak berangsur lama ia sampai disebuah perusahaan besar , terlihat deretan satpam berdiri dari tempatnya saat tau mobil anak dari tuannya datang.

"Biasa pak, parkirin" ucap gatra sambil menyerahkan kunci mobil

Gatra masuk dengan gaya tengilnya, sedikit menebar senyum tipis pada beberapa pegawai yang menyapanya.

"Selamat pagi marisa cantik" sapa gatra pada sekertaris-nya yang memiliki meja disamping ruangannya

Marisa yang memang tidak terlalu tertarik pada gatra hanya membalas dengan senyuman manis, menghormati sapaan dari atasannya.

Gatra masuk ke ruangannya, ia duduk di kursi dengan santai sambil menghidupkan komputer didepannya.

"Kok email untuk pembayaran nya belum ada sih?" tanya gatra dengan bingung, padahal diruangan itu hanya ada dirinya sendiri

Ditempat lain, disebuah rumah yang cukup besar namun tak megah dan mewah. ada seorang perempuan yang tengah duduk didepan teras sambil mengecek sebuah kertas entah apa.

"Jadi, kapan bu? ibu bisa kan?" tanya seorang perempuan yang berdiri disampingnya

"Kamu saja yang langsung ngecek ke kebun deh , saya banyak kerjaan dew" jawab tania sambil menyerahkan kertas berjilid biru itu

"Yasudah kalau begitu, laporan nya saya email saja ya bu" jawab dewi dengan sopan lalu pergi

Tania ranisa ahmad perempuan cantik bertubuh kecil dengan tinggi 170 cm, jarang sekali yang menyangka umurnya sudah memasuki kepala tiga tahun ini.

Dirinya selalu sibuk dengan urusannya sendiri sejak usianya sembilan belas tahun. sejak saat itu pula orangtuanya pergi meninggalkan ia seorang diri.

Keterpurukan tak membuatnya patah semangat ia sudah memiliki cita-cita sebagai guru dari kecil, sampai akhirnya ia memutuskan menjadi dosen disebuah universitas tinggi.

Walaupun hidup seorang diri, tania tidak pernah merasa bosan dan jenuh. karena apa yang dia mau sebenarnya bisa saja dia miliki termasuk seorang suami.

Namun karena sejak orang tuanya meninggal ia sibuk belajar dan mengelola perusahaan ia sampai lupa bahwa ia sudah cukup umur untuk menikah. dan kabar bahwa ia dijodohkan dengan seorang lelaki pun membuatnya cukup lega karena itu artinya dirinya bisa menikah saat menginjak usia tiga puluh tahun.

"Siapa ya kira-kira lelaki itu?" tanya tania sambil tersenyum membayangkan jika ia tinggal bahagia bersama seorang suami dan anak anaknya nanti.

Waktu berlalu cepat, gatra dan dua orang sahabatnya yaitu raka dan haris sudah duduk disebuah kursi dipenuhi banyak wanita cantik dan seksi.

"Minum dulu dong" ajak gatra sambil mengangkat gelas berisi minuman ke atas

"Mantap" ucap raka sambil berjoget ria dengan banyak wanita

Gatra tersenyum lebar sambil bersandar di bahu seorang perempuan cantik "gatra, kenapa baru kesini?" tanya ia dengan suara manjanya

"Sibuk" jawab gatra pendek

"Kamu yakin gak mau tidur sama aku?" tanya wanita itu sambil memeluk gatra erat

"Cih, meniduri mu? terus setelah aku meniduri mu kau mau apa? meminta aku menikah dengan mu? aku tau aku siapa dan aku tidak mau dengan wanita seperti mu" jawab gatra dengan jiji sambil berjalan pergi

Wanita itu menggeram kesal "kenapa satu wanita pun tidak ada yang dapat meluluhkan hati gatra sih diclub ini?"

Gatra duduk di kursi bagian pojok sambil memandang wajah seorang wanita di handphone-nya "kapan kamu kembali maudy?" tanya nya dengan mata sayu dan bibir yang getir

"Aku merindukan mu" sambung nya lagi

Maudy memang cinta pertama gatra saat duduk di bangku sma dulu, mereka berdua menjalin hubungan cukup lama sampai akhirnya saat lulus sekolah maudy diboyong orangtuanya ke negara singapore. karena bisnis orangtuanya berkembang pesat disana.

Part 2

"Dari mana?" tanya pak dario sambil duduk disebuah sofa diruang tamu

Gatra menghentikan langkahnya sambil mendengus kesal "dari luar" jawabnya

"Iya papah tau kamu dari luar, tempatnya dimana?" tanya pak dario dengan penuh penekanan "duduk gatra" sambung pak dario

Sambil menghamburkan nafasnya gatra menjatuhkan bokongnya ke sofa dihadapan papahnya

"Mau sampai kapan kamu begini?" tanya pak dario yang menatap wajah gatra serius

"Maksud papah?" tanya gatra pura-pura tidak mengerti arah pembicaraan nya kemana

"Papah tau kamu pasti habis di club malem kan? kamu sering sekali pergi kesana, kalo mamah pulang malem" jawab pak dario dengan nada pelannya

"Ya karena mamah bawel" jawab gatra sambil memalingkan wajahnya

"Mamah dan papah hanya punya satu anak dan itu kamu, wajar kalo kami gak mau kamu terjerumus masuk ke zaman gatra" ucap papah mencoba mencari hati gatra agar tersentuh "mamah dan papah gak muda lagi, kami bahkan sibuk akhir-akhir ini untuk mencari tangan kanan yang benar-benar bisa dipercaya agar meneruskan bisnis kita masing-masing" sambungnya

"Terus papah sama mamah mau gatra gimana?" tanya gatra karena tak tega melihat seorang lelaki yang biasanya memukul wajahnya kalau tau dia mabuk tapi sekarang malah berlinang air mata

"Papah cuma mau kamu kuliah yang bener diakhir semester ini, terus kerja nerusin perusahaan papah" jawab pak dario

"Aku juga kan tinggal beberapa hari lagi nyerahin skripsi tinggal pengecekan dulu dari guru pembimbing" jawab gatra santai

"Bagus, karena setelah kamu lulus. papah dan mamah bakal menikahkan kamu" jawab pak dario tersenyum lebar

"Maksud papah apa ya? aku dijodohin?" tanya gatra meninggikan suaranya

"Aku gak mau yah pah" tolak gatra cepat setelah papahnya menganggukkan kepalanya

"Dengar gatra, ada alasan kenapa papah dan mamah mau menjodohkan kamu. mamah pulang malem sebenarnya pergi ke rumah calon istri kamu, pokonya segera mungkin kamu akan menikah"

"Gak bisa gitu dong, gatra masih muda pah" tolak lagi gatra sambil berdiri dan mendengus kesal

"Iya papah tau usia kamu baru 23 tahun, tapi menurut papah kamu harus menikah diusia sekarang" jawab pak dario sambil pergi meninggalkan gatra yang kalang kabut dengan perjodohan ini

"Perempuan mana lagi yang tergoda sama harta gue?!!! sampe bisa menangin hati bokap sama nyokap?" ucap gatra dengan nada kesalnya sambil berjalan ke kamar

Keesokan harinya, universitas cemerlang bangsa sudah dipenuhi oleh para mahasiswa dan mahasiswi

"Hai gatra" goda seorang perempuan cantik sambil berjalan dan duduk disamping gatra

Gatra tersenyum lebar sambil mengelus kepala wanita itu "kamu makin cantik aja sih" ucapnya

"Ah gatra" ia menaruh kepalanya di dada bidang gatra sambil memainkan tangan gatra

"Wei wanda kampus wei" ucap haris yang duduk dihadapan mereka

"Bu tania wei bu tania" teriak raka masuk ke dalam kelas

Wanda pun segera pindah ke kursinya, dan raka menyeret kursi bekas wanda. karena itu kursinya

"Selamat pagi" ucap bu tania dengan wajah yang seperti biasanya yaitu datar

"Pagi bu dosen cantik" timbal gatra dibelakang sana

"Oke saya mau bilang kalian semua hebat, karena penelitian akhir kalian bagus. kalian bekerja keras dalam mencari judul, data, referensi buku, teori, sampai metode penelitian" kata bu tania tanpa menggubris perkataan gatra

Bagaimana pun diusia nya yang sekarang ia masih terlihat cantik, dengan tubuh yang cukup seksi. makanya tak ayal ia sering menjadi bahan godaan anak anak kampus nakal seperti seorang gatra

"Dan kalian sudah mendapatkan pemberitahuan untuk segera mengerjakan skripsi dari dua minggu yang lalu, maka harusnya sedikit banyak skripsi kalian sudah berjalan bahkan untuk yang rajin sudah selesai"

"Belum bu, susah" teriak wanda dengan nada kesalnya

"Makanya lebih giat lagi untuk mengerjakan tugas akhir di semester delapan ini. supaya kalian bisa jadi sarjana ekonomi secepatnya" jawab bu tania

"Jadi penelitian saya tinggal dibuat dalam bentuk skripsi ya bu?" tanya gatra

"Bisa dibilang begitu, karena kalian disuruh buat penelitian itu ya buat skripsi" jawab bu tania

"Okeh ibu cantik" jawab haris dengan senyuman lebar

"Sekarang saya ada buku pedoman penulisan skripsi, supaya kalian gak ada yang salah salah sampe ngerepotin saya" ucap bu tania sambil membagikan buku itu ke setiap meja

"Saya sibuk akhir-akhir ini, kalo kalian mencari saya harap sabar" ucap bu tania dan pergi

Sebenarnya ini hanyalah sebuah cara memandirikan para mahasiswa dan mahasiswi, sebagai dosen pembimbing memang sangat sulit ditemui jika akhir akhir penyerahan skripsi. karena dosen pembimbing bukan hanya membimbing satu siswa saja.

Apalagi nasib seorang semester akhir benar benar ditangan dosen pembimbing.

"Gatra, kita ke bengkel gue yu?" ajak raka

"Gue gak bisa" ucap gatra ketika ingat bahwa perempuan yang di jodohkan dengannya akan datang ke rumah

"Kenapa bro? tumben?" tanya raka bingung

"Biasa bokap nyuruh gue ke kantor" jawab gatra dengan santai

"Oh gitu, mulai susah yah anak sultan" goda haris

Gatra tertawa kecil sambil berjalan pergi "gue duluan"

Wanda yang melihat gatra pergi berjalan seorang diri segera mengejarnya dan menggandeng lengan gatra "bep pulang anterin dong"

"Gak bisa, lo kan juga bawa mobil wan" tolak gatra sambil melepaskan gandengan tangan gatra

"Ihh gatra" wanda menghentakkan kakinya kesal "benar-benar konyol, dia mau nya perempuan seperti apa sih?"

Karena wanda tau, seorang gatra benar-benar tak pernah punya pacar sejak awal kuliah sampai sekarang. walaupun dirinya banyak didekati para wanita bahkan ia sering merespon nya tapi itu seperti hanya melepaskan ke bosenan semata.

Gatra pergi dengan kecepatan tinggi karena jalan raya terlihat sepi hanya beberapa kendaraan yang melewati nya.

Saat sampai dirumah, gatra melihat sebuah motor matic terparkir di halaman rumahnya "motor siapa itu pak?" tanya gatra pada satpam yang membukakan gerbangnya

"Kurang tau den, cewek" jawab satpam itu sambil menundukkan kepalanya

Gatra turun dari mobil "parkirin" ucap gatra, ia memilih jalan untuk menuju halaman rumah

"Kaya kenal" ucap gatra sambil mengingat tapi tak ingat

Ia masuk masih dengan gaya tengilnya sambil menebarkan senyuman tipis "perempuan macam apa ini datang kerumahku dengan motor butut, kelihatan sekali dia hanya ingin hartaku"

"Deg"

Matanya dan mata bu tania bersatu menatap kaget "bu tania? ngapain?" tanya gatra terkejut

"Duduk gatra" suruh papah menatap tajam anaknya itu

"Jangan bilang kalau yang dijodohin sama gatra dosen gatra sendiri mah?" ucap gatra sambil menggelengkan kepalanya

Walaupun ia sering menggoda bu tania , tapi ia tak pernah menyukainya. apalagi umur bu tania yang jauh diatasnya.

Part 3

Gatra menundukkan kepalanya sambil mendengus kesal karena hanya dirinya lah yang dari tadi menolak perjodohan ini dengan seribu alasan, sedangkan bu tania duduk tenang sambil tersenyum lebar menatap orangtua gatra bergantian.

"Gatra, tania ini wanita tangguh. dia bisa hidup mandiri dengan semua cita-cita yang ia inginkan. mamah dan papah juga gak mungkin sembarangan menikahkan kamu dengan orang lain" ucap mamah sambil mengusap bahu gatra

"Lagian kan lebih bagus kalo kalian sudah kenal" saut papah sambil tersenyum lebar

"Pah, kita kenal sebagai dosen dan mahasiswa bukan yang aneh-aneh. lagian umur gatra baru 23 pah, apa gak terlalu muda?" jawab gatra dengan nada tingginya

"Setelah menikah kamu langsung akan memimpin perusahaan papah, papah sudah tua gatra. apa kamu gak mau membahagiakan papah?"

"Yang lain gak ada? selain menikah apa?" tanya gatra kesal

"Hanya menikah dan harus dengan tania" jawab papah tegas hingga gatra hanya bisa menghamburkan nafasnya

"Kenapa harus dengan bu tania?" tanya gatra dengan getir

"Setelah kamu menikah, ajukan pertanyaan itu lagi pada papah. baru papah menjawab nya" jawab pak dario dengan penuh penekanan

"Boleh gatra ngobrol dulu sama bu tania?" tanya gatra dengan sopan

"Boleh" jawab tania saat pak dario dan bu prita menatap dirinya seakan bertanya "bagaimana?"

"Ayo bu, ngobrol diluar" ajak gatra berjalan duluan

Tania mengikuti dari belakang sambil menghela nafas panjangnya "seperti nya gatra akan menolak perjodohan ini, aku harus bagaimana?" gumam bu tania dalam hatinya

"Duduk bu" ucap gatra saat menjatuhkan bokongnya ke kursi yang berada dibawah pohon

"Ada apa?" tanya tania yang juga ikut duduk disampingnya

"Bu ibu inget kan sama saya?" tanya gatra menatap wajah bu tania dengan serius

"Inget" jawab tania santai

"Saya ini mahasiswa yang sering bikin ulah bu, saya yang duduk paling belakang dipojok. inget?" tanya lagi gatra

"Saya inget kamu kok gatra ariyo pamungkas" jawab tania santai

"Terus kenapa ibu mau dijodohin sama lelaki seperti saya bu? ibu kan berpendidikan?" tanya gatra masih tak habis pikir dengan calon istri yang diberikan orangtuanya

"Saya mau karena saya harus menikah dengan kamu gatra" jawab tania sambil tersenyum kaku

Gatra mendengus kesal sambil berdiri "dasar wanita gak tau malu, masa iya aku menikah dengan perempuan yang lebih tua dariku. kalo ibu memang kekurangan uang, aku bisa berikan. tidak dengan cara licik seperti ini"

Bu tania menatap punggung gatra yang kembali masuk kedalam rumah, sambil menghela nafas panjang bu tania memegang dadanya "apa akan makin sakit rasanya kalau aku memaksakan tetap menikah"

Bu tania pun berjalan sambil menatap rumah besar ini "pantas saja dia pikir aku ingin harta keluarga nya, kenapa aku harus dijodohkan dengan lelaki yang usianya dibawahku si? kenapa juga itu harus muridku sendiri" ucap bu tania dengan getir sembari melangkahkan kakinya masuk

"Tania sini nak" panggil bu prita sambil menepuk nepuk sofa disampingnya

Bu tania tersenyum sambil menghampiri bu prita, karena kini gatra entah dimana. mungkin ke kamar

"Kamu harus tetap menikah dengan gatra, apalagi diusia kamu yang sudah cukup matang" ucap bu prita sambil mengelus kepala tania

"Urusan gatra itu urusan om, kamu tenang aja. om yakin gatra pasti mau menikah dengan kamu. dan nanti setelah kalian menikah kamu harus sabar dengan sikap gatra dan kamu harus berjuang untuk dapetin hati gatra" sambung pak dario dengan tegas

"Setidaknya om dan tante tau, siapa suami kamu. supaya kamu tidak akan jauh dari kami" timbal bu prita sambil memeluk bu tania lembut

Tania tersenyum lebar, sebuah pelukan hangat dari seorang perempuan apalagi ibu sudah sangat ia rindukan sejak dulu.

Betapa bahagianya ia ketika merasa dianggap anak oleh sepasang suami istri ini. sungguh sosok keluarga yang hangat padanya. ia sangat merasakan indahnya keluarga disaat orangtuanya sudah pergi jauh sejak lama.

"Alasan om sama tante cuma itu? buat jodohin tania sama gatra?" tanya tania menyelidik, rasanya aneh jika alasan ingin menjaga seorang perempuan dewasa dengan cara menikahkan nya dengan anak tunggalnya.

"Kamu kan kenal tante sama om sudah 2 tahun belakangan ini, sebenarnya om dan tante sengaja gak ngenalin kamu sama gatra. supaya kami mau kalian bertemu disaat sudah waktunya. ternyata kalian sudah saling kenal" jawab bu prita

"Sejak lama tante dan om mencari kamu di mana mana, tapi hasilnya selalu nihil. kamu benar-benar menutupi identitas kamu dari tangan kanan almarhum papah kamu" sambung bu prita

"Mungkin kalo bukan karena orang tua kamu, keluarga om dan tante sudah tinggal dijalanan. sejak gatra lahir, papah dan mamah kamu membawa kami yang sedang bersedih meratapi hidup di pinggir jalan ke rumah nya yang besar. bukan cuma itu kami bahkan dibawa bukan untuk diperkerjakan melainkan di anggap saudara" saut pak dario

"Sampai akhirnya kami dibelikan rumah di daerah solo untuk mengurus bisnis parfum yang papah kamu beri modal, karena kamu anak satu-satunya papah kamu benar-benar melarang orang lain bertemu dengan kamu. termasuk gatra, karena bukan sedikit orang yang tidak suka dengan papah kamu karena kesusksesan nya" sambung pak dario

"Jadi, om sama tante bukan hanya sekedar kenal sama papah sama mamah?" tanya tania semakin paham

"Bukan, kami mungkin hanya sebagian orang yang mendapat kebaikan dari keluarga kamu. setelah perusahaan parfum itu berkembang kami tidak lagi bisa menghubungi papah kamu karena sibuk pergi dari satu kota ke kota lain, dari satu negera ke negara lain" jawab pak dario

"Kamu tau sebelum keluarga om pindah ke jakarta, papah kamu bilang kalo mereka mau om sama tente jadi orangtua kamu juga. dan kita gak nyangka setelah kita pindah sekitar satu tahun kita baru dapet kabar kalo mereka berdua meninggal karena kecelakaan" sambung pak dario

"Iya, sebelumya papah pernah bilang sama tania kalo tania tinggal di jakarta aja. jadi ini alasan papah" jawab tania sambil menundukkan kepalanya teringat kejadian itu

"Karena itu, kita malah nyari kamu ke bogor. taunya kamu udah gak ada dan sama sekali gak ada yang bisa dimintain informasi"

"Jadi tania, tante harap kamu menikah dengan gatra. tante sama om mau menjadi orang tua untuk kamu. kamu mau kan?" tanya bu prita sambil tersenyum manis

"Tania mau menikah sama gatra" jawab tania

Pak dario dan bu prita tersenyum lebar dengan apa jawaban tania, setidaknya dirinya tak lepas tanggung jawab. apalagi mereka sudah gagal selama bertahun-tahun tak bisa menemukan tania bahkan mereka merasa bersalah seharusnya mereka bisa melihat tania menikah diusianya yang belum sejauh ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!