NovelToon NovelToon

Cerita Rahasia Kita

#Prolog

Mawar menatap mataku dengan seksama, matanya yang sendu tampak berkaca-kaca, wajah yang biasanya mampu menghiburku dengan keceriaannya itu malam ini terlihat sangat murung. Aku menghela nafasku perlahan, dadaku terasa sangat sesak, tapi aku tidak mau Mawar mengetahuinya karena itu akan membuat

semuanya menjadi semakin berat. Tanganku terus menggenggam tangannya dengan erat, sejujurnya aku tidak ingin melepaskan tangan ini karena aku sangat mencintai sang pemiliknya!

"Apa aku benar-benar tidak bisa berada di sampingmu?" tanya Mawar tiba-tiba. Suaranya terdengar berat dan bergetar. Aku tahu, dia menahan tangisnya sekuat tenaga.

"Kita sudah membicarakan hal ini berkali-kali, Mawar." ucapku pelan. Mawar menghela nafasnya.

"Bukankah kamu mencintaiku?" tanya Mawar lagi. Ia menundukkan kepalanya, kurasa ia mulai meneteskan air matanya.

"Ya! Aku memang mencintaimu! Sangat mencintaimu!" akuku. Mawar kembali mengangkat kepalanya dan menatapku. Benar saja! Air matanya sudah mengalir deras membasahi pipinya, tapi aku tak bisa melakukan apa-apa karena kalau aku mengusap pipinya yang basah itu hanya akan membuat perpisahan ini semakin berat.

"Kamu mengerti keadaanku saat ini kan?!" tanyaku pelan. Mawar terdiam, ia terlihat tidak mampu berkata apa-apa, hanya air matanya yang bisa menggambarkan perasaannya saat ini. Hatiku terasa sangat sakit melihatnya meneteskan air mata sebanyak itu.

"Aku tidak menginginkan hal ini terjadi, sungguh! Aku selalu berharap kita bisa bersama selamanya, tapi..."

"Aku akan bersembunyi, kak! Aku tidak akan menunjukkan kalau kita memiliki hubungan!" potong Mawar. Ia terlihat sangat menyedihkan dengan memohon seperti itu, padahal dia gadis yang sangat cantik dan baik, tidak sepantasnya dia mengemis cinta seorang pria seperti ini.

Tangan kanan Mawar meraih tangan kananku yang sedari tadi menggenggam tangan kirinya dan menggenggamnya erat dengan kedua tangannya.

"Tidak bisakah kita bertahan?" tanyanya dengan suara lirih. Kutatap kedua matanya dengan seksama. Aku sungguh mencintai gadis ini, tapi aku benar-benar tidak bisa bersamanya saat ini!

"Mawar, ini tidak semudah seperti yang kamu bayangkan!" tukasku akhirnya.

"Ini pekerjaan yang sudah kuperjuangkan selama bertahun-tahun, Mawar! Aku tidak bisa begitu saja melepaskannya! Aku sudah menandatangani kontrak selama 5 tahun kedepan dan di dalam kontrak itu kami tidak diperbolehkan untuk menjalin hubungan dengan wanita manapun! " terangku. Nada bicaraku sedikit meninggi dan itu membuat Mawar tersentak karena ini pertama kalinya aku berbicara keras dengannya.

"Dengan wanita manapun, Mawar!" tegasku. Aku mencoba melembutkan kembali cara bicaraku, tapi Mawar sudah tidak bisa menahan air matanya lagi, tangisnya pun akhirnya pecah.

"Cobalah mengerti keadaanku!" pintaku pelan. Perasaanku benar-benar terluka melihatnya menangis seperti itu. Perlahan aku menarik tubuhnya dengan tangan kiriku dan mendekapnya serta memberikannya waktu untuk bisa menumpahkan tangisnya di dadaku. Ia benar-benar menumpahkan seluruh perasaannya saat itu.

Aku kembali menggandeng tangan Mawar dan kami berjalan perlahan mendekati kereta yang akan ditumpangi Mawar untuk kembali ke kampung halamannya. Entah mengapa aku yang sedari tadi yakin untuk melepaskannya tapi semakin mendekati pintu kereta itu, langkah kakiku terasa semakin berat. Ada apa denganku sebenarnya? Perasaanku mendorongku untuk menahan kepergiannya. Tidak bisa! Aku harus melepaskannya! Akan sangat menyakitkan untuknya kalau bertahan di sisiku! Langkah kami terhenti tepat di depan pintu gerbong kereta di mana tempat duduk Mawar berada.

"Aku pergi!" ucap Mawar dengan suara berbisik. Sekali lagi suaranya terdengar berat dan bergetar, ia pasti menahan air matanya lagi. Aku menganggukkan kepalaku pelan. Apa yang harus kukatakan di saat terakhir seperti

ini? Apa yang seharusnya diucapkan untuk melepaskan kepergian wanita yang sangat dicintai?

Deg! Jantungku seperti berhenti berdetak sejenak, tiba-tiba saja Mawar memeluk tubuhku dengan sangat erat. Aku bisa merasakan tubuhnya bergetar, ia kembali menangis di dadaku. Perlahan tanganku membalas pelukkannya itu dan ketika tanganku berhasil mendekap tubuhnya, saat itu juga seluruh perasaanku yang sadari tadi tertahan, meluap semuanya. Aku menciumi keningnya berkali-kali dan kupeluk tubuh mungilnya dengan sangat erat seakan aku tidak ingin melepaskannya lagi. Sungguh, aku tidak ingin melepaskan tubuh itu lagi! Aku mencintainya! Aku

tidak mau berpisah dengannya!

"Bolehkah aku di sini, kak?" Mawar mengulangi pertanyaan itu lagi, dia benar-benar berharap bisa bersamaku. Aku terdiam. Bolehkah dia bersamaku di sini? Haruskah aku meninggalkan impian yang kuperjuangkan selama ini untuk bisa tetap bersamanya? Mungkinkah dia akan tetap setia bersamaku kalau hidupku kembali mengalami kesulitan ekonomi? Kami mungkin saja bisa bertahan berdua, tapi bagaimana dengan keluargaku? Mereka yang sudah membantuku berjuang selama ini, haruskah aku kembali menjadi beban mereka? Kalau aku tidak mengambil

pekerjaan ini, aku tidak akan bisa membiayai kehidupan keluargaku! Kepalaku terasa sakit memikirkan hal itu semua!

"Pulanglah, sayang!" bisikku pelan. Kedua tangan Mawar mencengkram jaketku dan ia membenamkan wajahnya di dadaku, tangisnya kembali pecah.

"Hiduplah dengan sangat baik! Carilah pekerjaan yang benar dan jangan pernah terjebak dengan perusahaan yang seperti ini lagi, ya!" pesanku. Tenggorokanku mulai terasa tercekat karena aku menahan tangisku. Aku tidak boleh menangis di hadapannya, itu hanya akan memperburuk suasana di antara kami! Perjuanganku sudah sejauh ini, aku tidak boleh kalah hanya dengan perasaanku!

"Kamu wanita yang sangat cantik dan baik, aku yakin kamu akan menemukan pria yang jauh lebih baik dariku!" ucapku. Ya, aku akan selalu berdoa untukmu agar bisa mendapatkan pasangan yang jauh lebih baik dariku, yang akan selalu memperjuangkanmu sekuat tenaga!

"Aku hanya berharap bisa bersamamu!" tukasnya. Aku juga!

"Kalau kita berjodoh, suatu saat kita akan bertemu lagi!" bisikku.

Akhirnya, kami mengakhiri semuanya sampai di sini. Aku melambaikan tanganku begitu kereta yang di tumpangi Mawar perlahan mulai meninggalkan stasiun, Mawar pun melambaikan tangannya. Wajahnya masih tampak sangat menyedihkan, matanya pun terlihat sembab, wajah cantiknya ternoda dengan sisa-sisa air mata. Mataku terus memandangi kereta yang di tumpangi Mawar itu hingga tidak bisa lagi kulihat.

...

Aku berjalan menuju pelataran parkir stasiun dan segera masuk ke dalam mobilku untuk segera meninggalkan tempat ini. Semakin lama aku berada di tempat ini, semakin besar pula rasa penyesalanku yang membiarkan wanita yang sangat kucintai itu pergi meninggalkanku. Dengan cepat aku mengendarai mobilku keluar

dari wilayah stasiun. Aku tidak menyangka kalau akan sesesak ini hanya untuk melepas seorang wanita, aku tidak pernah memiliki perasaan seperti ini sebelumnya. Aku sudah banyak menjalin hubungan dengan wanita, tapi ini pertama kalinya aku merasakan perasaan sedalam ini. Tanpa kusadari, air mataku perlahan

mengalir ke pipiku. Apa-apaan ini? Aku menangis untuk hal sepele seperti ini? Apa aku selemah ini sekarang? Sadarlah Krisna! Perjuanganmu sudah sejauh ini dan ini keputusan yang terbaik! Kamu hanya akan terluka saat ini tapi kamu akan baik-baik saja beberapa hari ke depan!

Aku menginjak pedal gas mobilku lebih dalam lagi untuk membuat laju mobilku semakin kencang. Pikiranku saat ini terasa terlalu penat dan kacau. Pikiranku terus membawaku pada bayangan wajah Mawar yang menangis tadi. Aku benar-benar merasa sangat bodoh! Sampai seperti ini aku merasa kehilangan seorang wanita! Entah mengapa kini aku merasa sangat marah pada diriku sendiri dan menganggap keputusan yang kuambil untuk meninggalkan Mawar adalah keputusan yang egois.

"Aku bisa saja bekerja sebagai pegawai di sebuah perusahaan!" gumamku pelan.

"Orang tuaku pasti akan memakluminya, yang terpenting buat mereka adalah kebahagiaanku!" lanjutku.

"Apa aku harus berbalik dan mengejarnya kembali?" tanyaku pada diriku sendiri.

"Tapi ini impianku dan perjuanganku selama bertahun-tahun, apa aku harus menyerah hanya karena seorang wanita?" tukasku. Aku benar-benar seperti orang yang tidak waras karena terus berbicara pada diriku sendiri. Aku menghela nafasku berkali-kali, dadaku terasa sangat sesak saat ini, semuanya karena aku merasa salah dengan keputusan yang sudah kuambil ini. Aku merasa salah sudah melepaskan Mawar begitu saja.

"BRAAAKKK!!!" Sebuah suara benturan keras memekakkan telingaku. Sesuatu menghantam mobilku hingga membuat mobilku terhempas dari badan jalan, meskipun menggunakan seat belt tapi tubuhku tetap bisa merasakan guncangan kuat itu dan kepala serta tanganku beberapa kali terbentur badan mobil. Mobilku berguling berkali-kali hingga akhirnya berhenti dengan posisi bagian kepala berada di bawah. Jantungku berdebar dengan sangat kencang. Mataku mulai memperhatikan sekitarku, semuanya tampak hancur berantakan, tiba-tiba sesuatu yang berbentuk cair menetes, cairan itu berwarna merah pekat. Apakah itu darahku? Aku menggerakkan kepalaku perlahan untuk melihat dari mana darah itu berasal dan... jantungku seperti berhenti berdetak sejenak! Sebuah potongan besi menancap di dadaku, dari sanalah tetesan darah itu berasal. Tanganku perlahan bergerak ke arah potongan besi yang tertancap di tengah dadaku itu, potongan besi itu seakan mencoba menghujam jantungku.

Awalnya aku sama sekali tidak merasakan sakit sedikitpun pada tempat di mana potongan besi itu tertancap, tapi secara perlahan rasa sakit itu mulai terasa dan kini rasanya sangat sakit! Dadaku terasa sangat sakit! Sama seperti ketika aku melepaskan Mawar di stasiun tadi! Darah yang menetes dari luka itu semakin deras mengucur. Apa tidak ada yang akan menolongku di sini? Aku baru saja akan memulai pekerjaanku minggu depan, tidak adakah yang akan menolongku? Apakah ini karma karena aku sudah membuat seseorang terluka hanya karena aku ingin

mempertahankan pekerjaanku? Sekarang, kalau aku mati di tempat ini semua impian yang kuperjuangkan selama ini akan sia-sia!

"Ku.. kumohon tolonglah aku!" lirihku. Seketika pandanganku berubah menjadi putih pekat, aku tidak bisa melihat apa-apa selain warna putih itu.

"Ma.. maafkan aku! Maafkan aku Mawar!" ucapku pelan. Akhirnya aku kehilangan kesadaran.

...

Hai! Bertemu lagi dengan karya terbaruku!

Terima kasih sudah berkenan membaca karya terbaruku ini ya! Aku berharap kamu akan menyukai karya terbaruku ini 😁

Kembali aku memohon dukungan darimu..

Jangan lupa like di setiap episodenya, vote, dan share ya supaya lebih banyak yang baca cerita ini..

Dukungan darimu sangat berarti untukku.. ❤

Terima kasih 😘

Baca juga karyaku yang lainnya, yuk! Siapa tahu kamu suka! 😁

Rasa Bersalah Yang Selalu Menghantui

"Aaagghh!" Aku terkejut dan terbangun dari tidurku. Jantungku berdebar dengan sangat kencang hingga membuat dadaku terasa sesak, nafasku pun terdengar menderu. Kulirik jam yang tergantung di dinding kamar hotel ini,

pukul 02:45! Aku baru saja tertidur selama 35 menit, tapi aku sudah terbangun lagi karena mimpi itu! Mimpi tentang hal itu terus menghantui tidurku, padahal peristiwa itu sudah berlalu lebih dari dua tahun yang lalu. Aku mengusap

wajahku yang berkeringat, padahal di London udara sedang cukup dingin tapi aku bisa berkeringat hanya karena peristiwa itu terulang kembali dalam mimpiku. Aku mencoba menghela nafasku beberapa kali untuk membuat detak jantung dan pernafasanku normal kembali.

Aku beranjak dari ranjang hotel itu dan berjalan perlahan menuju sebuah meja kecil yang berada di antara sofa di sudut kamar,, di meja itu tersedia sebotol wine. Aku membuka penutup botol wine itu dan menuangkan isinya ke dalam sebuah gelas. Sejenak kutatap wine yang sudah berada di dalam gelas itu dan sesaat kemudian tanganku menggenggam gelas berisi wine itu lalu membawanya ke beranda kamar hotel yang kusewa itu. Hembusan angin langsung menerpa seluruh tubuhku seketika aku membuka pintu yang mengarah ke beranda hingga membuat rambut lurusku yang sedikit panjang itu acak-acakkan. Aku meneguk perlahan wine untuk membuat tubuhku terasa sedikit hangat dan membuat perasaanku lebih tenang.

Entah sampai kapan aku harus terus mengalami mimpi buruk ini! Entah sampai kapan aku harus merasakan perasaan bersalah ini! Sudah dua tahun lebih aku dan Mawar berpisah, aku tidak menghubunginya sama sekali dan Mawar pun tidak bisa menghubungiku karena aku mengganti nomor ponselku, tapi perasaanku ini belum juga hilang. Aku terkadang juga bingung dengan perasaan ini, apakah benar aku sangat mencintainya atau perasaan ini bertahan hanya karena aku merasakan rasa bersalah karena membuat perpisahan yang begitu menyedihkan saat itu?

Aku meneguk kembali wine yang ada di dalam gelas hingga habis dan kembali ke dalam kamar karena udara di luar sudah semakin dingin. Kukembalikan gelas itu ke meja dan aku merebahkan kembali tubuhku di ranjang. Sejenak aku hanya menatap ke langit-langit kamar tanpa berkata apa pun dan tanpa memikirkan apa

pun.

Saat ini perjuangan yang kulakukan sudah mulai menuai hasil. Aku dan bandku kini sedang di kami. Kami beruntung bisa mendapatkan popularitas yang tinggi dari dalam dan luar negri di tengah persaingan yang tinggi di industri musik ini, bahkan kemarin kami sukses menggelar konser mini kami di London. Bukankah seharusnya perasaanku sangat bahagia saat ini karena perjuanganku bahkan pengorbanan yang kulakukan tidak sia-sia? Tapi entah mengapa aku tidak bisa merasakan kebahagiaan yang penuh! Aku sangat bersyukur dengan apa yang kumiliki saat ini, tapi apakah kamu juga akan tetap bisa hidup bahagia kalau masa lalumu terus menghantui?

Aku tahu aku sangat bersalah pada Mawar, tapi bukankah aku sudah mendapatkan hukumannya dengan mengalami kecelakaan besar yang hampir merenggut nyawaku di detik-detik aku akan melakukan debut? Bahkan debutku harus tertunda karena kecelakaan itu dan aku merugikan banyak pihak. Apa semua itu belum cukup untuk menghukum seorang pria yang bersalah karena meninggalkan seorang wanita yang sangat dicintainya dan yang sangat mencintainya hanya demi mengejar impiannya? Lalu sampai kapan aku harus merasakan hal seperti ini?

...

Jangan lupa like di setiap episodenya, vote, dan share ya supaya lebih banyak yang baca cerita ini..

Dukungan darimu sangat berarti untukku.. ❤

Terima kasih 😘

Baca juga karyaku yang lainnya, yuk! Siapa tahu kamu suka! 😁

Permintaan Edo

"Tttrrrrttt... tttrrrttttt!" Aku tersentak, tiba-tiba saja ponselku yang tergeletak di meja kecil di samping ranjang bergetar panjang, suara getarannya terdengar sangat keras karena suasana di kamar hotel ini sangat hening sebelumnya.

Aku meraih ponsel itu dan melihat siapa yang meneleponku sepagi ini.

"Edo!" gumamku. Ternyata yang meneleponku adalah Edo, teman 1 apartemenku. Dulu dia pemilik apartemen yang saat ini aku tempati, aku menumpang padanya ketika aku belum memiliki cukup uang untuk membiayai hidupku

di kota tapi beberapa bulan yang lalu Edo menjual apartemennya itu padaku karena dia membutuhkan uang untuk membangun bisnisnya, aku sudah banyak berhutang budi padanya jadi aku membalasnya dengan membeli apartemennya itu dan sekarang apartemen itu menjadi milikku.

"Halo!" sapaku pelan.

"Jam berapa sekarang di London?" tanya Edo tiba-tiba. Aku kembali melirik jam yang tergantung di dinding kamar hotel.

"Jam setengah empat!" jawabku.

"Waaahhh! Berarti gue ganggu lo tidur dong ini?" seru Edo.

"Ga apa-apa! Gue memang sudah bangun sebelumnya!" ucapku.

"Ada apa lo nelpon gue?" tanyaku. Edo terdiam sejenak, ia terdengar seperti sedang menghela nafasnya.

"Begini, Kris..." ucap Edo akhirnya.

"Gue sama Adit mau party sehari saja di apartemen, boleh kan?!" terang Edo. Aku terdiam. Kalau Edo mengadakan pesta, dia pasti akan mengajak teman-teman wanitanya untuk menginap di apartemen dan memainkan permainan

mereka.

"Besok ultah gue, Kris!" ucap Edo tiba-tiba. Astaga, Aku lupa kalau besok adalah hari ulang tahun Edo!

"Sekali ini saja, Kris! Please!" pinta Edo. Aku menghela nafasku perlahan.

"Baiklah!" ucapku akhirnya.

"Tapi selesaikan party lo sebelum gue pulang ya?!" ucapku.

"Memangnya lo ga pulang besok?" tanya Edo.

"Ga! Besok gue dan kawan-kawan masih harus syuting di sini, paling lusa gue baru bisa pulang." jawabku.

"Lo ga bisa ikut birthday party gue dong, Kris!" tukas Edo.

"Sorry, Do!" ucapku pelan.

"Padahal gue mau mengenalkan lo sama temen cewek gue! Orangnya cantik dan feminim, Kris!" ungkap Edo.

"Gue juga mau sama dia tapi sayangnya cewek itu penggemar berat lo! Ga mungkin gue pacaran sama cewek yang cinta mati sama temen 1 apartemen gue sendiri!" tambahnya. Aku hanya tertawa getir menanggapi ucapan Edo itu.

"Ya sudah, kalian nikmatilah party kalian dan bereskan setelah semuanya selesai! Bereskan sebelum gue pulang dan jangan sampai orang lain tahu tentang gue!" pesanku.

"Oke, Kris! Tenang saja, semuanya aman bersama gue!" seru Edo.

"Oh iya, jangan lupa bawakan gue kado dari London ya!" pesannya.

"Oke! Oke!" ucapku. Edo tertawa keras di telepon dan tak lama kemudian ia memutuskan panggilan telepon itu.

Aku meletakan kembali ponselku di meja kecil yang ada di samping ranjang dan mencoba kembali tidur tapi mataku terlalu cerah untuk kembali tidur setelah banyak hal yang kupikirkan dan terjadi di sepanjang pagi ini. Aku kembali menegakkan tubuhku, tanganku meraih gitarku yang ada di samping ranjang, dan mulai memainkan beberapa melodi lagu yang sedang kuciptakan dalam beberapa minggu ini. Lagu itu mengisahkan tentang seorang pria yang terjerat dengan kebimbangannya antara perasaan cinta atau perasaan bersalah kepada seorang wanita, ya! Lagu itu mengisahkan tentang perasaan yang kurasakan dua tahun belakangan ini! Tak perlu waktu lama, akhirnya aku larut ke dalam melodi lagu yang kumainkan itu.

...

Jangan lupa like di setiap episodenya, vote, dan share ya supaya lebih banyak yang baca cerita ini..

Dukungan darimu sangat berarti untukku.. ❤

Terima kasih 😘🤗🥰

Baca juga karyaku yang lainnya, yuk! Siapa tahu kamu suka! 😁

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!