'Dia aprilia, yang lebih sering dipanggil lia. Lia sangat bahagia karena hari ini dia mendapatkan email dari paris, dimana dia terpilih untuk menjadi model sebuah perusahaan ternama disana, perusahaan mobil, motor, juga fashion yang berpengaruh disana.
"Lia boleh ya ma ke paris, cuma satu minggu. Cuma untuk pemotretan ini, plisss..."
Kini ara sudah menjadi ibu dari gadis remaja yang tumbuh dengan cantik dan manis, seksi juga, lia sangat berbeda dengan ara yang dulu sedikit tomboy, lia sangat feminim, dengan sedikit gaya tomboy juga sih, tapi tetap suka dandan, juga impiannya, menjadi model.
"Ya maa, pliss..." pinta lia memohon kepada mamanya.
"Sama kak lio, ok?" kata ara membuat lia kesal.
Selalu dengan lio, lio yang playboy, suka caper sama temen ceweknya, sok kerena, tapi emang keren, sok jago, emang jago berantem, makannya ara selalu minta, sama lio.
"Idihh, gak ah ma. Kali ini lio gak mau jadi bodyguard lia. Lio gak bisa ldr-an sama pacar-pacar lio maa.."
Dari lantai atas, remaja laki-laki yang tak lain adalah Lio berjalan menuruni anak tangga dengan protes pada sang mama. Dapur bersihnya dekat dengan anak tangga ke lantai dua rumah itu.
Lio langsung mendekati sang mama, menjitak kepala lia dan mengambil makanan yang sedang mamanya masak langsung dari wajah.
"Ahhh..." lio kepanasan, tapi dia langsung mencicipi masakan mamanya. "panass.." katanya sambil mengunyah spageti panasnya.
"Kebiasaan, tunggu dimeja, atau pakai garpu, lio.." kata ara memukul punggung tangan lio yang akan melakukannya lagi.
"Iya tuh, jorok." lia manyun menatap lio, masih mengusap kepala bekas jitakan lio.
"Gue baru mandi, bersih tangann.." lio menunjukan telapak tangannya yang masih bersih.
"kalau kena tleponnya, tangan kamu yang melepuh gimana sayanggg, anaknya mama yang paling gantenggg..." ara kembali menepis tangan lio yang diam-diam akan mengambil masakan ara lagi.
Alex hanya menatap keluar kecilnya itu dari atas, alex juga sudah rapi dengan jas kerjanya, dia berhenti dan menatap mereka dari atas, memperhatikan ketiga orang yang dia sayang yang beradu senyum. Satu yang kurang,
Ali
Alex teringat alinya.
***
Ditempat lain, seorang laki-laki muda, berusia 27 tahun, sedang berolahraga di rumahnya. Dia tak henti menatap laptop didepannya. Membaca email yang sudah dia kirim, langsung ke target.
"Nath, udah kan kamu cari tau mereka?"
seorang wanita paruh baya, dengan badan yang masih bagus, bisa dikatakan seksi, masuk ke ruangan itu. Dia adalah angel, mamanya Nathan.
"Udah ma, tenang aja. Aku udah send email ngundang anaknya ke paris. Namanya lia kan ma? ini profilnya?"
Nathan menyudahi olahraganya. Nathan menunjukan profil lia, foto lia, tempat tanggal lahir hingga nama orang tuanya.
"Alex." angel membacanya, mengingat bagaimana rasa terobsesinya masih besar untuk Alex.
"Kalian harus membayarnya." imbuh angel, menatap penuh dendam foto itu.
"Tenang ma, aku bakalan balikin suami mama yang direbut pelakor itu ma." Nathan mendekati sang mama, ingin memeluknya, tapi ditahan oleh angel.
"Kamu berkeringat nath, bau. Sana mandi dan ke kantor, pastikan rencana kamu berhasil." kata angel dengan tegas pada nathanya, alinya.
Mereka selamat dari kecelakaan itu, angel mencoba membawa ali yang pingsan untuk bertahan, memeluk alinya erat, hingga tubuh mereka terbawa arus lautan dan membawanya ke tepi pantai, ditemukan oleh tim sar dan bertemu dengan oma, tempat mereka berteduh sekarang, menjadi anak dan cucu oma, yang juga kehilangan anak dan cucunya yang naik pesawat itu.
"Nath, angel." panggil oma, ikut masuk ke ruang olahraga nathan.
Angel kebetulan adalah nama anak oma yang hilang karena kecelakaan pesawat itu dan nathan, nama cucu oma yang ikut hilang disana.
"Sarapan yuk, masak tega biarin oma sarapan sendirian." kata oma meminga keduanya. Oma paling tak suka sendiri.
Oma adalah pemilik perusahaan besar di paris, juga beberapa cabang dinegara lain. Sangat kaya.
"Iya oma, oma duluan ya sama mama. Nathan mau mandi dulu." kata nathan mengelap keringat dikening juga badannya.
"Nathan bakalan jebak lia, supaya dia terjebak sama nathan, jadi mama bisa siksa lia semau mama, atau mama bisa minta ditukar sama papa alex." bisik nathan memberitahu rencana yang sudah dia buat.
Angel teresyum senang. Dia menuntun nenek untuk segera keluar dari ruangan itu, sambil menunggu nathan mandi dan ikut sarapan nanti.
"Tidurin dia, habis itu tinggalin dia ya Nath. Biar mamanya tau diri. Pelakor." kata angel pelan, dengan gerakan bibir.
"Iya ma. Tenang aja."
Angel keluar, nathan masuk ke kamar mandinya. Dia sudah mempersiapkan semuanya, termasuk mengundang lia ke paris dan menjadikannya model perusahaannya, Nathan sengaja memilih lia dari sekian banyak yang mengirimkan portofolio. Hanya untuk membalas dendam.
***
Bisakah ali, alias nathan setega itu pada lia, atau akankah nathan terjebak dengan rencananya sendiri?
ditunggu next episod ya kakak-kakak.
I lope you..
Setelah mandi dan ikut sarapan dengan mama dan omanya, Nathan bergegas ke kantor. Nathan sedang di kantor melihat berkas-berkas yang harus dia tanda tangani. Nathan sudah tak sabar dengan kedatangan Lia dan untuk membalasa dendam. Nathan melirik foto Lia yang sengaja dia simpan diponselnya, foto Lia dengan keluarganya, Nathan menatapnya. Rasanya ada yang mengganjal melihat Foto Lia, Lio, lalu alex dan Ara.
Tapi ada apa?
Nathan sendiri tak ingat. Setelah kecelakaann itu Nathan kehilangan ingatannya. Dia berhasil dihasut oleh angel yang dengan mudah membalikan fakta.
"Kapan kamu datang, Lia. Aku gak sabar nunggu kamu dan balas dendam, Lia!" kata nathan menatap foto lia.
Aprilia, dia cantik. Tapi banyak wanita cantik yang mengelilingi Nathan, tak satu pun yang membuat Nathan tertarik, hanya dendam membalaskan sakit hati mamanya, Angel, itulah tujuan hidup Nathan.
***
"Pa, plisss. Bujukin mama, Lia udah gede pa. Lia pengen ambil kesempatan ini, pa. Plisss..."
Di meja makan rumah alex dan ara di singapur, lia tak henti memohon pada papanya yang masih ikut sarapan. Sementara Lio sudah kabur duluan karena ada janji sama pacarnya yang kesekian. Gak tau nomer berapa saking banyaknya. Tapi Lia heran, mereka mau aja dibodohi Lio.
"Ra, nih anak kamu ngerengek minta diizinin ke paris?" kaya alex menatap ara yang hanya diam mengambilkan makanan untuk suaminya itu.
"Enggak tanpa Lio. No debat!" tegas ara menatap Lianya.
"Ma, ada temen Lia juga. Banyak kok, ada lima orang dari sekolah Lia ma. Plisss.." Lia menyatukan dua tangannya memohon pada sang mama.
"Gak ada perdebatan, Lia. Makan dulu."
Lia hanya diam, dia langsung ke kamar bukannya menyentuh makanannya sedikit pun. Ara hanya melihat Lia yang pergi dengan sedih dan kesal. Lia tak tau, ara sudah kehilangan Ali dan Ara takut jika kehilangan mereka, dari singapur ke paris naik pesawat? Ara masih ingat benar kecelakaan itu.
"Ra, mau sampai kapan kamu hidup dengan bayangan masa lalu. Gak semua pesawat akan kecelakaan, Ra."
Alex mendekati Ara, mengusap pundaknya. Alex tau Lio hanya sebagain kecil dari alasannya. Bahkan mungkin jika Lio mau pun, ara yang akan menolak.
"Ali kecelakaan karena nolong aku, mas. Ali sampai dibawa mbak angel karena kekurangan darah karena nolong aku, mas. Andai aku gak sebodoh itu nyebrang gak lihat, gak datang ke sekolahan ali, gak akan ada kejadian seperti itu, mas." Ara menangis mengingat masa lalu itu.
Lia mengintip dari balik pintu. Lia sedih karena membuat mamanya sedih. Bukan sekedar takut Lia jauh, tapi takut kehilangan Lia dan Lio, seperti takut kehilangan Kak ali Sampai detik ini, mungkin sudah 19 tahun lebih. Lia merasa bersalah pada mamanya, Lia merasa dia terlalu egois.
"Mama, maafin lia. Lia gak akan pergi kalau mama gak izinin."
Lia langsung kembali ke meja makan, memeluk mamanya erat, berlutut didepan mamanya dan mengusap air mata mamanya.
Lia pernah menemukan foto mamanya, papanya, juga foto seorang anak laki-laki berusia sekitar tujuh tahun. Ketika Lia tanya, ara menceritakan semuanya. Tentang kakak yang menyelamatkan mereka, Lia dan Lio, bahkan sebelum lahir. Lio juga tau tentang kakak mereka, Ali, yang hilang dikecelakaan pesawat itu.
***
Lia mengirim email pengunudran dirinya, dia tak ingin membuat mamanya sedih. Nathan kelabakan karena lia mengirimkan email itu. Nathan kelabakan, kalau seperti ini rencananya akan berantakan. Nathan memutar otak agar Lia jadi berangkat. Nathan menelpon Lia sendiri.
"Halo, dengan kediaman aprilia. Saya nathan, pemilik perusahaan di paris, apa kamu yakin membatalkan pengajuan kamu, kamu sudah terpilih, sayang sekali saya tau kamu pasti bisa sukses jadi model. Itu impian kamu bukan?"
Ara diam, dia yang mengangkat telpon dari Nathan, mendengarkan suara yang rasanya sangat dia rindukan. Hati Ara berdebar kencang.
Aneh, padahal Ara sendiri tak mengenal siapa nathan? siapa yang menelponya. Orang asing tapi terasa tidak asing.
Siapa dia?
"Halo, dengan lia?" tanya nathan dari sebrang paris.
"Iya, maaf." ara pun bersuara.
Deg...
yang di paris merasakan hatinya juga berdebar kencang. Ada rasa senang mendengar suara lembut ara, seperti ada rasa sakit menahan rindu. Nathan sendiri bingung dengan perasaannya.
"Saya mamanya." kata ara, lagi.
Mendengar yang mengangkat telpon adalah mamanya Lia, yang tak lain adalah Ara, yang Nathan tau ara adalau pelakor yang menghancurkan rumah tangga mamanya dengan papanya, tentu, alex. Darah nathan mendidih, ingin rasanya segera membalas dendam, atau mengembalikan papanya kepelukan mamanya, mama satu-satunya yang dia tau, angel.
"Ah, maaf tante. Saya ingin berbicara dengan aprilia, saya secara khusus memilih beberapa model, tapi lia barusan mengirimkan pesan kalau dia menolak undangan saya. Saya lihat lia sangat berbakat dalam hal modeling." kata nathan, meredam amarah.
"Lia membatalkannya karena saya, saya tidak mengizinkannya." jawab ara masih lewat telpon.
"Saya sangat menginginkan ara untuk ikut berpartisipasi dalam pameran mobil dan motor brand baru perusahaan saya tante, yang juga akan dikombinasikan dengan peragaan busana, saya sangat yakin Lia adalah calon model yang berbakat."
Ara diam, mengingat bagaimana konsep promosinya sama dengan alex dulu, sama dengan papanya dulu, dimas. Siapa nathan? atau mungkin dia hanya meniru, tapi alex sudah lama tidak mengadakan pameran seperti itu, dan jika nathan pengusaha muda mungkin usianya sekitat 27 atau 30 tahun, bagaimaba dia mengetahui promosi seperti ini. Kecuali Ara, Eki, Niko atau Ali, yang meniru papanya.
Ikatan yang terjalin oleh ara dan ali jauh lebih dekat, dari pada angel sendiri yang tidak lain adalah ibu kandung ali. Semua sudah tau itu.
"Ma, siapa?"
Lia baru keluar dari kamarnya, ingin mengambil cemilan, dia melihat mamanya yang termenung, berdiri dengan mengangkat telpon. Lia cukup khawatir, dia mendekati sang mama.
"Ma, ada apa?" lia bertanya dengan nada seperti berbisik. Takut mungkin kabar buruk dari keluarganya di jakarta, karena raut wajah mamanya seperti sedih, sendu gitu.
"Ma, kenapa?" lia langsung memeluk mamanya.
"Ini ngomong sama atasan yang ngundang kamu jadi model." Ara memberikan telponnya.
Wow. Amazing. Dalam hati Lia senang, terkejut, atasannya langsung menelponnya dan memohon padanya. Setelah pembicaraan singkat yang berakhir dengan keputusan yang sama, Lia tak akan pergi tanpa izin dari mamanya, tanpa restu dari ara. Ara yang malah jadi penasaran dengan nathan, hatinya merasakan sesuatu.
"Sayang, coba deh cari di internet tentang nathan, atasan diperusahaan itu." pinta ara pada lia yang keduanya duduk santai didepan televisi, lia sedang menonton televisi.
"Iya ma."
Lia pun mengambil ponselnya dan mengetik keybord dengan kata kunci nathan, pemilik perusahaan X. Setelah keluar beberapa artikel, bahkan ada fotonya, lia memberikannya pada ara.
"Angel, ini mbak angel. Apa mungkin nathan itu ali?" ara bermonolog sendiri, membuat Lia penasaran.
Maksudnya ali, kak alinya, dan angel mamanya kak ali yang bawa kak ali?
Lia jadi ikut penasaran dengan nathan itu? lia ikut melihat artikel diponselnya.
Feeling ibu, kuat ya Ra..
Tak hanya foto, bahkan hampir semua berita dan artikel Ara baca. Mengejutkannya Nathan yang sekarang itu dulu pernah satu peswat dengan ali dan angelnya dulu, mereka mengalami kecelakaan, hanya dua orang itu yang selamat, yang tak lain kini menjadi keluarga kayak raya bersama oma, pemilik perusahaan X di paris.
Ara langsunh memberitahu Alex juga Lio ketika mereka semua sudah pulang. Menunjukan foto-foto nathan dengan angel dan omanya yang dimuat di banyak artikel.
"Ini angel kan mas. Mbak angel yang kita kenal. Dia masih hidup, dan nathan. Tadi aku bicara sama Nathan, gak tau kenapa hati aku bilang dia itu ali, alinya kita. Tolong cari tau mas alex." pinta ara menangis memohon pada alex.
"Kamu yakin?" alex melihat dengan seksama. Iya memang fotonya sangat mirip dengan angelnya mereka dulu.
Tapi kenapa semuanya serba pas, cocok, angel sangat mirip dengan angel mamanya ali, nathan? ara punya feeling nathan itu ali.
"Lio temenin ke paris, kita cari tau nathan itu beneran kak ali atau bukan." Lio mengusulkan diri.
"Setuju, lia yanh akan cari tau nanti. Gimana ma?" Lia jadi lebih bersemangat. Dia sangat ingin bertemu lalu berterimakasih langsung pada kakak yang sudah menyelamatkannya. Walau Lia tau dia bukan kakak kandungnya.
"Kalian gak apa-apa kesana berdua aja?" ara masih sedikit tak yakin, tapi sangat ingin tau.
"Iya ma, lia bisa kejar mimpi lia, lia juga bisa cari tau. Gimana ma?" Lia menyentuh dan menggenggam kedua tangan mamanya, mencoba terus untuk meyakinkan sang mama.
Mereka sudah dewasa, mereka bisa diandalkan dan saling menjaga. Terlebih mereka sangat bahagia melihat mamanya bahkan baru dugaan pun, mamanya terlihat sangat antusias untuk mencari. Air matanya keluar, ada tersirat rasa sedih disana, tapi juga bahagia dan lega sedikit disana.
"Makasih ya sayang. Pokoknya kabari mama kalau ada apa-apa?" ara memeluk dan mengecup anak-anaknya. Berterimakasih punya anak yang baik seperti mereka.
"Papa akan pesankan tiket dan mengatur jadwal penerbangannya." kata alex yang mendukung keputusan mereka.
"Mas, cari penerbangan yang paling bagus ya." Ara menahan tangan alex yang akan masuk ke kamar dan memesankan tiket.
Alex mengangguk. Dia mengerti ara masih trauma. Tapi buktinya ketika mereka pindah ke singapur, dengan perjalanan udara, mereka tak apa-apa.
Alex menyiapkan segala sesuatu agar lia dan Lio bisa segera ke paris. Sementara Lia dan Lio menyiapkan pakaian untuk beberaoa hari mereka disana. Ara juga membantu keduanya, Ara tak sabar ingin tau apakah Nathan itu Alinya?
***
Hari keberangkatan Lia dan Lio tiba. Ara dan Alex mengantar Lia dan Lio ke bandara.
"Hati-hati ya sayang." Ara memeluk lianya.
"Lio, jagain adeknya baik-baik ya. Pokoknya awasi terus. Jangan sampai lepas dari pandangan." Kata Ara pada Lio.
"Siap mama." Lio hormat seperti tentara.
"Mama sayang kalian, makasih."
"Kita juga sayang mama." Lia dan lio memeluk mamanya sebelum masuk ke pesawat.
"Hati-hati ya, Lio. Beneran jaga adeknya dengan baik." itu alex yang berpesan pada Lio.
"Iya paa.."
Lia dan Lio masuk ke pesawat mereka. Walau berat, ara percaya dan dengan iringan doa, agar perjalanan mereka lancar. Alex merangkul ara, istrinya itu untuk menabahkan hati, jauh dari anak-anak yang tak pernah jauh darinya, Alex tau pasti berat. Tapu Alex sangat percaya pada Lio, dia akan menjaga Lia dengan baik. Ara dan Alex pun kembali ke mobil mereka dan kembali ke rumah.
***
Sepanjang perjalanan udara lia tak henti memandang foto mamanya, papanya juga ali, kakaknya. Lia mengingat semua hal yang mamanya katakan tentang kak ali, suka nasi goreng buatan ara. Lia juga bisa memasakan nasi goreng seperti mamanya.
"Nanti lia mau buatin nasi goreng ah buat kak ali." kata lia pada lio disampingnya.
"Gak udah ngada-ngada. Kalo nathan itu kak ali, kalo bukan."
"Semoga iya."
Nathan sudah menyiapkan semuanya, dari hotel khusus untuk lia. Untuk mempersiapkan pembalasan dendamnya.
"Jangan lupa pasang cctvnya yang benar, jangan sampai ketahuan. Disemua sudut, bahkan di kamar mandi!" kata nathan memerintahkan seorang pemasang cctv yang dia suruh masuk ke ruangan yang khusus disiapkan untuk lia.
"Tapi tuan, kamar mandi itu kan privasi?"
Dia juga tau tempat mana yang harus dipasang tapi nathan, sangat tidak sopan. Nathan tak mau dibantah atau dia akan dipecat. Dia pun langsung mejalankan perintah nathan, bahkan memasang cctv di kamar mandi.
Setelah semua selesai dipasang, nathan dan pekerja itu keluar kamar itu. Nathan memberikan uang sesuai janjinya. Pekerja itu langsung pamit, nathan kembali ke kamarnya, tepat disebalah kamar hotel lia dan lio. Dia masuk ke kamarnya dan mengecek laptopnya, dimana semua gambar dari sudut kamar lia dapat dia lihat dan dia pantau dari sana.
"Kalau papa alex gak mau kembali sama mama angel, vidio terbuka kamu akan aku sebar. Mana mungkin kalau seperti ini papa kamu sendiri tega. Tentu dia akan melindungi kehormatan kamu kan, Lia." Nathan tak sabar dengan kedatangan Lia.
***
Pesawat Lia dan Lio sudah sampai di paris, dari sana Nathan mengirimkan orang untuk menjemput keduanya dibandara. Dengan mobil mewah, lia dan lio bahkan tak percaya mereka dapat sambutan seperti itu.
"Wowww..."
Lia terperanga melihat mobil mewah yang berhenti didepan mereka dan supirnya keluar, membukakan pintu, menyuruh mereka masuk.
"Yakin ini mobil jemput kita. Emang kita apaan sih sampai dijemput pakai mobil kayak gini, lo sebenarnya ikut apaan sih, menang kuis atau apa?" lio juga terperangan tak percaya mobil yang digunakan untuk menjemput mereka.
"Udah ahh masuk, norak."
Lia puas sekali, biasanya dia yang norak, lio kali ini yang norak, dia langsung menepuk kening lio yang masih diam terpesona dengan mobilnya. Lia harus sedikit melompat karena lia yang jauh lebih tinggi darinya.
"Ahh, resek lo mentang-mentang dijemput pakai mobil bagu."
Lio ikutan masuk dan duduk disamping Lia. Belum selesai terkejut dengan mobil, ketika mereka sampai di hotel, masuk ke kamar hotel masing-masing, yang bahkan dengan dua kamar mereka sendiri, dengan interor yang terlihat mahal, lio masih geleng-geleng gak percaya.
Ya masak belum kerja udah diginiin? tapi Lio bodo amat, Lio langsung berbaring dan menikmati ranjang empuknya. Sementara di kamar lia, lia langsung rapi-rapi. Badannya capek, dia ingin ke kamar mandi, membersihkan badannya. Lia mulai membuka seluruh pakaiannya, satu persatu, hampir tak tersisa.
Di kamat Nathan, nathan memperhatikannya. Kalau melihat gadis-gadis seksi, nathan sudah terbiasa, berhubung dia sendiri berurusan dengan para model cantik. Tapi untuk melihat seluruh badannya.
Wow... nathan terperanga, diam, menikmati pemandangan yang indah dilayar laptopnya. Antara nafsu laki-lakinya muncul dan ingin sekali membalaskan dendamnya.
"Kena kamu, lia."
Nathan merekam semua adegannya, dengan resolusi kamera yang sangat bagus dan jernih, semuanya terekspos jelas.
"Kalian akan segera dapat balasannya, lia dan mama kamu yang pelakor." kata nathan penuh dendam.
ali kok jadi gitu sihh...
jahat .
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!