Jean adalah seorang anak yatim piatu, kedua orang tuanya telah meninggal dunia saat Jean berusia 7 tahun. Kedua orangtuanya meninggal saat melakukan perjalanan bisnis ke luar Negeri. Pesawat yang ditumpangi oleh kedua orang tua Jean, mengalami kesalahan teknisi, sehingga mengakibatkan pesawat jatuh ke laut.
Para tim SAR sedang mencari para penumpang yang menaiki pesawat tersebut di laut. Mereka menemukan banyak mayat di dasar laut dan mengangkatnya ke darat. Dikabarkan bahwa para penumpang tak ada yang selamat, keluarga dari para penumpang menangis dan histeris mendengar kabar meninggalnya para kerabat, tak terkecuali Jean, Jean menangis dan juga histeris saat mendengar kabar meninggalnya kedua orangtuanya. Dirinya sangat terguncang, Jean menjadi gadis yang pendiam dan tak banyak bicara. Mentalnya terganggu.
Setelah kepergian kedua orang tuanya, paman Jean yang bernama Mo Lian Chen mengincar warisan peninggalan kedua orangtua Jean.
Paman Mo mendekati Jean dan berbicara dengannya.
" Jean, bagaimana kalau kamu tinggal bersama paman dan bibi? kami bersedia menjadi walimu, " kata paman Mo kepada Jean.
" Baiklah paman, " Jean merasa senang, karena paman dan bibinya mau menjaga dan menjadi wali untuknya.
Tanpa Jean sadari, paman dan bibinya memiliki tujuan lain terhadap dirinya. Jean yang masih kecil dan sangat polos selalu mempercayai kata-kata dari paman dan bibinya. Selama Jean tinggal bersama paman dan bibinya, paman dan bibi Mo selalu bersikap baik terhadapnya. Paman dan bibi Mo merawat Jean dengan baik agar Jean dapat dengan mudah dikendalikan dan mematuhi apa yang mereka perintahkan.
...****************...
1 Tahun Kemudian
Paman dan bibi Mo sudah tidak tahan lagi harus bepura-pura baik, dan selalu bersikap manis di depan Jean. Paman dan bibi Mo akhirnya memutuskan untuk menjalankan rencana mereka, merebut warisan milik Jean.
" Jean, kemarilah sayang, " bibi Mo memanggilnya, sedikit berteriak.
Jean yang berada di kamar pun keluar, mendengar panggilan dari bibinya.
" Iya bi, " Jean berjalan menuju paman dan bibinya.
" Duduklah sayang, ada yang ingin paman dan bibimu bicarakan, " ucap bibi Mo, dan paman Mo mengeluarkan sebuah berkas yang berada di dalam amplop berwarna coklat.
" Ada apa bi? apa yang ingin paman dan bibi bicarakan?, " Jean merasa penasaran.
" Ini adalah sebuah berkas Jean, paman ingin kamu menandatanganinya, " jawab paman jean.
" Berkas apa paman? kenapa harus Jean yang menandatanganinya?, " Jean merasa bingung, karena menurutnya, ia masih kecil dan tak mengerti apapun, mengapa ia harus menandatangani sebuah berkas?.
" Jean, dengarkan paman, paman adalah walimu, Jean masih kecil sehingga paman dan bibi ingin membantu Jean untuk menangani warisan yang Jean miliki, " jawab paman Jean.
" Apa yang di katakan pamanmu itu benar Jean, bukankah Jean percaya pada bibi dan paman?, " bibi jean kembali menyakinkan Jean, agar mau menandatangani berkas tersebut.
" Baiklah bi, Jean selalu percaya sama bibi dan paman, " Jean menjawab pertanyaan bibinya.
Jean mengambil berkas yang berada di atas meja, dan menandatangani berkas tersebut. Setelah selesai menandatangani berkas, Jean menyerahkan berkas tersebut kepada paman dan bibinya. Paman dan bibi Mo merasa sangat senang, rancana mereka telah berhasil, akhirnya mereka dapat menguasai seluruh harta kekayaan milik orangtua Jean yang telah diwariskan kepada Jean.
Paman dan bibi Mo merasa bahwa Jean sudah tidak berguna lagi, paman dan bibi Mo sudah menguasai semua harta milik Jean, jadi Jean sudah tidak dibutuhkan lagi.
" Sayang, bagaimana dengan Jean? kita sudah tidak membutuhkannya lagi, kita sudah menguasai hartanya, akupun sudah muak harus terus bersikap baik di depannya, " kata bibi Mo kepada suaminya.
" Sabarlah sayang, aku sudah memikirkannya, kita akan mengantarnya ke panti asuhan, besok kau hanya perlu bersikap manis untuk terakhir kalinya, " jawab paman Mo.
" Baiklah sayang, besok kita akan mengantarnya ke panti asuhan, akhirnya aku bisa terbebas dari anak sialan itu, aku sangat bahagia sayang, sekarang kita menjadi sangat kaya" jawab bibi Mo.
Mereka berdua akhirnya tertawa bersama, mereka merasa sangat senang karena telah menguasai harta milik Jean. Tanpa mereka sadari keserakahan mereka dapat membawa malapetaka bagi diri mereka sendiri.
...****************...
Keesokan Harinya . . . .
Paman dan bibi Mo ingin mengantar Jean ke panti asuhan, dengan alasan mengajak Jean untuk jalan-jalan. Jean yang tidak mengetahui niat jahat dari paman dan bibinya pun mengikuti paman dan bibinya tanpa merasa khawatir, Jean merasa sangat senang, karena paman dan bibinya untuk pertama kalinya ingin mengajaknya jalan-jalan. Tanpa Jean sadari, itulah awal dari kesengsaraan yang akan dia hadapi.
**Hallo readers👋
semoga kalian suka sama novelnya😊
terus dukung author ya😊
jgn lupa vote dan like👍 ya readers😊
Terima Kasih🙏😊**
Mereka bertiga melakukan perjalanan yang cukup jauh, perjalanan yang mereka tempuh sekitar 4 jam. Paman dan bibi Mo, sepertinya ingin mengirim Jean ke panti asuhan yang berada di desa yang jauh dari pusat kota.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya mereka sampai di salah satu panti asuhan.
Mereka turun dari mobil. Sesampai mereka di depan gerbang, salah satu pengurus dari panti asuhan itu menyambut mereka.
" Selamat datang Tuan dan Nyonya, " kata pengurus panti asuhan, sambil bersalaman dengan paman dan bibi Mo.
" Iya, " jawab paman Mo, sambil menerima salaman dari pengasuh panti asuhan itu.
" Mari silahkan masuk, " pengurus panti asuhan itu mengajak paman, bibi Mo dan Jean masuk ke dalam.
Mereka semua masuk kedalam panti asuhan, tetapi Jean duduk di ruang tamu sendirian, karena paman dan bibi Mo serta pengasuh panti asuhan pergi ke sebuah ruangan yang lain.
Saat duduk sendirian di ruang tamu, Jean tanpa sengaja melihat salah satu anak yang tinggal di panti asuhan itu.
" Hallo, " Jean menyapa anak itu, sambil tersenyum manis.
Anak yang disapa oleh Jean lari ketakutan, seakan-akan dia merasa Jean adalah orang jahat yang akan menyakitinya.
" Ada apa dengan anak itu? apa aku menakutinya?, " Jean merasa bingung dengan sikap anak yang tadi ia sapa.
#Pov Paman dan Bibi Mo
Paman dan bibi Mo serta pengasuh panti asuhan mereka sedang berbicara tentang Jean yang akan tinggal di panti asuhan tersebut.
" Aku akan meninggalkan anak itu di panti asuhan ini, " ucap Paman Mo.
" Baik Tuan, " jawab pengasuh panti asuhan.
" Kamu boleh melakukan apapun terhadap anak itu, " kata Bibi Mo.
" Saya mengerti Nyonya, Nyonya tenang saja, saya pasti akan melakukan seperti yang Nyonya katakan, " jawab pengasuh panti asuhan tersebut kepada Bibi Mo, dengan seringai jahat di wajahnya.
" Bagus, " jawab Paman dan Bibi Mo serempak.
Paman dan Bibi Mo merasa sangat senang, karena mereka akan meninggalkan Jean di panti asuhan itu, mereka tidak perlu lagi mengurus Jean anak pembawa s*al itu. Sedangkan pengasuh panti asuhan yang bernama Nona Lin itu merasa senang, karena dia dapat menambah penghasilannya dengan memaksa Jean dan para anak panti asuhan yang lainnya bekerja untuknya. Akhirnya pembicaraan mereka telah selesai, mereka keluar dari ruangan itu dan menemui Jean diruang tamu.
" Jean, ada yang ingin paman dan bibimu sampaikan, " kata paman Mo.
" Ada apa paman?, " tanya Jean.
" Begini Jean, paman dan bibimu akan berangkat ke luar negeri, paman ingin menitipkan Jean bersama Nona Lin pengasuh panti ini, karena kalau paman dan bibi pergi, tidak ada yang menjaga Jean dirumah, jadi paman dan bibimu memutuskan untuk menitipkan Jean pada Nona Lin, sampai paman dan bibi pulang dari luar negeri, paman dan bibimu juga melakukan ini agar ada yang menjaga Jean, Jean setuju kan?, " jelas paman Mo panjang lebar, memberi alasan yang masuk akal untuk Jean.
Biar bagaimanapun Jean adalah anak yang cukup cerdas, dia akan merasa ada kejanggalan jika alasan yang diberikan tidak tepat.
" Baik paman, Jean setuju, " jawab Jean, Jean merasa paman dan bibinya khawatir terhadapnya, sehingga menitipkannya kepada pengasuh panti asuhan yang bernama Nona Lin.
Setelah selesai berbincang dan menemui kesepakatan, Paman dan Bibi Mo pamit pulang.
" Tolong jaga Jean ya Nona Lin, " kata Bibi Mo.
" Tentu Nyonya, saya akan menjaga Nona Jean dengan baik, " jawab Nona Lin
" Jean jadi anak yang baik ya, Jean harus patuh pada Nona Lin, " ucap Bibi Mo kepada Jean.
" Iya bi, Jean akan jadi anak yang baik, " jawab Jean.
" Baiklah, kalau begitu kami pulang dulu ya, " pamit Paman dan Bibi Mo. Paman dan Bibi Mo, sudah masuk ke dalam mobil, dan akan segera meninggalkan panti asuhan itu.
" Iya bi, hati-hati paman, hati-hati bibi, sampai jumpa lagi, " Jean terus melambaikan tangannya kearah mobil Paman dan Bibi Mo.
" Sudah cukup perpisahannya, ayo masuk, " ucap Nona Lin, ketus.
" Baik, " jawab Jean.
Jean bersama Nona Lin masuk ke dalam panti asuhan.
" Sekarang kau akan tinggal disini, disini memiliki beberapa peraturan, dan kau harus mematuhinya, " kata Nona Lin kepada Jean.
" Baik, " jawab Jean
" Mulai sekarang, kau harus memanggilku Nyonya, kau juga harus bekerja seperti anak lainnya yang tinggal di panti asuhan ini, kalau kau tidak menuruti perintahku, akan kupastikan kau tidak akan mendapat jatah makan, apa kau mengerti?, " kata Nona Lin
" Mengerti Nyonya, " jawab Jean
" Bagus, kamarmu ada di sebelah kanan, bersama dengan anak panti yang lain, bawalah barang-barangmu kesana, " kata Nona Lin.
" Baik Nyonya, saya permisi, " jawab Jean, sopan.
Jean pergi menuju ke kamarnya yang akan ia tempati, Jean berjalan sambil melamun.
' Mengapa Nona Lin, pengasuh panti asuhan ini sangat ketus padaku? Padahal tadi dia sangat baik padaku saat datang bersama paman dan bibiku, apa aku melakukan kesalahan? tapi, sepertinya aku tidak melakukan kesalahan, aku kan baru sampai ' batin Jean.
Sebenarnya Jean tidak mengerti akan perubahan sikap Nona Lin, yang tadinya baik sekarang menjadi ketus kepadanya.
Sesampainya Jean di depan kamar yang akan ia tempati, Jean membuka pintu kamar itu dan betapa terkejutnya Jean saat melihat kondisi kamar itu.
' Apa-apaan kamar ini? ini seperti kandang, oh Tuhan, bagaimana aku bisa tinggal disini?, " pekik Jean di dalam hatinya.
Siapapun pasti tidak ingin tinggal dikamar seperti itu, kamar yang akan ditempati oleh Jean, terlihat seperti kandang, terdapat empat buah kasur yang sangat tipis dan sudah terobek, banyak kotoran di kamar itu, selimut yang digunakan juga tipis dan sangat kotor, seperti tidak di cuci selama bertahun-tahun, pakaian yang dikenakan oleh para anak-anak panti asuhan itu compang-camping seperti seorang pengemis, mereka seperti tak terurus dengan baik.
' Astaga, apa Nona Lin tidak mengurus mereka dengan baik, kenapa mereka seperti itu penampilannya?, " batin Jean.
Jean sibuk dengan pikirannya, sedangkan anak-anak yang berada di kamar itu menatapnya dengan wajah ketakutan. Jean tidak memperhatikan sikap dan raut wajah anak-anak itu dan akhirnya memutuskan untuk menyapa mereka.
" Hallo semuanya, namaku Jean, umurku 8 tahun, aku akan tinggal disini mulai sekarang, semoga kita berteman baik, " Jean memperkenalkan dirinya, dengan maksud agar mereka dapat berteman. Tapi apa yang terjadi? mereka semua malah semakin ketakutan.
Jean pun merasa bingung dan juga canggung karena tidak ada yang menanggapinya.
' Apa aku melakukan kesalahan? aku kan tidak menakut-nakuti mereka, apa yang salah sebenarnya? ' Jean benar-benar kebingungan.
** Hallo readers👋
semoga kalian suka ya novelnya😊
jangan lupa vote dan likenya👍 ya readers😊
biar author tetap semangat nulis novelnya😊
Terima kasih🙏😊**
Jean memutuskan untuk bergabung dengan anak-anak lain dari panti asuhan itu, walaupun Jean merasa tak nyaman, dia tidak terlalu memikirkannya, karena menurut Jean, ia hanya sementara tinggal di panti asuhan itu.
Hari sudah petang, langit terlihat semakin gelap, matahari mulai beranjak menuju kearah barat digantikan bulan yang akan menerangi bumi. Jean yang berada di dalam kamarnya, mulai membersihkan kasurnya yang usang dan sudah sobek, ia juga membersihkan lemarinya, selanjutnya Jean membereskan pakaiannya, memasukannya ke dalam lemari yang terlihat seperti tak layak dipakai. Setelah Jean selesai menyelesaikan pekerjaannya, Jean merasa badannya sudah sangat lengket, karena membersihkan kamarnya yang sangat kotor, Jean masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri ( mandi ). Setelah Jean selesai mandi dan berganti pakaian, Jean berjalan menuju ke ruang makan di panti asuhan itu, tapi Jean tidak melihat seorang pun disana, makanan yang di atas meja makan pun hanya bisa dimakan untuk satu orang saja (1 porsi ), Jean ingin duduk dan makan di meja itu, tiba-tiba munculah seseorang dari arah dapur.
" Siapa yang menyuruhmu duduk disitu?," kata Nona Lin. Ternyata orang yang datang dari arah dapur itu adalah Nona Lin, ia menatap tajam kearah Jean, yang berani duduk di meja makan.
" Ti..tidak ada Nyonya, " jawab Jean dengan terbata, karena ketakutan di tatap oleh Nona Lin.
" Bangun dari situ, " Nona Lin menyuruh Jean untuk bangun dari tempat duduknya.
" Tapi saya ingin makan Nyonya, Saya belum makan apapun sejak tadi, " jawab Jean. Itu benar, Jean belum memakan apapun sejak pagi tadi, karena paman dan bibinya mengajaknya keluar dari pagi, sehingga Jean tak sempat sarapan.
" Lalu? apa menurutmu aku peduli?, " kata Nona Lin.
Jean tidak menjawab, ia tak tau apa yang harus ia katakan, Jean sangat lapar, tapi ia juga takut kepada Nona Lin yang menatapnya dengan tajam.
" Kenapa kau diam? pergi dari sini, dan masuk ke kamarmu. Kau tak perlu khawatir dengan perutmu itu, akan ada yang mengantar makanan ke kamarmu bersama anak-anak yang lain, " kata Nona Lin.
" Baik Nyonya, " Jawab Jean. Jean kembali ke kamarnya, Jean merasa lega karena ia masih bisa makan, walau tadi ia sempat ketakutan karena di tatap Nona Lin. Jean berpikir Nona Lin tetap baik walaupun terlihat kejam.
Orang suruhan Nona Lin masuk ke kamar anak-anak panti asuhan, untuk membagi makanan mereka. Sampailah mereka dikamar yang di tempati Jean dan anak panti lainnya, Jean merasa senang karena akhirnya ia bisa makan.
" Terima ini, makan yang banyak, karena besok kalian harus kembali bekerja, " kata orang suruhan Nona Lin kepada Jean dan anak panti yang lain.
Mereka semua mengambil makanan yang dibagi oleh orang suruhannya Nona Lin termasuk Jean, ia juga mengambil makanan itu. Saat orang suruhan Nona Lin pergi dari kamar itu, mereka semua membuka bungkusan makanan, anak panti yang lain memakannya dengan lahap, seperti orang yang sangat kelaparan dan tidak makan selama berhari-hari. Jean yang membuka makanan itu, sama sekali tidak ada nafsu untuk memakannya, bagaimana tidak? makanan yang mereka berikan, sama seperti makanan an**ng yang ia berikan kepada anjing peliharaannya semasa kedua orangtuanya masih hidup.
' Bagaimana bisa mereka memakannya dengan lahap? makanan ini sama seperti makanan rudolf ' pekik Jean di dalam hatinya.
Tapi biar bagaimanapun Jean tetap memakannya, kalau ia tidak memakannya, ia akan mati kelaparan. Jean memakannya dengan perlahan, ia enggan untuk memakannya, tetapi ia tak memiliki pilihan lain, ia sudah sangat lapar. Jean makan dengan perlahan sampai habis.
' Paling tidak aku tidak kelaparan, aku tidak tau pekerjaan apa yang akan di berikan Nyonya besok ' batin Jean.
Setelah selesai makan malam, mereka semua akhirnya tertidur, awalnya Jean merasa tak nyaman, karena kasur yang ia tempati sangat usang dan juga sudah sobek, tapi Jean tak banyak mengeluh, karena ia merasa bahwa ia hanya sementara tinggal di panti asuhan itu. Jean percaya paman dan bibinya akan kembali untuk menjemputnya, akhirnya Jean pun tertidur.
Hari sudah pagi, bulan yang indah telah berganti dengan matahari yang cerah bersinar terang. Semua anak-anak panti asuhan termasuk Jean, disuruh berbaris di halaman belakang panti asuhan. Orang suruhan Nona Lin mulai membagikan pakaian yang sudah usang, ada sobek dimana-mana, seperti pakaian para pengemis, ada juga yang diberikan tongkat dan harus berjalan dengan kaki pincang, ada yang diberikan pakaian yang cukup bagus dengan topi. Mereka semua masing-masing dibagi menjadi dua kelompok, semua anak yang berada didalam panti asuhan berjumlah 20 orang ditambah dengan Jean.
" Sekarang, gantilah pakaian kalian, setelah selesai kembali berkumpul disini, waktu kalian 10 menit dari sekarang, " kata Nona Lin.
Semua anak-anak panti asuhan, mengganti pakaian dengan cepat, termasuk Jean, walaupun ia tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, tetapi ia mengikuti anak panti yang lain dan mengganti pakaiannya dengan pakaian yang terlihat seperti pengemis. Semua anak-anak kembali berkumpul di halaman belakang panti asuhan.
" Bagus, kalian semua tepat waktu, kelompok pengemis disebelah kanan dan kelompok pencuri disebelah kiri, " kata Nona Lin memberi arahan.
' Apa maksudnya semua ini? ' batin Jean.
" Maaf Nyonya, apa maksud dari semua ini?, " tanya Jean, walau ia merasa gugup.
" Tentu saja menyuruh kalian semua untuk bekerja, apa kau pikir tinggal disini itu gratis?, " jawab Nona Lin.
" Tapi, aku kan cuma sementara disini, paman dan bibiku akan menjemputku, setelah mereka pulang dari luar negeri, " kata Jean.
" ha..ha..ha..ha..ha, " Nona Lin tertawa dengan keras, sebelum melanjutkan perkataannya.
" Apa kau bodoh? apa menurutmu paman dan bibimu benar-benar ke luar negeri dan menitipkanmu disini agar aku bisa menjagamu? kau terlalu naif nak, paman dan bibimu tidak sebaik itu. Biar ku katakan padamu yang sesungguhnya, kau itu di buang oleh paman dan bibimu setelah mendapatkan warisanmu yang telah kau tandatangani, " kata Nona Lin.
Bagai disambar petir, hati Jean merasa sangat sakit, ia tidak bisa mempercayai ucapan Nona Lin. Paman dan bibinya, selama ini begitu baik padanya dan tidak menyakitinya, bagaimana mungkin mereka membuangnya? Jean merasa Nona Lin hanya membohonginya. Jean tetap pada keyakinannya.
" Tidak mungkin, paman dan bibiku sangat baik padaku, mereka tidak mungkin membuangku, kau pasti membohongiku, " ucap Jean. Tapi di dalam hatinya ia merasa sakit yang menusuk.
" Kau terlalu naif nak, tidak ada untungnya jika aku membohongimu. Baiklah, terserah padamu jika kau tidak mempercayainya, kau tunggu saja sampai mereka menjemputmu, apakah ucapanku ini benar ataukah keyakinanmu yang benar, " ucap Nona Lin. Dia tidak peduli dengan pemikiran Jean, dia hanya ingin mereka semua bekerja sesuai perintahnya.
" Baiklah, seperti biasanya, kalian semua harus mengemis dan mencuri. Kalian tau kan kalau penghasilan kalian tidak mencapai target, kalian tidak akan mendapat jatah makan. Kalian semua akan kembali ke panti pada jam 5 sore, jadi kalian harus mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, apa kalian mengerti?, " Kata Lie orang suruhan Nona Lin.
" Mengerti, " jawab mereka serempak.
Mereka semua pergi melakukan pekerjaan mereka masing-masing, seperti biasanya.
** Hallo readers👋
semoga kalian nggak bosan ya sama ceritanya author😊
terus dukung author ya😊
jangan lupa vote dan like👍 ya readers😊
author juga terima kritik dan saran kalian, tapi menggunakan bahasa yang baik ya readers😊 jadi silahkan berkomentar😊**
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!