Fathimah Az-Zahra seorang istri baik hati dan penyabar, Dia selalu taat beribadah dan selalu menerima semua perlakuan bahkan kata kata kasar dan merendahkan dari suaminya. Zahra sangat menuruti perkataan Akhan suaminya itu. Dia tidak pernah sedikitpun memberontak perkataan Arkhan.
Zahra sadar ini adalah keputusannya untuk mau menikah dengan Arkhan, Padahal jelas jelas orang tua Zahra tidak menyetujuinya. Tapi Zahra sudah terlalu yakin dan cinta pada Arkhan sehingga dia memaksa orang tuanya untuk memberinya restu.
Setelah menjadi istri sah Arkhan, Zahra tetap diperbolehkan mengelola restoran milik ibunya yang sudah lama dia kelola dari sebelum menikah dengan Arkhan. Walau tak sebanding dengan penghasilan Arkhan tiap bulannya, Setidaknya Zahra masih bersyukur bisa membantu uang dapur dan membantu Arkan agar tidak terlalu terbebani dengan pernikahan ini. Karna yang Zahra tahu, Menikah bukan untuk hidup bahagia tapi untuk berjuang dan susah sama-sama.
Arkan adalah seorang pengusaha muda, Dia Seorang CEO dari perusahaan property yang cukup terkenal. Arkan selalu bersikap mesra pada Zahra, selalu romantis dan selalu menunjukkan rasa cinta pada istrinya di depan halayak umum. Sangat berbanding terbalik dengan sikapnya di dalam rumah, Tekadang Zahra berfikir apa aku salah memilih pasangan ?.
Zahra tak mengeri dengan sikap Arkhan yang sangat berbeda dengan yang dia kenal dulu sebelum menikah.
"ra, buatkan kopi, ingat ! dengan gula setengah sendok teh." perimy Arkhan yang masih sibuk dengan layar ponselnya.
Zahra hanya berlalu dan pergi kedapur membitkan kopi sesuai perintah suaminya "mas, ini kopi nya." Zahra menyimpan kopi di atas meja jauh dari tumpukan kertas-kertas penting suaminya. Zahra duduk di samping Arkhan dan bersandar pada pundak suaminya itu " mas, lagi liatin apa sih, Serius banget, sampe istrimu ini gak di lirik."
Arkhan membelai rambut panjang Zahra, Kebetulan dia tidak memakai jilbab karna Zahra merasa tidak akan ada siapaun yang bertamu malam-malam begini.
" ini loh, Mas lagi liatin model mobil terbaru."
" Wahh jadi kita mau beli mobil baru mas ?." tanya Zahra dengan binar matanya. Dia senang suaminya mau membeli sesuatu untuk aset hidup.
" Iya, Mas mau beli mobil baru, Mas bosan dengan yang lama."
" Oh, Yang penting ada uangnya mas." Zahra tesenyum.
" Ya jelas saya punya uang bahkan saya banyak uang, memangnya kamu berpenghasilan rendah." Ucap Arkhan tanpa rasa bersalah dan masih melihat isi ponselnya. Zahra terdiam dan merasa sesak di dadanya hingga dia meneteskan air mata, Zahra menggeser duduknya menjauh dari Arkhan lalu berdiri" Mas, Aku sholat isya dulu." Zahra pergi menjauhi Arkhan menuju kamar mandi untuk berwudhu dan menenangkan hatinya Ya Allah, Hatiku sakit sekali. Batin Zahra sambil memegangi dadanya.
Tempat sholat dan kamar tidur mereka terpisah, Sengaja Zahra meminta Arkhan untuk membuat mushola mini di dalam rumah agar lebih khusu dan rapih menyimpan alat sholatnya.
Zahra melaksanakan sholat isya masih dengan berlinang airmata, Meskipun Zahra mencoba untul tetap khusu dan tidak mengingat perkataan Arkhan barusan, tetap saja air matanya tidak mau berhenti.
selesai sholat, Zahra menenangkan hatinya dengan lantunan ayat suci Al-Quran setelannya dia berdoa Ya Allah, Sabar dan lapangkanlah hati hamba, jadikan pernikahan kami saqinah, mawadah, warohmah till jannah. Amiin (Doa Zahra)
Zahra masuk kedalam kamarnya.Dan dia tidak menemukan suaminya di sana, Zahra mendekati pintu kamar mandi "Mas, Mas Arkhan ?." Tidak ada jawaban.
Kemana mas Arkhan ? Apa di ruang kerja?."
Zahra pun berjalan menuju ruang kerja, Mengetuknya pelan.
Tok.. tok.. tok..
" mas..?"
" Iya ra, sini masuk." Ucap Arkhan di ruang kerjanya.
" Mas kok masih kerja si ? ini udah malem loh, bobo yuk." Ajak Zahra sambil duduk di pangkuan suaminya dan mengalungkan lengan ke leher Arkhan.
" Iya ini sebentar lagi." Arkhan masih sibuk menghitung angka angka yang angka nol nya sangat banyak itu.
" Mas, jumblah uang segitu banyak untuk apa?."
" Beli mobil." Jawab singkat Arkhan.
Zahra hanya diam. Dan berusaha menggoda suaminya dengan menciumi pipi dan mengigit kecil lehernya.
"Akh..." Lengkuh Arkan mulai terang**ng.
" Pindah ke kamar yuk mas." Pinta Zahra dengan manja dan menyandarkan kepala di dada bidang Arkhan.
" Tunggu sebentar, Mas mau nelpon sekertaris mas dulu." Arkhan mengambil ponselnya di meja dan menelpon.
tutt..tut... tut..
" Hallo tuan, " Jawab sekretaris Arkhan.
"Ram, Percepat proses membelian mobil itu, Sudah ku kirimkan detailnya padamu."
"baik tuan."
" Ingat atas namaku Arkhan Adithama Syahputra."
" Baik tuan."
sambungan telepon pun terputus. Arkhan meletakan kembali ponselnya di meja kerjanya. Dan sekarang Arkhan memilih fokus pada Zahra yang membuat hasratnya naik. Arkhan membelai rambut Zahra dan mencium pucuk kepalanya.
" udah selesai mas nelponnya ?."
" Iya udah, mungkin lusa mobilku sudah di kirim" Sambil terus membelai rambut Zahra. Zahra hanya tersenyum dan mencium bibir Arkhan, Arkhan membalas ciuman sekilas Zahra dan lama lama Arkhan meminta lebih dari sekedar ciuman sekilas, Arkhan mel****t bibir kecil Zahra dengan liar dan penuh nafsu hingga Zahra susah bernafas, Zahra memukul mukul dada Arkhan agar dia melepas ciumannya.
haah... haah... haah..
Zahra berusaha mengatur nafas selagi Arkhan melepaskan ciumannya " Mas, mau bikin aku mati ya." Omel Zahra masih mengatur nafas.
"Maaf sayang, Abisnya kamu ngegemesin banget, bikin mas ketagihan" Ucap Arkhan sambil mengedipkan satu matanya. Zahra hanya tersenyum.
"Oh iya, bagaimana restoranmu ?." Tanya Arkhan tiba tiba di sela sela adegan panas mereka.
"Biasa lah mas, Mungkin karna sekarang tanggal tua jadi restoran juga kena imbasnya."
" Sudah mas duga, Memang kamu tidak bisa memajukan restoran itu."
Zahra hanya terdiam, Lagi dan lagi suaminya merendahkannya.
" Sekarang mana lihat tabunganmu ?." Zahra bangkit dari pangkuan Arkhan dan mengambil ponselnya, Zahra mengetik sesuatu pada layar ponselnya lalu muncul nominal isi tabungan Zahra. Zahra memberikan ponselnya pada Arkhan.
" ha ha ha ha apa ini ? tabungaanmu hanya segini ?."
Zahra hanya menunduk berusaha menahan rasa sakit di hatinya. Suaminya ini sangat pandai membuat hati Zahra terluka, Ingin rasanya Zahra menangis, Tapi Zahra tahan sekuat yang dia bisa, Bahkan genangan air mata itu sudah penuh ampir jatuh dari matanya kalau tidak buru buru dia menyekanya.
" ha ha ha ha pendapatan ku sehari saja melebihi tabunganmu selama tiga bulan ini ra." Arkhan masih saja meledek istrinya, Entah terbuat dari apa hatinya sampai tega bicara seperti itu pada Zahra, istrinya sendiri. Arkhan mengembalikan ponsel Zahra pada nya dan menarik Zahra kepangkuanya, Melanjutkan aksinya tadi "Ke kamar aja yuk." Ajak Arkhan.
Sungguh sangat sesak hati Zahra, Hati seorang istri yang selalu harus sabar mengahadapi suami seperti Arkhan. Ditambah lagi dengan harus melayani suaminya meski hati dan jiwanya menolak , Terlalu sakit perasaan yang Arkhan hancurkan begitu saja, Tanpa merasa bersalah. Tapi Zahra beusaha ikhlas, Dia hanya bisa bersabar dalam diam.
Setip pagi Zahra selalu bangun lebih awal untuk melaksanakan kewajibannya pada sang pencipta, Tanpa membangunkan Arkhan, Arkhan sendiri yang mengatakan bahwa jika belum jam enam pagi jangan pernah membangunkannya. Meski Zahra mencoba membangunkan Arkhan untuk sholat subuh tapi Arkhan tetap tidak mau bangun alasanya dia takut mengantuk saat di kantor.
Zahra membuat sarapan untuk suaminya, Hari ini Zahra membuat nasi goreng seafood kesukaan Arkhan. Meski apa yang Arkhan katakan semalam masih sangat teringat jelas olehnya, Kata kata yang begitu menyakitkan hati. Zahra berusah tegar dan tabah dengan segala yang suaminya katakan. Bila Zahra mengingat kata-kata Arkhan semalam , Zahra merasa sesak dan meneteskan air mata, Hanya itu yang bisa Zahra lakukan.
Nasi goreng seafood kesukaan Arkhan sudah siap dan sudah ada di atas meja makan tertata dengan rapih. Saat Zahra akan naik hendak membangunkan Arkhan bel rumah berbunyi. Zahra pun mengurungkan niatnya dan berbalik menuju pintu rumah.
ting ..tong.. ting.. tong...
"Assalamu'alaikum." Ucap seseorang di luar pintu rumah Arkhan.
Zahra membukakan pintu " Waalaikumsalam, Eh pak Rama, Mari silahkan masuk."
Rama masuk kedalam rumh Arkhan" permisi nyonya, Apa Pak Arkhan sudah bangun?." Ucap Rama.
" Sepertinya belum pak, sebentar ya saya bangunkan, pak Rama silahkan duduk dulu."
"Maaf Nyonya saya kesini pagi pagi."
" Iya gak papa pak. sekalian ikut sarapan bersama." Zahra terseyum, lalu pergi meninggalkan Rama untuk membangunkan suaminya.
Sesampainya di kamar, Zahra melihat Arkhan masih tertidur pulas "Mas, Bangun." Sambil mengguncang pundak Arkhan. Arkan malah semakin memeluk erat bantal gulingnya " Mas, Ayo bangun nanti kamu terlambat." Arkhan masih tak mau mendengar Zahra.
" Mas, di bawah ada Pak Rama sedang menunggu mas." Zahra masih berusaha membangunkan Arkhan.
Arkhan perlahan membuka mata lalu duduk. Dengan rambut acak acakan khas orang bangun tidur Arkhan sangat terlihat tampan " Masyaallah, Ganteng banget suamiku." ucap Zahra tulus. Arkhan hanya tersenyum kecil " plus kaya." Ucapnya lalu beranjak dari ranjang menuju kamar mandi"
Zahra hanya menghela napas dalam, Zahra sudah terbiasa dengan sikap Arkhan yang selalu menyombongkan diri. Zahra menyiapakan pakaian dan segala keperluan Arkhan untuk berangkat ke kantor.
Arkhan sudah keluar dari kamar mandi hanya dengan melilitkan handuk di pinggang menampilkan otot otot kotak di perutnya dan mengalungkan handuk kecil di lehernya masih dengan rambut yang basah menetes hingga kelantai, Ya itulah kebiasaan suami Zahra, Dia terlalu malas untuk mengeringkan rambutmya.
" sini mas, biar aku yang keringin rambutnya."
Arkhan duduk di depan meja rias Zahra. Zahra mengeringkan rambut Arkhan dengan handuk dan membantu Arkhan mengenakan pakaian juga dasinya.
Mereka berdua menuruni tangga dengan bergandengan tangan sesekali Arkhan mencium lengan Zahra, Zahra pun sebaliknya mereka tersenyum seolah memang tidak ada apa apa di antara mereka , Sebenarnya suaminya itu romantis dan perhatian meski terkadang ucapannya sangat menyakitkan hati
Rama melihat tuan nya sedang menuruni tangga langsung berdiri dan membungkuk tanda hormat.
" Ada hal apa ? Hingga membuatmu kesini pagi pagi ?." Ucap Arkhan
"Begini Pak, Atas permintaan bapk tadi malam, Karna mobil itu keluaran paling terbaru jadi kita harus memesannya dulu pak."
"Berapa lama aku harus menunggu."
"Sekitar dua minggu pak."
" Apa ? tidak, Percepat semuanya tidak perduli berapapun biaya yang kau keluarkan, Aku ingin mobil itu segera."
" Baik pak, Kalau begitu saya pamit dulu pak."
Arkhan hanya diam dan malah berjalan menuju meja makan.
" Mas ? Apa gak sekalian ajak pak Rama sarapan ?Kan nanti bisa berangkat bareng."
" Terserah kamu ajh."
Zahra terseyum pada Rama " Pak Rama, Mari sarapan bersama."
" Tidak usah nyonya, biar saya sarapan di kantor saja."
" Gak papa kok pak, Kebetulan saya masaknya lebih."
" Sudahlah menurut pada istriku." Ucap Arkhan di meja makan.
" Baik Pak."
mereka pun sarapan bersama. Seperti biasa Zahra selalu mengantar kepergian suaminya itu sampai depan pintu rumah " Mas, berangkat dulu ya" Ucap Arkhan lalu mencium kening istrinya.
" Iya mas hati-hati, Cari uang yang banyak ya." sambil mencium punggung tangan Arkhan.
" Ha ha ha , itu sudah pasti, memangnya kamu ? mengurus restoran saja tak bisa, Untung bukan salah satu anak cabang perusahaan ku." Ucap Arkhan, Lagi lagi merendahkan istrinya, Sekarang lebih parah, Dia berkata seperti itu di depan Rama asistennya yang berarti orang lain. Zahra hanya mampu menahan sesak di hati dengan tersenyum menatap kepergian suaminya.
Frov Rama
Rama melihat bahkan mendengan semua yang di katakan boss nya pada sang istri. Rama tak menyangka di balik sikap boss yang romantis, Bosnya bisa dengan tega melontarkan kalimat yang pasti sangat menyakiti hati istrinya.
Masyaallah,, Nyonya Zahra benar benar bidadari syurga, Dia sangat sabar dan baik hati. Semoga Nyonya Zahra mendapatkan kebahagiaannya. Batin Rama.
Setelah keberangkatan Arkhan ke kantor, Zahra pun masuk ke dalam kamar dan bersiap untuk menuju restoran. Di rumah megah ini, Zahra tidak perlu merasa kelelahan karena ada pekerja paruh waktu yang membersihkan rumah dan mengurus pakaiannya dan juga Arkhan, Mereka tidak di perizinan Arkhan untuk memasuki rumah utama kalau Arkhan dan Zahra ada di rumah, Apapun kebutuhan Arkhan akan Zahra penuh begitu pun sebaliknya, Zahra selalu tahu kulkas penuh dengan bahan makanan,cemilan bahkan buah buahan, Zahra juga selalu tahu ada lemari pakaiannya sudah rapih, Pokoknya semuanya sudah tahu rapih dan bersih. Zahra juga tidak di perbolehkan Arkhan untuk membersihkan rumah, Bahkan untuk mencuci piring saja Arkhan tidak memperbolehkannya. Zahra hanya harus melayani Arkhan tanpa harus melakukan apapun lagi. Semua pelayan yang ada tidak di izinkan melihat kecantikan Zahra, meski Zahra meminta sesuatu para pelayan harus selalu menunduk tidak boleh menatap Zahra, Para pelayan laki laki di tugaskan Arkhan di luar rumah, para pelayan laki laki boleh memasuki rumah bila ada sesuatu hal darurat saja atau kalau di panggil Arkhan, Para pelayan menempati rumah belakang yang tidak terhubung langsung dengan rumah utama. Begitu banyak peraturan yang Arkhan terapkan di rumahnya, Semua itu dia lakukan karena tidak mau membagi kecantikan istrinya pada orang lain. Arkhan adalah seorang suami yang romantis dan posesif tapi kata katanya selalu menyakitkan Zahra.
...Setelah bersiap Zahra mengirim pesan pada suaminya...
^^^*to my hubby❤️^^^
^^^"mas, Aku berangkat ke restoran ya, nanti siang mau aku bawakan makanan* ?"^^^
Arkhan yang sudah duduk di kursi kebesarannya pun mengambil ponselnya dari saku karena ponselnya bergetar singkat menandakan ada pesan atau notif masuk, Arkhan terseyum membaca pesan dari istrinya dia buru-buru membalasnya.
^^^*to my wife❤️^^^
^^^"hati hati di jalan sayang, berangkatlah dengan Pak Warno. Biar nanti siang mas yang ke restoran*."^^^
Zahra senyum senyum sendiri mendapatkan perhatian dari suami tercintanya. Zahra berangkat dengan hati berbunga-bunga dengan di antar supir pribadinya yaitu pak Warno, Di dalam mobil Zahra terus tersenyum menatap keluar kaca mobil.
Frov Pak Warno
Masyaallah, sungguh indah senyuman istri tuan Arkhan, sungguh beruntung tuan Arkhan memiliki istri seperti bidadari ini.
Sesampainya di restoran, Pak Warno membukakan pintu untuk Zahra, Zahra terseyum " Trimakasih Pak."
" sudah tugas saya nyonya." Ucap Pak Warno dengan menunduk. Zahra keluar dari mobil dan menatap restorannya yang sepertinya sudah ada beberapa orang yang berkunjung untuk sarapan.
" Bapak pulang saja, Tidak perlu menunggu saya, Mas Arkhan bilang nanti siang dia akan kesini.
" Maaf nyonya, tapi tuan tidak mengizinkan saya untuk meninggalkan nyonya."
" Baiklah, Bapak ikutlah saya masuk sekalian sarapan di dalam."
"Terimakasih nyonya."
Pak warno dan Zahra pun masuk ke dalam restoran, Pak Warno langsung memilih tempat duduk paling ujung di restoran, Pak Warno di perintahkan untuk tidak mengganggu aktivitas istri tuannya. Zahra menyuruh salah satu karyawan untuk menyiapkan sarapan untuk pak Warno seperti biasa. Zahra berlalu dan pergi menuju ruangan nya sebagai meneger di restoran orang tuanya ini.
"Assalamu'alaikum" Ucap Zahra memasuki ruangannya, Itu sudah menjadi kebiasaan Zahra meski di dalam tidak ada siapa siapa tapi Zahra meyakini bahwa ada malaikat yang menunggu ruangan ini, Zahra duduk di tempatnya dan mulai mengecek beberapa berkas bahan makanan, dan mengecek laporan para konsumennya tentang pelayanan restoran. Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar. batin Zahra.
tok.. tok ...tok ..
pintu kerja Zahra di ketuk seseorang " Siapa ?." Ucap Zahra, Yang di luar pun menjawab "Bu, ini Irene."
" Masuklah."
Irene masuk ke dalam ruangan Zahra sambil menunduk" Ada apa irene ?." Tanya Zahra.
" Bu, saya izin tidak masuk dulu untuk beberapa hari kedepan, boleh bu ?."
" Loh kenapa ?."
" Anak saya sakit parah bu, tidak ada yang merawatnya kalau saya masih bekerja."
" Astagfirullah, iya tidak apa apa , anakmu lebih penting, Sudah di bawa ke dokter ?."
Irene hanya menggeleng, Zahra mengerti karena bukan tanggalnya untuk gajian. Zahra membuka laci nya dan memberikan amplop coklat tidak terlalu tebal. " Ini ambil." Irene menatap amplop itu dan menatap Zahra " Tidak apa apa, Saya ikhlas." Sambung Zahra.
Irene menerima amplop itu lalu mencium tangan Zahra" Trimakasih bu, trimakasih." Zahra berusaha menarik tangannya dari Irene " Astagfirullah bu, jangan seperti ini, bagaimana pun ibu lebih patut saya hormati."
" Tidak bu, Bu Zahra orang yang sangat baik, bu Zahra yang seharusnya saya hormati." Ucap Irene, Irene adalah seorang janda, Umurnya lebih tua dari Zahra, Karna itu Zahra tidak mau di cium tangan oleh orang yang lebih tua darinya.
" Tidak bu, saya masih belajar jadi orang baik."
" Terima kasih bu, Saya benar benar sangat berterima kasih."
Zahra menggenggam tangan Irene dan terseyum manis " Iya bu sama-sama, semoga anak ibu cepat sembuh."
Irene terseyum lalu pergi meninggalkan ruangan Zahra. Zahra menatap kepergian Irene kasihan sekali bu Irene, di umurnya sekarang dia harus sendiri mengurus anaknya, Ya Allah berikan kemudahan untuk segala urusan bu iren.Amiin. do' a Zahra.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!