NovelToon NovelToon

Lady'S Gentleman

Pertemuan kembali

Semua mata menatapnya saat Milady memasuki area pertokoan. Sosoknya memang sangat mencolok dengan outfit branded dan dandanan highclass.

Bukan, ia bukan selebritis.

Ia hanya karyawan biasa di sebuah perusahaan property.

Rasa malas menyelimutinya saat ia melangkahkan kaki di restoran yang ditunjukan Ayahnya.

Ia harus kesana malam ini, selepas jam kerja.

Ayahnya akan mengenalkannya ke calon suaminya berikutnya, setelah pernikahannya kandas.

Astaga, Ayah...

Padahal ia bahkan belum melewati masa iddah, baru sebulan yang lalu dari hakim mengetuk palu mengesahkan perpisahannya dengan Latief. Kini Ayahnya sudah berulah mau mengenalkannya dengan pria lain.

Jujur saja, ia tidak mengenal Latief. Itu kesalahan Milady yang pertama.

Kesalahan kedua adalah membiarkan keluarganya mengatur hidupnya.

Kesalahan ketiga adalah tidak mengindahkan feelingnya.

Dari awal dia sudah punya semacam insting kalau Latief tidak suka perempuan, tapi ia tetap maju karena Latief anak seorang pemuka agama dengan latar belakang pendidikan agama yang baik, rasanya tidak mungkin ia seorang gay.

Dan yang lebih parah ia sudah memiliki anak di luar negeri, diadopsi dengan pasangan prianya.

Pernikahan mereka hanya kedok untuk menutupi status seksualnya.

Bukannya Milady membenci kaum lain itu, namun kebohongan Latief yang tidak bisa ia tolerir.

Pantas Latief belum mau menyentuhnya. Saat Milady bertanya untuk adegan suami-istri pasti pria itu menghindar. Ada saja alasannya, sampai-sampai Milady pernah tidak percaya diri dan menghabiskan puluhan juta untuk perawatan.

Jadi ia dan Latief berpisah dengan baik-baik sesuai skenario yang sudah direncanakan, untuk nama baik keluarga pria itu.

Dan ternyata walaupun cinta diantara keduanya belum tumbuh, setiap perceraian pasti menorehkan rasa sakit.

Bahkan untuk wanita tangguh seperti Milady, tidak terelakkan perasaan 'dibuang' saat palu diketuk hakim.

Ia cacat...

Ia tidak diinginkan...

Tidak ada yang mencintainya...

Dan label 'bekas orang' sudah tertoreh didirinya.

Kini Ayahnya malah bersikeras memperkenalkannya ke pria lain.

Milady memutuskan datang untuk menghormati undangan. Namun rencananya, nanti ia akan bilang ke si Pria kalau ia sebenarnya belum berkenan menjalin hubungan.

Saat langkah kakinya sudah mulai dekat dengan restoran, pikirannya mulai ke masa lalu lagi.

Mungkin ada untungnya ia bercerai.

Kenyataan kalau ia sudah tidak perawan sebelum perceraian, sejak lulus kuliah tepatnya, akan membuat hati orang tuanya hancur kalau ketahuan.

Paling tidak kini, ia tidak perawan lagi adalah sesuatu yang wajar karena statusnya yang menjanda.

Milady tiba di depan restoran. Orang tuanya tidak tahu kalau ia adalah langganan restoran ini, tempat ia menghabiskan waktunya dari hingar bingar dunia luar dengan teh, musik, camilan manis dan game online yang bagus. Bahkan saat ia pusing dengan pekerjaan, ia dan sahabat satu kantornya, sering kabur dari kantor dan membawa pekerjaan kesini, bekerja dari restoran sampai malam.

Kini sahabatnya sudah pindah ke anak usaha lain karena akan menikah dengan rekan satu kantor, dan jadilah Milady sendirian.

Dan hal lainnya yang orang tuanya tidak tahu, adalah salah satu owner di restoran ini adalah anak mereka sendiri. Kakak pertama Milady yang memilih kabur dari rumah karena menghindari pertikaian demi pertikaian dalam keluarga.

Kenapa?

Nanti pembaca tahu sendiri kenapa sang kakak lebih memilih keluar dari rumah dan sang adik memilih bertahan di rumah.

Sudahlah, jalani saja... Pikir wanita berusia 27 tahun itu.

"Eeeh, Mbak Lady! Apa kabar Mbaaak?!" tanya si manajer, wanita gemuk yang ceria berkulit putih dan berkerudung.

Sudah pasti ia mengenal Milady. Restoran ini 'kantor kedua' nya. Bahkan ia sangat mengenal salah satu owner di sini.

"Baik Bu Dewi!" mereka berangkulan.

"Sudah lama sekali Mbaknya ngga kesini ya! Terakhir kesini dengan...Mas-mas yang sering pakai sorb..."

Milady menghela napas.

"Mantan suami saya. Kami baru saja bercerai. "

Ia tersenyum masam sambil menatap Bu Dewi.

Mata manajer restoran itu membesar.

"Astaga Mbak Lady, saya turut sedih mendengarnya. Semoga semua prosesnya dilancarkan Yang Maha Kuasa... Pantas Mbak Lady kuruuuusss sekali ini!"

"Ah...Terimakasih bu."

"Sudahlah Mbak Lady, nanti juga dapat lagi! Mbak Lady kan cantik sekali, pasti mudah dapat yang lebih baik!" Bu Dewi mengusap punggungnya.

"Doakan yang terbaik yah Bu, ini juga saya rencananya mau dikenalkan sama 'pria yang lain'...ada reservasi atas nama Pak Malik Adara?"

"Ada di ruang anggrek! Ada empat orang yang sudah datang. Pasti yang ganteng tinggi itu yang mau dikenalkan ke Mbaknya!"

"Ganteng?"

"Buangett Mbak! Lebih Ngguanteng daripada mantan..."

"Ih, inget laki, Bu Dewi!" Milady tertawa.

Lalu ia menuju ruang anggrek sambil berdoa dalam hati.

*****

"Permisi..." sapa Milady lembut dengan senyum menghias wajah ayunya. Ia menggeser pintu ruang anggrek untuk masuk.

Namun senyumnya langsung menghilang saat melihat orang yang ada di depannya.

Ia sudah dikagetkan dengan adanya Trevor, Bossnya, di depannya. Milady sudah bekerja selama 5 tahun dibawahnya.

Dan yang lebih mengagetkannya lagi, adalah orang disebelah Trevor.

Ya Tuhanku...

Batin Milady.

Kenapa pria itu ada disini?!

Saat itu Milady tahu kalau ia sedang terkena karma.

Atau takdir.

Atau balasan atas kesalahan fatal yang ia lakukan 10 tahun lalu...

****

10 tahun yang lalu, Milady berusia 17 tahun. Baru saja lulus kuliah, baru saja melepas toganya, baru saja dinobatkan dengan predikat summa cumlaude dan baru saja menerima penghargaan dari Menteri Pendidikan sebagai lulusan termuda di universitasnya.

Jenius, cantik, namun... Miskin.

Usaha ayahnya baru saja bangkrut dan rumahnya disita Bank, waktu pengosongan 1 bulan, dan mereka masih belum tahu mau tinggal di mana setelah ini.

Jadi, sebelum wisuda, Milady memberanikan diri menemui cewek paling populer di kampusnya. Niatnya ingin mencari pekerjaan, namun si teman malah mengenalkannya ke sebuah situs.

Pelelangan keperawanan.

Bersifat tertutup dan sangat rahasia.

Katanya, pelanggannya kalangan konglomerat dan pejabat dari seluruh dunia. Milady bisa mendapatkan 50% dari harga pelelangan.

Dan keperawanan Milady laku dengan harga 15 miliar...

Dan saat ini, di depannya, pria di sebelah Trevor...

Milady sangat mengingat sosoknya. Bagaimana ia bisa melupakannya.

Pertama kali berhubungan dengan laki-laki begitu intim, begitu sakit, namun begitu indah.

Adalah si pembeli keperawanannya.

Ayah Trevor...

*****

Milady Adara, Cantik dengan wajah unik khas puteri keraton. Tingginya mencapai 170cm, sosok yang diimpikan hampir semua wanita, beratnya hanya 48kg bulan ini karena stress pasca perceraian. Kulit kuning langsat eksotisnya menjadi semakin pucat karena sudah sebulan ia hidup bagaikan vampir. Anti sinar matahari. Sampai sekarang sumpah serapah masih sering tergumam dari bibir tebalnya.

Pekerjaannya secara teknis dan menurut kontrak kerja adalah Staff Ahli dari Manager Operasional Wilayah Timur di Garnet Property. Namun sehari-harinya ia mengurusi jadwal kerja atasannya juga dan deal kontrak. Dia bukan sekretaris. Bossnya, Trevor Michael Bataragunadi, memiliki 3 orang sekretaris dan semuanya laki-laki, untuk mengurusi administrasi dan jadwal kerjanya , namun ia masih bergantung pada Milady untuk hal-hal kecil.

Hari ini, Trevor, Pria berusia 34 tahun itu menghentikan langkahnya karena melihat sosok dengan aura mencekam berdiri di tengah ruangan sambil berkacak pinggang, sosok itu menatap keluar ke arah jendela raksasa di depannya.

Astaga! Pikir lelaki itu hampir terlonjak.

Sudah 3 hari mereka tidak bertemu pasca pertemuan di Restoran, dan hari ini ia melihat wanita itu begitu angker.

Trevor ragu-ragu untuk mendekat, namun ia harus ke arah sana, ke ruangannya yang terletak di pojok.

Akhirnya karena tidak tahu apa yang harus dilakukan, Trevor balik arah memutuskan untuk sarapan dulu sambil menunggu kantor dipenuhi karyawan.

Saat akan balik arah, ia melihat Bram, rekan kerjanya, Manager Operasional Wilayah Barat Garnet Property, keluar dari ruangannya di pojok ujung satunya dan berjalan ke arah Milady.

"Nekat..." gumam Trevor. Ia tidak sempat memperingatkan Bram karena posisi pria itu berada di belakang Milady, namun dengan langkah mantap, Bram mendekati wanita itu.

"Lady, kalau Trevor datang, bilang dia..."

"Trevor udah datang, itu dia sembunyi di balik tembok." Potong Milady sambil menunjuk Trevor dengan dagunya.

Sial! Dari mana wanita itu tahu keberadaannya?!

Bram menyeringai.

"Kamu nakutin gitu sih, jadi dia ngga dekat-dekat..." sahut Bram mencoba santai menghadapi Milady.

"Terus tampangku harus yang seperti apa Bram?" ketus sekali nada bicaranya.

Bram menaikkan alisnya.

Saat-saat Milady sedang ketus, adalah saat-saat orang lain memilih menghindar. Namun Bram malah mendekat.

Pria itu juga melirik Trevor yang dari tadi rupanya memberikan kode padanya berupa tanda silang di dada dengan kedua lengannya, berjudul : pergi dari sana!

Namun Bram tidak mengindahkannya.

"Apa ada yang mau kamu ceritakan? Aku dan Trevor bersedia mendengarkan."

"Masalahnya ada di Trevor." Milady menatap Trevor yang kini menyeringai menatap mereka berdua.

Dilema

Milady akhirnya menceritakan kejadian saat di Restoran hari Jumat kemarin kepada Bram.

Trevor mendekat dengan enggan setelah Milady melambaikan tangan kepadanya.

Ia pun sama seperti Milady, jengkel dengan kejadian itu.

Bahkan kalau bisa ia tidak menceritakannya ke siapa-siapa.

Namun kalau dengan Bram, teman seperjuangannya, sudah pasti ia tidak bisa menyembunyikan apapun.

Lagipula, sepertinya ia butuh masukan dari Bram sebagai pihak ketiga yang cenderung bersikap netral. Karena Trevor tidak punya pilihan selain menuruti keegoisan Ayahnya.

Milady memulai ceritanya dengan setengah menggerutu.

(Flashback On)

Kita kembali ke kejadian di Cafe Bunga tempo hari.

Saat itu adalah saat-saat Milady menjalani hari dengan penuh kebohongan, taktik, dan uji nyali.

Astaga...

Perkenalan perjodohan yang aneh dan membuang waktu! Umpatnya.

Ia lebih berharap menjadi panitia gathering kantor di antah berantah dibanding harus datang kemari!

Bekerja 5 tahun di Garnet Property namun sama sekali tidak tahu wajah pemegang saham mayoritas, hal mendasar semacam itu terkadang sepele tapi penting! Siapa yang tidak mengenal nama itu?!

Nama keluarga Bataragunadi menjadi begitu penting saat 9 anak usahanya merajai bursa saham dengan IPO yang diluncurkan secara serentak pada suatu hari. Setelah itu 80% dari usahanya selalu menjadi top gainer bahkan saat IHSG terpuruk.

Padahal saat kepemimpinan Hans Bataragunadi, owner lama yang merupakan kakek Trevor, mereka hanya memiliki usaha keluarga kecil-kecilan di bidang konveksi dan retail, namun saat Sebastian Bataragunadi, anak sulung Hans, kembali ke Indonesia setelah program disertasinya selesai, usahanya semakin meluas secara signifikan. Sehingga setelah itu Sebastian dijuluki Legenda di Dunia Treasury.

Selama ini Sebastian memfokuskan pengamatannya ke 3 anak usaha yang memiliki profit paling stabil, yaitu Bank, E-commerce dan Otomotif. Jadi ia jarang terlihat di gedung anak usaha yang lain. Untuk di Garnet Property sebagai ganti dirinya, ia menempatkan anak semata wayangnya, Trevor Bataragunadi dan orang kepercayaannya yaitu Bramantyo. Keduanya berperan sebagai manager operasional di perusahaan itu, namun bisa dibilang diberi kepercayaan seakan mereka adalah CEO pengendali.

Milady Adara, statusnya adalah staff ahli dibawah Trevor. Namun Milady juga mengambil alih pekerjaan sebagai asisten Bram karena sahabatnya itu tidak memiliki sekretaris.

Tadinya Bram punya sekretaris, Namanya Selena. namun dimutasi ke anak usaha lain. Alasan kepindahan Selena pada awalnya tidak diketahui. Namun belakangan... sepertinya hubungan Selena dengan Bram tidak bisa dibilang sekedar rekan kerja semata.

Mungkin itulah alasan kepindahannya, namun baik Selena maupun Bram masih enggan menceritakannya dengan gamblang.

Namun bagaimana dengan Trevor?

Dia hanya teman baik bagi Milady. Sejak awal hubungannya dengan Trevor memang cukup kacau, namun tidak pernah terbersit di benak mereka berdua untuk menjadi pasangan kekasih.

Hari itu bertambah lagi satu hal yang ia sesali.

Ia tidak mencari tahu mengenai manajemen tempatnya bekerja.

Paling tidak sosok Ayah Trevor pasti akan terpampang di Buku Tahunan Annual Report Konsolidasi. Paling tidak... Namanya...

Milady hanya ingat,

Namanya Sebastian.

Dulu...

Ia tidak menyangka Sebastian yang ditemuinya dulu, dengan Sebastian Bataragunadi adalah orang yang sama...

Berapa banyak nama Sebastian di dunia ini?

Dan sosoknya...

Bagaimana mungkin Milady tidak mendapatkan satu buah foto pun baik di profil perusahaan maupun di media sosial?! Pasti paling tidak, ada satu-dua foto terpampang di media cetak, walaupun kabarnya keluarga Bataragunadi sangat tidak menyukai publikasi, dan Sebastian terkenal tidak menyukai kamera, pasti ada satu atau dua candid hasil kreasi paparazzi.

Saat itu Milady tidak ada pilihan selain melangkahkan kaki ke arah meja dan mendekati Ayah-ibunya.

"Naaaah!... ini loh anakku, Milady. Biasa dipanggil Lady." Sahut Pak Malik Adara tampak bangga memperkenalkan Milady.

"Lady, ini..."

"Pak Trevor." Milady mengangguk memberi hormat. "Saya pikir tidak biasanya bapak pulang jam 17 tepat sampai meninggalkan saya sendirian dengan bahan presentasi mall baru kita yang mau dimeetingkan besok pagi, ternyata akhirnya kita bertemu di ruang yang sama. Tahu begini, tadi sekalian saja perginya bareng saya."

Semua menatap Milady.

Trevor menyeringai.

"Jadi? Bahan presentasinya sudah beres?" Tanya Pria itu.

Milady tersenyum.

"Sudah saya kirim ke email bapak, mohon direview."

Pak Malik menatap Milady dan Trevor bergantian.

"Loh? Sudah saling kenal yah ternyata?"

"Kami satu kantor Yah, dia atasan aku di kantor, bisa dibilang aku lebih sering ketemu Pak Trevor dibanding ketemu Ayah."

Pak Malik tertawa, namun terdengar dipaksakan bagaikan ada sesuatu yang menekan tubuhnya.

"Waaah, kalau begitu kebetulan yah Yan! Sama-sama single, satu kantor pula, itu namanya jodoh kan?!"

Milady menatap Sebastian.

Pada dasarnya pria itu sudah angkuh dari dulu, ia hanya menyunggingkan senyum sinisnya yang tipis dan duduk disofanya, berusaha senyaman mungkin.

Padahal dada pria itu bergemuruh.

Ia menatap Milady dengan tajam, dan tidak menyembunyikan kenyataan kalau ia tidak berkenan akan keberadaan Milady di sana.

Mereka berdua, Milady dan Sebastian, sama-sama mengutuk hari ini.

Milady duduk di depan Sebastian, karena hanya kursi itu yang kosong. Sebastian menatap wanita itu dalam diam, sambil melipat kedua tangannya di dada dengan mata memicing.

Mengamati, memperhatikan, mencari kesalahan.

Kenyataan kalau wanita di depannya ini jauh lebih mempesona dari 10 tahun yang lalu membuat dadanya sesak.

Ia tidak suka perasaan ini.

Sama seperti perasaan tidak suka melihat sahamnya anjlok.

Tidak...

Yang ini jauh lebih tidak ia sukai!

Wanita di depannya ini adalah ancaman baginya.

Milady memegang kartu ASnya.

Kelemahannya.

Skandalnya.

Kenapa ia harus mengunjungi situs itu sepuluh tahun lalu?!

Bahkan menghamburkan uangnya untuk transaksi ilegal, dan nyatanya tidak ia sesali sama sekali...

Bahkan ia menyukainya!

Bahkan ia mencari wanita ini selama 10 tahun lamanya!

Dan ternyata keberadaannya sangat dekat selama ini...

Milady, wajahnya tidak jauh berbeda dengan 10 tahun lalu, namun saat ini aura kewanitaannya begitu memikat! Hampir saja Sebastian menghampirinya dan memeluknya, menumpahkan perasaannya, seperti yang ia lakukan 10 tahun lalu pada tubuh kurus dan perawan Milady.

Saat ini perasaannya campur aduk!

Ia tidak bisa melupakan kata-kata Milady terakhir kali...

Maaf, setelah ini saya tidak ingin bertemu lagi. Mari kita saling melupakan, seperti seharusnya.

Begitu kata-kata terakhir Milady, dulu.

Sakit hatinya semakin menjadi saat keesokan harinya wanita ini tidak bisa dihubungi lagi. Bahkan saat perceraiannya dengan Ratna 33 tahun lalu, hatinya tidak sesakit ini.

Sering ia ditanya, apa motivasinya saat berpikir untuk memperbesar usahanya?

Ia akan menjawab, untuk berperan serta memajukan perekonomian negara.

Namun motif yang sebenarnya?

Sampai 10 tahun yang lalu, perusahaannya bukan Raja pasar bursa. Tapi setelah ia berpisah dengan wanita di depannya ini, wanita impiannya ini, perusahaannya langsung melejit bagaikan pesawat jet.

Motifnya...

Adalah melupakan wanita ini dengan kerja sekeras mungkin.

Sampai ia lupa!

Ia mengingat wanita ini lebih sering daripada ia mengingat Tuhan!

Hidupnya tidak sehat...

Hidupnya terganggu...

"Ini Ayah saya, Pak Sebastian Bataragunadi." Sahut Trevor.

Milady mengangguk. "Malam, Pak."

Sebastian tidak menjawab, hanya mengangguk sekilas.

Untuk apa pertemuan ini diadakan? Sebastian mengingat kembali.

Ah! Untuk mencari calon istri bagi anaknya, Trevor.

Kenapa? Memang Trevor tidak bisa mencari sendiri?!

Sampai Trevor bisa putus dengan pacarnya yang sekarang, Ayumi, Sebastian akan menjejalinya paksa dengan semua wanita di dunia.

Trevor harus putus dengan Ayumi! Begitu pikirnya.

Apa masalahnya?

Ayumi adalah anak Tadashi, Direktur dari Garnet Retail Cabang Jepang, tadinya adalah orang kepercayaannya, lalu mengkhianatinya dengan menggelapkan duit perusahaan, dan mati bunuh diri didalam penjara.

Namun hubungan Trevor dan Ayumi sudah jauh, dan Sebastian kuatir Ayumi akan balas dendam akan kematian ayahnya.

Ia tidak menghendaki Ayumi ada di keluarganya.

Ayumi pasti memiliki rencana licik untuk dirinya.

Dan kini Sebastian diliputi perasaan galau.

Apakah sepadan menyerahkan wanita pujaannya yang telah ia cari 10 tahun lamanya untuk menjadi calon istri anaknya?

Astaga...

Masa Lalu

Setelah obrolan basa-basi beberapa lama mengenai pekerjaan mereka, kebiasaan mereka, hal-hal yang jadi favorit bagi Milady dan Trevor, sampai ke pembahasan soal dunia ekonomi dan politik di negara ini, Trevor mengucapkan kalimat yang membuat Milady terbelalak.

"Saya sangat mengenal Lady, sudah 5 tahun ia menjadi anak buah saya, dan saya akui dia sangat membantu, pekerjaannya selalu sempurna. Saya bisa tahu kualitas dirinya dari hasil kerjanya. Mudah-mudahan kami berjodoh ya Pak, Bu." Sahut Trevor.

Perkataan itu disambut baik Ayah dan ibu Millady.

Siapa yang tidak ingin menjalin hubungan erat dengan seorang Bataragunadi?!

Lidah Milady menjadi kelu. Wanita itu tidak mampu menyembunyikan rasa kagetnya.

Ada apa ini... pikir Milady.

Bukankah baru 2 jam yang lalu Trevor mengeluh soal perjodohan ini? Waktu ia ijin pulang lebih dulu ke Milady?

"Pokoknya dateng, basa-basi, kasih nomer telpon fiktif, terus pulang..."

Begitu kata Trevor tadi sore. Pria itu sudah terbiasa dijodohkan oleh Ayahnya.

Sekarang ia malah berharap mereka berjodoh...?!

Apa yang Trevor rencanakan?!

Milady menatap Sebastian.

Pria itu tidak banyak bicara sejak tadi. Hanya lebih sering menatap live show ditengah taman dan ke arah Milady.

Menelanjangi wanita itu dengan matanya.

Sampai Milady begidik.

"Lady itu jarang membicarakan pekerjaan kalau di rumah, makanya kami tidak tahu dimana dia kerja dan apa pekerjaannya. Di rumah kerjanya main game, baca komik, nonton film horor... kadang kalau libur kerja dia mengurung diri seharian di kamar. Makanya kami kuatir sudah 27 tahun masih melajang. Kami mengenalkannya ke seorang pria, anak temannya suami saya. Kami pikir tidak ada kendala dan keduanya setuju untuk dinikahkan, tapi baru 3 bulan menikah mereka bercerai!" Ibunya mengeluh tentang dirinya.

"Kamu sih Lady, terlalu kuper dan kaku jadi wanita, pria itu suka yang sedikit manja!" sahut Ibunya menyalahkannya.

Milady menipiskan bibirnya karena kesal, tapi dia hanya bisa diam karena menghormati ibunya yang sedang menjatuhkan harga dirinya... Padahal sedang acara perjodohan...

"Ya bu, saya tahu proses perceraiannya. Kami sering mengobrol tentang hal pribadi." Sahut Trevor mencoba membela Milady.

Memang dengan siapa lagi Milady akan mencurahkan isi hatinya? Dari dulu sosok yang paling dekat dengannya adalah pria ini.

"Loh! Sudah sering curhat toh kalian ternyata?! Cukup akrab juga dong di kantor? Kenapa tidak dari dulu kalian pacaran?!" sahut Pak Malik.

Trevor menyeringai sambil melirik ayahnya.

"Saya menganggap Milady sebagai sahabat, dan saya akui dia pekerja keras. Kalau ibu mau tahu, di kantor, Milady sering sekali dikirimi macam-macam sama para penggemarnya, hampir setiap hari. Dari karangan bunga, hadiah, bahkan ditraktir makan. Tapi dia tetap tidak goyah, hahaha...!" sahut Trevor.

"Oh ya?!" Ibu Milady dan ayahnya bertatapan. "Kamu yakin ngga salah orang?! Dia kan anaknya culun!" sahut Ibunya.

"Milady dijuluki wanita kutub..." kata Trevor. Milady melayangkan pandangan kesal padanya. "...dia primadona di kantor kami."

"Nah! Mungkin itu masalah perceraian kamu, Lady! Kamu dingin... berarti kamu itu egois. Pantas Latief tidak tahan dekat dengan kamu! Bagaimana pun, kalau sampai bercerai, itu salah pihak wanita, tidak bisa menjaga diri dan merawat diri sehingga lakinya kabur! Ya Pak Trevor?!"

Trevor menaikkan alisnya, lalu melirik Milady.

Tampaknya Orang tua Milady tidak tahu penyebab sebenarnya perceraian, pikir Trevor.

"Setahu saya, sikapnya dingin hanya sama laki-laki yang mendekati dengan tujuan berkencan, Bu. Kalau sama yang selain itu, Lady orang yang sangat care sama sesama karyawan. Ia juga meladeni saya seperti saya punya ibu kedua di kantor." Trevor menyeringai.

Ada nama baik yang dipertaruhkan di sini, sehingga Milady berusaha keras sabar menghadapi berbagai hujatan.

Trevor salut padanya...

Bu Dewi datang dengan beberapa pelayan untuk mengantarkan main course.

Piring-piring dan hidangan utama dihamparkan di depan masing-masing orang, dan pelayan meletakkan satu set yang biasa dipesan Milady saat ia berkunjung ke restoran itu, lengkap dengan sekotak rokok, lighter dan kopi favoritnya.

Milady langsung menyembunyikan rokok dan lighternya ke bawah meja sebelum orang tuanya melihat, nahas Sebastian yang berada di depannya sempat melihatnya.

Milady melirik pria itu.

Sebastian hanya menyunggingkan sebelah bibirnya sambil menatap Milady dengan pandangan yang tidak bisa digambarkan.

Pria itu langsung bisa menebak kalau ada dua kehidupan dalam keseharian Milady.

Dan Trevor mengetahui semuanya, mengenai wanita ini.

Hal itu saja sudah cukup membuat Sebastian cemburu.

"Sejak kapan kamu suka kopi? Di rumah kalo ngga eskrim, cocacola!" Sahut ibunya.

"Sejak naik jabatan jadi staff ahli..." Milady setengah bersungut.

"Staff ahli itu pekerjaan yang tidak mudah loh, memang kamu bisa?!"

"Ibu ini bercanda terus hehe... mengenai pekerjaan saya, coba ibu tanyakan ke Pak Trevor sebagai penilai hasil kerja saya..." Sahut Milady.

Sampai ia diberi penghargaan dari Menteri pendidikan saja, lengkap dengan fotonya, ibunya menuduhnya mengedit foto...

Nyatanya ia 5 tahun bekerja di bidang ini! Astaga... Orang tuanya ini...

Apakah mereka lupa kalau dengan uang darinya, keluarga ini bisa bangkit dan memenuhi hidup sehari-hari?!

Secara teknis sih, uang dari Sebastian, sebagai pembayaran transaksi ilegal 10 tahun lalu.

Dan ia mengaku ke keluarganya kalau uang yang ia dapatkan adalah hasil memenangkan kompetisi game online.

Sejak itu tidak ada yang mengganggunya saat ia sedang main game.

Ibunya tertawa hambar menimpalinya. Pasti Milady sedang dimaki dalam hati karena berani membantah.

"Ngomong-ngomong, Ayah dulu teman Pak Sebastian?" Milady memancing percakapan, mengalihkan pembicaraan ke hal lain. Ia sudah bosan selalu direndahkan ibunya. Entah untuk tujuan apa ibunya menjatuhkan harga dirinya di depan Trevor dan Pak Sebastian.

Juga... Ia ingin mendengar suara Sebastian.

Tepatnya...

Ia 'rindu' mendengar suara Sebastian.

"Iya, teman SMA. Teman bolos yah kita Yan!" Sahut Ayahnya.

Sebastian menyeringai.

Akhirnya Milady bisa melihat seringainya.

Sudah lama sekali...

Selain seringai, senyumnya, tatapannya,

desahannya...

Dan erangannya...

Bagaikan baru kemarin.

"Ada empat orang di genk Ayah. Habis itu kita berpisah, Yan ke luar negeri, Ayah bikin usaha disini, si Farid ke Turki... Si Jago kemana yah?"

"Gue tempatin di Dubai." Sahut Sebastian.

Ah... suaranya tegas dan dalam. Pikir Milady terkesima. Dengan aksen yang terdengar campuran, khas lidah orang yang bisa beberapa bahasa sekaligus.

"Jauh amat, gimana bininya? Istrinya disini kan?!"

"Ya mungkin itu maksudnya, biar punya lagi disana..."

Pak Malik tertawa terbahak. "Ah lo sendiri udah berapa lo? Diem-diem aja tau-tau udah banyak, lagi?"

"Gue boleh nanya hal yang sama ngga ke lo?!"

Lalu mereka tertawa berbarengan.

Ibu Milady terlihat mencibir.

Terlihat kalau teman-teman Sebastian semua bekerja untuk Sebastian, kenapa ayahnya tidak bekerja juga untuk Sebastian yah? Pikir Milady.

Akhirnya usahanya bangkrut dan Milady yang harus membiayai semuanya kini.

Kalau mereka memang teman satu geng dan tampaknya terlihat akrab, kenapa Ayahnya tidak menghubungi Sebastian untuk minta bantuan finansial, dulu?

Namun pada akhirnya semua berlabuh ke arah Sebastian...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!