NovelToon NovelToon

Rie

Aku....

Derap Langkah kaki terdengar di koridor sepanjang kamar rawat inap. Terlihat hiruk pikuk orang orang yang berada di tempat tersebut. sayup sayup angin berhembus mengitari taman kecil yang ada di antara koridor dan kamar kamar rawat inap.

Seorang Wanita berlari kecil dari ruang UGD menuju ruang bersalin, membawa beberapa peralatan medis didalam box yang terbuat dari stainless steel yang telah di sterilkan dan meletakkannya didalam mesin pensteril yang ada di ruang bersalin.

Lanny Riecha, nama wanita itu. ia merapikan rambutnya dan kep yang ada dikepalanya.

"Hei Rie... Bukankah tadi sudah operan dengan shift malam, kenapa kau tidak pulang?" Tanya Seorang gadis berambut merah. Ia merapikan baju yang dipakainya.

"Rapikan Rambutmu Mika, berani sekali kau memanggilnya nama saja? Sementara Rie seniormu" Ujar seorang gadis lain.

Rie terkekeh. "Tidak apa apa Ci. Aku senang Mika memanggil namaku. Artinya aku awet muda kan?" Seru Rie lantas tertawa kecil. "Iya, Wajahmu memang terlihat muda Rie, tapi umurmu menyeramkan." Celetuk gadis lain yang bernama cici.

Rie memonyongkan mulutnya... "Aku tidak menyangka, kalau parasnya masih terlihat seperti Gadis berusia 18 tahun. Sementara Usianya sudah 29 tahun. Sungguh takjub. bukan begitu Ci?" Mika terkikik setelah mengatakan hal tersebut.

"Kalian berdua ya, aku tidak akan mengampuni kalian. lihat saja nanti, tidak akan ku beri hasil masakkanku" Teriak Rie.

Mika dan cici berlari kecil menghindari Rie yang hendak menjitak kepala mereka... Gelak tawa diruangan itu pun pecah seakan tak ada beban yang mereka pikul...

"Ci, kamu tidak mengecek pasien di tiap ruangan?"Tanya Mika. Seketika tawa cici terhenti. Wajahnya yang tenang berubah menjadi sedikit tegang. "itu buku pasien di atas meja dokter." Mika mengunyah permen karet yang baru saja ia masukkan kedalam mulutnya.

Rie melihat Wajah cici yang tegang. Lalu ia mengerenyitkan dahinya. "Kau kenapa Ci? kok tegang gitu wajahnya?" Tanya Rie heran.

"Aduh, aku... itu... aduh..." Cici kelihatan cemas. "iya, aduh kenapa?" Tanya mika. "Kalian tau kan, itu agak menyeramkan. duh, masih terbayang olehku di Ruang Kelas 1 itu. Rie, temenin aku ya. ini malam loh" Rengek cici. Mika menjitak Dahi cici.

"Kau ini, ga usah jadi Tenaga kesehatan kalau takut. Rie udah habis shiftnya."ucap Mika. Rie tersenyum, lalu ia melihat ke arah cici. "Tidak apa apa Mika. Biar aku temenkan Cici" Lontar Rie.

"Ci, siapkan Pengukur suhu, dan peralatan yang kau perlukan. sekalian bawa Spuilt. Mana tahu ada infus yang macet." Ujar Rie.

"Terus, aku kalian tinggal sendiri di ruang partus ini? Tega ya" Keluh Mika. "Kalau kau ikut siapa yang jaga ruangan kalau ada pasien masuk dari UGD mau partus." Rie tertawa...

"udah belum ci? duh kayaknya aku jadi double shift ini" gerutunya..."yok Rie" ajak Cici. "Mika tinggal dulu ya" Gurau Cici sambil tertawa terkikik.

Mika melihatkan wajahnya yang cemberut. mengepalkan tangan kanannya dan menunjukkannya pada kedua temannya. "Jangan lama lama ya. Awas aja kalau kalian lama" Teriaknya kecil. Rie tertawa melihat Mika yang sedang kesal. lalu ia mengambil buku catatan kecilnya. "huft" Desahnya pelan.

Ia melihat kearah sudut ruang bersalin sambil berjalan, lalu menepis pandangannya.

Rie dan cici keluar dari ruang bersalin. Lalu berjalan menyusuri koridor untuk mengecek tiap kamar pasien.

*Partus : Melahirkan

Jaga Malam...

Tak... tak... tak... Langkah kaki terdengar di koridor rumah sakit. Beberapa Tenaga Medis berlarian sambil mendorong brankar memasuki ruang Ok.

Seorang Wanita berkisar usia 30 tahunan berteriak menangis pilu. sambil menghentak hentakkan kakinya ke lantai.

"Kenapa tadi tidak mendengar Mommy dek... kalau kamu dengar mommy ini tidak akan terjadi." Isaknya Pilu...

Rie berjalan menyusuri koridor. Melewati bangsal demi bangsal. Kondisi koridor yang sepi, hanya terlihat seorang anak kecil berkisar usia 9 tahun. Sedang duduk dilantai koridor dan menatap rie dengan datar.

Rie melihat anak itu sambil berlalu. Seorang anak perempuan kecil memakai baju Lolita dengan boneka teddy bear yg di peluknya.

Lalu ia berhenti seketika, memutar kembali langkahnya sambil melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. 'Sudah pukul satu dini hari, kenapa dengan gadis kecil itu?' Batinnya.

Dan tepat di depan anak perempuan itu, gadis kecil itu, rie berhenti, lalu berjongkok.

”Hai gadis kecil... Kenapa duduk sendirian disini. Mamanya mana?” Tanya Rie.

Rie mengerenyitkan dahinya. Gadis kecil itu hanya diam. Tidak menjawab, dan tetap menatap rie dengan datar tanpa berkedip.

Seseorang berjalan cepat menghampiri rie.

”Lanny Riecha! Apa yang kamu lakukan disitu?" Teriaknya lantang.

Rie tersentak. Lalu ia menoleh pada sosok pria tinggi, berambut hitam dan memakai kaca matanya yang trendy. Serta Jas putih panjang yang melekat di tubuhnya.

”Dokter Bara? ehmm, Saya hanya bertanya pada gadis kecil ini dok, kenapa dia...” ujar rie terputus dan disela oleh dokter bara.

”Tidak ada siapa siapa disitu. Kenapa kau berjongkok rie? Dan apa maksudmu gadis kecil?” Tanya Lelaki jangkung itu.

Rie terkejut seketika. Lalu ia mengalihkan pandangannya ketempat anak perempuan yang duduk didepan nya tadi. Dan ia kembali terkejut dan membelalakkan matanya.

Benar saja, anak perempuan tadi sudah tidak ada di hadapannya. Ia mengernyitkan dahinya. Bingung dan kaget. 'Aneh sekali, bukannya tadi ada anak perempuan kecil, gadis kecil itu didepanku?' gerutunya pelan tapi masih bisa didengar oleh dokter bara.

Lelaki itu, dokter bara. Memberikan tangannya untuk membantu rie berdiri dari jongkoknya.

”Kubantu kau berdiri rie." Tawarnya pada rie.

Rie menyambut telapak tangan dokter bara. Ia bangkit berdiri. Lalu membersihkan bajunya. Mengibas-ngibaskan bajunya dengan telapak tangannya.

”Aku mendengar gerutumu rie. Tidak ada gadis kecil disini.” Dokter bara memperjelas. Lalu ia melihat jam tangannya. Menunjukkan kepada Rie.

"Kau lihat rie. ini jam satu lewat lima menit. Tengah malam. Tidak ada anak anak berkeliaran pada jam ini. Apa lagi di koridor Rumah Sakit." Jelas dokter bara.

Rie menatap dokter bara. Sedikit kikuk dokter bara dibuatnya. ”Dokter, saya sungguh...” ia menghentikan kalimatnya. Menunduk sebentar, lalu menarik nafas panjang. "Tidak apa apa dok. Mungkin cuma halusinasi saya saja” Ujarnya.

Rasanya tidak perlu diperjelas. Toh kalau dia cerita dia bakal dianggap gila. Dan tidak akan ada juga yang percaya.

”Aku tau kau mengambil double shift. Ku rasa kau butuh istirahat rie. Dan jangan panggil dirimu dengan sebutan saya didepanku. sementara kita bukan orang asing.” Tegasnya.

”Baiklah dok, maaf" jawab rie. Telepon berdering, terdengar suara Camila cabelo feat Shawn Mendez bernyanyi di Hp Android milik Rie. Rie mengangkat telponnya.

”Hello..”Sapanya. ”Rie, mika nunggu kamu di UGD. Dokter Bara kecelakaan, bisakan kamu bantu mika disana, soalnya yang lain lagi pada ngatasin pasien. Tolong ya..." pinta seseorang dari seberang sana.

Seketika Rie membelalakkan matanya. Langsung melihat keseliling nya. Benar saja, dokter bara sudah tidak ada di hadapannya. Lantas siapa yang berada di hadapannya tadi? ’ini gila' Ujarnya.

kemudian ia berlari di koridor menuju UGD. Masuk ke ruang UGD, dan berdiri didekat salah satu tempat tidur.

”Mika.." Panggilnya... "Tolong bantu aku. dokter bara tidak sadarkan diri. Ia harus dilarikan keruang Ok sekarang." Perintah Mika.

”Tinggal Ruang OK VVIP... cepat..."Teriak rie...

*Ruang Ok : Ruang Operasi

Koma

Di ruang Kebidanan. Di sofa dekat meja kerjanya. Rie menghempaskan badannya di sofa panjang. Membuka sepatu pansus putihnya. Meluruskan kakinya. Ia menarik nafas panjang. Lalu membuangnya perlahan. mengusap usap wajahnya. Memijit pelipisnya sehingga menimbulkan sedikit warna merah disana.

”Kau sakit? Apa kau tidak apa apa?” Tanya seorang wanita. Wanita itu menepuk bahu rie sambil setengah membungkuk. Terlihat gurat khawatir dari wajahnya kala melihat rie. "Hey rie..." Panggil Wanita itu lagi.

Rie tersentak dari diamnya. ’Sepertinya aku melamun’ batinnya. Rie melihat wanita itu. Lalu senyum simpul terbit dari bibirnya.

"Nada. Aku lelah. tadi aku..."Katanya terputus. ”Aku tahu rie. Tadi selesai dari ruang Ok, mika meneleponku." Jelas Nada.

"Lalu?" Tanya rie. "Apanya yang bagaimana? Aku tau kalau kemarin kau double shift. kau membantu Cici kan?" Tanya nada. Rie mengangguk.

”Dan aku tahu dokter populer itu kecelakaan dan dia dioperasi. Dia masih dalam masa kritis rie. kau tahu apa mika katakan padaku?" Ia melempar tanya kembali pada rie. Rie menggeleng. Ia tak tahu apa yang terjadi setelahnya. Setelah ia membantu mika mengantarkan dokter bara ke ruang OK.

"Dokter Bara koma rie" Ucapnya Lirih. Rie terdiam. Menatap Nada dengan wajah sendu. Meremas tangannya sendiri.

Nada melihat rie yang sedikit gelisah. Menatapnya intens. "Kau kenapa rie? Mau cerita?."Tawar Nada.

Nada tahu, rie menyimpan sesuatu. Nada penasaran kenapa rie terlihat gelisah setelah ia mengatakan bahwa dokter itu koma. "Rie..." Panggil nada lembut.

Rie memperbaiki posisinya. Dari selonjoran disofa, menjadi duduk. Ia menepuk nepuk bantalan sofa. Mengisyaratkan nada agar duduk disampingnya. Nada lalu berjalan menuju sofa. Ia duduk disamping rie.

"Nada. Cuman kau yang tahu kalau aku memiliki kelebihan" Ujar rie. "Hmmm, maksudmu indera ke enam kau itu?" Tanya nada. Rie mengangguk membenarkan.

”Kau tahu tadi malam, setelah aku menemani cici visit ke bangsal pasien, aku berjalan sendirian di koridor. Aku ingin pulang ke Mess." Rie membuka cerita. ”Lalu?" Tanya nada lagi.

”Aku melihat anak perempuan kecil, gadis kecil lucu bergaun Lolita dengan memeluk boneka teddy bear nya. Ia duduk di lantai koridor rumah sakit. Dia menatap ku tanpa ekspresi" Lanjut rie. ”Dan?" Lagi nada bertanya penasaran.

”Aku jongkok dihadapan gadis kecil itu. Lalu aku bertanya, dimana mamanya. dia tak menjawab. kau tahu itu pukul satu dini hari.” Ujar rie. Kemudian nada tertawa terbahak bahak. Rie diam. Menatap bingung pada nada.

"Kenapa kau tertawa nada? apa itu lucu?" Tanya rie bingung. Nada menghentikan tawanya. ”Rie, tidak ada anak kecil berkeliaran jam satu dini hari, di koridor rumah sakit lagi. Kau ini”

Nada beranjak dari duduknya. Berjalan menuju meja kerjanya. Lalu ia berdiri dihadapan rie.

”Iya bodohnya aku. Dan kau tahu ada yang lebih penting. Hal yang membuat aku terkejut nada" Cerita rie. "Apa?” Tanya nada penasaran.

"Saat aku sedang berjongkok melihat gadis kecil itu, dokter bara berteriak memanggil ku di koridor.” Jelas rie.

Nada terdiam. Masih menimang nimang cerita rie. Menatap rie lebih intens. Menunggu lanjutan cerita rie.

”Dia menghampiriku nada. dokter bara menghampiriku. Dan berkata seperti yang kau utarakan kepada ku barusan. Anehnya, dia seperti akrab denganku. Padahal kenyataannya kami hanya partner." Cerita rie lagi.

"Lalu, telepon ku berbunyi. Jane meneleponku dan berkata mika memintaku membantunya untuk menangani pasien yang Kecelakaan. Dan kau tahu itu siapa?” Nada menggelengkan kepalanya tanda ia tak tahu.

"Pasien itu dokter Bara" jelas rie lagi. Nada terkejut seraya menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya. "Rie, dokter bara kecelakaan dan kau bertemu dengan Ruh nya? Ya ampun rie..." Cicit nada riuh.

"Aku tidak tahu nada. Aku juga tidak mengerti. Kau bayangkan jika orang lain yang tahu. Disangka aku gila bisa seperti ini. Kau tahu kan ini zaman modern. Orang tidak akan percaya dengan hal hal seperti itu" Jelas rie panjang lebar.

Nada menepuk dadanya "Rie. Kau dengar aku. Masih ada yang percaya. Aku, aku percaya rie. Adikku seperti mu. kalian sama rie.” Cicit nada lagi tak henti.

Saat nada menjelaskan perihal adiknya yang sama kondisinya dengan rie, tiba tiba angin bertiup menyentuh tengkuk mereka. Tercium wangi darah bercampur bunga melati. Nada terdiam seketika.

"Rie, kau mencium bau tidak?. Apa barusan kau menyalakan kipas rie?. Terasa dingin. Rasanya aku tidak membuka jendela." Nada mengusap usap tengkuknya. Rie terpaku sambil melongo melihat sesuatu di belakang nada.

”Bu, bisa tolong gantikan gurita saya?" Ujar seseorang di belakang nada.

Nada membalikkan badannya. ”Oh iyaa b..." Nada ikut terpaku. Wajahnya pucat. Kakinya terasa berat. Ia tak bisa mengeluarkan suaranya. Rie berteriak kencang.

"Nada Lari" Teriak rie. Tapi Nada tetap tak bergeming.

Rie bangun dari Sofanya. Menarik tangan nada. Berjalan cepat keluar dari ruangan menuju koridor.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!