Mawar mulai mewangi.
Sungguh, aku bahkan tak rela kehilangan sedetik pun kesempatan untuk terus menatapnya, berkedip pun aku tak mau, dengan tangan kanan menopang dagu dan tangan kiri memutar mutar ballpoint, aku seperti tak bisa mengalihkan pandanganku terhadap gadis yang saat itu duduk dibangku paling depan kelas, sembari menyantap mie goreng yang dibawanya, dia masih terlihat sangat manis dengan hijab pink yang ia kenakan, Cindy sepertinya tak sadar bahwa sedari tadi ada yang terus mengawasinya.
"Whaaaa" Teriak Aziz sembari menepuk pundak ku.
Sontak itu membuatku kaget.
Aziz ini temanku sedari SMP, orangnya periang, tapi hanya padaku saja, jika pada yang lain sifatnya acuh dan terkesan cuek.
"Lagi liat apaan ni, khusyu amat kayak lagi sholat, hehe" sambungnya
"Syuut, diem dulu ziz, sini deh" jawabku pelan sembari menarik pundaknya
"Tuh, liat deh Ziz, manis banget, ya" ucapku dengan sedikit tersenyum.
Entah bercanda atau emang agak lola, Aziz dengan santainya bilang "Astagfirullah fik, mana ada mie goreng manis, yang ada tuh pedes, gurih, sama asin, itu juga asin kalo lu yang masak hihi" ujar Aziz dengan tawa kecil ledekannya itu.
"Woi, siapa yang lagi bahas mie gorengnya, gua lagi bahas orang yang makannya borziiz" tungkasku dengan nada sedikit kesal
"Ouhh, ngemeng dong ngemeng, ya gini nih, kalo lu tuh emang gak bisa liat yang mulus dikit, penyakitnya langsung kambuh" jawab aziz santai.
"Ngga ziz bukan gitu, kok gua ngerasa ada yang beda gitu sama tuh cewek, teru..." belum selesai aku bicara, Aziz berdiri dari tempat duduk lalu menunjuk dengan mata melotot dan suara keras
"Lu suka sama dia?" sontak saja, suara keras itu terdengar oleh semua yang ada di kelas saat itu, termasuk Cindy, mereka menoleh kearah kami dengan wajah penuh tanda tanya "Ya ampuun Aziiizzz" makiku di dalam hati, dengan wajah sedikit memerah, aku coba untuk mengendalikan suasana saat itu
"Hehe, sorry temen-temen, bukan apa-apa kok, biasa Aziz penyakit ayannya lagi kambuh hehe" Seruku dengan senyuman yang sangat terpaksa, sementara itu aku lihat, Cindy sudah selesai makan dan sedang membereskan wadah makanannya itu.
"Sialan lu ziz, gua bela-belain mata gua perih, sampe berkaca-kaca karna gak mau kelewat sedetik pun buat nikmatin ciptaan Tuhan yang begitu indah, eh lu malah ngerusak semuanya" Gumamku dengan nada pelan.
"Ya maaf fik, gua kan cuman kaget aja" jawab nya.
"Kenapa lu harus kaget, terus kalo gua suka sama dia juga ada masalah sama lu?" tanyaku kesal.
"Bukan gitu fik, lu gak tau kalo dia itu banyak yang incer? Bahkan kakak kelas kita juga banyak yang suka sama dia" jelas Aziz.
"Lah emang kenapa kalo banyak yang suka, mereka cuman suka kan, bukan pacarnya,?" Ujarku
"Bukan gitu ya ampuun fik, lu tuh harusnya liat diri lu, rambut acak-acakan, baju kotor, kerjaan tidur di perpus, malah pas MTS lebih parah, jam istirahat lu baru masuk kelas, mana dibuka segala lagi tuh seragam, sedangkan lu liat sendiri, kebanyakan yang suka sama dia tuh rata-rata orangnya bersih, pinter, sama banyak duit, cocok sama orang yang mereka taksir, jadi nantinya kan klop tuh, cantik ketemu ganteng, pinter ketemu cerdas, emhh so sweet" Ejek aziz lagi padaku.
"Kok lu gitu si Ziz, sebenernya lu tuh temen gua, apa temen mereka? Lu malu yah temenan sama gua? Atau jangan-jangan lu juga suka sama dia."
Jujur saja saat itu aku benar-benar marah padanya, tapi namanya Aziz, kita sudah saling faham karakter masing-masing, jadi bukan perkara sulit buat Aziz mengontrol suasana saat itu
"Haha, jiaaah lu marah, gua bercanda kali hehe, gini deh kalo lu suka sama dia, gua bantuin lu, gimana?" bujuk Aziz
"Lah, emang siapa yang suka, gua gak bilang kalo gua suka ya" tegasku kembali.
"Emhhh, bener nih gak suka, bener, hihi"
Saat itu kami saling membalas obrolan dengan sedikit candaan, kadang kami tertawa bersama dengan keras, ya lagi-lagi tawa kami memancing perhatian yang lain, tapi saat itu kami sudah tidak begitu memperdulikan, tidak dengan yang pertama tadi.
Sesaat Aku kembali memikirkan perkataan Aziz tadi, apakah mungkin jika suatu saat aku benar-benar menyukainya, lalu apa dia juga akan suka padaku? Sialan pertanyaan ini seakan memberondong otakku.
Aku sungguh menyukai mawar, namun tidak dengan durinya.
Aku suka hujan tapi tidak dengan petir yang mendampinginya.
Aku suka senja, namun tidak untuk gelap yang datang setelahnya.
Aku suka engkau, tapi tidak dengan keraguan yang masih ada di hatiku.
Bogor 28-12-2020
Tak lama, dari balik pintu terdengar suara langkah kaki yang semakin jelas
"Syuuut" Sahut sulis kepada kami.
Suasana seketika hening, dan pintu kelas yang tertutup perlahan terbuka dibarengi ucapan salam dari seseorang dibalik pintu itu
"Assalamu'alaikum"
"wa'alaikumsalam" jawab kami serentak.
PERKENALAN TOKOH
Taufik Ryan Hidayat.
Periang, jahil, urakan, cerdas namun ceroboh
Cindy Januarty.
Cuek, cerdas, keras kepala namun penyayang.
Abdul Aziz
(Kanan) Pipit, Elim, Sulis, Putri,
(Kiri) Ima, Syahira, Nadia, Eca, Inez, Nova, sari
Masa perkenalan siswa
Ternyata Teh Amel yang yang berada dibalik pintu, dia ketua osis sekarang disini, seperti halnya Ketua osis yang lain, Teh Amel mulai memperkenalkan diri beserta anggota osis yang lain, aku sih sudah tahu, Jadi selagi teh Amel bicara didepan, aku bisa sedikit curi-curi pandangan padanya.
"Nah, kalian kan udah tahu nama kakak, sekarang kakak juga mau tahu nama kalian" Seru teh Amel.
Lalu satu persatu dari kami maju ke depan untuk memperkenalkan diri, dan disini juga aku tahu namanya.
"Pake C kak bukan pake S" potong Cindy saat teh Amel sedikit salah pengucapan ketika menyebut namanya.
Teh Amel terdiam sesaat, mungkin terkejut.
"Emmhh, oiya iya..maaf!" jawab teh Amel.
"Jadi Cindy ya, bukan Sindy?"
"Hehe iya teh" jawab cindy pelan.
Walau aku sedari tadi hanya sibuk curi-curi pandang, tapi percayalah, kupingku masih bekerja, aku juga mendengar salah satu ucapan Teh Amel, katanya nanti siang kita akan ada acara seperti MOPD di salah satu tempat yang tidak jauh dari sekolah,
kalau tak salah nama tempatnya PTIK CIGOMBONG, ya, lumayan pikirku bisa meluangkan atau mencuri waktu untuk mengobrol dengannya.
Oiya, aku lupa kalau kami berada di area pondpes, jadi kami tidak bisa intens berbicara dengan lawan jenis disini. Disini juga semua siswi diwajibkan memakai hijab, itulah mengapa di awal tadi aku tidak menyebutkan seperti apa Cindy, contoh seperti apa rambutnya, dan lain lain, karna memang aku belum tahu, yang pasti dia manis, kulitnya putih, badannya kecil, namun sedikit berisi, tingginya mungkin 155 Centi Meter. Pas untuk postur wanita Indonesia
"Nah sebelum berangkat, kakak mau ada yang nyanyin hymne sekolah kita, setuju?" Ujar teh Amel
"Setuju," Jawab yang lain bersemangat, aku sih tidak, karna saat iru aku berpikir hal semacam itu konyol.
Aku ingat betul saat itu teh Amel menyuruhku, entah mungkin karna dia sudah mengenalku, jadi dia tak canggung menyuruhku.
"Sial" Gumamku dalam hati.
yasudah mau tak mau aku bernyanyi saja sebisaku.
Singkat saja, kami sudah dalam perjalan yang cukup melelahkan, sembari dibarengi dengan sedikit candaan tentunya.
"Oiya pik, gimana udah ngobrol belum?" Tanya Aziz
"Ngobrol? Sama siapa?" Jawabku balik bertanya
"Lah elu mah gua nanya malah balik nanya" sambung Aziz
"Lah kan gua gak tau ngobrol sama siapa"
"Ya sama Si Cindy-cindy itu, siapa lagi" katanya
"Ouh dia, boro-boro ngobrol, nyapa aja gua belum berani ziz, hehe" kataku sembari cengengesan
"hah, gagal atuh euy(yah, gagal dong)"
"Apanya yang gagal?" tanyaku kembali
"Gagal lah, lu suka kan sama dia, kalo gua jadi lu, dari tadi udah gua aja ngobrol fik" tungkas aziz seraya tersenyum lebar
"Siapa yang suka sama dia? lu mah kebiasaan ngarang cerita mulu ziz" kataku membelot
Simple saja, sebutir embun pun tak pernah tahu di daun mana ia akan tinggal
Tak terasa, kami sudah sampai di tempat tujuan, Capek sih, tapi aku yakin ini tidak akan secapek perjuanganku kedepan.
semua dipersilahkan untuk beristirahat terlebih dulu, ya sekedar minum sama makan cemilan gitu, nantinya kami akan ada beberapa kegiatan disini, seperti lomba Yel-yel perkelompok, api unggun dan beberapa acara lainnya, kata Teh Amel sih gitu tadi pas mau berangkat, kalo aku salah, tanya saja sama teh Amel ya, itupun kalo dia masih ingat.
Terlihat juga Aziz sedang duduk di atas tanah, dengan sesekali memijit paha dan betisnya.
"ke warung yuk ziz"
"males ah Fik, duluan aja deh, sorry ya"
"Ouh yaudah gak papa, gua duluan ya"
Walau sendiri terpaksa aku tetap berangkat, karna memang tak ada yang bisa kuminum dan makan, aku lupa tidak menyiapkannya di asrama tadi. Gara-gara Aziz.
"Mau nitip gak sekalian?" Tanyaku
"Ngga ah Fik, gak bawa uang"
"Yaudah Ziz, kayak biasa aja hihihi" kataku
"Yaudah deh boleh-boleh"
kami lalu tertawa setelah nya.
Ya, aku dan Aziz sudah terbiasa seperti ini, dan aku juga yakin, yang lain juga melakukan hal yang sama pada kawannya.
Terlihat juga sudah ada beberapa kelompok yang sudah mendirikan tenda yang sudah disiapkan, saat itu aku aku ada di kelompok 3 kalau aku tak salah, dimana disitu ada Aku, Aziz, Galih, Ncep, Adiw, dan Jabar, setiap kelompok memang terdiri dari 6 orang.
Disaat yang lain sudah mulai sibuk dengan berbagai aktivitasnya, kami masih belum melakukan apa-apa, maklum saja, kelompok kami ini cukup pandai dalam beberapa hal, jadi bisa sekalian nanti.
Bohong kawan, aku hanya bercanda, kalian jangan tiru, mau segampang apapun pekerjaannya, menunda-nunda itu tidak baik, betul, kan? Gak percaya? Boleh kok tanya lagi sama teh Amel hihi.
"Wiu-wiu-wiu" Suara sirine speaker yang sekilas seperti suara mobil polisi.
"Oke semuanya bisa siap-siap untuk perlombaan pertama, Lomba menyanyikan yel-yel" Seru Widi salah satu anggota Osis dengan speaker ditangan kanannya.
"Aduh, maenya ieu teh ges arek mulai deui lombana (aduh, masa sih ini udah mau dimulai lombanya)" gerutu Galih dibelakangku.
"Di era zaman yang sudah semakin maju, aku gak percaya masih ada yang kaya gini"
celoteh Jabar menyambung keluhan Galih.
sementara yang lain hanya sedikit tersenyum mendengar keluhan mereka, termasuk aku.
"Yasudah, yuk siapin lagunya, kira-kira lagunya gimana?" tanyaku
"Boro-boro mikirin lagu fik ah, kita mah ngikut aja deh," jawab galih kembali dengan wajah yang semakin di tekuk
"Yasudah deh, Aku pikirin dulu ya lagunya, nanti kalo udah jadi kalian hafalin ya"
"Iya" jawab serentak
Aku memakai lagu "Naik naik ke puncak gunung" saat itu hanya saja memang ada beberapa kata yang kuganti, Aku mohon maaf jika itu salah.
Giliran kelompok kami sekarang, aku rasa kami tak akan menang disini, bagaimana mau menang, mau lihat senyum teman-temanku saja susah, dengan penampilan seadanya kami maju saja, jujur aku juga malas, tapi hari itu aku ingin terlihat keren di depan Cindy.
"Oke beri tepuk tangan untuk kelompok 3" ujar widi.
Sebetulnya saat tadi menyanyikan yel-yel mataku kesana kemari, aku mencari Cindy yang sedari tadi tak ku lihat, apa jangan-jangan dia sakit? seketika hatiku bertanya demikian, entah mengapa aku merasa peduli padanya, walaupun saat itu aku masih malu untuk mengakuinya.
"Wiu-wiu-wiu" suara sirine yang sama terdengar lagi dari salah satu aula yang ada disini, itu pertanda untuk kami segera kesana.
"Nah, lomba pertama sudah selesai, kalian boleh istirahat dulu sambil nunggu adzan dzuhur, acara kita lanjut setelah sholat" jelas salah satu osis, dari belakang terdengar galih kegirangan
"Yeaaahhhhh, gitu dong dari tadi"
Mungkin acara ini menyebalkan bagi kami, tapi apa kalian tahu, acara ini menguntungkan untuk amang cendol, ya saat itu ada beberapa pedagang yang mengetahui kegiatan kami di sini, salah satunya amang cendol ini, dari jauh saja sudah terlihat begitu banyak yang mengantri dagangannya.
Si amang cendol beserta gerobaknya ini juga lah yang jadi saksi pertama obrolanku dengan Cindy, tapi itu kesan pertama yang buruk, sebab disini pula aku mulai tak yakin untuk menyukainya.
"Mang, meser hiji" ( beli satu bang)
"Tungguin ya, a" kata si amang sembari mengambil gelas
"okey mang, santai aja"
setelah menunggu beberapa saat, akhirnya sedikit lagi selesai, aku beberapa kali menelan ludah melihat betapa menyegarkannya cendol ini, tapi....
"Mang itu buat siapa, buat aku dulu deh" potong Cindy sambil mengambil cendol dari tangan si amang
"Eeeeh neng, itu buat si aa nya" jelas si amang
"aa yang mana mang?"
"ekhem ekheem" potongku berdehem
"ouh aa nya yang ini, buat baru lagi aja mang, dia mah baik ini" tungkas Cindy santai
"Ehh gak bisa gitu dong, budayakan antri sayang" jawabku dengan sedikit candaan.
"ehh apaan si sayang-sayang"
"yaudah kalo gitu siniin cendol gue"
"gak mau! kalo udah ditangan aku, berarti milik aku" ujarnya
"laahh..gak bisaa lah orang gue yang duluan pesen"
"Syuuut" potong amang cendol
"gini aja gini, neng kasih cendolnya ke si aa ya, soalnya si aa yang pesen duluan" lanjutnya
"gak mau" jawab cindy sembari memalingkan wajah
"huuuuhh" terdengar keras helaan nafas panjang dari si amang cendol
"yaudah deh si aa bikin baru aja ya" sambung amang cendol
"lah mang, gak bisa gitu dong mang"
"ih cowok kok gak mau ngalah gitu si, egois" samar terdengar gerutuan cindy.
"Lu bilang apa? Egois, haha lucu lu" ujarku dengan nada tinggi.
Terjadi beberapa obrolan dengan nada tinggi saat itu, namun pada akhirnya wanita memang selalu ingin benar, "dasar betina" Celotehku di sela-sela perdebatan, mau tak mau aku yang mengalah saat itu, padahal aku sudah membayangkan betapa segarnya es yang ku pesan tadi.
"Makasih yah mang," ucap Cindy sembari tersenyum
"mikisih yih ming" ejekku
"idih, amit-amit" katanya, lalu berjalan meninggalkan tempat itu.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya cendol kedua ini sudah berada ditanganku, akan ku jaga sepenuh jiwa dan ragaku, tak akan ku biarkan lepas untuk kedua kali, setelah selesai membayar, langsung kucari tempat teduh untuk menyantap es ini. Pandanganku tertuju pada pohon besar di sebrang gedung, tak pikir lama, aku langsung kesana.
"Bismillah" ujarku sembari merebahkan kaki.
terlihat di luar gedung dipenuhi oleh teman-temanku yang lain yang sama-sama sedang beristirahat, terlihat pula dia, gadis menyebalkan itu, berdiri di depan gedung yang sama dengan menenteng segelas cendol yang sudah mulai berkeringat, rupanya dia tidak kebagian tempat teduh, jika dilihat seperti ini kasihan juga, pikirku sesaat.
Tak lama setelah itu aku mencoba menghilangkan perasaan peduliku ini, toh gadis menyebalkan seperti itu tak layak dipedulikan olehku, gerutuku sendiri.
"A boleh numpang duduk gak" suara lirih penuh harap mengganggu selera minum ku, dengan tidak begitu memperdulikan siapa, kupersilahkan saja.
"sok-sok, duduk aja kak" ucapku dengan mulut yang masih di penuhi es cendol
"Makasih a"
Aku saat itu tidak berniat melihat siapa yang duduk di dekat ku, aku menoleh karna ingin melihat apa teman-teman ku masih ada di depan gedung, namun secara tidak langsung terlihat juga gadis yang tadi memohon padaku, ternyata dia, si gadis menyebalkan.
"Eh eh, mau ngapain disini" pungkasku.
Cindy yang sudah dalam posisi jongkok sontak berdiri kembali
"Lah, kan tadi boleh" Jawabnya
"siapa yang bilang boleh, boleh itu khusus hanya untuk orang lain, kalau untuk kamu, maaf ya cantik, gak bisa" jawabku mengejek
"idiih, emang ini pohon punya nenek moyang kamu"
"Iya" jawabku cepat
"Ouh gitu, yaudah, Nek aku izin duduk disini ya, izin sama cucuk nenek mah susah, pelit" jawabnya dengan melipat kedua tangan di atas dada.
"Yaudah-yaudah, gua lagi gak mau debat, kalo lu mau duduk disini silahkan, sekalian tuh minta makanannya sama nenek gua" Ucapku dengan nada kesal sembari berjalan meninggalkannya.
"Nah gitu dong, daritadi hehe" balasnya dengan tawa puas menyebalkan itu.
Lagi-lagi aku harus mengalah kedua kali untuk gadis menyebalkan ini, tak lama setelah itu kegiatan kembali dilanjutkan keperlombaan selanjutnya, setelah selesai kami berkumpul di dalam gedung untuk mendengar pengumuman juara dari perlombaan itu, acara demi acara telah selesai dilaksanakan, keesokan pagi setelah selesai senam, kami harus sedikit menahan pegal karna mendengar pidato Pak Beben, kepala sekolah kami, kata pak beben kami akan mulai masuk nanti hari senin depan, beliau juga harap, kami sudah dengan persiapan maksimal, setelah itu kami akhirnya di minta untuk membereskan semua, lalu pergi meninggalkan tempat yang sangat bersejarah bagiku, suatu saat aku akan kembali ketempat itu, Aku berjanji.
Ku kira mawar itu selalu indah, wangi dan selalu berseri, tapi aku lupa bahwa mawar memiliki duri yang seketika dapat menyakiti.
RUANG KELAS Pukul 09:30.
“Treeeng” bel istirahat berbunyi, Satu persatu teman-teman di kelas ku mulai meninggalkan ruangan kelas, kecuali dia, entah apa yang sedang dia lakukan.
“Hei, sudah istirahat, gak ikut keluar juga bareng yang lain?” Tanyaku berdiri di depan mejanya.
Dia tak menjawab pertanyaanku, hanya melirik dengan bola matanya saja yang bergerak ke arahku, dan lalu menggelengkan kepala.
“Sedang apa memangnya?” sambungku lagi.
Sembari menatapku tajam, dan dengan tangan di atas meja yang mendorong tubuhnya dia menjawab.
“Apaansi, bawel amat, emangnya kenapa kalo aku gak keluar, emangnya kenapa kalo aku disini, ada masalah gitu buat kamu? kamu kalo mau keluar, keluar aja, gak usah tanya-tanya aku segala,” begitu cetusnya.
Aku terkejut mendengar jawabannya itu, kukira dia takan marah seperti itu, ya memang salahku juga nanya-nanya sama dia, tapi aku kan hanya bertanya, sambil melirik ke arah buku yang sedang ia tulis aku pergi keluar, ouh ternyata dia sedang menulis di diary oren miliknya.
"Kenapa pik, ko tadi gua denger Cindy kayak marah gitu, marah sama lu bukan?” Aziz menyambutku dengan pertanyaan
“ Ia ziz, Aku kan cuman nanya sama dia kenapa dia gak ikut keluar istirahat sama yang lain, apa aku salah ziz?” jawabku dengan dahi yang mengkerut.
“ Hah lu, katanya gak perduli, kok kepo sih sama dia, hmm jangan-jangan,” cibir Aziz lagi
Aku merasa yang dikatakan Aziz memang ada benarnya juga, jadi aku tak memperpanjang obrolanku saat itu, aku takut dia malah nyambungin kemana-mana kan jadi berabe “Syuut ahh, yuk ah ke teh Arop, gorengan biasa hihi”
Aku dan Aziz pun pergi ke warung teh arop, dibelakang aku melihat dia juga ikut keluar dan bergabung dengan cewek yang lain.
Hari itu aku sudah mulai kembali tertarik dengan nya, entah apa yang membuatku menjadi berubah, apa karna aku tadi kena marah.
Kurang lebih 30 menit lebih Aku di WR teh arop, sekedar berbincang dan memakan gorengan di sana, ya memang sudah rutinitasku disekolah, hingga akhirnya bel masuk pun berbunyi untuk kedua kalinya di hari itu, tandanya kita semua harus kembali ke kelas lagi.
Keesokan Harinya, pagi itu aku berangkat tanpa mandi dan sarapan, karna aku lihat semua teman sekelasku sudah tak ada di Asrama, bahkan Aziz pun tak ada, aku berlari dari Asrama menuju ke sekolah, jika di perkirakan mungkin Pelari tercepat di dunia dari Jamaica yang tak kukenal namanya pun akan kalah, saat tiba di sekolah, aku tak langsung masuk ke kelas, karna yang di dalam adalah Pak Uti, Just information, Pak Uti adalah guru yang paling galak di sini, itu sebabnya aku sedikit gugup saat hendak masuk, tak lama terdengar suara sepatu yang berjalan cukup cepat, dia si gadis menjengkelkan rupanya yang muncul di balik tembok, mukanya saat itu sangat memprihatinkan, seperti orang yang belum makan dari SD hhehe, mungkin di sekolahnya yang dulu dia tak pernah terlambat seperti ini, atau mungkin disana jika terlambat akan ada sanksi gantung diri, karna aku tak bohong, mukanya saat itu sangat pucat, aku tak tahu mengapa dia juga terlambat, hari ini adalah hari dimana aku kembali bertanya padanya, aku berani bertanya karna kupikir dalam situasi ketakutan seperti ini dia akan menjawab.
“Hai, Terlambat juga ya? Kenapa? ko bisa?” tanyaku sambil menunduk melihat wajahnya.
Dia kembali tak menjawab pertanyaanku, lagi lagi tatapan itu yang berkata seakan memberi jawaban akan pertanyaanku tadi, sial, hanya kata itu yang terucap dari hatiku, daripada aku harus disini dengan tatapan itu lebih baik aku masuk.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!