NovelToon NovelToon

PENGANTIN PENGGANTI IBUKU

Episode 1

Malam ini di kediaman Roby Sanjaya sangat ramai, karena semua keluarga besar tengah berkumpul untuk menghadiri pernikahan Mentari yang kedua.

Menteri akan dijodohkan dengan anak dari rekan bisnis Papa Roby, Satya Nugraha seorang duda berumur 28 tahun. Namun, yang menjadi masalahnya sampai sekarang ia belum bercerai dari Yoga.

Delapan belas tahun yang lalu Yoga pergi dari rumah karena ancaman dari mertuanya, ia disuruh memilih pergi dari rumah atau keselamatan istri dan anaknya yang masih bayi terancam.

Mentari menangis dikamar ia begitu bingung, disisi lain masih mencintai suaminya. Setelah 18 tahun berpisah apakah suaminya masih mencintainya seperti dirinya saat ini.

Wanita itu begitu yakin suatu saat Yoga akan datang menjemputnya, kini dirinya hanya bisa pasrah atau kabur malam ini.

Menikah lagi tidak pernah terlintas di benak wanita berumur 38 tahun itu, tapi dulu saat keduanya memutuskan menikah di umur 19 tahun membuat Mentari dan Yoga merasa sangat bahagia dan berjanji akan setia sampai mati.

Mas Yoga dimana? apa benar mas sekarang di Jakarta. Mentari rindu, tolong jemput dan bawa pergi.

Mentari menarik nafasnya beberapa kali, akhirnya ia yakin akan pergi meninggalkan rumah saat keluarganya masih asik mengobrol. Dia mulai mengemasi baju dan memasukkan di tas tanselnya.

Mentari melangkah ke arah jendela, ia memperhatikan sekeliling tidak ada yang melintasi sekitar taman belakang. Kemudian dia melemparkan ranselnya melalui jendela. Namun, sebelumnya ia menulis surat untuk orang tuanya.

Wanita itu keluar dari kamar, ia bisa melihat ke arah ruang tamu dan keluarga masih ramai. Mentari berjalan kearah dapur, merasa aman kemudian dia segera keluar dari pintu belakang.

Mentari tidak lupa mengambil ranselnya yang ia lemparkan tadi, dia segera berlari menuju pintu belakang. Namun, langkahnya berhenti saat pagar dikunci.

Ayo Mentari kamu jangan menyerah, harus cari cara biar bisa keluar tanpa sepengetahuan penghuni rumah.

Mentari akhirnya memanjat pagar pembatas, saat sudah sampai diatas ia segera melempar ranselnya. Kemudian dia segera turun, tapi sayang saat akan mencoba turun tubuhnya merosot dan Bukkk.

Aduh sakit, padahal sudah pelan-pelan masih jatuh juga!

Mentari memperhatikan jalanan yang terlihat sepi, ia segera berjalan menuju simpang untuk mencari taksi. Saat ada taksi lewat dia segera menyetopnya, tapi ia bingung mau kemana saat ini.

"Mau kemana, Mbak?" tanya sopir taksi itu

"Antar saya ke penginapan saja ya... Pak," jawabnya sambil tersenyum.

"Mau penginapan yang di mana Mbak?" tanyanya lagi. Mentari agak bingung! membuat sopir itu meliriknya lewat spion.

"Yang murah aja Pak," jawabnya.

Sopir taksi itu hanya mengangguk, kemudian ia kembali lagi fokus mengemudikan mobilnya. Setelah menempuh perjalanan selama tiga puluh menit mobil berhenti, Mentari melihat sekeliling.

"Mbak sudah sampai," ucapnya ramah.

"Eh...iya Pak," jawabnya sambil membuka pintu mobil.

Mentari segera membayar taksinya, ia menatap bangunan tingkat dua di depannya. Dia akhirnya masuk dan memesan kamar, sampai di kamar Mentari segera merebahkan tubuhnya.

"Aku akan ke Jakarta untuk menemui Shinta, tapi apa mas Yoga masih mencintaiku? setelah 18 tahun tidak bertemu bagaimana dia sekarang." katanya liirh

Karena lelah Mentari sudah begitu mengantuk, karena malam sudah larut. Tidak menunggu lama akhirnya dia tertidur juga.

********

Sementara di kediaman Papa Roby.

Mama Marni yang ingin istirahat, tapi sebelumnya ia akan melihat anaknya terlebih dahulu. wanita paruh baya itu berlahan membuka pintu kamar Mentari, dia mengerutkan keningnya saat di kasur anaknya tidak ada.

Mama Marni segera melihatnya dikamar mandi, tapi kosong. Matanya melihat sekeliling ruangan, kemudian ia berjalan ke arah meja rias. Seketika dia terkejut! saat membaca surat yang di tinggalkan oleh Mentari.

Mama Marni segera keluar kamar dan berjalan menuju ke kamarnya, saat sampai kamar dia melihat suaminya akan berbaring.

"Papa...." Panggilnya.

Papa Roby melihat istrinya yang begitu cemas, ia kembali lagi duduk sambil menatap wanita yang kini berdiri di depannya.

"Ada apa?" tanya papa Roby

Mama Marni tidak menjawab, tapi ia langsung menyerahkan surat yang di tinggalkan anaknya.

Papa Roby segera mengambil dan membacanya, seketika wajahnya menegang.

Papa Roby meremas kertas di tangannya, ia kemudikan keluar menuju kamar cucunya. Rahangnya mengeras menahan amarah, ia yakin cucunya tahu kalau Ibunya akan kabur.

Sampai depan kamar Papa Roby segera mengedor pintu kamar Senja dengan kuat, tapi belum juga dibukakan oleh cucunya. Hal itu membuatnya semakin meradang.

Senja yang baru saja akan tidur dikejutkan oleh suara gedoran pintu yang kuat dari luar pada hal sekarang sudah Pukul 1.30, Senja belum tidur karena masih memikirkan pernikahan ibunya dengan Satya Nugraha seorang duda.

Senja tau istrinya Satya memilih kabur dengan kekasihnya, setelah 2 hari pernikahannya.

Senja segera bangun sebelum pintu kamarnya di dobrak oleh Kakeknya.

"Ada apa? Senja ngantuk, Kek," ucapnya sambil mengucek matanya.

Kakek hanya menatap cucu satu-satunya itu, lalu Kakek langsung masuk kamar Senja, diperiksanya kamar cucunya.

"Mana Ibumu Senja!" bentak Kakek sambil melihat sekeliling kamar cucunya

Senja terkejut, baru kali ini kakek membentaknya dengan suara yang mengelegar. Semua yang di lantai bawah buru-buru menuju arah suara kakek, Nenek berjalan berlahan sambil menangis memeluk Senja.

"Sudah Pa, sudah kita tunggu sampai besok pagi. Siapa tau Mentari pulang," ucap Nenek,

Senja menatap Neneknya, ada apa sebenarnya? kenapa semua orang panik!

"Nek, ada apa?" ucap Senja sambil mengusap air mata Nenek Marni.

"Ini, Ibumu pergi meninggalkan surat," jawab Nenek sambil memperlihatkan kertas yang dipegangnya ke arah Senja.

Senja segera mengambil kertas di tangan Neneknya, lalu ia membuka dan segera membacanya.

*Buat Mama dan Papa.

Sebelumnya Mentari minta maaf Pa, kalau Mentari mengecewakan Papa dan Mama lagi, jujur Mentari sampai sekarang masih mencintai Mas Yoga, sekarang Mentari akan mencarinya.

Maaf Pa, Mentari tidak mencintai Satya.

Mentari titip Senja ya, katakan pada Senja kalau Mentari mencari Ayahnya.

Maafkan Mentari sudah mengecewakan Papa dan Mama.

Salam sayang dari Mentari.

Senja meremas kertas yang ada di tangannya, air matanya mengalir bebas di pipi. rasa kecewanya sangat besar kepada Ibunya, tapi Senja harus tetap tegar.

Sampai kapan hanya Allah SWT yang tau, selama ini Senja diejek dan dihina karena tidak mempunyai Ayah, semua itu ia rasakan dari saat mulai TK sampai lulus SMA.

Namun, Senja menyimpannya sendiri, ia tidak pernah cerita kepada Ibu dan keluarganya yang lain.

Tak lama Senja membawa Neneknya turun ke lantai satu, dia melihat semua berkumpul di ruang keluarga, tak lama ia ikut duduk di samping sang Nenek.

Kakek Roby terlihat masih sangat kesal dengan kepergian anaknya, ia menatap Senja merasa bersalah, karena harus menyuruh mengantikan Ibunya untuk menikah dengan Satya.

"Kakek sudah menghubungi keluarga Nugraha, Kalau sampai besok Mentari belum pulang. Kakek dikasih dua pilihan, Saham Nugraha akan ditarik, dan otomatis akan berpengaruh terhadap perusahaan kita," ujarnya sambil mengusap wajah keriputnya yang di makan usia.

"Sarat yang kedua apa?" tanya Rendy

"Pilihan yang kedua, Senja harus mengantikan Ibunya menikah dengan Satya," kata kakek.

Semua terkejut dengan permintaan keluarga Nugraha.

"Kakek Berharap padamu, Nak," ucapnya memohon kepada Senja.

Senja masih diam mencerna apa yang baru saja di dengarnya, jangakan menikah pacaran saja aku belum pernah.

Senja menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju, ia masih mau kuliah mengejar mimpinya. Pacaran belum menjadi prioritas utama seorang Senja Irawan, apalagi harus menikah di usia muda.

"Enggak! Senja enggak mau menikah," ucapnya dengan tegas.

"Rendy juga tidak setuju," belanya.

"Ini sudah jadi keputusan Kakek, kalau saja Ibumu tidak kabur kamu tidak perlu berkorban seperti ini. Ngerti kamu!" bentaknya kepada Senja

Rendy langsung berdiri, ia menatap papanya tajam sambil mengepalkan kedua tangannya. Melihat itu Mama Marni segera menenangkannya, ia begitu sedih melihat keluarganya seperti ini.

"Kakek egois, Kakek hanya memikirkan diri Kakek sendiri. Apa kakek tahu kenapa Ibu memilih kabur, hah!" teriak Senja kepadanya

"Karena Ibumu wanita bodoh! lebih memilih mencari lelaki yang tidak berguna seperti Ayahmu!" bentaknya.

Mama Marni menangis mendengar perdebatan cucu dan suaminya, Randy yang melihat itu juga sangat kesal.

"Satya itu pria dingin, umur Senja dan Satya sangat jauh, bagaimana papa bisa menikahkan mereka?" tanya Rendy.

"Itu demi nama baik kita dan keluarga Nugraha." Jawabnya datar.

"Tapi Kek, Senja masih 18 tahun masak sih harus menikahi Om-om, Kakek enggak kasihan sama Senja." kata gadis kecil itu sambil menatap Kakeknya berharap dibatalkan

"Umurnya Baru 28 tahun Senja, tapi terlihat seperti umur 25 Tahun, kakek yakin kamu akan menyukainya." Jawab Kakek menatap cucunya.

"Papa coba pakai cara lain," usul rendy

Kakek Roby menatap tajam ke arah Rendy yang dari tadi mencoba menghancurkan rencananya selama ini, ia tidak ingin gagal lagi.

"Ya sudah sekarang semua istirahat," ucap Nenek Marni yang tidak ingin ada perdebatan lagi. kemudian mama Marni dan Kakek Roby pergi istirahat.

Di ruang keluarga tinggalah Rendy dan Senja, keduanya sama-sama terdiam. Gadis itu menarik nafasnya panjang pacaran saja selama ini belum menjadi prioritasnya, apa lagi harus menikah muda dengan seorang duda.

Ibu yang seharusnya menjadi pelindungku, lebih memilih mengejar cintanya. Namun, apa dia tahu sekarang aku yang menjadi korbannya.

Rendy menatap iba kepada ponakannya, yang harus menikah dengan temannya saat kuliah dulu. walau sekarang dia kurang dekat Satya karena kesibukannya masing-masing.

Waktu yang tunggu-tunggupun datang, Senja masih di ruang makeup sejak pukul 6.00. Dia merasa sedih Ibu satu-satunya yang dimiliki tidak ada dihari pernikahannya, tak lama pintu terbuka Nenek tersenyum menatap cucunya.

"Kamu terlihat cantik, Nak," ucapnya tersenyum menatap wajah Senja yang sangat mirip dengan Mentari.

"Terimakasih Nek, Nek Senja kabur juga ya!" katanya dengan melangkah mendekati Jendela kamarnya.

"Husttt, enggak boleh kasihan Kakek sudah merencanakan semua ini, biar saham perusahaan tuan Nugraha tidak di tarik Nak," ucap Nenek sambil mengusap air matanya.

"Maaf Nek, Senja akan menikah dengan Om Satya," ucapnya, tak lama Nenek memeluk cucunya.

"Ayo kita turun, karena ijab kabulnya sebentar lagi akan di mulai. Setelah ijab kabul kamu baru boleh keluar," ucap Nenek ke cucunya.

Sementara di ruang tamu sudah ada penghulu, dan keluarga besar Satya, pernikahan ini sengaja hanya mengundang keluarga besar saja, setelah ada kabar kalau Mentari kabur.

Satya duduk di depan pak penghulu sebagi wali nikahnya Senja, sedangkan Kakek dan Om Rendy sebagi saksi dari pihak Senja dan ada 2 saksi lagi dari pihak Satya.

Setelah terdengar suara Sah dari para saksi, resmi sudah Senja menjadi istri dari Satya Nugraha. Tak lama ia di iring sampai di depan Satya, Satya terlihat berdiri menyambut istrinya yang baru sekali ini melihat anak dari Mentari.

Senja mendekati Satya dengan jantung yang berdebar, ya Allah ternyata ganteng Om Satya.

Setelah itu Satya memegang tangan Senja membantunya duduk di sampingnya, semua berkas sudah siap di tanda tangani dan tukar cincin juga sudah.

Waktunya semua tamu undangan untuk menyantap makanan yang sudah di hidangkan, sedangkan kedua mempelai duduk di pelaminan yang ada di dekat kamar makeup yang di gunakannya tadi.

Keduanya sama-sama diam, hanya terkadang terdengar helaian nafas Senja yang sudah merasa lelah. Apa lagi harus pura-pura tersenyum saat ada tamu undangan mengucapkan selamat.

Senja sudah merasa gerah dilihatnya Satya sebentar, tapi Satya tetap diam seperti patung.

"Om, Senja kekamar duluan ya? sudah gerah ini," ucapnya sambil menatap suaminya, tapi dia tetap diam.

Senja makin kesal karena tidak ada respon dari Satya, tak lama dia melihat Nenek melangkah ke arahnya.

"Nak Satya sudah bisa istirahat, karena tamu tinggal keluarga besar kita saja, ayo Nak antar suaminya untuk istirahat." ucap Nenek sambil tersenyum.

"Maaf Nek, Satya istirahat dulu, tolong sampaikan ke yang lain," ucapnya sopan.

Tak lama Senja berjalan duluan, yang di ikuti oleh Satya, sampai kamar dia langsung menghempaskan tubuhnya di kasur yang di hiasi dengan kelopak mawar. Sedangkan Satya memilih duduk di sofa sambil menyandarkan kepalanya di bahu sofa.

Bersambung ya

Episode 2

Pagi yang cerah Senja terbangun, seperti biasa dia bangun langsung menarik selimut untuk dilipatnya. saat ia menarik selimut langsung melotot melihat pria tidur di kasurnya hanya pakai celana pendek.

"Astagfirullah, Om bangun sudah subuh, mau shalat enggak," ucapnya sambil menggoyangkan bahu Satya.

"Bunda Bimbim masih mengantuk," Satya langsung menarik selimut dan tidur lagi. Senja segera masuk kamar mandi setelah itu dia menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim.

"Suamiku bangun sudah mau habis waktunya sholat subuh," ucap Senja, tapi tetap sama tidak ada respon dari Satya. Lama-lama ia capek juga, akhirnya dia masa bodoh saja.

Senja membuka pintu kamar, lalu turun ke bawah untuk membantu bik sum membuat sarapan.

"Duh pengantin baru sudah keramas aja," goda bik Sum ke Senja.

"Ih, apaan sih bik," muka Senja sudah merona.

Bik Sum tertawa melihat cucu dari majikannya itu, setelah selesai Senja segera masuk kamar di lihatnya Suaminya sudah siap mandi dan sudah memakai baju Koko karena setelah Istrinya keluar Satya langsung bangun dan segera sholat subuh.

"Pagi Om," ucap Senja sambil tersenyum.

Satya hanya diam melihatnya pun tidak, ia menarik nafasnya panjang, ini bukan pertama kalinya Senja di acuhkan, baginya sudah biasa.

"Om, di tunggu di bawah untuk sarapan," ucap Senja,

Satya tidak menjawab, tapi melangkah mengambil kaos dan masuk kamar mandi, tak lama dia menuju pintu keluar kamar. Senja yang tau langsung mengikutinya dari belakang saat sampai di meja makan suaminya tersenyum dengan semua yang sudah menunggunya.

Senja mengambilkan nasi goreng buat Satya, Mereka makan dalam diam, saat ia hendak berdiri untuk membantu bik Sum membereskan meja makan Satya menarik tangannya dan membawanya ke ruang keluarga, di mana ada Nenek, kakek dan Om Rendy. Satya duduk di samping Istrinya.

"Kakek, hari ini Satya akan langsung membawa Senja pindah, nanti akan ada Asisten saya untuk mengambil barang-barang Senja." ucapnya membuat yang lain saling pandang.

"Baiklah Nak, Kakek titip Senja, bimbing dia, bila dia salah tolong tegur dia, karena sekarang dia tanggung jawabmu, nanti kalau kamu sudah tidak mencintainya tolong jangan sakiti dia, kembalikan dia pada kami," ucap Kakek Roby. Senja langsung memeluk Kakeknya merasa sesak dadanya.

"Insyaallah Satya akan jaga Senja dengan baik Kek," jawabnya tegas.

"Baiklah Nak," ucap Kakek.

Tak lama bik Sum datang memanggil Satya kalau sudah di tunggu sama Ranga. Satya langsung berdiri keluar untuk menemui Ranga.

"Hari ini apa jadwalku," kata Satya.

"Maaf Pak, hari ini bapak masih cuti selama 3 hari," jawab Ranga, Satya mengerutkan keningnya.

"Siapa bilang aku cuti, jangan asal kamu Ranga!" suara Satya terdengar kesal.

"Sebelumnya Ayah Anda datang ke kantor, kalau Anda akan cuti selama 3 hari setelah menikah, bagaimana rasanya dapat istri kecil, hot enggak?" Ranga menggoda sahabatnya,

Ranga adalah Asisten Satya, Ranga teman Satya saat kuliah mereka bersahabat Sangat dekat, bahkan sudah di anggap seperti anak sendiri oleh Ayah Satya pyak Nugraha.

"Sialan!" Umpat Satya kepada Ranga.

Satya menyuruh Ranga menunggu sebentar, ia masuk segera berpamitan kepada keluarga besar Senja.

"Kakek, Satya langsung membawa Senja sekarang, karena saya akan ada Acara." ucapnya sambil tersenyum tipis melihat istrinya yang terkejut.

"Iya Nak silakan, Senja bersiaplah Nak," ucap Kakek walau sebenarnya berat melepaskan cucunya.

Senja segera melangkah ke kamarnya, tak mau kalau suaminya menunggu lama, tadi waktu Satya keluar Nenek memberikan pesan tugas seorang istri.

Senja turun dari lantai dua, Satya sempat terpana , tapi segera mengalihkan pandangannya.

"Ayo Om, Senja sudah siap," Ucapnya, membuat Rendy terkejut sambil menahan tawanya. Satya hanya diam, tak lama semua keluarga mengantarkan sampai depan pintu, Senja melambaikan tangan ke arah keluarganya sampai mobil sudah jauh meninggalkan rumah keluarga Roby.

Di dalam mobil semua terdiam, Ranga sekali-kali mencuri pandang ke arah spion, melihat Satya yang sibuk dengan tapnya, sedangkan Senja menatap ke arah keluar jendela.

Tanpa mereka sadari mobil sudah berhenti di depan rumah mini malis, terlihat sederhana tapi sangat indah saat di depan ada beberapa bunga Tulip dan bunga mawar berbagi warna , terlihat indah dan terawat. Satya langsung turun tanpa menatap Senja, Ranga yang melihat itu menatap iba kepada Senja.

Senja turun terakhir tapi tidak langsung masuk rumah, dia berjalan mengikuti jalan setapak yang menuju ke arah belakang.

Gadis itu melihat kursi taman segera duduk di bawah pohon bersandar di bangku taman, cuaca yang mendung sudah mulai gerimis tapi tak di hiraukan Senja.

Hujan turun mulai deras, Senja menengelemkan wajahnya dilutut, air matanya mengalir bersamaan air hujan yang membasahinya.

"Ibu, apa ini yang Ibu inginkan," batin Senja dengan mengadahkan wajahnya ke langit, dia merasa semua tak adil.

Sedangkan di dalam rumah Satya duduk di ruang kerjanya, Ranga masuk tanpa mengetuk pintu.

"Sat, kamu jangan terlalu mengacuhkan istrimu, ini enggak semua salahnya, dia hanya korban di sini." ucap Ranga yang iba kepada Senja.

"Kamu tau Ga, pernikahan ini kemauannya Ayah, yang penting dia bahagiakan!" jawab Satya sambil melihat keluar jendela.

"Kenapa enggak mulai dari awal, saling mengenal," kata Ranga lagi.

Belum sampai Satya menjawab bik Ida art yang sudah lama berkerja dengannya mengetuk pintu, yang langsung di buka oleh Ranga.

"Ada apa bik?" ucap Ranga.

"Anu den, eh...itu tadi kata Den Satya ada perempuan yang ikut, tapi bibik tunggu dari tadi tidak ada perempuan masuk dalam rumah, sudah bibik lihat di mobil juga enggak ada," jawab bik Ida merasa bingung dengan perintah Satya.

Ranga menatap Satya, dia langsung keluar dari ruangan melihat keluar hujan begitu deras, pada hal sudah 3 jam lebih saat mereka sampai tadi. tak lama Satya menghampiri Ranga.

"Bukannya tadi dia bersamamu turunnya?" tanya Satya ke Ranga.

"Tadi aku turun dulu, terus Senja juga turun, aku kira dia ikut masuk, " jawab Ranga.

"Bibik yakin Senja tidak masuk kedalam rumah?" tanya Satya.

"Yakin den, tadi waktu aden suruh saya tunggu di ruang tamu, saya kira sudah di kamar, tapi saat saya lihat di kamarnya kosong.

Satya menghela nafas berat, baru sehari menjadi istri sudah membuatnya pusing. Bibik Ida meninggalkan majikannya dan Ranga.

Bik Ida naik ke arah kamar Satya, saat bibik yang akan mengambil baju kotor milik majikannya, tanpa sengaja bibik melihat keluar jendela,. Alangkah terkejutnya bik Ida melihat orang tergeletak di bawah pohon saat hujan deras, seketika bibik lari menuruni tangga sambil berteriak-teriak.

"Aden...., Aden Satya... Aden....." teriak bik Ida membuat Satya dan Ranga langsung menghampiri bik Ida yang terlihat panik.

"Ada apa?" teriak Satya yang melihat bik Ida panik.

"Itu den....itu di luar dekat taman ada orang pingsan apa tidur ya, masak hujan-hujanan tidur di luar." kata bik Ida, Satya yang terkejut segera berlari ke belakang di ikuti Ranga. Satya membuka pintu belakang air hujan langsung membasahi bajunya, karena hujan yang sangat deras menghalangi jarak pandang Satya.

"Dimana bik?" tanya Satya saat bik Ida membawa payung untuk Satya.

"Dekat kursi taman den, tadi bibik lihat dari kamar Aden," jawab bik Ida.

Satya langsung keluar, dan berjalan ke arah taman yang ada kursinya, bik Ida hanya bengong melihat Satya berjalan tanpa membawa payung.

"Loh, kok enggak pakai payung?" kata bik Ida. Ranga yang mendengar bik Ida bicara sendiri hanya mengelengkan kepala.

"Hujan angin bik, percumah bawa payung," jawab Ranga.

Bersambung ya ..

Jangan lupa dukung terus dengan like dan votenya

Episode 3

Satya yang berjalan mendekati kursi taman, terkejut melihat Senja tergeletak di bawah pohon, tanpa menunggu lama ia segera mengangkat tubuh istrinya. Ranga yang melihat bosnya mengendong tubuh Senja terkejut.

"Ga, panggil dokter cepat!" suara Satya terdengar panik. Dia membaringkan tubuh Senja yang sudah dingin dan pucat.

"Den ini air hangat dan handuknya," ucap bik Ida.

"Bik bukan air hangat, tapi buatkan teh untuk Senja," jawabnya sambil membuka baju Istrinya. tak lama dia berhenti, langsung teriak memanggil bik Ida.

"Bik.., bik Ida, cepat kemari," teriak Satya membuat bik Ida dan Ranga berlari ke arah kamar.

"Ada apa!" ucap Ranga yang ikut panik saat mendengar teriakannya Satya.

"Bik tolong gantikan bajunya, Ga berapa lama dokter datang!" ucap Satya yang masih terlihat khawatir.

"Sabar Sat, cuaca di luar buruk," jawab Ranga.

Satya segera keluar kamar di ikuti Ranga, ia masuk kekamarnya untuk mengganti baju, setelah selesai dia segera turun, dilihatnya Ranga mengobrol dengan Faisal.

"Sal, ayo kamu periksa istriku," ucapnya tanpa sadar, Ranga tersenyum melihat Satya yang sangat mengkhawatirkan Senja.

Satya mengetuk pintu, pintu di buka bik Ida, tak lama ia, Ranga, dan Faisal masuk segera memeriksa Senja. Setelah selesai Dokter itu membereskan peralatannya.

"Bagaimana?" tanyanya Satya.

Faisal menarik nafas dalam-dalam, merasa prihatin kepada gadis kecil yang ada di depannya

"Dia tidak apa-apa, nanti kalau sudah sadar kasih teh hangat dan kasih bubur dulu, sepertinya istrimu juga belum makan dari pagi," jawab Faisal.

Satya hanya menganggukkan kepalanya, Dokter Faisal langsung pulang karena Masih ada pasien di rumah sakit.

Satya mendekati Senja, di tatapnya wajah pucat istrinya, tak lama Ranga mengusap bahu sahabatnya sambil berlalu meninggalkan sahabatnya yang duduk di ranjang samping Senja berbaring.

"Kenapa kamu enggak masuk rumah Senja?" tanyanya Satya sambil mengusap kepala Istrinya.

Tak lama Satya terlelap di samping Senja, tiba-tiba Istrinya mengigau sambil menangis.

"Ibu...., Ibu... apa Ibu puas sekarang, Ibu... Ibu..." Ucap Senja, Satya yang mendengar orang menangis langsung duduk di tatapnya wajah istrinya. tak lama terdengar lagi suara Senja.

"Ibu..., Ibu..." Satya memegang dahi Senja,

"Kamu demam," ucap Satya, ia segera mengambil obat yang di berikan Faisal tadi, tapi bagaimana cara dia meminumnya, batin Satya merasa frustasi.

Satya segera duduk dan menyandarkan Senja, dia memasukkan obat ke mulut istrinya, Satya memegang Rahang Senja, melihat mulut senja yang terbuka, ia langsung meminum air putih. Pria itu dengan ragu mendekatkan mulutnya ke bibir wanitanya, kemudian ia segera memasukkan air putih ke mulut istrinya melalui mulutnya.

Tanpa Satya sadari di pintu sudah berdiri bik Ida dan Ranga, kedua terkejut dengan apa yang dilakukan bosnya. Tak lama Ranga berdehem.

"Emm, wah romantis sekali," ucap Ranga sambil melangkah menuju ranjang Senja. Satya yang terkejut segera menarik wajahnya dari Senja,

"Bagai mana rasanya? mencium istri dalam keadaan tidak sadar," ucap Ranga menggoda sambil menaikkan alisnya satu.

Satya hanya menatap tajam ke arah Ranga, sedangkan bik Ida senyum-senyum melihat Satya yang wajahnya masih memerah entah karena malu atau karena marah kepada Ranga.

"Bik tolong ambilkan air hangat, untuk mengompres Senja," ucap Satya.

"Iya Den," jawab bibik Ida

"Kok jadi demam, jangan-jangan kaget dia bro, karena sudah kamu cium," goda Ranga lagi yang langsung kena pukul Satya pakai guling.

"Tadi hanya kasih obat demam saja Ga, enggak ada Maksud buat cium," ucap Satya kesal.

"Niat juga enggak apa, udah halal ini," kata Ranga yang langsung di tatap tajam Satya.

Tak lama bik Ida datang sambil membawa mangkuk berisi air hangat dan handuk kecil, Satya mengambil alih langsung mengompres kening Senja.

"Bibik istirahat saja, biar Satya saja yang jagain," ucapnya menatap bik Ida.

"Baik Den, kalau butuh apa-apa bangunkan Bibik saja." Jawab bik Ida sambil berlalu keluar kamar. sedang Ranga berbaring di sofa kamar Senja.

Satya yang melihat sahabatnya sudah terlelap di sofa hanya menggelengkan kepala.

Satya dengan telaten merawat Senja,

"Kalau saja pernikahan ini tidak terjadi, kamu pasti masih bebas bermain dengan teman-temanmu, Satya yang tidak tau bagai mana kehidupan Senja sebelumnya.

Andai Satya tau mungkin akan sangat menyayangi Senja, ia yang sudah sangat mengantuk menyandarkan kepalanya di dipan ranjang, Satya berlahan memejamkan matanya.

Pagi hari Senja baru saja terbangun, dilihatnya langit-langit kamar, seingat Senja, ia berada di taman belakang. Gadis itu berlahan duduk, tapi tak lama ada sesuatu jatuh kepangkuannya.

"Apa semalam aku demam, terus siapa yang membawaku kekamar," batin Senja.

Senja yang mau melangkah menuju kamar mandi langsung terduduk di lantai, ia merasakan kepalanya pusing, dia mencoba berdiri berpegangan dinding.

Belum sampai Senja ke kamar mandi, pintu kamar terbuka. Senja melihat bik Ida masuk membawa nampan berisikan sarapan buatnya.

"Non, mau bibik Ida bantu," ucap bik Ida langsung membantu Senja ke kamar mandi.

"Terima kasih bik," ucap Senja, bik Ida hanya tersenyum menanggapinya.

Senja terlihat lebih segera setelah selesai mandi, diambilnya baju yang masih dalam koper, ia memakai kaos lengan panjang yang di padukan dengan rok pendek sebawah lutut.

Senja yang begitu lapar, tidak menunggu lama langsung menyantap masakan bik Ida yang menurutnya enak. Gadis kecil itu membawa piring kotornya menuruni tangga, bik Ida yang melihat itu segera berlari kecil menghampiri Senja.

"Aduh Non, kenapa turun, Anda itu masih sakit," kata bik Ida yang khawatir

"Maaf bik, Senja sudah sehat," katanya dengan tersenyum. Senja yang ingat hari ini harus ke kampus buat menyerahkan berkasnya sebagai mahasiswa yang mendapat beasiswa, langsung ke atas mengambil tas dan berkasnya.

Bibik yang melihat Nona mudanya itu segera mendekatinya.

"Non, Non mau ke mana? Kok sudah rapi?" tanya bik Ida.

"Bik Senja izin sebentar mau ke kampus ya, Senja harus menyerahkan berkas ini," jawab Senja, yang melihat aplikasi di handphonenya kalau ijol yang di pesannya sudah sampai depan rumahnya eh salah maksudnya depan rumah Satya.

Senja langsung berlari kecil keluar rumah, bik Ida yang melihat Nonanya pergi langsung menghubungi Satya.

Satya yang tengah mengobrol tentang kerja sama antara Perusahaan Wijaya dan Perusahaannya , langsung melihat handphonenya yang berdering melihat nama nik Ida Satya langsung menggangkat teleponnya.

"Halo bik, ada apa?"tanya Satya.

"Maaf den, bibik hanya mau kasih tau kalau Non senja tadi pergi keluar katanya mau ke kampus," ucap bik Ida.

"Apa!" teriak Satya dengan suaranya yang berat.

Bersambung ya

Mohon dukungannya dengan like dan sarannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!