NovelToon NovelToon

Perjuangan Cinta Sang Ceo

Pelecehan

Hiks ... hiks, perlahan Angga membuka matanya setelah mendengar suara isakkan tangis. Angga mulai tersadar, dilihatnya seorang gadis menangis di samping ranjangnya.

"Ah, kenapa kamu ada di sini!" seru Angga menatap bingung gadis di sampingnya.

"Hu ... hu ...." bukannya menjawab, gadis itu semakin menjadi. Angga kemudian bangun, diraihnya selimut yang menutupi tubuh polosnya. Saat selimut itu ditarik Angga, terlihat semua lekuk tubuh gadis yang ada di samping Angga.

"Ah ... tutup tubuhmu cepat!" seru Angga dengan nada keras.

"Apa yang sebenarnya terjadi, ah ... kenapa aku tidak ingat." Angga menggerutu seraya mengambil pakaiannya yang berceceran di lantai.

Amalia masih tak beranjak dari tempatnya. Bentakan Angga sepertinya tidak membuat dia takut. Amalia terus menerus menangisi nasibnya. Bagian sensitifnya juga terasa perih, dia yakin telah terjadi sesuatu padanya, tadi malam.

Angga mengingat-ingat kejadian semalam, di bawah guyuran air shower. Angga sedikit demi sedikit mengingat kejadian yang membuat dia dan Amalia berada di kamar hotel tersebut.

Flashback

Jam pulang kantor telah tiba. Namun, Amalia masih harus mengerjakan pekerjaannya di ruangan Angga. Malam ini, Amalia mendapat jatah lembur. Menggantikan Dewi, temannya yang sedang sakit. Saat ia akan memasuki ruangan Angga, terdengar dari dalam suara benda-benda pecah. Sepertinya Angga sedang meradang, Amalia jadi ragu untuk masuk keruangan Angga.

Dengan pertimbangan yang cukup matang akhirnya, Amalia memberanikan diri untuk masuk keruangan Angga. Benar saja dugaannya, ruangan Angga berserakan, seperti kapal pecah. File-file berceceran di lantai, belum lagi pecahan gelas dan vas bunga juga berserakan di lantai. Angga yang sedang duduk di sofa ruang kerjanya, menatap tajam ke Arah Amalia.

"Pergi kamu dari sini, cepat!" bentak Angga, membuat Amalia kaget. Namun, Amalia masih berdiri di depan pintu. Dia bingung harus berbuat apa.

"Hey, pergi kamu dari sini, dengar nggak!" Angga benar-benar marah, saat perintahnya tidak dihiraukan oleh pegawainya.

"Ba-baik Pak, saya permisi dulu." ucap Amalia gugup. Saat Amalia sudah akan meninggalkan ruangan itu, Angga memanggilnya kembali.

"Tunggu! temani saya di sini sebentar." ucap Angga pelan. Amarah yang tadinya meledak-ledak, seakan surut saat melihat Amalia datang.

Amalia dengan pelan mendekat ke arah Angga. Ada perasaan takut, gugup, bercampur jadi satu. Angga, atasannya itu terkenal galak. Tidak ada seorang pun yang berani mendekat saat dia sedang marah. Saat Amalia sudah berada di hadapan Angga, dengan refleks dia memeluknya.

Rasa nyaman, yang dirasakan oleh Angga setelah memeluk Amalia. Masalah yang tadinya membuat dia meradang, sedikit demi sedikit sirna. Lama Amalia dalam dekapan Angga, dirasanya perasaannya sudah membaik, Angga melepaskan pelukannya.

"Malam ini temani saya ke club, ya?" ujar Angga tanpa dosa. Amalia hanya mengangguk saja. Amalia sejujurnya juga bingung jika, dia menolak ajakan Angga, dia takut Angga memecatnya.

"Pak, biarkan saya membersihkan tempat ini dulu. Hari ini, adalah tugas saya membersihkan ruangan Bapak. Saya harus profesional Pak." Dengan mengumpulkan keberaniannya, Amalia mengutarakan unek-uneknya.

"Ya sudah, saya tunggu kamu di sini." Angga menyetujui permintaan Amalia, Angga kembali duduk di sofa ruangannya.

Amalia Dengan telaten membereskan ruangan Angga. Dimulai dari merapihkan file-file yang berantakan. Setelah itu, dia membereskan bekas pecahan gelas dan vas bunga. Angga hanya mengamati Amalia, saat dia sedang bekerja. Amalia memang gadis yang bertanggung jawab. Tak sekalipun dia meninggalkan pekerjaannya, tanpa alasan yang jelas.

Usai membereskan ruangan Angga, Amalia berjalan menuju ke arah Angga. Angga yang sedang sibuk dengan laptopnya, akhirnya menyadari kehadiran Amalia.

"Apa sudah selesai pekerjaanmu?" tanya Angga seraya menutup laptopnya.

"Sudah, Pak," jawab Amalia singkat.

"Sekarang kamu temani saya ke club. Maka, saya akan kasih kamu bonus yang luar biasa nanti."

"Baik, Pak."

Amalia memang sangat memerlukan uang saat ini. Adiknya di kampung mengalami kecelakaan. Jadi, akan banyak memerlukan biaya di rumah sakit. Mungkin, dengan bonus yang diberikan Angga, akan sedikit membantu kesulitannya.

***

Mereka berdua sudah ada di dalam mobil. Angga sengaja menyetir sendiri, dan menyuruh supir pribadinya untuk pulang kerumahnya. Malam ini yang dia inginkan adalah bersenang-senang. Terlalu banyak masalah yang membuat Angga emosi hari ini. Dimulai dari berita perselingkuhan ayahnya, dan yang membuat dia meradang adalah kekasihnya hamil dengan orang lain.

Perempuan yang dipacari selama tiga tahun belakangan ini, dikabarkan sedang mengandung dengan pria lain. Angga tidak pernah tahu jika, selama ini kekasihnya mengkhianatinya. Kekasih Angga adalah seorang model terkenal di tanah air. Hubungannya memang tidak pernah dipublikasikan. Dengan alasan tak ingin reputasi kekasihnya hancur. Angga hanya menuruti kemauan dari kekasihnya. Berita kehamilan kekasihnya, membuat Angga frustasi. Sehingga dia butuh hiburan malam ini.

Mereka sampai di sebuah club malam, tempatnya masih sangat sepi. Mengingat hari pukul delapan malam, jadi belum banyak pengunjung yang datang. Angga memilih ruang VIP. Karena, dia tak ingin ada seorangpun yang mengganggu. Amalia hanya mengekor di belakang Angga. Dia tidak pernah berada di tempat itu. Angga yang notabenenya sering clubbing, tentu sudah hafal di mana tempat yang akan dia tuju.

Sebuah ruangan berukuran empat kali enam itu, sepertinya ruangan yang dipilih oleh Angga. Sebuah ruangan yang berisi sofa, dan beberapa koleksi minuman terpampang disana. Tak lupa sebuah televisi datar empat puluh delapan inci ada diruangan itu. Angga mengajak Amalia duduk di sofa. Dengan gugup, Amalia hanya menuruti perintah Angga.

Angga berjalan mengambil beberapa minuman disana. Dua botol minuman dan dua gelas kosong, dibawa oleh Angga. Angga duduk tepat disebelah Amalia. Amalia terlihat gugup, tampak jelas dari wajahnya. Keringat dingin mulai bermunculan, dia takut tak bisa mengendalikan diri.

"Nggak usah takut, rileks aja, saya tidak akan ngapa-ngapain kamu kok." Angga yang melihat Amalia ketakutan, sontak berusaha menenangkan.

"Kamu belum pernah, ya, ke tempat ini?" tanya Angga menatap Amalia.

"Be-lum Pak." Amalia berusaha menghilangkan kegugupannya, namun sepertinya tidak bisa. Semakin Angga mengajak ngobrol Amalia, semakin dia ketakutan.

Angga mulai menuangkan isi botol minuman ke dalam gelas. Sesekali dia melirik Amalia, gadis polos yang bersamanya saat ini. Diteguknya segelas minuman oleh Angga. belum puas dengan satu gelas, Angga menuangkan kembali minuman tersebut ke gelasnya yang sudah kosong. Satu, dua, tiga, empat gelas sudah dihabiskan oleh Angga. Saat ia menuangkan ke gelas kelima, Amalia mencegahnya.

"Sudah cukup, Pak, bapak terlalu banyak minum." Diambilnya botol minuman itu dari tangan Angga.

"Berikan pada saya, hhhh ... saya tidak akan mabuk, sekalipun saya habiskan dua botol ini." Angga kembali mengambil botol tersebut dari tangan Amalia.

Angga menuangkan ke dua gelas yang kosong tadi. Disodorkannya ke mulut Amalia akan tetapi, dengan cepat ditolak oleh Amalia.

"Kamu harus coba ini, ini tidak akan membuatmu mabuk. Ayo coba, ini." Angga menyodorkan kembali segelas penuh berisi minuman itu ke mulut Amalia. Namun, Amalia tetap menolaknya, dia tidak pernah minum-minuman seperti itu.

"Ayo coba dulu, kamu harus menghargai saya. Cepat minumlah." Angga berusaha merayu Amalia untuk minum segelas Wine ditangannya. Dengan ragu, Amalia mengambil gelas itu.

"Ayo cepat minum" ucapnya lagi.

Amalia memejamkan matanya, dicobanya minuman itu. Saat sudah ada di mulutnya, Amalia mengeluarkan dari mulutnya.

"Rasanya memang sedikit aneh, tapi kamu akan suka saat sudah meminumnya." ucap Angga kembali menyakinkan Amalia.

Dengan ragu, Amalia kembali meneguk semua wine yang ada di gelasnya. Bukan cuma sekali, dua kali, tiga kali minuman itu diminum oleh Amalia. Kesadarannya mulai hilang, dengan lunglai Amalia tertidur di sofa itu. Angga yang setengah sadar, membawa Amalia ke sebuah Kamar di lantai dua club tersebut. Tidak mungkin dia mengantarnya pulang dalam keadaan mabuk.

To be continued..

Merenggut kehormatan Amalia

Saat sudah berada dalam kamar hotel, Angga membaringkan tubuh Amalia di ranjang. Kemudian, ditutupi tubuh Amalia dengan selimut. Angga beranjak ke kamar mandi, kepalanya sangat pusing. Dengan sempoyongan Angga kembali ke ranjangnya.

Angga menoleh ke Arah Amalia, wajah ayu Amalia, membuat Angga tertegun. Kecantikan Amalia masih alami, tanpa make-up yang berlebihan. Samar-samar pandangan Angga mulai kabur, saat dia merebahkan tubuhnya di sisi ranjangnya. Tiba-tiba, tangan Angga tidak sengaja, menyenggol gunung kembar milik Amalia. Sontak membuat tubuh Angga menjadi aneh, seperti terkena sengatan listrik. Dengan perlahan, Angga mendekati Amalia. Ditatapnya wajah Amalia lekat-lekat. Rasa kantuk yang tadi menyerangnya, hilang, kala Angga melihat pemandangan gunung kembar yang sangat indah. Tanpa dia sadari, ada yang berdiri di bagian tubuhnya yang lain. Angga berusaha menahan hasratnya. Namun karena pengaruh alkohol, membuat dia hilang kendali. Angga yang sudah pernah merasakan sensasi berhubungan, tak dapat dipungkiri, ia tak bisa membiarkan mahluk indah tak berdaya di depannya.

Angga membuka satu persatu kancing sweater yang dikenakan oleh Amalia. Dia semakin terpesona melihat sesuatu yang indah, milik Amalia. Dia mulai memainkan perannya dengan lihai. Hembusan kenikmatan, membuat darahnya mendidih. Angga sudah tidak bisa mengontrol dirinya lagi. Dia ingin mendapatkan lebih dari yang ia rasakan saat itu. Dibukanya lagi penghalang terakhir yang masih melekat menutupi gunung kembar Amalia. Angga pun membuka selimut yang menutupi sesuatu keindahan yang dimiliki oleh Amalia. Celana berbahan kain yang digunakan Amalia, akhirnya ia tanggalkan juga. Yang tersisa tinggal penghalang terakhirnya saja. Nafas Angga semakin memburu, melihat ke arah Amalia. Tanpa ragu-ragu lagi, Angga menyatukan tubuhnya dengan tubuh Amalia. Sensasi yang tak pernah dia rasakan selama berhubungan dengan wanitanya. Segera Angga tuntaskan permainannya. Saat hasratnya sudah tersalurkan, tanpa sadar Angga mencium kening Amalia. Walaupun Amalia tak sadarkan diri. Namun mampu membuat Angga puas. Lelah melakukan aktivitasnya, tubuh Angga terkulai lemah mendekap Amalia. Tanpa disadari oleh Amalia, harga dirinya direnggut oleh Bos nya sendiri.

Flashback off.

Usai membersihkan diri, Angga yang hanya memakai handuk, yang dililitkan di pinggangnya. Diam-diam menghampiri Amalia, yang masih menangis diatasi ranjangnya. Amalia yang mendapati Angga tanpa memakai bajunya, sontak membuat dia ketakutan. Amalia kemudian menggeser mundur tubuhnya, ditariknya selimut, kemudian dililitkan sempurna hingga menutupi seluruh tubuhnya.

"Bersihkan tubuhmu dulu, kemudian saya antar kamu pulang," Ujar Angga merasa bersalah. Sejujurnya yang ia lakukan dalam keadaan setengah sadar.

Amalia beranjak dari ranjangnya, dengan tertatih, ia masuk ke kamar mandi. Lama dia menatap dirinya di cermin. Ada rasa jijik dalam dirinya. Kehormatan nya hilang seketika, direnggut paksa oleh bosnya. Amalia menangis histeris, menyesali apa yang terjadi padanya. Jika dia tidak menuruti kemauan Angga, untuk menemani nya ke club'. Mungkin, saat ini dirinya masih suci.

Dengan air yang mengalir dari shower kamar mandi, diiringi pula dengan air matanya yang tak henti menetes. Untuk saat ini, Amalia benar-benar hancur. Mahkota yang ia jaga, untuk suaminya kelak, harus di rebut oleh bosnya.

Lama berada di kamar mandi, membuat Angga mengkhawatirkan keadaan Amalia. Diketuknya pintu kamar mandi, namun tak ada tanggapan dari dalamnya. Angga hanya bisa membuang nafasnya kasar, bagaimana pun juga, ini adalah kesalahannya.

Dengan rambut yang masih basah, Amalia keluar dari kamar mandi. Dia berjalan menuju tempat tidur, dicarinya tasnya. Setelah menemukan tasnya, Amalia hendak beranjak. Namun tangannya ditarik oleh Angga.

"Saya akan mengantar kamu pulang, dan untuk kejadian tadi malam, anggap saja tidak pernah terjadi apa-apa," Tegas Angga dengan nada mengancam.

Ucapan Angga membuat hati Amalia hancur, diperlakukan seenaknya oleh Angga. Setelah di ambil keperawanannya, Angga membuangnya bagaikan sampah. Dan menyuruh Amalia, untuk melupakan kejadian yang ia alami.

"Sebagai gantinya, saya akan kasih kamu yang kompensasi nya. Lima ratus juta, saya rasa itu harga yang cocok untuk kenikmatan yang kamu berikan." Angga memberikan selembar cek yang sudah ia tanda tangani. Disitu tertulis nominal lima ratus juta.

Amalia menatap tajam kearah Angga. Dia sangat kecewa dengan perlakuan Angga. Dia disamakan dengan wanita penghibur oleh Angga. Amalia mengambil cek yang diberikan Angga, kemudian menyobeknya.

"Saya tidak butuh uang anda Pak, saya bukan wanita murahan, yang seperti Bapak kira." Amalia melempar sobekan cek itu ke arah Angga, kemudian, pergi meninggalkan Angga.

Angga hanya mematung melihat kepergian Amalia, dia tidak menyangka, kalau Amelia akan menolak cek pemberiannya. Di zaman yang sekarang ini, ternyata masih ada seorang wanita yang menjaga kehormatannya. Angga terlalu memandang rendah Amalia, dia samakan dengan teman kencannya.

Dengan langkah gontai, dan tangis yang tak terbendung. Amalia berjalan menyusuri bahu jalanan Ibukota. Dia tak pernah menyangka, kalau nasibnya akan seburuk ini. Setelah orang tuanya bangkrut, hidupnya dan keluarganya seketika berubah. Amalia yang dulu hidup berkecukupan, karena kebodohan Ayahnya, membuat keluarganya terlunta-lunta. Belum lagi kakak kandungnya harus di penjara, karena dituduh membunuh anak dari musuh papanya

Sekarang ayah Amalia, bekerja di perkebunan teh di kota Bogor. Sementara ibunya, bekerja sebagai buruh cuci di desanya. Orang tua Amalia masih harus membayar hutang-hutangnya di Bank. Sementara adik-adiknya, yang membiayai hidupnya adalah Amalia. Setelah lulus SMA, Amalia tak melanjutkan pendidikannya. Karena keadaan orang tuanya yang tak berada. Di Sekolahnya dulu, dia di ejek teman-temannya. Bahkan semua sahabatnya, meninggalkan Amalia. Karena dia jatuh miskin dan orang tuanya banyak hutang. Dari situlah penderitaan Amalia berasal.

Amalia bekerja sebagai office girl sudah hampir empat tahun. Dia bekerja di perusahaan keluarga Angga. Sebelum Angga menjabat sebagai direktur utama di perusahaan itu, Amalia sudah lebih dulu bekerja disana. Karena kerajinan dan kedisiplinannya, membuat Amalia dipertahankan di perusahaan keluarga Angga.

********

Amalia terus berjalan, sampai ia menemukan angkot yang searah dengan kost-kostan nya. Amalia naik angkot tersebut, membuat orang-orang disekelilingnya memperhatikan penampilan nya. Mata bengkak, dan jalan seperti pinguin. Membuat Amalia di pandang sebelah mata. Bahkan salah satu penumpang berbisik-bisik seraya melirik Amalia. Amalia hanya diam, tak ingin mengambil pusing dengan orang disekitarnya.

Sampai di kost-kostan nya, Amalia langsung masuk kedalam. Dibuangnya tas yang ia selempang kan. Amalia menuju dapur, untuk mengambil air minum. Seperti orang yang tidak minum satu bulan, dengan cepat ia habiskan beberapa gelas air minumnya. Amalia merasa tubuhnya sangat panas, sejujurnya, dia ingin marah. Namun, kepada siapa dia marah, siapa yang akan dia salahkan. Atas apa yang menimpa dirinya. Saat sedang duduk melamun, ponsel Amalia berdering. Dilihatnya dilayar ponselnya, ada nama mama disana. Amalia ragu untuk mengangkat telpon dari Mamanya. Dengan keadaannya, mata bengkak, dan muka kusut. Akan membuat mamanya curiga.

"Assalamualaikum Ma." Amalia tersenyum paksa.

"Waalaikumussalam Am, Mama kangen, kamu sekarang gak pernah telpon Mama," Ucap mama di seberang sana.

"Maaf Ma, Am lagi sibuk belakangan ini. Jadi, Am jarang telpon Mama. Mama gimana, sehat kan?" Amalia tak berani menatap layar telponnya.

"Alhamdulillah sehat Am, ini adikmu udah dibolehkan pulang. Tapi, mama belum bisa membayar administrasi nya. Ayah mu, juga gak dapat pinjaman dari juragan Darman," Keluh mama, membuat Amalia semakin bersedih.

"Iya Ma, besok Am transfer ya, sekarang Am lagi gak bisa keluar. Soalnya...Am lagi ada urusan di kost-an. Mama yang sabar ya, Am, pasti akan menanfers uangnya segera." Amelia berusaha menguatkan Mamanya. Untuk saat ini, Amalia lah yang menjadi tulang punggung keluarganya.

Setelah menutup telponnya dari mamanya, Amalia menangis pilu. Darimana dia akan mendapatkan uang sebanyak itu, dalam waktu satu hari. Sementara tanggal gajiannya, juga masih lama. Amalia berfikir, mencari jalan keluar masalahnya. Ada rasa menyesal, saat dia menolak uang pemberian Angga. Namun, pilihannya dirasa sudah tepat. Jika ia menerima uang itu, sama halnya dia menjual dirinya.

Amalia segera bangkit dari duduknya, dia akan masuk kerja hari ini. Meskipun keadaannya, tidak mendukung. Tapi, Amalia harus masuk kerja hari ini. Dia berencana akan meminjam uang kantor. Setelah yakin dengan tekadnya, Amalia mengganti pakaian kerjanya. Kemudian ia segera berangkat ke kantor. Amalia hari ini naik angkot, karena sepedanya tertinggal di kantor. Semalam dia pulang dengan Angga. Jadi, sepedanya dititipkan di kantor.

Kepedulian Angga

Sesampainya di kantor, Amalia langsung melakukan pekerjaannya. Amalia datang sedikit terlambat, karena kejadian semalam. Amalia mulai membersihkan ruangan-ruangan di tempat ia bekerja. Meskipun keadaannya yang tak baik-baik saja, Amalia masih bekerja dengan baik. Hari ini dia akan meminjam uang kantor, dengan menemui bagian keuangan kantor. Bukan pertama kalinya, Amalia meminta gajiannya di awal bulan. Hampir setiap bulan malahan. Untung saja Bu Niken mau mengerti.

Saat jam makan siang, Amalia tak lantas pergi ke kantin. Seperti karyawan lainnya, Amalia memilih duduk di pantri kantor. Secangkir teh hangat, rasanya cukup untuk mengganjal perutnya. Dari kemarin siang, Amalia belum makan apapun. Yang ia makan hanya kentang goreng, saat dia menemani Angga di Club'. Perutnya sangat lapar, tadi, dia juga lupa tidak sarapan. Ya, memang karena buru-buru pergi ke kantor. Seraya mengaduk tehnya, Amalia melamun. Meratapi nasibnya yang malang.

"Am, kenapa kok disini?" Tanya Siska, teman kerjanya.

"Iya, kamu kenapa kok disini," jawab Amalia lemas.

"Kamu belum makan ya, kok lemas gitu?" Siska memperhatikan Amalia, wajahnya pucat, tak seperti biasanya.

"Mata kamu juga sembab, kamu habis nangis ya, Am?" Tanyanya lagi, karena Amalia hanya diam.

"Am, cerita sama aku, apa yang terjadi?" Siska, memang sangat dekat dengan Amalia. Mereka berdua bekerja sudah hampir empat tahunan. Mereka juga sering curhat bareng, karena nasib mereka memang hampir sama.

"Aku, gak apa kok! cuma badanku terasa gak enak saja," Jawab Amalia bohong.

"Kalau sakit, kenapa berangkat kerja, Am?" Cetus Siska memegangi dahi Amalia.

"Badan kamu gak anget kok, emang sakit apa sih kamu?" Siska mulai curiga dengan Amalia, seperti ada yang disembunyikan dari dirinya.

"Aku cuma lapar kok, beneran, hehehe"

"Ya udah kita makan bekalku sama-sama, ya?."

Siska membuka kotak bekalnya, hari ini dia membawa bekalnya agak banyak. Entah, mungkin karena filling nya saja. Dan ternyata benar, sahabatnya memang sangat membutuhkan. Mereka makan bersama-sama, mereka saling bergurau. Membuat Amalia sedikit melupakan masalahnya. Saat mereka sedang asyik menyantap makanannya. Dewa, menghampiri Amalia dan Siska.

"Hai Am, apa kabar kamu kari ini?" Dewa mencomot makanan Amalia dan Siska.

"Ih apaan sih, sana pergi..ganggu aja sih kamu!," Celetuk Siska yang tidak terlalu suka dengan Dewa.

"Ini masakan siapa?, enak banget, hehehe," puji Dewa.

"Siska, Wa..enak ya?." Amalia mengedipkan matanya pada Dewa.

"Iya enak, kamu kenapa Am, kok matanya sembab gitu?,"

"Emang kelihatan banget ya?." Amalia memperhatikan wajahnya di depan layar handphonenya.

"Banget" Jawab Dewa dan Siska bersamaan.

"Kamu cerita Am, ada apa sebenarnya, aku lihat kemarin kamu naik mobil Pak Angga. Kamu kemana dengan Pak Angga?" Tanya Dewa menyelidik. Dewa memang sempat melihat Amalia masuk kedalam mobil Angga, saat dia berada diparkiran.

"Kamu..beneran, lihat aku sama Pak Angga?," jawab Amalia gelagapan.

"Iya"

"Aku diminta untuk menemani Pak Angga, di Club"

"Apa!" seru Siska terkejut.

"Kamu gak diapa-apain kan, sama dia" Siska berpindah duduknya, lebih dekat dari Amalia.

"En-nggak kok, tenang aja, aku bisa jaga diri, hehehe." Amalia lebih memilih untuk menyembunyikan apa yang terjadi sebenarnya. Dia tak mau membuat reputasi bosnya hancur, didepan karyawan nya.

"Syukurlah!" Siska menghela nafas lega. Dia sangat tahu siapa bosnya, yang suka bergonta-ganti pasangan.

Obrolan mereka harus terpotong, karena jam makan siang sudah berakhir. Mereka bertiga kembali ke tugas mereka masing-masing. Amalia yang masih harus membersihkan toilet, Siska yang masih harus membersihkan dapur, dan Dewa yang kembali keruangan administrasi.

Angga POV

Sejak kejadian semalam, aku merasa tidak enak dengan official girl itu. Bahkan aku lupa siapa namanya. Namun, aku tak lupa betapa menggemaskannya dia saat berhubungan denganku. Aku pikir, hari ini dia tidak akan masuk kerja. Karena kondisinya yang tak memungkinkan. Tapi, ternyata dugaan ku salah, dia tetap berangkat kerja.

Aku melihat dia saat akan masuk ke ruangan HRD, untuk membersihkan ruangan itu. Ada perasaan bersalah, saat melihat kondisinya yang sekarang. Mata yang sembab, karena banyak menangis tadi pagi. Belum lagi, wajahnya yang pucat, seperti mayat hidup. Wanita itu, benar-benar luar biasa. Saat kondisinya yang tak memungkinkan untuk bekerja, dia tetap konsisten dengan pekerjaannya. Pantaslah, dia masih bertahan di perusahaan ini.

Kuamati dia dari kejauhan, dengan lemas tetap mengerjakan pekerjaannya. Saat jam makan siang tiba, aku berjalan menuju kantin. Namun dari kejauhan, aku melihat gadis itu sedang duduk lesu dengan secangkir tehnya. Ada terbesit pertanyaan dalam pikiran ku, kenapa dia tidak ke kantin? untuk makan siang. Aku masih saja berdiri mematung ditempat ku, kemudian aku melihat, temannya datang mendekat. Awalnya aku pikir, dia akan menceritakan kejadian tadi malam.Ternyata aku salah, dia tetap merahasiakannya dari teman-temannya.

Aku kembali lagi keruangan ku, ku urungkan niatku pergi ke kantin. Rasanya aku terlalu kejam pada gadis itu, dia benar-benar gadis yang menjaga harga dirinya. Bahkan menolak uang yang aku berikan. Sungguh aku merasa bersalah, jika mengingat kejadian malam itu.

Usai rapat, aku berjalan menuju lobi kantor, sayu-sayu aku mendengar suara gadis itu, di ruang bagian keuangan. Aku mengintip dari balik pintu, ternyata benar. Gadis itu sedang bicara dengan Bu Niken, selaku orang yang bertanggung jawab menggaji semua karyawan ku. Ternyata gadis itu sedang meminjam uang, dengan alasan untuk membayar biaya rumah sakit adiknya. Aku sempat berpikir, kenapa dia tidak menerima saja uang pemberianku. Alih-alih meminjam uang kantor.

Author POV

"Niko ke ruangan saya sebentar!"Perintah Angga, pada asistennya.

Niko yang sedang berkutik dilayar labtobnya, menghentikan aktivitas nya dan bergegas ke ruangan Angga.

"Iya Pak, maaf, apa ada tugas lagi untuk saya?" Niko tertunduk dihadapan Angga.

"Tolong cari tahu, office girl yang bon hari ini. Kamu cari tahu dimana alamatnya sekarang!" titah Angga pada Assisten nya, untuk mencari tahu tempat tinggal Amalia.

"Baik Pak!" Seru Niko bergegas mengerjakan perintah dari atasannya tadi. Setelah mendapatkan informasi lengkap tentang keberadaan keluarga Amalia. Niko, kembali lagi keruangan Angga.

"Apa kamu sudah menjalankan pirantah saya, Nik, Dimana tempat tinggal orang tua gadis itu?" Angga yang melihat Niko datang, langsung mencecar pertanyaan.

"Sudah Pak, nama gadis itu adalah Amalia. Dia tinggal ngekost di daerah dekat sini. Orang tuanya tinggal di Bogor. Sekarang adiknya tengah berada di rumah sakit. Jadi, dia membutuhkan uang untuk membayar biaya rumah sakit adiknya." Niko menyampaikan secara detail tentang Amalia. Angga hanya mengangguk kepalanya, mendengar informasi yang disampaikan Niko.

"Sekarang kamu suruh anak buah kita di Bogor, untuk menemui keluarga Amalia. Beri mereka uang sepuluh juta."Angga memberikan perintah lagi pada Niko.

Niko yang diperintahkan kembali oleh Angga, segera beranjak untuk melaksanakan tugasnya. Dia menelpon beberapa anak buahnya di Bogor, Untuk memberikan uang sepuluh juta pada keluarga Amalia. Niko tidak tahu, alasan Angga memberi uang sebanyak itu pada keluarga Amalia. Dan tak ingin tahu urusan atasannya.

Amalia yang sudah akan bersiap-siap untuk pulang, dipanggil oleh Bu Rahma.

"Am, kamu lembur ya hari ini, Dewi belum bisa masuk kerja!" perintah nya.

"Tapi Bu"

"Tapi apa, bukankah kamu sangat membutuhkan uang tambahan. Jadi, dengan lembur kamu bisa mendapatkan uang tambahan" Bu Rahma tidak ingin di bantah, lantas pergi meninggalkan Amalia, usai memberikan perintah pada Amalia.

Sebenarnya Amalia sudah tidak tahan, badannya masih terasa lemas. Dan belum lagi, dia harus menanfers uang untuk ibunya di kampung. Dengan berat hati, Amalia melaksanakan perintah dari atasannya itu.

Amalia masih takut, untuk masuk kedalam ruangan Angga. Dia masih terauma, dengan kejadian yang menimpa dirinya, malam itu. Tapi mau bagaimana lagi, peraturan sudah menjadi peraturan. Kalau tak ingin dipecat dari pekerjaannya, Amalia mau tak mau harus mengerjakan pekerjaannya.

Dengan langkah gugup, takut, mendera jadi satu dalam diri Amalia. Dia mencoba menetralkan dirinya, sebelum masuk kedalam ruangan Angga. Saat sedang akan membuka pintu, Amalia dikejutkan dengan Angga yang sudah berdiri di ambang pintu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!