POV King Bryan
Namaku King Bryan, usiaku 26 tahun, aku lahir dari pasangan Aline Gunawan dan Dannis Bryan. Aku sangat menyayangi keluargaku terutama Mamaku. Aku mempunyai adik laki-laki bernama Kalla dan aku juga mempunyai kekasih yang bernama Gladys yang sudah dua tahun ini aku pacari dan sebentar lagi kami akan menikah.
Sejak kecil aku mempunyai sahabat karib bernama Ni Luh Putri, sahabat yang selalu ada di saat aku senang maupun sedih, aku begitu menyayanginya tapi karena ulah jahil teman-teman ku di saat pesta lajang yang di buat mereka untukku sebelum menikah, dengan tidak sengaja aku meniduri Putri.
Sejak saat itu aku banyak menorehkan luka di hatinya, Maafkan aku sahabatku. Seandainya waktu bisa di ulang lagi, aku tidak akan menghadiri pesta itu atau aku tidak akan meminum minuman yang sudah di campur dengan obat sialan itu.
Itulah penyesalan terbesar dalam hidupku, menjadikan sahabatku sendiri terjebak dalam pernikahanku yang tanpa ada cinta di antara kami.
POV Ni Luh Putri Barata
Namaku Ni Luh Putri Barata, saat ini usiaku 22 tahun, aku anak satu-satunya dari Ayah Dewa Barata dan bunda Anindya. Aku adalah gadis Bali yang lahir dan besar di Surabaya. Aku biasa di panggil Putri, saat ini aku bekerja di sebuah perusahaan swasta.
Aku mempunyai sahabat sedari orok, namanya King Bryan. Menurutku King sangat tampan, ya bagaimana dia tidak tampan. King blesteran dari tiga etnis yaitu Jawa, Chinese dan Jerman.
Tapi entah kenapa, dengan cowok setampan itu aku tidak menyukainya padahal di luar sana banyak perempuan yang mengejarnya. Entahlah mungkin kami bersahabat dari orok, kita tumbuh bersama dan kita saling mengetahui kejelekan dan kebisaan masing-masing jadi untuk perasaan cinta itu sangat jauh.
Dari dulu aku mendambakan pasangan yang bisa mendebarkan hatiku, tapi sampai saat ini aku belum pernah menemukan laki-laki tersebut. Apalagi Ayahku yang seorang anggota polisi sangat protektif terhadapku, jadi mungkin karena itu banyak laki-laki yang mendekati ku mendadak mundur ketika tahu kalau Ayahku sangat galak.
Malam itu aku sangat senang, karena sahabat karibku King Bryan akan menikah dengan kekasihnya satu minggu lagi. Jadi aku bersama teman-teman atau geng kami berencana membuat pesta lajang untuk King, karena mulai besok sampai satu minggu ke depan anak bule itu akan di pingit oleh Mamanya.
Ya Mama Aline selalu menjunjung tinggi adat istiadat termasuk acara pingit memingit sebelum pernikahan. Kenapa aku memanggilnya Mama, entahlah sejak aku bisa bicara aku sudah memanggil orang tua King dengan sebutan Mama Aline dan Papa Dannis.
Aku berharap persahabatanku dengan King bisa langgeng juga sama seperti persahabatan orang tua kami, terutama mama Aline dan Ayah Dewa. Aku juga menginginkan anak-anak kami nanti bisa bersahabat seperti kami.
Tapi karena tragedi pesta lajang malam itu, membuat persahabatan kami berdua seketika ternoda. Karena ulah jahil teman-teman kami, aku dan King tak sengaja tidur bersama.
Hatiku sangat hancur ketika kesucianku yang selama ini ku jaga di renggut oleh sahabatku sendiri dan lebih hancur lagi ketika aku di nyatakan hamil oleh dokter.
Oh Tuhan, aku harus bagaimana. Sedangkan sahabatku itu baru saja menikah, aku tidak mungkin menghancurkan pernikahannya. Dalam mimpi pun aku tidak pernah ingin menjadi perebut suami orang atau jadi istri kedua.
Bagaimana aku harus menghadapi pernikahan poligami seperti ini, meski aku tidak pernah mencintai King, tapi setiap hari melihat sahabat sekaligus suamiku itu bermesraan dengan istri pertamanya hatiku juga mulai sesak. Benarkah aku cemburu dan sanggup kah aku menjalani ini semua ?
POV Gladys Handoko
Namaku Gladys Handoko, saat ini usiaku 26 tahun. Aku mempunyai seorang kekasih bernama King Bryan yang sudah sejak SMA menjadi incaranku, tapi baru dua tahun terakhir ini aku berhasil menjadi kekasihnya. Setiap ku tanya kenapa dia menyukai ku, dia bilang aku mirip Ibunya yang sama-sama berwajah oriental.
Padahal sifatku sangat berbeda jauh dengan Ibunya, aku cenderung manja dan cuek. Sedangkan Ibunya King itu sangat perhatian dan keibuan.
Aku sering cemburu jika kekasihku itu terlalu dekat dengan Putri, sahabatnya. Entah kenapa aku merasa King lebih perhatian pada Putri daripada aku, entahlah mungkin itu hanya perasaan ku saja bahkan aku juga sering cemburu jika King terlalu sering memberi perhatian pada Ibunya.
Sebentar lagi kami akan menikah, tapi entah kenapa di hari pernikahan kami, aku merasa King sangat tertekan dan tak ada raut kebahagiaan di wajahnya. Apalagi sahabatnya itu juga tak hadir dalam pernikahan kami.
Tapi kekhawatiran ku langsung terpatahkan ketika suamiku itu mengajakku bulan madu ke Jerman sebulan penuh, tentunya aku sangat bahagia tapi kebahagiaan itu tak berlangsung lama ketika kami kembali ke tanah air.
Hati ku sangat hancur ketika aku melihat seorang wanita yang selama ini ku benci karena kedekatannya dengan suamiku mengatakan kalau dia hamil anak suamiku. Oh Tuhan, apa ini sebuah karma untukku ?
Aku merasa seperti tertimpa batu yang sangat besar, ketika Mertua ku menyuruh suami ku untuk menikahi wanita itu dengan alasan agar bayi yang di kandung wanita itu mempunyai status yang jelas.
Sanggup kah aku menghadapi ini semua, berbagi suami dengan wanita lain. Meski aku yakin suamiku tak pernah mencintai wanita itu.
POV Kalla Bryan
Namaku Kalla Bryan, saat ini usiaku 22 tahun. Aku anak ketiga dari Aline Gunawan dan Dannis Bryan, tapi setelah kakak perempuan ku meninggal di saat masih kecil maka aku lebih di kenal sebagai anak kedua. Sikap ku cenderung lebih pendiam di banding dengan kakakku King Bryan. Aku mempunyai sahabat baik dari orok bernama Ni Luh Putri, kami seumuran bahkan dari sekolah playgroup hingga SMA kami selalu satu sekolah dan satu kelas.
Kalau di bilang bosan karena bertemu dia terus, jawabannya adalah tidak bahkan sebenarnya dari dulu aku sudah menyukai Putri, tapi aku hanya bisa mencintainya dalam diam. Karena putri akan menyukai seorang pria yang sanggup mendebarkan hatinya dan itu bukan aku ataupun kakakku.
Saat aku lulus kuliah dari Jerman pun, aku berharap setelah 4 tahun tidak bertemu dia akan mempunyai debaran jika bertemu denganku dan jawabannya tetap tidak dan lebih aneh lagi aku masih sangat menyukainya. Bodoh ya, padahal di luar sana banyak wanita yang mengejarku tapi itulah cinta kita tidak akan tahu akan berlabuh pada siapa.
Bahkan ketika kakakku menghamili Putri, aku rela menawarkan diriku untuk bertanggung jawab menggantikan kakakku yang jelas sudah beristri tapi apa daya dia wanita yang ku cinta bukanlah jodohku tapi aku janji selama raga ini bernapas aku akan selalu melindunginya.
POV Kiara Adams
Sebuah dendam akan membawaku pada cinta segitiga, aku hadir di antara mereka dua kakak beradik yang masing-masing menempati ruang di hatiku. Namun aku harus mengubur perasaan ini dalam-dalam karena sejatinya mereka berdua adalah musuhku.
Si cantik Kiara ini akan hadir di session ke dua ya, dia akan mewarnai hubungan Putri, King dan Kalla.
"Kamu mau kemana, Nak ?" tanya Aline malam itu, ketika melihat anak sulungnya itu nampak rapi.
"Keluar sebentar Ma, ketemu teman." sahut King.
"Bisa Tidak kalau nggak pergi, entah kenapa perasaan Mama kok nggak enak ya. Lagipula satu minggu lagi kamu kan akan menikah dan harus di pingit sayang." pinta Aline pada anak bujangnya itu.
"Astaga Mama, King cuma bertemu teman saja. Kasihan mereka sudah menyiapkan semuanya."
"Menyiapkan apa ?" tanya Aline dengan mengerutkan keningnya.
"Pesta lajang Ma, lagipula pestanya di adakan di hotel kita juga."
"Astaga, ada-ada saja anak jaman sekarang." gerutu Aline.
"Kak King perginya sama kita kok Ma." ucap Kalla, anak kedua Aline ketika baru masuk ke dalam rumah bersama Putri.
"Sama kamu juga, Put ?" tanya Aline pada Putri yang nampak berjalan beriringan dengan Kalla.
"Iya Ma, Mama Aline jangan khawatir gitu dong. King itu sudah dewasa bahkan sebentar lagi akan menjadi suami, kami dan teman-teman hanya ingin mengadakan perpisahan saja. Mungkin setelah ini anak bujang Mama itu akan di kurung istrinya di rumah." ucap Putri sembari terkekeh.
"Nggak ada ya yang bisa mengurungku, baik itu Gladys sekalipun." protes King.
"Karena kamu belum bucin, coba kalau sudah bucin seperti Papa yang bucin sama Mama. Pasti juga akan mengekori Gladys kemana-mana." cibir Kalla.
"Memang Gladys ikut juga ?" tanya Aline.
"Nggak Ma, kita kan pestanya antara geng kita saja. Kalau Gladys ikut bisa kacau, yang ada tuh calon lakinya bakal di pepet di pojokan yang ada kita-kita hanya jadi obat nyamuk melihat kemesraan mereka." cibir Kalla.
"Perasaan dari tadi ada yang ngomongin Papa deh." ucap Dannis ketika baru menuruni anak tangga.
"Benar begitu, sayang." ucapnya lagi sembari mencium pipi istrinya.
Ehmmmm
"Bisa tidak kalau kalian tidak bermesraan di depan kami, hargai kami yang jomblo dong." protes Kalla ketika melihat kemesraan kedua orang tuanya.
"Nggak apa-apa Papa Dannis, di lanjut saja. Putri justru senang melihat orang tua yang selalu romantis." ucap Putri menimpali.
"Nah ini baru putrinya Papa, toss dulu sayang." ucap Dannis sembari mengangkat telapak tangannya dan Putri langsung membalasnya.
"Bagaimana kalau kalian juga mencoba pacaran, Mama sangat senang jika berbesan dengan Dewa." ucap Aline.
"Tidak." sahut Putri dan King bersamaan.
"Loh kenapa, bukannya Kalla dan Putri cocok. Mau ya Nak ?" bujuk Aline.
"Nggak cocok, Ma." ujar King tak setuju, entah kenapa dia merasa tak terima jika Putri menjalin hubungan dengan Adiknya.
"Bukan begitu Ma, kami dari bayi sudah bersama masa ya besarnya Nikah. Teman tapi Nikah dong judulnya." ujar Putri sembari terkekeh, begitu lah Putri selalu menganggap sebuah candaan ketika ia di jodohkan dengan Kalla.
Bagi Putri, Kalla tak lebih dari seorang sahabat bahkan saudara karena memang mereka tumbuh bersama bahkan sekolah hingga SMA pun mereka selalu bersama. Putri hanya ingin menikah dengan laki-laki yang bisa mendebarkan hatinya tapi sampai sekarang dia belum menemukannya.
Kalla yang mendengar perkataan Putri, hanya bisa mendengus kesal. Berat memang kalau harus terjebak dalam hubungan friendzone, meski ada perasaan cinta tapi hanya bisa memendamnya sendiri.
"Sudah ah, ayo berangkat keburu malam nih." ucap Kalla, ia mencoba untuk mengalihkan perhatian orang tuanya yang selalu saja ingin menjodohkan dirinya dengan Putri.
"Baiklah, hati-hati Nak. Put, kamu sudah ijin sama Ayahmu ?" tanya Aline.
"Sudah, Ma. Putri akan aman jika bersama dua pengawal seperti mereka." canda Aline sembari melihat King dan Kalla bergantian.
"Sialan, kalau bukan perempuan sudah ku tendang sampai pluto kamu." dengus King yang langsung mendapatkan kekehan dari kedua orang tuanya.
Setelah mereka bertiga pamitan pada Aline dan Dannis, mereka segera berlalu pergi menuju hotel di mana akan di adakan pesta lajang untuk King.
"Apa aku sudah cantik ?" tanya Putri sesampainya mereka di hotel, nampak mereka baru keluar dari mobilnya.
"Sangat cantik." ucap Kalla dengan jujur.
"Biasa saja." ucap King.
Sebenarnya King nampak terpesona ketika melihat penampilan Putri, tapi King paling malas harus memuji sahabatnya itu. Entahlah selama ini King merasa senang saja melihat Putri ngambek dan cemberut, rasanya menggoda Putri adalah hal yang mengasyikkan baginya.
"Di kira kamu juga tampan, biasa juga kali." cibir Putri sembari mengerucutkan bibirnya.
Mendengar perkataan Putri, King hanya tertawa nyaring. Kemudian mereka bersama-sama masuk ke dalam Bar yang ada di dalam hotel tersebut.
"Wow, kenapa Bar ini sepi ?" tanya Putri ketika mengedarkan pandangannya ke seluruh Bar tersebut yang nampak sepi.
"Aku sudah mengosongkan Bar ini, aku mau malam ini kita yang menguasai tempat ini, kita bersenang-senang sepuasnya." ucap Kalla.
"Anak sultan ya, bebas sampai kebas." ledek Putri.
"Biarin saja, hotel-hotelku juga." sahut Kalla sembari menjulurkan lidahnya pada Putri.
"Nggak ada alkhohol ya." ucap King.
"Tenang saja Kak, aku juga nggak mau di kuliahi Mama sepanjang hari." sahut Kalla, ia selalu mengingat pesan Ibunya itu kalau tidak boleh menyentuh alkhohol meski sedikitpun.
Beberapa saat kemudian beberapa temannya sudah pada datang dan mereka segera berkumpul dan memulai pestanya.
"Astaga, kenapa tidak ada alkhohol di sini ?" tanya Kevin ketika melihat meja yang di penuhi dengan mocktail bukannya cocktail.
"No alkhohol Bro." ucap King.
"Ayolah bro, ini pesta terakhir kamu sebagai lajang, setelah menikah belum tentu kamu bisa seperti ini." desak Robby.
"Dasar sobat laknat bisanya menjerumuskan saja." cibir Putri.
"Ayolah Put, bujuk tuh sohib mu biar ada sedikit yang enak-enak di sini." bujuk Kevin pada Putri.
"Ogah ya, bujuk aja sendiri." sahut Putri sembari berdiri dari duduknya.
"Mending kita ngedance di floor." ucap Putri lagi sembari menarik tangan Elsa dan Elis sahabatnya untuk mengikutinya.
"Bagaimana Bro, ayolah." desak Kevin.
"Ok, baiklah tapi aku tidak mau sampai mabuk." ucap King.
"Oke sip, aku juga sudah pesan cewek nih. Sebentar lagi mereka juga datang." ucap Endy sembari menghubungi seseorang.
"Gila memang kalian, niat banget ngerjain aku." ucap King sembari terkekeh.
"Kita nikmati malam ini bro sekedar have fun." ucap Endy lagi.
Mereka semua adalah teman masa kecil King, mereka berteman dari kecil berawal dari Mama Aline yang membentuk ibu-ibu arisan dan anak-anak mereka bersahabat hingga dewasa.
"Astaga, kalian minum ?" tanya Putri ketika melihat para sahabat laki-lakinya itu nampak sedang menyesap gelas berisi alkhohol.
"Sedikit saja Put, nggak bikin teler." sanggah Kevin.
"Terserah deh, lalu mereka siapa ?" tanya Putri lagi ketika melihat dua wanita seksi dengan baju yang kekurangan bahan.
"Just fun, Put. Jangan protes oke, mungkin ini pesta terakhir kita karena mungkin habis ini kita semua bakal melepas lajang." ujar Endy.
"Oke, terserah deh." ucap Putri sembari mengambil mocktail rasa apel.
Malam semakin larut dan mereka masih menikmati alunan musik yang di mainkan oleh dj sembari mengobrol santai.
"Astaga nih bocah kembar pakai akal-akalan mabuk." gerutu Putri ketika melihat Elsa dan Elis nampak mabuk berat.
"Aku akan mengantar mereka pulang, ayo bro bantu aku." ucap Kalla sembari memapah sahabat kembarnya itu.
"Kamu nggak minum bro ?" tanya Kevin pada King.
"Nggak, kalian saja."
"Mau nyoba ini ?" Kevin menyerahkan segelas mocktail rasa apel.
Melihat mocktail di tangan Kevin, King segera menyambar dan meminumnya hampir separuh gelas. "Astaga, kamu mencampurnya dengan alkhohol ?" tanya King.
"Sedikit." sahut Kevin sembari terkekeh karena sudah berhasil mengerjai sahabatnya itu.
Putri yang baru selesai bermain game di ponselnya, ia segera mengambil minumannya. Karena di hadapannya ada dua gelas mocktail dengan rasa apel yang sama dengan miliknya maka ia mengambil salah satunya dan langsung meminumnya sampai habis.
"Put, kamu minum ini ?" tanya Kevin sembari mengangkat gelas kosong tersebut
"Iya."
"Ini alkhohol dodol." ucap Kevin lagi.
"Pantas agak pahit dan oh astaga kenapa kepalaku langsung pening begini." gerutu Putri sembari memijat pelipisnya.
"Kamu nggak apa-apa, Put ?" tanya King khawatir.
"Entahlah, kepalaku pusing dan pandanganku agak berkunang." sahut Putri yang memang seumur hidupnya tidak pernah menyentuh alkohol.
Meski ia sering di ajak teman-temannya ke tempat seperti ini, tapi ia selalu menghindari yang namanya alkohol apalagi ada King dan Kalla yang selalu mengawasinya.
"Sialan, kalian campur apa minuman tadi ?" gerutu King, ia merasa badannya mulai gerah dan panas.
"Just fun Bro, aku sudah siapin mereka berdua, tenang saja mereka bersih kok." sahut Endy sembari menunjuk dua wanita seksi yang sedang duduk di hadapannya.
"Oh Tuhan kenapa panas sekali di sini." keluh putri dengan gelisah sembari memijit pelipisnya yang terasa nyeri.
"Sialan, sepertinya Putri juga merasakan apa yang aku alami." batin King dalam hati.
"Ayo Put, aku antar pulang." ajak King sembari menarik tangan Putri agar bangkit dari duduknya.
"Mau kemana bro ?" tanya Kevin.
"Tentu saja mengantarnya pulang, kamu nggak lihat Putri juga minum minuman tadi." gerutu King.
"Iya aku minta maaf." ucap Kevin dengan menyesal.
"Lalu mereka berdua ?" tanya Endy dengan menunjuk dua wanita penghibur tersebut.
"Buat kalian saja." ucap King sembari berlalu pergi meninggalkan tempat tersebut.
"Shit, kenapa Putri minum juga. Bagaimana kalau Om Dewa tahu bisa habis kita." gerutu Endy, mengingat Bagaimana galak ya Ayahnya Putri itu.
"Semoga King bisa mengatasinya." kali ini Robby yang menimpali.
"Jadi kamu berharap mereka menghabiskan malam bersama gitu, gila bagaimana dengan Gladys." ucap Endy.
"Jujur aku lebih suka kalau King menikah dengan Putri, jadi setelah mereka menikah kita masih bisa ngumpul-ngumpul seperti ini. Kalau King menikah dengan Gladys yang ada tuh bocah di kurung sama istrinya, mungkin kita bisa ketemu nunggu lebaran dulu." ucap Kevin sembari terkekeh.
"Benar." ucap Robby dan Endy bersamaan.
Di tempat lain King yang sudah berada di dalam mobil, mengurungkan niatnya untuk mengantar Putri pulang. Bagaimana jadinya kalau Ayahnya Putri tahu anaknya sedang mabuk dan sedang on.
Ya saat ini mereka berdua sedang on, karena obat perangsang sialan itu yang di campur dalam minuman tadi. Pada akhirnya, King membawa putri ke dalam Apartemennya.
Apartemen yang sangat jarang ia tempati, setelah menyalakan semua lampu. King membawa Putri masuk ke dalam kamar mandi, berharap dengan mengguyur badannya dengan air dingin bisa mengurangi efek obat sialan itu.
Mereka berdua nampak mengguyur badannya di bawah shower, entah kenapa melihat badan Putri yang tercetak karena bajunya yang basah membuat King semakin bergairah.
"Astaga, aku harus kuat." batin King yang masih berdiri di bawah shower bersama Putri.
Putri yang merasa pusing bercampur gairah, tanpa sadar ia langsung mengecup bibir King. Di pikirannya saat ini bagaikan caranya menuntaskan gairah yang sudah memuncak.
King yang mendapat sentuhan di bibirnya bukannya menolak, ia justru memegang tengkuk Putri dan semakin memperdalam ciumannya.
Entah berapa lama mereka berciuman, saling mel*mat dan menyesap hingga tanpa mereka sadari pakaian mereka sudah berserakan di kakinya.
Sepertinya obat perangsang itu sudah mematikan akal sehat mereka, yang mereka rasakan hanya bagaimana cara menuntaskan gairahnya saat itu juga.
Dengan sekali gerakan tangannya, King mengangkat tubuh basah Putri dan membawanya keluar dari kamar mandi. Kemudian ia membaringkannya di atas ranjang.
Setelah itu ia langsung mengungkungnya, menyalurkan gairahnya yang ingin segera di tuntaskan. Meski setelah ini akan ada badai yang akan mereka lalui.
Keesokan harinya
Pagi itu, Putri nampak mengerjapkan matanya ketika pantulan sinar matahari yang melewati celah jendela yang tak tertutup rapat mengenai matanya.
Putri langsung membuka matanya, mencoba mengumpulkan serpihan ingatan semalam. "Kenapa aku bisa di sini ?" batin Putri, ia tahu itu adalah Apartemennya King.
Ketika ia menoleh ke samping, Putri melihat King sedang tertidur dengan bertelanjang dada. "Akkkkkhhhhhh." teriak Putri.
Ia begitu terkejut, apalagi ketika melihat dirinya sendiri juga polos sama seperti sahabatnya itu.
"King, jelaskan apa yang terjadi dengan kita semalam." teriak Putri pada King yang juga nampak terkejut dengan keadaannya.
"Aku nggak tahu Put." sahut King yang masih setengah sadar dari tidurnya.
"Apa kita melakukannya semalam ?" tanya Putri meyakinkan, ia berharap ini hanya mimpi tapi ketika merasakan tubuh bagian bawahnya terasa nyeri ia yakin mereka semalam sudah melakukan hal itu.
"Akkkkhhhhh, sialan." teriak King putus asa.
Setelah mengingat kejadian semalam, ia langsung merutuki dirinya sendiri. Semalam ia tidak mabuk, hanya meminum setengah gelas alkohol itu takkan membuatnya mabuk. Karena sejak kuliah di Jerman ia diam-diam dari Ibunya adalah peminum ulung.
Entah kenapa, meski ia sadar sepenuhnya tapi ia tak bisa mengendalikan dirinya ketika melihat tubuh polos sahabatnya itu apalagi obat sialan itu juga sudah mengambil alih kewarasan otaknya.
"Aku akan akan bertanggung jawab Put, aku akan menikahimu." ujar King kemudian.
"Bagaimana aku bisa menikah dengan mu, aku tidak mencintaimu." sahut Putri dengan terisak.
"Aku juga tidak mencintaimu, tapi bagaimana kalau kamu nanti hamil ?"
"Lalu bagaimana Gladys ?"
"A-aku juga tidak bisa membatalkan pernikahan ku, aku sangat mencintainya." jawab King dengan frustrasi.
"Lupakan, semoga aku tidak hamil." ucap Putri sembari bangkit dari kasur, kemudian dengan langkah tertatih, ia berlalu ke kamar mandi dengan selimut yang melilit seluruh tubuhnya.
Ketika Putri sudah masuk ke dalam kamar mandi, King melihat bercak darah di atas seprai yang sudah mengering. King yakin, ini pertama kalinya bagi sahabatnya itu. Begitu juga dengannya, ini adalah pertama kali baginya. Selama ini King tidak pernah tidur dengan wanita manapun baik itu dengan kekasihnya pun.
Kejadian semalam masih membekas sepenuhnya di ingatannya, bagaimana ia menikmati tubuh sahabatnya itu. Ini benar-benar terkutuk, pikirnya. Setelah itu ia mengambil ponselnya dan segera menghubungi seseorang.
Satu jam kemudian Putri baru keluar dari kamar mandi, dengan mata yang nampak sembab. Sepertinya ia habis menangis, King yang melihat itu begitu merasa bersalah.
"Pakailah baju ini, aku akan segera mengantarmu." ucap King sembari menyerahkan paper bag.
"Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri." sahut Putri sembari mengambil paper bag tersebut lalu membawanya ke dalam kamar mandi.
"Aku minta maaf, Put. Ini semua di luar kendaliku, mereka yang sudah mencampur obat dalam minuman itu kemarin." ucap King dengan perasaan bersalah tapi Putri segera membanting pintu kamar mandi tersebut.
Tak berapa lama Putri keluar dengan celana jeans panjang dan kaos putih melekat pas di badannya. "Aku mau pulang." ucap Putri sembari menyambar tasnya di atas meja.
"Aku akan mengantarmu." pinta King.
"Tidak perlu."
"Tapi bagaimana dengan orang tuamu."
"Ayah dan bunda lagi di Bali, kamu tak perlu mengkhawatirkan aku. Fokus saja dengan pernikahan mu." sahut Putri, kemudian ia berlalu pergi.
Brakkkk
Terdengar bunyi pintu Apartemen yang di tutup dengan keras oleh Putri. "Akkkkhhhhh." teriak King dengan frustrasi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!