"Rapat selesai sampai disini!" Ucap pria itu dengan nada tegas dan juga dingin, siapa lagi kalau bukan Noel Galliano Winata direktur utama Haidar Corp menggantikan daddynya sejak dua tahun yang lalu.
Dia memang baru dua tahun menggantikan posisi daddynya dan belum pernah mendapat masalah seperti ini dan sekarang mendapatkan masalah seperti ini, lantas apa yang harus dia lakukan?
Pria itu menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kebesarannya setelah beberapa staf yang tadi ikut rapat bersamanya keluar. Noel memijit keningnya, setidaknya untuk meredakan pusing di kepalanya.
"Sam kenapa ini bisa terjadi?" Tanyanya pada seseorang yang sekarang sedang berdiri disampingnya. Sammy, laki-laki yang dia pilih sebagai asistennya.
"Sepertinya memang ada seseorang yang sengaja untuk menghambat pembangunan hotel tersebut pak!"
"Selidiki kasus ini dan jangan lepaskan pihak konstruksinya, aku yakin mereka ada hubungannya dengan ini semua!"
"Baik pak," Jawab pria berumur tiga puluh tahun itu. "Emm pak mengenai sekertaris Fani yang mengundurkan diri apa kita harus mencari penggantinya?" Tanyanya dengan hati-hati sebab dia tahu boss itu sedang berada di atas puncak kemarahannya jika salah bicara bisa-bisa dia menjadi kambing guling oleh boss dinginnya itu.
"Menurutmu apa kamu bisa menghandle semua pekerjaan Fani?"
"Tidak pak!" Jawaban bodoh itu keluar dari mulut Sammy dimana membuat laki-laki itu merutuki kebodohannya.
"Lalu kenapa kau harus bertanya?" Bentaknya. "Sekarang cepat ke bagian HRD minta mereka untuk merekrut sekertaris baru, mengenai kriteria nanti aku akan mengirim sendiri pada HRD!"
"Baik pak, perintah segera dilaksanakan!" Kemudian asisten Sammy pergi meninggalkan ruangan rapat. Tinggallah Noel sendiri disana. Pria itu benar-benar tidak habis pikir saat pekerjaan yang sangat banyak seperti ini, mengapa sang sekertaris malah mengundurkan diri? Apalagi dengan alasan menikah!
Menikah? Kata itu kini tidak pernah terpikirkan oleh otak seorang pria yang kini berusia dua puluh tujuh tahun itu. Setelah penghianatan kekasihnya dulu, rasanya dia enggan untuk kembali jatuh cinta. Lebih tepatnya enggan untuk merasakan sakit hati akibat penghianatan.
Setelah dirasa pikirannya sudah tenang Noel segera meninggalkan ruangan rapat untuk kembali ke ruangannya. Di sana sudah banyak berkas yang harus dia pelajari. Begitulah kehidupannya sekarang, setelah mengenal dunia kerja tidak ada pemikiran tentang cinta lagi mungkin dia tidak sempat untuk memikirkannya.
"Selamat siang pak!" Sapa para karyawan yang berpapasan dengan dirinya. Dan laki-laki itu hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Tidak sopan memang tapi mau bagaimana lagi, dia sekarang adalah seorang boss disini jadi terserah apapun yang akan dilakukannya kan?
Pria itu mendorong pintu yang berada di ujung lorong lantai tertinggi gedung tersebut. Kini pandangan matanya menyapu seluruh isi ruangan tersebut, tidak banyak yang berbeda dari ruangan daddynya dulu hanya warnanya saja yang berbeda dan beberapa furniture yang memang diganti karena sudah tidak layak pakai.
Saat Noel baru saja mendudukkan bokongnya di kursi kebesarannya yang sudah dia tempati sejak dua tahun lalu, dan saat itu pula ponselnya yang sejak tadi dia tinggal di dalam laci meja kerjanya berbunyi. Laki-laki itu tersenyum ketika melihat id nama pemanggilnya. Tidak mau menunggu lama pria itu segera mengangkat panggilan yang mungkin entah keberapa kali itu.
"Uncle dali mana ja! Aku jak tadi cali-cali uncel El!" Suara kesal dari seorang gadis kecil memenuhi indera pendengarannya ketika dia baru saja mengangkat panggilan tersebut.
"Maaf sayang, ada apa cari uncle Hem?" Tanya Noel dengan suara manisnya. Suara yang sangat jarang dia berikan pada orang lain kecuali keluarganya sendiri.
"Cebental agi kak Andlew dan Andlea belulang tahun, adi uncle El halus datang ke lumah ya?"
"Memang kalian kapan akan berulang tahun?" Tanya Noel hanya untuk menggoda keponakan kembarnya yang menggemaskan itu, mana mungkin dia melupakan hari kelahiran keponakannya yang penuh diwarnai drama keluarga itu. Mengingat hal itu membuat Noel tersenyum sendiri. (Ini nanti ada di boncap istri tuan Arga ya!)
"Uncle jahat! Uncle cebalkan!" Kesal gadis itu yang mungkin sekarang sudah memajukan bibirnya beberapa centi. Terdengar juga kekehan seorang wanita yang mungkin sekarang sedang berada di sebelah gadis kecil yang menyebutkan namanya Andrea itu.
"Hahaha... uncle ingat sayang ulang tahun kalian berdua. Jadi keponakan uncle yang manis-manis ini mau kado apa dari uncle?"
"Kata mommy, Andlea diculuh minta belian. Dahal Andlea tidak tahu itu Belian apa!" Ucap gadis sepertinya sedang kesal dengan sang ibu.
"Dasar matre!" Kata Noel mendengar ucapan dari keponakannya itu.
"Hey kak aku mendengarnya tahu!" Jawab Orin dengan nada kesal yang sudah dikatai matre oleh kakaknya sendiri.
"Baiklah-baiklah nanti uncle berikan kado yang spesial untuk kalian berdua. Uncle tutup dulu teleponnya karena pekerjaan uncle masih banyak! Bye kesayangan uncle!" Setelah mengatakan itu Noel segera mematikan ponselnya untuk kembali mengerjakan beberapa pekerjaan yang sempat tertunda.
*************
Sementara itu ditempat lain seorang gadis tengah memangku laptopnya. Matanya sejak tadi menatap lekat layar laptop yang sedang menyala sembari sesekali mengambil keripik singkong yang berada tak jauh darinya. Jika bukan karena boss genit dan juga mata keranjang itu, sekarang dia tidak perlu bersusah payah untuk mencari pekerjaan lagi.
"Ini semua gara-gara boss sinting itu, lihat sekarang semua perusahaan sedang tidak membutuhkan karyawan baru!" Geurutunya karena sejak tadi dia tidak menemukan sebuah perusahaan yang sedang membutuhkan karyawan padahal sekarang dia sedang sangat membutuhkan pekerjaan. Ya meskipun uang tabungannya masih dan mungkin cukup untuk menghidupi dirinya sendiri selama enam bulan tapi kita tidak akan pernah tahu jika tiba-tiba ada keperluan mendesak kan? Apalagi dia yang hidup sebatang kara dan tidak memiliki keluarga.
Sebenarnya pekerjaannya yang lalu sangatlah menyenangkan, sebagai seorang sekretaris. Tapi sayang petinggi perusahaan itu sangat menyebalkan. Pria tua yang mungkin seumuran dengan kakeknya jika masih hidup itu sering menggodanya bahkan tak jarang pria tua yang sudah bau tanah itu mengatakan hal-hal vulgar padanya. Menjijikkan, ya itulah yang dipikirkan oleh seorang gadis cantik bernama lengkap Fransiska Andara.
"Ahh jika membunuh orang tidak ada hukumnya aku sudah membunuh si tua bangka Zen itu! Dasar tidak tahu umur sudah mau mati saja masih juga cari-cari masalah!" Masih dengan nada marah, Adara atau yang lebih dikenal sebagai Dara itu mengumpat tiada henti. Sumpah serapah dan segala jenis hewan di kebun binatang sudah dia sebutkan untuk mewakili hatinya yang sedang membara itu.
"Lebih baik sekarang aku pergi ke kafe milik Nindy terlebih dahulu! Syukur jika aku mendapat pekerjaan setelahnya!" Kata Dara kemudian mematikan laptopnya dan bergegas masuk ke dalam kamar untuk bersiap-siap pergi ke kafe yang letaknya tidak jauh dari apartemennya.
Hay semuanya!!! jadi gimana kesan pertama kalian setelah membaca episode pertama novel ini? Author harap semoga kalian suka.
"Bagaimana apa sudah ada yang melamar menjadi sekretarisku?" Tanya Noel saat aisten Sam selesai membacakan jadwalnya hari ini yang sebenarnya adalah tugas sekertaris.
"Sudah pak, sekitar seratus pelamar,"
"Seratus pelamar?" Tanya Noel lagi kini wajahnya terkejut bukan main pasalnya dia baru saja menyuruh asisten Sam tiga hari yang lalu dan sekarang sudah ada seratus pelamar. Bagaimana jika dirinya menunggu selama satu Minggu bisa-bisa ribuan daftar pelamar pekerjaan yang mendaftar ke perusahaannya.
"Benar pak,"
"Minta datanya ke bagian HRD, aku mau seleksi lebih dulu!" Ucapnya kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.
Saat akan makan siang lebih tepatnya menyuruh asisten Sam untuk membelikan makanan, dia baru teringat sesuatu.
"Ahh kenapa bisa lupa sih!" Kesalnya kemudian Noel segera bangkit dari kursi kebesarannya sebelum itu dia meminta sopir untuk segera stand by di depan lobby perusahaan.
"Maaf pak, pak Noel mau kemana? Jadwal meeting dengan klien masih nanti pukul tiga!" Ucap asisten Sam ketika melihat Noel keluar dari ruangannya. Ruangan asisten Sam tepat berada di samping ruangan milik Noel.
"Saya tahu, saya mau pergi keluar sebentar! Jika ada yang mencari suruh datang besok saja dan untuk meeting sore ini batalkan!" Katanya kemudian melenggang pergi meninggalkan asisten Sam yang menatap keheranan padanya. Pasalnya dia sangat tahu jika bossnya itu tidak suka menunda pekerjaan.
Setelah beberapa langkah, Noel kembali menghampiri asistennya yang masih diam mematung di depan pintu ruangannya "Kamu ikut saya!"
Mendengar hal itu asisten Sam pun segera mengikuti langkah besar bossnya. Meskipun tinggi mereka hampir sama tapi kaki Noel yang panjang terkadang membuat asisten Sam kesulitan untuk menyamainya.
Keluar dari lift mereka segera masuk ke dalam mobil yang sudah disiapkan didepan lobby. Sementara itu asisten Sam duduk di depan sedangkan Noel duduk sendiri dibelakang. Jika biasanya sekertaris Fany lah yang menemani sang boss duduk di belakang. Sementara sekarang kursi sekertaris itu kosong makan asisten Sam harus merangkap pekerjaannya.
"Maaf pak kita mau kemana ya?" Tanya sang sopir sebab tadi dia hanya disuruh untuk bersiap tanpa diberitahu akan pergi kemana.
"Ke mall Puri Plaza."
Setelah mendengar jawaban sang boss, sopir itu segera mengendarai mobilnya ke tempat tujuan. Karena ini jam makan siang terjadilah kemacetan yang memang tidak pernah lepas bahkan sudah menjadi ciri khas tersendiri untuk kota Jakarta itu.
Setelah kurang lebih satu jam perjalanan akhirnya mobil yang mereka tumpangi pun memasuki area parkir Mall itu. Sebenarnya tidak jauh jarak antara perusahaan Noel dan juga Mall itu hanya saja jalanan yang padat merayap membuat mereka harus ekstra sabar jika ingin cepat sampai.
"Kamu ikut saya masuk ke dalam!" Ucapnya pada asisten Sam yang masih tidak mengerti mengapa mereka malah mengunjungi Mall. Apakah mungkin sang boss muda sedang akan berkencan? Asisten Sam menggelengkan kepalanya tidak mungkin selama dia bekerja dengan Noel bahkan ketika laki-laki itu masih menjadi wakil direktur, Noel tidak pernah sekalipun berkencan. Jangankan untuk berkencan sekedar basa-basi saja dia tidak pernah. Mungkin hidupnya sepenuhnya diabadikan untuk bekerja. Pikirnya.
Asisten Sam semakin mengerutkan keningnya ketika melihat Noel memasuki sebuah toko yang berisikan mainan anak-anak. What? Apa jangan-jangan selama ini pak Noel sudah punya anak secara diam-diam? Batinnya sambil tetap mengikuti langkah kaki Noel yang sekarang sudah melihat beberapa mainan anak laki-laki.
"Nanti setelah ini kamu bisa langsung pulang saja! Karena saya mau ada urusan pribadi!"
"Maaf pak, tapi ini mainan untuk siapa ya?" Tanya asisten Sam kepo dan tanpa dia sadari melupakan satu hal yang penting.
"Untuk keponakan saya, memangnya untuk siapa lagi? Anak kamu!"
Mendengar hal itu asisten Sam hanya mencebikkan bibirnya, dirinya sendiri saja juga belum punya anak mengejek orang lain tentang anak. Untung boss kalau bukan mungkin asisten Sam sudah mengajak berkelahi boss menyebalkan ini.
Noel tampak berpikir hadiah apa yang cocok untuk kedua keponakan kembarnya. Sebenarnya sudah banyak yang Noel berikan untuk keponakan-keponakannya sehingga membuatnya menjadi bingung sekarang apa yang harus diberikan.
"Ada yang bisa saya bantu pak?" Tanya salah satu pegawai toko tersebut ketika melihat Noel yang tampak kebingungan.
"Ada, apa ada mainan keluaran terbaru untuk anak usia empat tahun?" Tanyanya sebab sejak tadi dia hanya melihat jenis mainan yang mungkin sudah dimiliki hampir semuanya oleh keponakannya itu.
"Ada pak, mari ikuti saya!" Kata pegawai tersebut kemudian mengajak Noel pergi disalah satu sudut toko.
"Ini pak mainan terbaru kami baru datang beberapa hari yang lalu jadi kami belum sempat untuk mendisplaynya. Mainan ini sangat cang-" Belum sempat pegawai tersebut melanjutkan ucapannya Noel menyela terlebih dahulu.
"Tidak usah dijelaskan tidak perlu, saya ambil dua untuk cowok dan cewek!' Jawabnya kemudian meninggalkan Pegawai yang sedang menahan kesalnya itu. Untung tampan kalau tidak mana mungkin pegawai itu beramah tamah apalagi mengingat sifat menyebalkan dan juga ketus Noel.
Noel pun membayar dua buah mainan motor-motoran yang akan dijadikan kado ulang tahun untuk keponakan-keponakannya itu. Cukup mahal untuk harga sebuah mainan bahkan jika dilihat kembali harga bisa untuk membeli motor sungguhan.
Selesai membayar Noel segera menyuruh asisten Sam untuk mengantarnya ke alamat yang sudah dia berikan sementara dia akan kembali mencari sesuatu yang ingin dia beli. Langkah kakinya berhenti tepat didepan sebuah toko perhiasan yang ada di dalam mall tersebut. Bukan tanpa alasan dia datang kemari, bukankah waktu itu adiknya menginginkan berlian? Dia tahu jika Orin hanya becanda saja tapi apa salahnya membelinya untuk orang yang disayanginya.
"Bisa Carikan saya sebuah cincin berlian?"
"Bisa pak, silahkan ditunggu saya akan membawakan sampelnya!"
Setelah mengatakan itu pegawai itupun pergi dan tak lama kemudian membawa sebuah majalah yang berisikan katalog dari toko tersebut. Kemudian pegawai itu menyerahkan majalah itu pada Noel, agar Noel bisa memilih sendiri.
"Ini katalog terbaru kita pak, disini ada beberapa cincin yang sangat cocok untuk acara pertunangan!" Kata pegawai itu mungkin melihat Noel yang masih muda sehingga mengira jika Noel sedang mencari cincin untuk pertunangan.
"Cincin berbentuk love ini sangat cocok untuk acara pertunangan bapak dengan orang terkasih!" Ujar pegawai itu lagi masih mencoba untuk memberi pengaruh agar Noel membelinya sebagai pegawai bukankah dia dituntut untuk bisa membuat pelanggan puas dengan kinerjanya.
"Siapa yang bilang saya ingin membeli cincin untuk pertunangan?"
Skakmatt
Pegawai itu bungkam seribu bahasa, benar yang dikatakannya. Memang sejak awal Noel tak mengatakan jika Noel membeli cincin untuk pertunangan dasar dianya saja yang bodoh! Terlalu percaya diri.
"Sabar...sabar...! Untung tadi udah stok isi kesabaran!" Gumam pegawai itu.
"Saya ingin membeli cincin untuk ibu dan adik saya!" Ungkapnya pada akhirnya. Sebenarnya dia bukan tipe laki-laki yang memberitahu keinginannya pada orang lain begitu saja tapi dia merasa kasihan melihat wajah pegawai itu yang pucat dan menahan malu tentu saja.
Lihat bukan, meskipun Noel bersikap dingin dan ketus pada orang lain tapi laki-laki itu tetap bersikap hangat pada keluarganya.
Selesai membeli kado pada orang-orang tersayangnya Noel segera pergi ke rumah adiknya. Jam sudah menunjukkan pukul tiga dan sebentar lagi acara ulang tahun keponakannya akan dimulai, jika dia tidak datang tepat waktu bisa-bisa keponakannya itu akan merajuk.
"Kita ke rumah Orin pak!" Perintahnya pada sang sopir. Jika kalian bertanya bagaimana dengan asisten Sam? Laki-laki itu pulang dengan naik taxi online.
Sepanjang perjalanan Noel memejamkan matanya bukan untuk tidur hanya untuk mengistirahatkan tubuhnya saja. Pekerjaannya akhir-akhir ini benar-benar padat apalagi belum masalah yang rasanya tidak ada habisnya itu. Tetapi dia juga bersyukur perusahaan yang sekarang sudah dipercayakan sepenuhnya padanya mulai ada kemajuan.
Entah bagaimana disaat yang membahagiakan seperti ini bayangan masa lalunya terlintas begitu saja dibenaknya. Bayangan kisah romantisnya dulu dengan Jessica. Meskipun tidak banyak tapi itu semua mampu menggelitik hatinya. Noel segera menggelengkan kepalanya, tidak. Jessica sudah mengkhianatinya dan tidak ada tempat lagi untuk penghianat.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam, akhirnya mobil yang ditumpangi Noel memasuki kawasan perumahan elit yang hanya dihuni oleh beberapa manusia saja. Untung tadi Noel sudah menyuruh asisten Sam untuk membawa kadonya terlebih dahulu karena jika terlambat seperti ini keponakannya yang menggemaskan itu tidak terlalu marah.
"Uncle...!" Sapa Andrea ketika melihat sang paman yang turun dari mobil. Rumah satu lantai milik adiknya sudah diubah bak istana dengan segala pernak-perniknya.
"Jangan berlari Rea, nanti kau bisa terjatuh!" Katanya memperingati sang keponakan yang kelewat bahagia karena kedatangannya. Entah bagaimana keponakannya yang cantik itu sangat menyayanginya mungkin karena Noel yang selalu memanjakannya dengan memberikan apa yang Rea inginkan.
"Wah keponakan uncle cantik sekali, apa pestanya sudah selesai?"
"Cudah, uncle telambat!" Katanya sambil mengerucutkan bibirnya. Noel sendiri juga melihat beberapa teman-teman Andrea yang sedang bermain dengan temannya yang lain. Di sana dia juga melihat keponakan laki-lakinya yang sedang bermain dengan teman sekolahnya.
"Kakak baru datang?" Tanya Orin ketika melihat Noel yang sedang menggendong keponakannya.
"Iya, maaf sedikit terlambat karena masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan!" Orin mengangguk mengerti, menjadi direktur utama tentu saja menguras tenaga serta pikiran sang kakak. Mengingat dulu saja sang Daddy yang jarang memiliki waktu untuk keluarga karena kesibukannya.
"Rea bilang apa sama uncle sudah diberikan hadiah?"
"Uncle telimakasih kadonya, Lea cuka!"
"Wah Rea suka? Kalau begitu uncle minta kiss!" Dengan senang hati Andrea memberikan ciuman di seluruh wajah sang paman.
"Uncle tulun Lea mau temen-temen!" Ucapnya minta diturunkan agar dia bisa kembali bersama dengan teman-temannya yang lain. Sesuai dengan permintaan Andrea, Noel pun menurunkan keponakannya.
"Gimana kabar kakak?" Tanya Orin kemudian memeluk tubuh sang kakak.
"Baik, dimana kak Marcel?" Tanyanya. Seharusnya dia yang dipanggil kakak oleh Marcel tetapi Noel tidak setuju. Menurutnya dia masih muda jadi untuk apa dipanggil kakak. Lagipula Marcel lah yang lebih tua darinya.
"Ada di ruang makan sama daddy dan mommy juga!"
"Oh ya ini hadiah untukmu!" Ucapnya kemudian menyerahkan sebuah paper bag kecil pada sang adik. Orin mengerutkan keningnya, bukankah yang sedang berulang tahun anaknya tetapi kenapa sang kakak juga memberikan hadiah untuknya?
"Ini apa?"
"Bukalah, kau pasti akan menyukainya!" Sesuai yang dikatakan Noel, Orin segera membuka hadiah yang diberikan untuknya. Orin membulatkan matanya ketika melihat hadiah dari Noel, padahal kemarin dia hanya bercanda tetapi kakaknya menanggapinya dengan sungguh-sungguh.
"Terimakasih kakak!" Ucap Orin kemudian memeluk kembali tubuh sang kakak.
Orin sangat tahu bagaimana sifat kakaknya, meskipun diluaran sana terlihat dingin dan juga ketus dalam berbicara tetapi Noel sangat menyayangi keluarganya. Tidak ada yang lebih dia sayangi dari keluarganya.
"Ya sudah kakak makan saja! aku mau menemui teman-teman Rea dan Adrew dulu!" Noel mengangguk-anggukkan kepalanya kemudian berjalan menuju ruang makan. Disana sudah ada daddynya dan juga mommynya.
"Mom dad!" Sapanya kemudian memeluk mereka secara bergantian.
"Sudah pulang son?" Tanya sang daddy yang sedang menikmati dessert itu.
"Sebenarnya belum dad masih ada beberapa pekerjaan tapi jika aku tidak segera pulang, cucu perempuan daddy pasti akan mengamuk dan merajuk!"
"Hahaha... itu salahmu sendiri El, kau terlalu menanjakannya!" Sementara Noel hanya menggedikan bahunya tidak peduli. Mereka satu keluarga, bukankah juga sudah kewajibannya untuk memanjakan seluruh keluarganya?
"Oh iya aku punya sesuatu untuk mommy!"
"Sesuatu? Untuk mommy? Apa seorang menantu perempuan?"
"Mom jangan mulai deh, Noel masih sangat muda untuk menikah!" Ucapnya dan sekarang lihatlah dia juga mengerucutkan bibirnya seperti Andrea ketika merajuk.
"Hahaha... mommy hanya bercanda sayang, mana hadiahnya?"
"Ini!" Katanya kemudian menyerahkan paper bag yang sama dengan yang diberikannya pada Orin.
"Aku membelikannya dengan bentuk yang sama dengan milik Orin, apa mommy suka?"
"Mommy sangat menyukainya sayang! Ini sangat indah! Terimakasih sayangku!" Ucap mommy Retha kemudian memeluk Noel dan melupakan Daddy Arga yang menatap mereka dengan tajam. Menyadari tatapan Daddy Arga, Noel semakin mengeratkan pelukannya.
"Sudah ya mom, aku harus segera menemui keponakan tampanku jika aku terlalu lama disini, aku tidak yakin Daddy tidak akan melukaiku dengan tatapannya itu!" Kata Noel sambil tertawa meninggalkan ruangan makan.
"Dimana mereka kak?" Tanya Noel pada Marcel saat mendapati ruang tamu yang tadi disulap sedemikian rupa sudah sepi.
"Mereka sedang di taman samping, minta menyalakan kembang api. Ini aku baru saja mengambil korek apinya!" Jawab Marcel memperlihatkan korek api yang sedang dia bawa.
Mereka pun berjalan bersama menuju taman samping rumah Marcel. Disana sudah ada si kembar Andrew dan Andrea, Orin dan juga satu teman si kembar dan seorang wanita.
"Papa cepat calakan koleknya!" Kata si kembar laki-laki, Andrew. Andrew memiliki sifat yang tidak jauh beda dengan Andrea hanya saja kejahilan Andrew lebih parah yang terkadang membuat sang adik menangis.
Marcel pun segera melakukan apa yang diminta oleh sang putra. "Jangan terlalu dekat Drew nanti tangan kamu terbakar!" Peringatnya pada sang putra.
"Ah iya kak, perkenalkan ini Cantika teman si kembar dan ini kakak sepupunya Fera!" Ucap Orin memperkenalkan Noel dengan teman serta saudara dari teman anaknya itu.
Sementara Noel pria itu hanya menjabat tangan gadis yang bernama Fera itu dengan malas. Dia sama sekali tidak berniat untuk berkenalan dengan gadis manapun.
Mereka pun kembali asyik bermain kembang api permintaan si kembar.
"Oh iya kalian para anak kecil belum makan malam kan? Ah lebih baik kalian makan malam saja dulu!" Saat Noel hendak beranjak dari duduknya untuk mengikuti keponakannya langkah kakinya terhenti karena ucapan sang adik. "Kakak disini saja temani Fera, tadi Fera sudah makan malam!"
Noel pun membulatkan matanya, dia harus disini berdua saja dengan wanita yang bahkan dia tidak kenal. Maaf ralat bukan tidak kenal hanya saja tidak akrab. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan wanita yang sejak tadi duduk dihadapannya itu. Wanita itu cantik, tinggi dan terlihat masih muda tapi bagaimanapun Noel tidak tertarik padanya. Entah karena apa Noel sendiri tak mengerti.
Sekarang Noel baru sadar jika dirinya sedang dijebak lagi oleh sang adik. Pasalnya ini bukan pertama kalinya Orin melakukan hal ini padanya, sebelumnya Orin juga pernah melakukan yang sama. Dia tahu adiknya memiliki tujuan yang baik tapi untuk saat ini sendiri dia masih belum memikirkan hal itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!