NovelToon NovelToon

Pesona Guru KB

let's go dear

"Waduiiii, kenapa datanya hilang semua?"

Bu Rena, guru KB Mentari menatap layar laptop dengan penuh frustasi.

Bagaimana tidak frustasi, data murid se-kecamatan yang diminta oleh dinas tiba-tiba lenyap tak bersisa.

Bu Rena, Renata Setyakusuma adalah seorang guru KB atau kependekan dari Kelompok Bermain.

Taukah ibuk-ibuk dan Bapak-bapak apa itu KB? jenjang apakah KB itu? sinii mari author jelaskan😁

KB itu salah satu jenjang non formal yang merupakan salah satu layanan PAUD. Dan apakah itu PAUD? PAUD adalah Pendidikan Anak Usia Dini yang menaungi TK, KB, TPA dan satuan PAUD sejenis.

Jadi bisa dikatakan KB itu jenjang sebelum ke TK. apa bedanya KB dan TK? bedanya hanya dalam statusnya saja, KB itu pendidikan non formal dan TK itu pendidikan formal. untuk guru dan pembelajarannya gimana? sama, semuanya sama.

Dari mulai kualifikasi gurunya yang sudah harus S1, kurikulumnya, kegiatannya, metode bahkan sampai model belajarnya sama, dan dibawah naungan yang sama juga yakni Kemendikbud.. yeay mari kita fokuskan kembali dengan Bu Rena dan KB Mentarinya🤭

Bu Rena adalah seorang guru KB, yang tinggal di salah satu kota P di provinsi Jawa tengah. kota dengan sejuta pesonanya, dengan beragam wisatanya dan dengan keeksotisannya.

Kota Purwokerto sendiri berada dibawah kaki gunung Slamet, menjadi kota paling strategis untuk persinggahan bila kawan-kawan dalam perjalanan jauh, dan segala fasilitas ada semua di sini. Dari mulai Mall, hotel melati sampai hotel bintang lima ada semua, bioskop, restoran dari mulai Western sampai Eastern🤭

Wisata edukatif, wisata keluarga dari gunung sampai museum tak tekecuali,

Sepertinya hanya laut yang tidak ada di kota Purwokerto. ya di kota Purwokerto tidak ada laut gengs.

Untuk kulinernya jangan tanya, dari mulai mendoan, gethuk, soto ayam, sapi, babat, minuman dawet, badeg dan kawan-kawannya yang pasti bakalan bikin semua lebih betah bila sudah singgah.

Tak hanya itu, dikota Purwokerto juga banyak terdapat universitas, baik negeri maupun swasta yang sudah tidak diragukan lagi mutu pendidikannya, banyak loh mahasiswa dari luar kota bahkan luar pulau yang mencari ilmu di kota P ini.

Dan mari kita kembali ke KB Mentari. KB mentari terletak di sebuah desa Sukasari di pertengahan kota Purwokerto desa yang sudah mulai ramai karena sudah terlewati oleh jalur provinsi.

Di KB Mentari ini terdapat kurang lebih 25 peserta didik dari mulai usia 3 sampai 5 tahun dan diampuh oleh 2 guru, yaitu Bu Rena sendiri dan rekan sejawatnya Bu Genti.

Genti Kesraninggusti. Bu Genti sebagai kepala sekolah dan Bu Rena sebagai guru kelas. Mereka berdua bersinergi untuk menstimulus anak-anak usai dini dilingkungan sekitar tempat tinggalnya. Memberikan segala ilmu yang mereka punya untuk mengasah kemampuan perkembangan anak sesuai dengan tingkat usia mereka.

Dengan banyaknya anak, banyak juga keunikan-keunikan mereka karena memang anak yang satu dan yang lainnya berbeda karakter. Tidak mudah mengampuh anak sebanyak itu, tetapi dengan segala keterbatasan dan kelebihan mereka berdua, buktinya selama hampir 7 tahun mereka tetap bertahan dan enjoy saja dengan keadaan yang ada.

Soal gaji atau pendapatan jangan tanya, mereka dibayar oleh uang SPP dari murid. Catat ya, jika ada lebihnya😂 gak usah kaget or speechless gitu, gak cuma mereka, hampir se-Indonesia raya guru KB juga gitu, dan untuk karir atau jenjang kesejahteraannya pun masih abu-abu. Berbanding terbalik dengan guru TK yang sudah jelas jenjang karirnya.

Ya, untuk guru TK yang sudah memenuhi kriteria dan berkualifikasi, bisa mengikuti seleksi PPG. Memang syaratnya juga ketat. Minimal masuk di Data Pokok Pendidik (Dapodik) pada tahun 2015, dan sudah mengantongi ijasah S1 yang harus linier dan akhirnya bisa mengikuti tes untuk menjadi guru sertifikasi.

Selama ini pemerintah belum dapat memberikan pendapatan yang bisa dikatakan layak untuk guru KB, alasannya karena KB itu jenjang pendidikan non formal, mari kita simak bersama dan cari tahu sebenarnya seperti apa si ya kehidupan guru KB itu ehh kehidupan Bu Rena dan Bu Genti itu😁 let's go reading dear!

Bu Rena dan Bu Genti

"Bu subuhan dulu, ayok bangun sudah hampir jam 5!" Banu suami Rena, mencoba membangunkan sang istri yang masih terlelap di bawah selimut bulunya

"eEemmmm.. memangnya Mas sudah salat? " Rena balik bertanya sambil menaikan selimutnya hingga menutupi kepalanya.

"Lah ya sudah dong, wis sana cepat mandi, ini mau masak air di belakang!" Banu menepuk pan tat istrinya sebelum meninggalkan sang istri.

"Iih kebiasaan deh sukanya nabokin pan tat!" Rena beranjak untuk mengambil air wudhu ke kamar mandi, tak lupa juga untuk mengecek anak laki-lakinya yang masih berusia 3 tahun takut-takut saat tidur terguling dan jatuh ke lantai.

Jam di dinding menunjukan pukul 07.00 WIB. saatnya bersiap untuk berangkat sekolah, setelah berjibaku dengan kegiatan memasak dan adegan drama si kecil akhirnya semua pekerjaan selesai. Dibantu sang suami tentunya.

Sang suami, Banu adalah seorang debt collection di sebuah PT pembiayaan kendaraan roda 4 di pusat kota P. Dengan menggunakan motor supra lawasnya, keluaran tahun 2000n setiap hari dia mengambil angsuran konsumen antar kota maupun dalam kota.

Begitu pun tak menjadi alasan untuk mengeluh, semua dijalani dan disyukuri dengan sepenuh hati. Jangan remehkan juga si Suprayitno (panggilan kesayangan untuk si motor)

yang sudah bisa memberikan gelar S1 untuk istrinya, ya begitu balasan Banu ketika seringkali ejekan atau cemoohan dari teman sekantornya yang kadang-kadang mengusilinya dengan panggilan Suprayitno kepada dirinya, dan memanas-manasi untuk mengganti sang supra dengan motor yang hits masa kini.

"Berangkat dulu ya, Mas! nanti adek titipkan saja dulu ke rumah uyut (nenek Rena) aku nanti ada rapat di kecamatan!" Sambil mengeluarkan sepeda mininya, Rena berpamitan kepada Banu. Tak lupa untuk bersalaman dan cium kening! sudah hal wajib yang musti di lakoni.

Banu dan Rena sudah dikaruniai seorang anak yang sekarang berusia 3 tahun. Dan diiberi nama Khayrullah Hizam atau biasa d panggil Hizam. Banu dan Rena baru dipercaya oleh Allah untuk diberikan keturunan saat usia pernikahan mereka sudah menginjak 4 tahun.

Banu sekarang berusia 38 tahun dan Rena 28 tahun. Usia mereka terpaut 10 tahun, meski begitu mereka selalu kompak untuk saling melengkapi disetiap kekurangan yang ada.

Mereka berdua berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja, orang tua dari Pak Banu sudah meninggal dunia sekitar 1 tahun yang lalu karena mengalami kecelakaan di ruas jalan Banyumas-Buntu.

Kala itu mereka akan menuju ke Kroya untuk menghadiri undangan pernikahan saudara jauh Ibu Banu. Saat berada di jalan krumput kondisi sedang hujan gerimis, menjadikan jalanan yang curam berkelok itu semakin licin sehingga si supir tidak dapat mengendalikan laju kendaraannya. Alhasil kecelakan pun tak terhindari. Mobil yang membawa rombongan hajatan itu pun oleng dan menabrak bus jurusan Jogjakarta-Purwokerto yang melaju dari arah berlawanan. Hingga menewaskan seluruh penumpang tak terkecuali Ibu dan Ayah Banu.

Banu mempunyai mempunyai seorang adik perempuan. Sudah sama-sama menikah dan sekarang mengikuti suaminya yang bekerja di luar Jawa.

Tak begitu berbeda dengan Banu, Rena anak tunggal, tidak punya saudara kandung. Ibunya sudah meninggal ketika Rena masih duduk dibangku sekolah menengah pertama karena penyakit kelenjar getah bening. Sementara Bapak Rena sudah menikah kembali dengan wanita tetangga desanya, sekarang beliau mengikuti istri keduanya dengan 2 anak hasil pernikahan mereka.

Jarak dari rumah ke sekolah tak begitu jauh, 500m ditempuh dengan sepeda tidak memakan waktu sampai 5 menit.

Saat tiba di sekolah ternyata Bu Genti sudah hadir lebih dulu, beliau sedang mengepel lantai yang basah akibat hujan yang turun tadi malam.

"Asalamualaikum!" Rena memasuki gerbang dan menjabat tangan Bu Genti.

"Walaikumsalam, Ren, bisa tidak minta tolong carikan tukang untuk memperbaiki ruang kelas yang bocor, sepertinya ada genteng yang pecah atau melorot, tadi saat saya datang ruang kelas seperti kapal pecah, air ada dimana-mana, tugas portofolio anak juga kena air semua." Bu Genti menjelaskan sambil terus mengepel.

"Iya, Bu nanti coba saya ke rumah Pak Joyus, meminta tolong untuk melihat ke atas." Rena menjawab sambil menghampiri Bu Genti. "Nanti jadi, Bu untuk rapat di dinas? saya sudah bilang ke suami saya biar nanti Hizam di titipin ke rumah Uyut" Rena melanjutkan.

"Sepertinya ditunda deh Re, karena ruangan yang biasa digunakan rapat sedang dipakai" jawab Bu Genti, berlalu untuk membilas kain pel dan mengganti air yang sudah terlihat menghitam.

Bu Genti merupakan guru senior, beliau lebih dulu mengampuh di KB mentari. Sudah sekitar 13 tahun.

Usianya pun sudah matang, hampir 50 tahun. Tetapi jangan tanya tentang semangatnya. patut untuk diacungi jempol! Suami Bu Genti sudah meninggal sekitar 4 tahun yang lalu dikarenakan penyakit komplikasi, beruntung dahulunya suami Bu Genti adalah anggota Polri jadi untuk urusan ekonomi tak begitu sulit. Dua anaknya sudah bekerja mengikuti jejak suaminya. Anak yang pertama bertugas di Bali dan telah memiliki istri, menetap di sana. Sedangkan si bungsu baru masuk pendidikan tiga bulan yang lalu.

Dan inilah mereka dengan segala kisah cerita pahit manis mereka😊. Sudah siap untuk menyimak nya?? Mari kita lanjutkan😉

KB Mentari

Waktu sudah menunjukan pukul 07.45. Anak-anak KB Mentari sudah mulai berdatangan.

Bu Genti menyambut anak di depan pintu gerbang sementara Bu Rena di dalam kelas untuk melakukan kegiatan mengaji.

Hari ini adalah hari Jum'at, saatnya untuk belajar hafalan suratan pendek.

Masing-masing anak yang baru datang langsung meletakan tas mereka di rak sebelah pintu masuk kelas dengan rapih. Setiap hari tanpa bosan baik Bu Genti maupun Bu Rena membimbing anak-anak untuk melakukan Pembiasaan- pembiasaan kecil seperti memberi salam, melepas sepatu dan tas kemudian menyimpannya rak-rak yang sudah di sediakan.

Siapa yang datang awal waktu, dialah yang mengaji dahulu, semua duduk rapih menunggu giliran sambil memegang buku panduan masing-masing.

Satu persatu anak dipanggil oleh Bu Rena untuk membaca suratan pendek. Masing-masing anak dalam menghafal berbeda suratan, ada yang baru menghafal surat An-nas ada juga yang sudah sampai surat At-takasur.

Sebenarnya peran orang tua juga sangat penting dalam membentuk karakter dan kecerdasan anak, akan sangat berbeda anak yang diasah oleh orang tua saat dirumah dan anak yang cenderung diabaikan.

Anak yang diasah kemampuannya akan terlihat menonjol, lebih mandiri, kreatif dan berfikir kritis, kenapa? karena mereka selalu mendapatkan ilmu-ilmu baru hasil dari stimulus yang terus menerus dan konsisten.

Jadi salah besar kalau selama ini orang tua mengandalkan sekolah sebagai jalan utama meraih kecerdasan.

Padahal sekolah itu hanya mitra keluarga. Sedangkan yang utama dan pertama adalah keluarga sendiri. Terutama ibu.

Ibu adalah Madrasah pertama bagi anak, orang terdekat anak yang sangat berpengaruh terhadap karakteristik anaknya.

"Mas Habib.. " Bu Rena memanggil salah satu murid

anak laki-laki yang dipanggil Habib pun mendekat, memberikan buku catatannya.

"Oke, sudah masuk hafalan surat al-ashr ya mas Habib, bagimana? sudah belajar di rumah belum? " Bu Rena membimbing Habib untuk duduk didepannya

"sSyudah Bu gulu, Habib diajalin sama mamih, malem-malem kalo mau bobok mamih syelalu nyuluh aku buwat hapalan, aku syama Kakak jadi beldoa dulu syebelum bobok." Habib dengan gaya bicaranya menjawab pertanyaan Bu Rena.

"Oke.. Okeii sekarang coba dengarkan Bu guru dulu ya, kira-kira mas Habib sudah pernah dengar atau belum, dengerin ya,

"A'udubillahimimasaitonorrojim,

Bismillahirrahmanirrahim

Wal 'asr innalinsana lafikhusrn

illaldzina amanu

wa 'amilussalihati

wa tawasaubil haqqi

wa tawasaubil sabr

"Ayok coba " Bu Rena mengajak Habib untuk menghafal.

Memang betul Habib sudah dapat membacakan surat al ashr tersebut dengan baik, hanya saja ada beberapa huruf yang pengucapannya masih harus dibetulkan.

Tak berselang lama Bu Genti masuk ke kelas, pertanda anak-anak sudah hadir semua. Bu Genti mengambil kursi kemudian duduk disebelah Bu Rena untuk membantu menyelesaikan hafalan anak-anak.

Hingga akhirnya kegiatan menghafal selesai.

anak-anak diminta untuk untuk bermain diluar kelas semua untuk bermain fisik motorik kasar.

Permainan hari ini adalah memasukan bola kedalam keranjang sesuai dengan warnanya, permainan ini sangat sederhana tetapi cukup membutuhkan kejelian anak dalam memindahkan bolanya.

"Ayo Kaila lalinya yang cepet nanti keduluan Ripal!" Vira simanis berambut ikal bersorak memberikan semangat kepada temannya.

"Kaila pasti kalah sama Ripal, Ripal 'kan cowo lebih cepet lalinya!" Aditya jagoan dikelas mengungulkan teman satu kelompoknya.

Kaira memutar kedua bola matanya dan membuang muka saat Aditya tak setuju dengan pendapatnya..

"Horeeeee, ayoo kita lanjut lagi!" tiba-tiba Bu Rena berteriak mengejutkan Kaira dan Aditya yang sedang berdebat hingga keduanya tak tahu siapa yang menjadi juaranya.

Bukan hal baru lagi bagi Bu Rena melihat anak didiknya saling berselisih pendapat, justru dengan begitu, mereka akan lebih berani untuk mengemukakan pendapatnya.

Hingga waktu bermain pun usai, semua anak diminta untuk kembali ke dalam kelas oleh Bu Rena. Sebelum masuk anak-anak berbaris dahulu di depan kelas, hal ini untuk melatih kedisiplinan anak dan melatih kesabaran anak untuk bersikap antri.

Bu Rena dan Bu Genti berbagi tugas, Bu Rena melakukan pembelajar di kelas sementara Bu Genti mengerjakan administrasi di ruang kantor.

Sebelum pembelajaran dimulai anak-anak diminta untuk berdoa bersama. Dengan kompak mereka membaca syahadat, surat al-fatihah dan doa akan belajar secara bersama-sama yang dipimpin oleh murid secara bergantian.

Hari ini yang bertugas memimpin adalah Rama. Rama adalah sosok yang pendiam, dia berbeda tak seperti teman sebayanya. Cenderung anak yang menarik diri dari lingkungan di sekitarnya. meskipun begitu Bu Rena tetap saja melibatkan Rama dalam setiap kegiatan, berharap agar Rama lebih terbuka dengan lingkungan sekitar.

Karena hari ini hari Jum'at saatnya anak-anak untuk stimulasi sholat Dhuha, anak-anak mengikuti Bu Rena untuk berwudu.

Bu Rena membimbing satu persatu para murid untuk melakukan gerakan wudhu yang dilakukan dengan bernyanyi agar gerakan yang dilakukan mudah diingat dan terasa menyenangkan.

Anak-anak pun sangat antusias dalam melakukan kegiatan tersebut. Sesuai prinsip dari pendidikan usia dini adalah belajar sambil bermain agar anak tidak merasa bosan atau jenuh dalam melakukan kegiatan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!