NovelToon NovelToon

KANA (The Series)

SEASON 1 (Awal Cerita Kana)

SEASON 1 (Awal Cerita Kana)

...-o0o-...

“Ayo, Bu. Lagi, Bu!” ucap seorang Dokter yang

tengah menangani pasiennya untuk melahirkan.

“Ayo, sayang. Kamu pasti bisa!” ucap Kavin di telinga istrinya.

Alina memejamkan mata. Ia menarik lengan Kavin dan mencakarnya. “Akhhh!”

“Ayo, Bu. Lagi, Bu. Dikit lagi, Bu.”

Alina menggeleng. “Nggak kuat, Dok.”

"Ayo, sayang. Kamu pasti bisa!”

"Gak usah sok yakin! Kamu itu gak ngerasain!” ucapnya yang menatap Kavin tajam.

Kavin tersenyum. Ia mengusap kepala istrinya dan mengecupnya.

“Akhhhhh!”

“Ayo, Bu. Dikit lagi, Bu.”

Alina mengangguk. Dengan kekuatan penuh, ia menarik tangan Kavin dan kembali berteriak. “AKKHHHH!”

“Owek! Owek! Owek!”

Terdengar jelas bayi itu menangis begitu kencang membuat senyum Alina dan Kavin mengembang.

“Alhamdulillah, bayinya laki-laki Pak, Bu.”

Alina tersenyum dan memandang suaminya. “Anak kita udah lahir.”

Kavin mengangguk dan mencium puncak kepala istrinya.

Dengan rasa bahagia dan lega, Alina memeluk suaminya dan menangis.

“Kok nangis? ‘Kan anak kita udah lahir,” lirih Kavin di telinganya.

Alina mengangguk dan menyeka air matanya. “Makasih karena udah dampingin aku.”

Kavin terkekeh dan kembali mengusap pucuk kepala istrinya. “Aku suamimu. Jadi memang seharusnya aku dampingi kamu disini. Masa iya Mamang Sate depan komplek yang dampingin kamu, 'kan gak lucu."

Alina mengangguk dan beralih pada dokter yang kini tengah menunjukkan putranya.

“Ganteng banget ya, sayang. Kaya aku,” ucap Kavin membuat Dokter beserta perawat yang berada di dalam pun tertawa.

“Kalau boleh tahu, mau di beri nama apa Bu? Pak?” tanya Dokter tersebut.

Kavin tersenyum dan menggenggam tangan Alina. “Kana. Kana Bintang Artana.”

...-o0o-...

#AuthorNote

Oh, hai! Halo!

Kembali lagi di cerita ini.

Semoga kalian suka ya, dan aku harap semoga kalian bisa memberikan like dan komentar kalian sebagai bentuk dukungan untukku.

Sebab, dengan itu ; aku akan lebih semangat dalam menyelesaikan kisah KANA (The Series) ini.

Terima kasih semuanya,

sampai jumpa!

Part 1

Part 1

"Namanya Kana, Kana Bintang Artana. Salah satu cowok idaman di SMA ini. Orangnya cakep, tinggi, putih, maco, pinter. Sayangnya tampilannya bad boy, dingin, flat kaya triplek ujian, dan—"

"Dan apa?"

"Dia gak pernah pacaran. Hampir Tiga tahun dia sekolah disini, gak ada Satupun cewek yang berhasil narik hatinya. Padahal lo tahu sendiri 'kan, ribuan cewek disini seolah ngantri buat jadi pacarnya. Tapi, namanya juga Kana. Terlalu sempurna, jadi bingung cari pasangannya kaya mana."

"Kenapa gitu?"

"Karena, karena, ya karena gue gak tahu. Lo tanya sendiri aja sama orangnya." Gadis itu terkekeh dan menoleh ke arah lain. "Eh, itu Kana!" teriaknya membuat Kana menoleh.

Gadis disebelahnya memutar bola mata dan berlalu pergi.

"Kaila, lo mau kemana? Itu Kana! Lo gak mau ngejar Kana?"

"Gak mau! Gue mau ke kelas!"

...-o0o-...

"Pagi Kana!" ucap para gadis yang sudah berbaris menunggu Kana berjalan dan melewatinya.

Kana mengangguk tanpa tersenyum. "Pagi!"

"Ah, di jawab! Seneng banget!"

Kana menaikkan sudut bibirnya dan melanjutkan langkahnya menuju kelas.

"Kana! Kana! Tunggu Kana!"

"Ada apa sih? Ada Kana?" tanya gadis penggemar Kana yang baru saja sampai.

"Iya, itu Kana! Ayo ikutin!"

"Astaga itu Kana? Ganteng banget!"

"Kak Kana!"

"Kenapa muka dia kaya Oppa sih!" teriak gadis lain seraya menyentuh pipinya sendiri.

"Kana!"

"Astaga ganteng banget cowok itu woy! Mirip Mark NCT!"

"Enggaklah! Gantengan juga Kana, daripada Oppa-Oppa itu."

"Tolong sih gue mo meninggal!"

Kana terkekeh mendengar pernyataan gadis-gadis di sekelilingnya. Ia menggelengkan kepala dan melanjutkan langkahnya menuju ruangan bertuliskan 12 IPA 1.

"Kana, mau aku bawain tasnya gak?"

Kana menoleh dan menggeleng.

"Kalau aku anterin sampai depan kelas mau gak?" tanya gadis di sebelahnya lagi.

Kana kembali menggeleng.

"Atau aku anter kita ke pelaminan?"

Kana menyunggingkan senyumnya. "Gak perlu."

"Singkat, padat, jelas, tapi ngena woy! Tolong sih anak orang udah bikin gue baper!" teriak gadis yang baru saja di tolak tawarannya oleh Kana.

"Lo sehat 'kan? Lo baru aja di tolak, bukan di bikin baper!" ujar temannya.

Kana menghela napas panjang seraya membenarkan posisi tasnya dan berlalu pergi.

"Misi, misi, misi, Kana!"

Kana menghentikan langkahnya saat mendengar suara gadis yang sangat ia kenal. Ia menoleh dan tersenyum. "Adinda?"

"Emang Adinda ada hubungan apa sih sama Kana? Sampai-sampai Kana sebahagia itu?" bisik para gadis yang tengah mengikuti langkah Kana.

Adinda tersenyum dan memeluk Kana. "Gue kangen banget sama lo, sama Aji, gue kangen kalian berdua!"

"Dih, peluk! Peluk!" umpat para gadis yang melihat Adinda memeluk Kana.

Kana terkekeh dan melepas pelukan Adinda. "Ayo ke kelas samperin Aji," ucapnya seraya menarik tangan Adinda.

Adinda mengangguk dan mengikuti langkah Kana.

"Kapan ya gue bisa jadi Adinda?" ucap salah satu gadis yang tengah bersembunyi di balik pohon.

"Hayo!" teriak seorang laki-laki mengagetkannya.

Gadis di balik pohon itu terkejut dan menatapnya tajam.

"Lo suka sama Kana?"

Gadis itu diam dan berlari meninggalkan laki-laki di sebelahnya.

-o0o-

"Selamat pagi Aji!" teriak Adinda begitu ia dan Kana sampai di kelas.

"Adinda!" teriak Aji yang melihat sahabat yang sangat ia rindukan telah berada di hadapannya lagi.

"Aji!" Adinda berlari dan memeluk Aji. "Gue kangen banget sama lo."

Aji terkekeh. "Gue juga kangen banget sama lo, Din. Satu minggu lo gak masuk kelas, berasa Satu abad tahu gak!"

Adinda tertawa. "Lebay lo!" ucapnya membuat kedua sahabatnya kembali tertawa. "Oh ya, katanya hari ini SNMPTN di buka ya?"

Kana mengangguk membenarkan.

"Kalian berdua jadi daftar kuliah di Jogja 'kan?" tanya Adinda kembali.

"Jadi dong! 'Kan kita harus bareng-bareng!" jawab Aji dengan sumringah.

Kana tersenyum. Begitupun dengan Adinda. Ketiga sahabat itu nampak bahagia dengan mimpi yang sudah mereka rencanakan sejak dulu.

"Kedokteran?" seru Adinda.

"We can!" teriak Aji dan Kana.

"Oh ya, malam nanti kalian sibuk gak? Kalau gak sibuk, ke rumah gue ya?" ucap Aji.

Adinda menoleh. "Ada acara apa nih?"

Aji tersenyum. "Nyokap gue ulang tahun."

"Yah, gak lo suruh juga kita pasti dateng kok. Apalagi Kana, pasti dateng senyokap-bokapnya," ucap Adinda tertawa.

Kana mengangguk. Tentu saja ia dan kedua orangtuanya datang. Sebab, Aji adalah anak dari Anan dan Anna, dimana mereka adalah paman dan tante Kana.

"Pulang sekolah, gue nebeng lo ya? Gue sekalian minta anterin beli kado untuk nyokap Aji," bisik Adinda di telinga Kana.

Kana mengangguk dengan senyuman.

-o0o-

"Jadi SNMPTN ini lo mau ambil kedokteran Kai?" tanya seorang gadis yang bernama Elsa pada sahabatnya.

Kaila mengangguk. "Gue akan berusaha semampu gue supaya bisa ambil jurusan itu," ucapnya seraya mengepalkan tangan dan mengetuk meja di hadapannya.

"Tapi bukannya dari dulu lo pengen jurusan Tari? Kenapa bisa jauh banget ke kedokteran? Lo, gak abis nabrak pohon atau kejebur ke got 'kan?"

Kaila tertawa. "Ya enggak lah."

"Tapi kenapa jauh banget?" tanya Elsa penasaran.

Kaila tersenyum. "Gak ada salahnya 'kan?"

Elsa menggeleng.

Kaila terkekeh dan mengeluarkan bukunya dari dalam tas.

"Eh, Kai!"

Kaila menoleh dan menatap sahabatnya. "Kenapa?"

Elsa menggigit bibir bawahnya bimbang.

"Lo kenapa sih? Ada masalah?" tanya Kaila penasaran.

Elsa menggeleng. "Gue pengen nanya sama lo."

"Silahkan."

Elsa memandang Kaila lekat membuat Kaila gugub dan takut. "Lo 'kan udah satu bulan sekolah disini, lo yakin gak ada yang lo taksir sama sekali?"

Kaila menggeleng.

"Yakin?"

Kaila mengangguk.

"Beneran?"

Kaila mengangguk.

"Lo gak nyesel gak naksir cowok di SMA ini? Lo tahu 'kan SMA ini gudangnya para cogan? Lo gak nyesel gak menikmati masa remaja lo?"

Kaila menggeleng. "Ngapain nyesel?"

Elsa mengangguk. "Oke!"

Kaila mengerutkan dahinya. "Lo cuma mau nanya itu doang?"

Elsa mengangguk.

Kaila menghela napas dan menatap sahabatnya tak mengerti. "Gak penting banget sih, El."

Elsa terkekeh. "Oh ya, istirahat nanti ke kantin yuk? Gue pengen makan mie ayamnya Mbak Atun."

Kaila menggeleng.

"Kenapa sih lo gak pernah mau ke kantin? Lo dikasih uang saku 'kan sama nyokap lo?"

Kaila menatap Elsa tajam.

"Iya, iya, maap Kaila, maap Kaila."

"Gue gak suka keramaian," lirih Kaila dan menyandarkan kepalanya di atas meja.

-o0o-

"Baik, kalau begitu Ibu akhiri, selamat siang!"

"Siang Bu!" jawab seluruh murid 12 IPA 1.

"Din, kantin yuk!" ajak Aji pada Adinda.

Adinda menoleh pada Kana. "Mau kantin gak?"

Kana menggeleng.

Adinda mengangguk dan beralih pada Aji. "Yaudah yuk kita aja."

Aji mengangguk. Ia tersenyum lebar. Senyum yang memperlihatkan kebahagiaan.

"Oh ya Ji, selama Tiga hari gue gak masuk, Kana baik-baik aja 'kan?" tanya Adinda saat keduanya berjalan menuju kantin.

Aji terdiam lalu menoleh. "Baik-baik aja, emang kenapa lo nanyain Kana?"

Adinda menggeleng. "Gak papa."

"Lo gak nanyain gue juga?" tanya Aji tak ingin kalah.

Adinda tertawa dan merangkul tangan Aji. "Ngapain gue nanyain lo, lo 'kan sahabat gue."

"Terus Kana bukan sahabat lo?"

"Ya bukan gitu, Aji."

Aji terdiam. Ia seolah tertampar dengan ucapan Adinda tadi.

"Iya, Din. Gue cuma sebatas sahabat buat lo, gak lebih."

Adinda tersenyum memandang sekeliling. Ia nampak bahagia dapat kembali dan bertemu Kana.

"Gue seneng hari ini," lirih Adinda seraya menyandarkan kepalanya di pundak Aji.

...-o0o-...

Part 2

Part 2

"Kaila!" teriak Elsa membuat gadis itu berhenti dan menoleh.

"Kenapa?" tanyanya.

Elsa mencoba mengatur napas dan memperbaiki posisi tasnya. "Lo mau langsung pulang?"

Kaila mengangguk.

"Ikut gue aja yuk?" ajak Elsa.

Kaila menaikkan kedua alisnya. "Kemana?"

"Ke rumah gue. Gue sendirian tahu di rumah. Nyokap bokap gue ke luar kota. Yuk ke rumah gue aja? Sekali-kali lah, lo 'kan belum pernah tidur di rumah gue."

Kaila menoleh pada jam yang melingkar di tangannya. "Duh, sorry El, gue gak bisa."

"Kenapa?" Elsa mengerutkan dahinya.

Kaila menggigit bibir bawahnya. Ia tak bisa menceritakan yang sebenarnya pada Elsa. Ia tak mau Elsa akan merasa kasihan padanya.

"Kenapa? Lo di tunggu nyokap lo?" tanya Elsa.

Kaila menggeleng. Ia menarik tangan Elsa dan mengajaknya untuk menjauh dari kerumunan.

"Ada apa sih, Kai? Lo ada masalah?"

Kaila memandang sekeliling dan berdeham. "Sebenarnya selama gue pindah ke Jakarta, gue ambil kerja part time."

Elsa melebarkan matanya. "Lo serius?"

Kaila mengangguk membenarkan.

"Tapi kenapa?"

Kaila menunduk. "Sebenarnya di Jakarta ini, gue gak tinggal bareng orangtua gue."

Elsa melebarkan mata. "Maksud lo?Terus lo tinggal sama siapa kalau gitu?"

Kaila meraih tangan Elsa. "Tapi lo janji ya jangan cerita ke siapa-siapa?"

Elsa mengangguk mengiyakan.

"Sebenarnya kedatangan gue ke Jakarta adalah untuk nyari nyokap gue. Semenjak nyokap dan bokap gue cerai, gue gak pernah liat mereka lagi. Dan orang-orang bilang, nyokap gue tinggal di Jakarta sekarang."

"Terus sebelum lo pindah kesini, lo tinggal sama siapa di Jogja?" tanya Elsa.

Ya, Kaila memang pindahan dari Yogjakarta.

Kaila tersenyum tipis. "Gue di besarin sama nenek."

"Terus lo punya adik?"

Kaila mengangguk. "Gue punya adik dan punya kakak. Kakak gue di bawa bokap, adik gue di bawa nyokap, sedangkan gue di tinggal dan di urus sama nenek."

"Kai," Elsa menatap Kaila tak tega.

Kaila tersenyum. "Gue baik-baik aja kok."

"Jadi alasan lo kerja part time untuk?" Elsa menaikkan kedua alisnya.

"Gue disini tinggal bareng tante gue. Gue gak enak sama dia. Makanya gue sengaja kerja part time supaya bisa bantu dia dikit-dikit. Ya, sambil gue usaha cari nyokap. Karena yang gue tahu nyokap gue suka banget makan kue. Jadi gue sekarang kerja part time di toko kue." Kaila tersenyum menjelaskan alasannya bekerja paruh waktu.

"Lo kenapa gak pernah cerita sih sama gue?" tanya Elsa yang tak enak.

Kaila tersenyum. "Gue sebenarnya pengen cerita sama lo, tapi nunggu waktu yang tepat aja."

Elsa mengangguk.

"Yaudah, kalau gitu gue pulang dulu ya?" ucap Kaila.

"Hati-hati ya?"

Kaila mengangguk dan berlalu pergi. Senyumnya mengembang, ia merasa lega telah menceritakan semuanya pada Elsa.

"Gue harap, setelah ini gue bisa nemuin keberadaan Mama." Kaila mengangguk dan menghentikan sebuah angkot yang kebetulan melintas di depannya.

...-o0o-...

"Lo mau kasih kado apa buat Tante Anna?" tanya Kana di sela-sela perjalanan menuju Mall.

Saat ini ia tengah berada di atas motor bersama dengan Adinda. Ya, ia memang akan mengantarkan Adinda membelikan kado untuk Anna— Ibunda Aji.

"Menurut lo, enak gue beliin apa ya, Kan?" tanya Adinda balik.

"Malah balik nanya."

Adinda terkekeh dan mengeratkan pegangannya di pinggang Kana.

Merasa risih, Kana pun melepaskannya.

"Sorry," lirih Adinda yang merasa tak enak.

Kana diam. Ia tak menjawab. Hingga akhirnya keduanya pun sampai di tempat yang di tuju. Kana melepas helm-nya dan menaruhnya di atas motor.

"Nih!" Adinda menyerahkan sesuatu pada Kana.

Kana menaikkan kedua alisnya. "Apa?"

"Masker. Gue gak mau cewek-cewek teriak histeris karena liat muka asli lo," ucap Adinda.

Kana tersenyum miring dan meraih masker tersebut.

Melihat Kana mengenakan masker pemberiannya, membuat Adinda tersenyum.

"Yuk!" ajaknya.

Kana mengangguk dan mengikuti langkah Adinda memasuki gedung berwarna abu-abu tersebut.

"Kana, lihat. Kayanya baju itu cocok buat gue." Adinda menuju sebuah gaun pendek yang terpasang di patung.

Kana menggeleng. "Terlalu seksi."

"Ih, bagus Kana!" ucap Adinda merengek.

Kana menggeleng. "Lo gak boleh pamerin lekukan tubuh lo di depan banyak orang."

Adinda tersenyum. Mendengar Kana mengatakan hal tersebut membuat Adinda senang. Sepertinya laki-laki itu memang sangat peduli padanya.

"Eh, lihat Kan! Ada Jungkook!" pekik Adinda di telinga Kana.

Kana menoleh pada melihat poster yang Adinda tunjuk. "Yaelah, cuma poster doang."

"Pengen bawa pulang," ucap Adinda dengan nada memohon.

"Lo 'kan udah banyak poster dia. Lihatlah di kamar lo, isinya muka dia semua."

"Tapi itu ganteng banget, Kan. Gue pengen," pinta Adinda.

Kana menghela napas panjang. "Gantengan mana sama gue?"

"Ganteng dialah!" Adinda tertawa. "Tapi gue cintanya sama lo," lirih Adinda namun sepertinya tak terdengar oleh Kana.

"Udah ayo cepet cari kado. Abis ini gue mau ke toko kue nenek."

"Hah? Nenek Isa?"

"Raisa! Bukan Isa!" tegas Kana membuat Adinda tertawa.

"Iya, iya. Hehehe," ucap Adinda membuat Kana tersenyum dan menggelengkan kepala.

"Eh Kan," panggil Adinda kembali membuat Kana menoleh.

"Kenapa?"

"Gue boleh tanya sesuatu sama lo?"

"Soal?" tanya Kana.

"Lo kenapa sih susah banget senyum sama orang. Perasaan saat gue perhatiin, lo cuma bisa tersenyum dan bahagia kaya gini kalau sama gue dan Aji doang."

Kana tersenyum miring. "Ya emang kenapa? Gak salah 'kan?"

Adinda menggeleng. "Gak salah sih. Cuma, emang lo gak pengen buka hati lo? Lo bakal susah punya pacar loh kalau susah senyum kaya gini."

Kana menghela napas dan menatap Adinda membuat gadis itu merasa gugub. "Gue gak senyum aja banyak yang suka, apalagi kalau gue senyum? Bisa-bisa anak orang meleleh di buat gue."

Adinda tertawa dan mencubit pinggang Kana. "Sombong amat!"

Kana terkekeh. "Bener 'kan?"

Adinda mengangguk. "Iya, Kana. Lo emang paling ganteng. Gak ada yang bisa ngalahin kegantengan lo pokoknya."

Kana tertawa dan mengacak rambut Adinda dengan gemas.

Adinda terdiam membeku. Pipinya merona akibat Kana. "Rambut gue yang lo acak, kenapa hati gue yang berantakan?" lirih Adinda dalam hati.

-o0o-

"Eh, Kaila! Ayo masuk," ucap wanita paruh baya mengajak gadis bernama Kaila itu masuk.

"Maaf ya Oma, Kaila telat," ucap gadis itu.

Wanita paruh baya itu mengangguk mengerti. "Gak papa. Lagipula pengunjung belum banyak kok."

Kaila mengangguk dengan senyuman.

"Oh ya, gimana? Kamu udah berhasil cari Mama kamu?"

"Belum Ma," jawab Kaila sedih.

"Jangan sedih geh, pasti nanti kamu bisa temuin Mama kamu."

"Aamiin," ucap Kaila dengan senyuman.

"Oh ya, nanti Oma mau kenalin kamu sama seseorang."

"Siapa, Ma?" tanya Kaila penasaran.

Wanita tersenyum. "Ah, itu dia!" ucapnya saat sebuah motor berhenti.

Kaila menoleh mengikuti arah pandangan wanita di hadapannya.

Matanya melebar saat seorang laki-laki turun dari motor dan berjalan menghampiri.

...-o0o-...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!