NovelToon NovelToon

Mencintaimu Hingga Akhir

Episode 1 Pernikahan

Perhatian!!

Untuk episode - episode awal sudah saya revisi dan ada beberapa bagian juga yang saya rubah.

Terima kasih😊😊

...----------------...

Di sebuah ruangan seorang gadis cantik sedang dirias oleh MUA, hari ini adalah hari pernikahannya. Seperti kebanyakan gadis lainnya, ia pun merasa gugup, khawatir dan lainnya.

Apalagi ia belum begitu mengenal calon suaminya itu.

Ya.. beberapa bulan yang lalu ia dijodohkan oleh orang tuanya. Sebagai anak yang baik, patuh bahkan tidak pernah sekalipun membantah apa kata orang tuanya ia menyetujui perjodohan ini. Tapi meski begitu orang tuanya bukan tipe orang tua otoriter yang menuntut dan mengatur anaknya ini itu. Mereka tetap meminta pendapat dan mempertanyakan banyak hal lainnya terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan apapun, apalagi ini soal pernikahan yang hanya satu kali seumur hidup. Tentu mereka mempertimbangkan hal ini dengan sangat matang. Sebagai orang tua mereka memiliki keinginan layaknya orang tua lainnya yaitu menginginkan yang terbaik untuk anaknya.

Dan pada saat ini keinginan merekapun akan segera terwujud, InsyaAllah.

Salma Azizah gadis yang saat ini telah selesai dirias menambah kesan cantik nan anggun di wajahnya. Dengan balutan gaun panjang berwarna putih tulang dan kerudung menutup dada dengan warna senada.

Cantik dan elegan. Itu gambaran ia saat ini.

''Nak kamu sangat cantik.'' ucap Ilma ibu kandung Salma ketika ia memasuki kamar Salma.

Tersenyum ''Ibu aku sangat gugup.'' ujar Salma memegang tangan ibunya.

''Tak usah gugup nak, InsyaAllah semuanya berjalan lancar. Kita berdo'a saja.'' tenang Bu Ilma sambil mengelus punggung Salma.

''Hmm.. semoga Allah memudahkan, Aamiin'' seru Salma dengan mengusap wajahnya.

''Aamiin'' sambung Bu Ilma.

Di sisi lain, tepatnya di halaman belakang rumah Salma sedang berlangsungnya Ijab Qabul.

''Saya terima nikah dan kawinnya Salma Azizah Binti Imam Ghifari dengan maskawin tersebut tunai.'' ujar pengantin pria dengan satu tarikan nafas.

''Bagaimana para saksi Sah ?'' tanya Pak penghulu.

''Sah'' jawab para saksi dan tamu undangan yang menyaksikan.

Do'a - do'a pun dilantunkan untuk keharmonisan rumah tangga Salma dan suaminya.

Di kamar Salma ''Alhamdulillah, mari sayang kita turun suamimu dan yang lainnya pasti sudah menunggu.'' ajak Bu Ilma.

''Iya tapi aku gugup Bu.'' balas Salma tapi tak urung mengikuti papahan Bu Ilma.

''Tenang sayang, tarik nafas semua akan baik - baik saja.'' ucap Bu Ilma.

Merekapun melangkah sampai ke lantai bawah lebih tepatnya halaman belakang yang sudah dihias dan didekor sedemikian indahnya.

Para tamu undangan terkagum dengan kecantikan dan keanggunan sang pengantin wanita. Tak sedikit yang memuji dan terus berujar MasyaAllah.

Sampailah Salma duduk disamping suaminya, kemudian Pak penghulu mengintruksikan Salma untuk mencium tangan suaminya begitupun suaminya mencium kening Salma.

Tak lupa penanda tanganan berkas - berkas yang berkaitan dengan pernikahan ini.

Dilanjut acara resepsi, pengantin dan kedua orang tua mempelai menaiki pelaminan. Para tamu undangan pun antri menunggu giliran untuk mengucapkan selamat dan do'anya kepada pemilik acara hari ini.

Waktu berlalu kini saatnya Salma berpamitan kepada kedua orang tuanya karena ia akan diboyong oleh keluarga suaminya ke rumah mereka. Ya.. untuk beberapa hari Salma akan tinggal bersama kedua mertuanya, sebelum nanti tinggal di rumah sang suami. Itu atas permintaan kedua mertuanya, Salma dan suaminya tidak dapat menolak.

''Nak, sekarang kamu sudah diperistri oleh orang. Jadilah istri yang patuh dan taat pada suamimu, layanilah dan berikanlah yang terbaik untuk suamimu. Tentu kamu sudah tahu bahwa setelah menikah surga seorang perempuan itu tergantung keridhoan dari suaminya bukan kedua orang tuanya lagi. Maka kejarlah surgamu itu dengan terus mencari keridhoan suamimu.'' nasehat Pak Imam kepada putrinya yang dibalas anggukan dan derai air mata oleh Salma.

''Nak Taufik bapak titip Salma ya, tolong jaga dan sayangi dia. Jika dia melakukan kesalahan bapak harap kamu menegurnya dengan baik dan bimbing dia.'' lanjut Pak Imam yang kini ditujukan untuk menantunya, Taufik ya.. itu nama suami Salma.

Taufik Alfahri pria tampan, mapan dan sangat sangat pekerja keras. Tiada hari tanpa bekerja, semua waktu dan isi pikirannya hanya kerja, kerja dan kerja. Putra tunggal dari pasangan Tuan Sulaiman Firdaus dan Nyonya Sahidah ini dikenal sangat disiplin dan tegas. Selain itu, dia juga tidak pernah sekalipun dekat atau terlihat menggandeng seorang gadis. Jangankan menggandeng, secantik apapun gadis didepanya tak pernah ia lirik sedikitpun. Hal itu menjadi kecemasan tersendiri bagi kedua orang tuanya, karena diumur yang ke 28 tahun ini anaknya belum juga menikah atau bahkan tertarik pada seorang gadis. Pengusaha sukses ini juga termasuk pada tipe orang yang sulit mengekspresikan perasaannya. Mungkin karena terlalu sibuk dengan laptop dan kertas - kertas kontraknya menjadikan ia lupa bagaimana berinteraksi dengan manusia, ya.. mungkin 😅😅

''InsyaAllah Pak.'' sahut Taufik.

''Kok bapak sih fik, ayah dong kan udah sah jadi mantunya.'' kekeh Pak Sulaiman yang tak lain adalah ayah Taufik.

''Eh.. iya Pa, Taufik lupa.'' balas Taufik.

''Haaha... tak apa, mungkin belum terbiasa.'' maklum Pak Imam.

''Ya sudah nak, kamu baik - baik ya disana. Hormati dan sayangi mertuamu seperti kamu menghormati dan menyayangi orang tuamu sendiri.'' lanjut Pak Imam.

Salma pun memeluk ayahnya dengan sesegukan, kemudian dia memeluk ibu dan adiknya. Tak lupa ketika dia memeluk orang tuanya Salma mengucapakan banyak terima kasih dan memohon maaf jika selama menjadi anak mereka ia belum berbakti dan menjadi anak yang baik.

''Kalau begitu kami pamit ya Pak Imam, Bu Ilma dan nak Fikri (adik Salma). Terima kasih sudah mempercayakan Salma pada kami, kami akan berusaha membahagiakan dan menyayanginya.'' ujar Bu Sahidah ibunya Taufik yang baru buka suara, setelah tadi ikut menangis melihat perpisahan Salma dan keluarganya.

Bu Ilma dan Bu Sahidah pun cupika - cupiki dan

''Assalamu'alaikum.'' seru Salma dan keluarga barunya serempak.

''Wa'alaikumsalam Warahmatullah.'' balas keluarga Pak Imam.

🌟🌟🌟🌟

Pukul 16.50 Salma sampai di rumah mertuanya, turun dari mobil Bu Sahidah langsung merangkul Salma dan mengajaknya untuk masuk. Dengan diikuti oleh Taufik dan Pak Sulaiman dibelakangnya mereka pun memasuki rumah, tepat ketika kaki Salma menapaki rumah tersebut Salma dikejutkan dengan penyambutan dari para asisten rumah tangga disana dengan suka cita.

''Ayo sayang masuk!'' seru Bu Sahidah karena Salma menghentikan langkahnya saking terkejutnya.

''Ahh.. iya Ma.'' sahut Salma kemudian melanjutkan langkahnya.

''Salma, Mama harap kamu kerasan ya.. tinggal disini dan anggap saja ini adalah rumahmu sendiri. Jadi jangan sungkan ya.. nak" ucap Bu Sahidah pada menantunya.

"Iya Ma" timpal Salma sambil tersenyum.

"Sekarang lebih baik kamu istirahat, pasti kamu sangat lelah 'kan sekarang.'' lanjut Bu Sahidah.

Mengangguk ''Iya Ma, terima kasih.'' jawab Salma

''Taufik ajak istrimu ke kamar, biarkan dia istirahat disana. Sebelum nanti kita makan malam bersama.'' titah Bu Sahidah pada anaknya.

''Baik Ma, mari..'' jawab Taufik pada sang ibu, kemudian mengajak Salma kelantai dua dimana kamarnya terletak.

Salma dan Taufik menaiki anak tangga dengan Taufik membawakan koper milik Salma.

"Bi tolong buatkan minum untuk Taufik dan Salma, lalu bawakan ke kamar mereka." titah Bu Sahidah pada salah satu asisten rumahnya.

Disini, di kamar suaminya Salma kini berada. Ia memandangi setiap sudut kamar suaminya. Kamar yang luas dengan ranjang yang besar, terdapat pula sofa disalah satu sudut ruangan. Terlihat ada dua pintu lainnya didalam kamar tersebut, mungkin kamar mandi dan yang satunya sebuah ruang ganti tebak Salma.

''Kamu istirahatlah, saya akan mandi terlebih dahulu.'' suara yang memecah keheningan mereka, yang tak lain adalah suara Taufik.

''I..iya Mas.'' sahut Salma dengan sedikit terkejut.

Salma pun mendudukan dirinya ditepi ranjang besar milik suaminya yang mulai sekarang adalah ranjangnya juga. Sambil menunggu suaminya yang sedang mandi Salma membuka kopernya, mengambil handuk dan pakaian ganti didalamnya. Tak lama dari itu, terdengar suara ketukan pintu dari arah luar kamarnya. Salma pun berjalan kearah pintu dan membukanya, ternyata itu asisten yang tadi diminta oleh Bu Sahidah membuatkan minuman untuk Salma dan Taufik.

"Iya Bi?" sapa Salma.

"Ini non, saya bawakan minuman untuk nona dan den Taufik." tuturnya sambil menyodorkan nampan pada Salma dan langsung disambut oleh Salma.

"Oh.. terima kasih Bi." ujar Salma dengan tersenyum manis khasnya.

"Iya non, kalau begitu saya permisi." lanjut asisten tadi dan berlalu begitu mendapat anggukan dari Salma.

Salma akhirnya membawa nampan itu masuk dan menaruhnya diatas meja dekat sofa, duduk dan meminumnya karena jujur Salma memang merasa haus.

Sekitar dua puluh menit kemudian pintu kamar mandi terbuka, Taufik keluar dengan keadaan sudah segar dan dengan pakaian santainya yaitu mengenakan kaos dan celana dibawah lutut. Melihat Taufik sudah selesai, Salma pun menyodorkan dan menawarkan minuman tadi kepada Taufik mungkin saja Taufik juga merasa haus. Setelah itu, ia pun pamit dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang sudah terasa gerah dan lengket.

.

.

Bersambung...

Mohon kritik dan sarannya, juga jangan lupa dukung dengan cara like, coment dan vote ya..

Terima kasih😊😊

Episode 2 Meminta izin

Setelah beberapa saat, Salma keluar dari kamar mandi dan melihat suaminya sudah mengenakan koko dan sarung bersiap untuk melaksanakan sholat magrib karena sebentar lagi akan adzan.

''Saya akan pergi ke masjid dulu untuk sholat magrib dan dilanjut sholat isya. Nanti setelah saya pulang dari masjid, saya akan kembali untuk memberitahumu waktu makan malam sudah siap.'' jelas Taufik setelah melihat Salma keluar dari kamar mandi.

''Iya, baik Mas'' balas Salma yang masih canggung.

Taufik berlalu pergi ke masjid sedangkan Salma melaksanakan sholat di kamar dilanjut dengan membaca ayat suci Al - Qur'an.

Waktu berlalu kini mereka sudah berada di ruang makan, dengan perbincangan hangat ditemani makanan - makanan yang menggugah selera. Bu Sahidah mengambilkan nasi serta lauk ke piring sang suami dan dirinya, begitupun Salma yang mengambilkan dan melayani suaminya.

Tidak ada perbincangan ketika nasi sudah dituang, merekapun makan dalam keheningan hanya meninggalkan suara - suara dentingan sendok dan piring yang saling beradu.

Hal itu sudah menjadi aturan tak tertulis dikeluarga ini dan Salma tidak begitu kaget karena dikeluarganya pun hal ini sudah menjadi kebiasaan.

Makan malam selesai, Salma dan Bu Sahidah membereskan meja makan dan piring - piring kotor. Meski ada asisten rumah tangga tapi Bu Sahidah selalu melakukan sendiri hal - hal mengenai keluarganya, kecuali jika ada halangan dan kesibukan.

''Salma sudah biar Mama saja yang bereskan, kamu bergabunglah dengan Papa dan Taufik disana'' ujar Bu Sahidah.

''Tidak Ma, biarkan aku membantumu aku merasa bosan jika hanya berdiam diri saja.'' tolak Salma.

''Ya sudah kalau begitu. Tapi jika pun kamu memang lelah, jangan terlalu memaksakan diri. Mama gak mau kalau nanti kamu malah sakit.'' ingat Bu Sahidah.

''Tentu Ma." Sahut Salma

Mereka pun membereskan dan menyimpan piring kotor di dapur karena para asisten di rumah inilah yang akan mencucinya. Selesai dengan itu, Bu Sahidah mengajak Salma untuk duduk dan mengobrol sebentar sambil meminum secangkir teh hangat sedangkan para suami sudah kembali ke kamar masing - masing tadi. Bu Sahidah begitu penasaran dan ingin mengenal Salma lebih jauh lagi, pengenalan yang begitu singkat ketika acara perjodohan waktu itu membuat Bu Sahidah sedikit tahu tentang Salma, namun juga menyebabkan ia penasaran akan kehidupan menantuanya tersebut.

"Oh ya Salma, Mama dengar kalau kamu mempunyai butik ya..?" tanya Bu Sahidah.

"Emm.. iya Ma, hanya butik kecil - kecilan saja untuk mengisi waktu luang." timpal Salma.

''Ah.. kamu, suka merendah seperti itu. Nama butikmu 'Butik muslimah' itu kan? Teman - teman Mama juga sering kesana bahkan ada yang jadi langganan disana, katanya koleksinya bagus - bagus dan pelayanannya pun sangat baik. Tapi sayang, Mama belum sempat berkunjung kesana." sesal Bu Sahidah.

''Selain itu, katanya kamu jadi desainernya langsung'kan disana? Kamu tahu, Mama sangat bangga sekali padamu." lanjut Bu Sahidah dengan antusiasnya dan Salma menyahutinya dengan tersenyum dan sesekali mengangguk.

''Tidak Ma, Mama jangan terlalu memujiku. Aku juga masih harus banyak belajar dalam hal itu." sanggah Salma dengan tersenyum manis.

''Iya sayang, kamu memang baik dan rendah hati." bangga Bu Sahidah dengan mengelus punggung tangan Salma.

"Tapi Ma, apa Mas Taufik akan mengizinkan Salma untuk bekerja setelah ini?" akhirnya Salma mengutarakan kekhawatirannya pada Bu Sahidah meski dengan ragu.

Bukan tanpa alasan Salma takut tidak diizinkan bekerja oleh suaminya, mengingat suami dan mertuanya yang bisa dibilang serba ada dan berkecukupan itu sudah menjadi alasan untuk suami dan mertuannya melarang Salma bekerja. Dan karena Salma juga yang belum mengenal baik bagaimana sifat suaminya, sehingga membuat Salma takut menyinggung suaminya saat membicarakan hal ini.

"Untuk itu kamu tanyakan langsung pada Taufik, nak. Tapi kalau menurut Mama Taufik pasti akan mengizinkanmu dan kamu tidak perlu khawatir." ujar Bu Sahidah sedikit membuat Salma lebih tenang.

"Iya Ma, semoga saja." timpal Salma dengan tersenyum.

Mereka terus bercerita tentang hal lainnya, sampai Bu Sahidah tersadar bahwa hari sudah beranjak semakin malam. Pasti sekarang suaminya sedang menunggunya, apalagi Taufik anaknya yang menunggu Salma karena ini adalah malam pengantin bagi mereka dan Bu Sahidah tanpa sadar telah mengganggu malam Taufik dan Salma. Bu Sahidah pun terkikik didalam hati.

''Sekarang lebih baik kamu susul Taufik, pasti dia sudah menunggumu di kamar.'' lanjut Bu Sahidah sambil tersenyum penuh arti, padahal belum tentu apa yang ia pikirkan akan terjadi😅.

''Iya Ma, kalau begitu Salma permisi.'' ucap Salma kemudian pergi berlalu dan menaiki anak tangga.

Salma sampai di kamar bertepatan dengan Taufik yang keluar dari ruang ganti yang telah berganti pakaian dengan pakaian tidurnya, kemudian berjalan menuju sofa dan memangku laptopnya. Salma memperhatikan setiap gerak tubuh suaminya, kemudian berjalan dan duduk ditepi ranjang dengan mata masih mengamati suaminya.

''Mas...'' panggil Salma setelah sebelumnya berusaha memberanikan diri. Taufik pun mengangkat kepalanya menatap Salma.

''Ya'' sahut Taufik.

''Mm.. boleh kita bicara ?'' tanya Salma.

''Hmm'' Taufik sambil mengangguk masih dengan menatap Salma.

''Begini.. ap.. apakah aku masih boleh bekerja setelah ini ?.'' ucap Salma dengan ragu dan gugup.

''Aku.. mempunyai usaha butik, memang hanya toko kecil tapi aku sangat menyukai pekerjaan ini. Mempunyai sebuah butik adalah impianku sejak dulu, maka dari itu apa aku.. boleh melanjutkan usahaku itu ?.'' tanya Salma kemudian menggigit bibir bawahnya, melihat suaminya tak mengubah ekspresinya membuat Salma sedikit gemetar. Lalu melanjutkan katanya.

''Jika Mas tak mengizinkannya aku tidak papa, aku ikhlas melepasnya.'' kemudiam mengulas senyum lembut khasnya.

Hening.

''Jika kamu menyukainya ya.. lakukan saja. Saya tak masalah selama kamu nyaman dengan hal itu.'' sahut Taufik setelah beberapa saat tadi terdiam, hal itu benar - benar diluar dugaan Salma dan membuat Salma senang sekali mendengarnya.

''Iya Mas terima kasih, aku janji tidak akan melupakan kewajibanku sebagai seorang istri. Aku juga janji akan mengesampingkan pekerjaaku, jika aku belum selesai melakukan kewajibanku sebagai seorang istri, aku juga akan pulang sebelum Mas pulang dari kantor.'' papar Salma dengan gembira yang dibalas anggukan oleh Taufik.

''Kalau begitu baiklah, aku permisi akan mengganti pakaian terlebih dahulu.'' pamit Salma kemudian mengambil piyama di ruang ganti lalu berlalu ke kamar mandi.

Setelah berganti pakaian, mencuci muka dan menggosok giginya Salma pun keluar dari kamar mandi. Dilihatnya sang suami sudah berada diatas tempat tidur dengan selimut menutupi sebagian tubuhnya. Salma melangkah mendekati ranjang dengan ragu ia mendudukkan tubuhnya ditepi ranjang, sungguh dia sangat gugup dan takut. Ini adalah kali pertamanya berada sangat dekat dengan seorang laki - laki selain ayah dan adiknya, belum lagi kini ia harus berbagi ruangan bahkan ranjang dengan laki - laki yang belum terlalu ia kenal.

Mengetahui kegugupan istrinya Taufik pun akhirnya buka suara.

''Tidurlah ini sudah malam, kamu pasti lelah setelah melalui hari ini.'' ucap Taufik berusaha mengusir kecanggungan pada dirinya.

Karena bagi Taufik pun ini kali pertama untuknya berdekatan dengan seorang gadis. Sungguh ia tak tahu harus bersikap seperti apa.

Dengan perlahan Salma pun membaringkan tubuhnya, dengan gerakan sangat kaku ia menarik selimut menutupi sebagian tubuhnya hingga batas perut. Berusaha memejamkan matanya supaya segera tertidur, namun entah kenapa seakan rasa kantuknya menghilang entah kemana. Begitu seterusnya hingga tak terasa kini ia sudah terlelap masuk kedalam

mimpinya.

Bersambung...

Mohon kritik dan sarannya, juga jangan lupa dukung dengan cara like, coment dan vote ya..

Terima kasih😊😊

Episode 3 Pindah rumah

Pagi harinya Salma bersama Bu Sahidah sedang memasak di dapur sambil berbincang - bincang, isi perbincangan mereka tak lepas dari anak semata wayang rumah ini siapa lagi jika bukan Taufik. Seperti janji Bu Sahidah kemarin malam yang akan menceritakan semua tentang Taufik pada Salma, mulai dari masa kecilnya sampai saat - saat dulu dia masih sekolah diceritakan oleh Bu Sahidah dengan antusias dan semangat 45 sambil mengenang masa - masa itu.

''Hah.. mengingat masa itu Mama jadi pengen deh dia jadi anak kecil lagi. Mengeloni dia, membacakan buku cerita sebelum dia tidur, menyuapinya, mendengar semua celotehnya saat pulang sekolah dan masih banyak lagi hal yang Mama rindukan dari masa - masa itu.'' cerita Bu Sahidah

''Tapi sekarang, coba kamu lihat.. dia  bahkan sudah tidak pernah lagi bermanja - manja seperti saat dia kecil dulu. Untuk menghabiskan waktu bersama saja sekarang sulitnya minta ampun, dia hanya kerja dan kerja saja yang ada dalam otaknya itu. Kadang Mama suka kesal jika dia sudah lupa pada kesehatannya sendiri, pulang larut malam, telat makan dan kebiasaan buruknya yang lain.'' lanjut Bu Sahidah.

"Oh ya Salma, kamu yang tumis kangkungnya ya.. biar Mama yang urus ayam kecapnya.'' ucap Bu Sahidah.

''Oke Ma!'' jawab Salma dengan semangat dan senyumannya, lalu melakukan apa yang dititahkan oleh mertuanya.

''Oh iya Ma, kalau makanan yang disukai Mas Taufik apa ?'' tanya Salma setelah beberapa saat tadi terdiam.

''Ya ini, dia menyukai masakan rumahan seperti ini. Tidak terlalu sulit menyediakan makanan untuk dia, makanan sederhana seperti ini saja sudah cukup bagi dia begitupun Papanya.'' jelas Bu Sahidah.

''Mereka itu bak pinang dibelah dua, apa yang disenangi maupun tidak disenangi itu sama. Hanya saja Taufik lebih kaku, tidak terlalu banyak bicara apalagi bergurau, entah apa yang dia makan sehingga membuatnya jadi seperti itu. Padahal dari dulu Mama lho.. yang memperhatikan semua makanannya.'' cemberut Bu Sahidah yang dibalas kekehan kecil dari Salma.

Pagi hari di rumah itu menjadi sangat riuh dengan gurauan dan tawa dua wanita yang sedang asik memasak sambil menceritakan hal apapun, baik pengalaman keduanya maupun hal - hal lucu lainnya. Hingga perbincangan merekapun tak dapat ditentukan bertema apa, mengalir kesana kemari tak tentu arah. Momen - momen seperti inilah yang selalu diimpikan dan diharapkan oleh Bu Sahidah, tidak memiliki seorang anak perempuan selalu membuatnya meminta Taufik agar segera menikah. Tak jarang dia selalu merasa kesepian saat ditinggal anak dan suaminya pergi bekerja. Tapi ya.. mau bagaimana lagi dia hanya dihendaki memiliki satu orang anak, bagaimanapun keinginan kita hanya Allah SWT lah yang berhak berkehendak dan Dia lebih mengetahui apa yang terbaik untuk hambanya. Sebagai manusia kita hanya bisa berkeinginan selebihnya biar Allah yang tentukan dan hendaknya kita banyak - banyak bersyukur dengan apa yang Allah beri dan titipkan kepada kita.

Bukan karena putus asa atau menyerah hingga Bu Sahidah dan Pak Sulaiman tak berusaha lebih, segala cara telah mereka lakukan do'a dan usaha tidak pernah putus mengiringi. Namun Allah berkehendak lain, beberapa tahun setelah kelahiran Taufik lebih tepatnya ketika Taufik menginjak usia sepuluh tahun, pasangan tersebut dinyatakan akan memiliki anak kembali tapi setelah beberapa bulan dinyatakan hamil, Bu Sahidah harus menerima kenyataan pahit. Dokter memvonis bahwa Bu Sahidah terkena penyakit kanker rahim, demi menyelamatkan nyawanya ia harus rela kehilangan bayinya sekaligus tidak akan pernah bisa mengandung kembali karena dokter harus mengangkat rahimnya. Sedih, kecewa, sakit hati bahkan terpuruk telah ia alami, tapi karena dukungan suami, anak dan orang - orang terdekat mampu menguatkannya hingga ia bisa mengikhlaskan bayinya.

Setelah beberapa saat acara masak - masak merekapun selesai, kini mereka sedang menghidangkannya diatas meja makan.

''Salma ayo panggil suamimu, sarapan sudah siap.'' titah Bu Sahidah ketika mereka sudah selesai menyajikan masakannya di meja makan.

''Baik Ma.'' sahut Salma kemudian pergi menuju kamarnya, begitupun dengan Bu Sahidah yang pergi untuk memanggil suaminya.

Begitu sampai di kamar, Salma tidak melihat keberadaan suaminya. Kamar mandi pun sepertinya kosong, kemudian dia berjalan menuju ruang ganti.

''Ehh.. maaf Mas.'' kaget Salma karena melihat suaminya belum mengenakan pakaian, ia langsung memalingkan wajahnya. Tak jauh berbeda dari Salma, Taufik pun sama terkejutnya.

''Ekhmm'' dehem Taufik berusaha untuk mengusir kecanggungannya.

''Sarapan sudah siap Mas, mari kita segera turun.'' ajak Salma sambil terus menunduk, setelah beberapa saat tadi sempat terdiam.

''Oh ya baik, nanti aku segera menyusul.'' jawab Taufik.

''Baik Mas, aku tunggu dibawah.'' kemudian berlalu dari hadapan Taufik.

"Aduuh.. kenapa aku ceroboh sekali" pekik Salma dalam hati sambil terus berjalan menuruni anak tangga.

Kini semua telah berada di ruang makan, menikmati sarapan pagi ini dengan kecanggungan yang tercipta antara Salma dan Taufik akibat tragedi saat di ruang ganti tadi. Terlihat dari bagaimana Salma menuang nasi dan lauk pada piring suaminya, juga Taufik yang terus memalingkan wajahnya ketika tidak sengaja bersitatap dengan Salma. Sarapan pun selesai, namun ada sedikit yang berbeda dengan sarapan pagi ini menurut Taufik. Hingga akhirnya ia pun tak bisa menahan untuk tidak bertanya.

''Ma, siapa yang masak pagi ini?'' tanya Taufik pada akhirnya.

Bu Sahidah tersenyum dan mengerti pasti Taufik bertanya seperti itu karena dia merasa rasa masakan yang agak berbeda pagi ini. Bu Sahidah paham betul dengan anaknya itu, dia sangat mengenal masakan Mamanya dengan sedikit saja dia mencicipi sebuah masakan dapat dia tebak itu masakan Mamanya atau bukan. Dan saat ini jelas dia tahu bahwa tumis kangkung dan beberapa masakan lainnya bukan masakan Mamanya.

''Memangnya kenapa?'' tanya balik Bu Sahidah sambil melirik Taufik kemudian melirik Salma.

''Berbeda saja, tidak seperti biasanya. Masakan Bi Ani dan Bi Leni juga bukan.'' bingung Taufik dengan menyebut nama para pekerja yang biasa membantu memasak jika Bu Sahidah sedang sakit atau sedang ada urusan.

''Apakah masakannya enak ?'' pancing Bu Sahidah dengan tersenyum.

''Enak, sangat enak malah.'' sahut Taufik sangat ringan dan belum menyadari maksud Bu Sahidah.

Bu Sahidah terkekeh sebelum kemudian ''Oh.. jelaas! siapa dulu dong yang masak mantu Mama.'' bangga Bu Sahidah.

Taufik pun membelalakkan matanya sambil melirik Mama dan istrinya bergantian, kemudian membuang muka. Bu Sahidah yang tak dapat menahan tawanya pun akhirnya tertawa sedangkan Salma menunduk sambil menahan tawanya.

"Memangnya kenapa? Kenapa Mas Taufik harus kaget seperti itu ?" Pikir Salma

''Iya itu masakan istrimu Taufik, memangnya siapa lagi. Tapi kamu tenang saja, tidak hanya hari ini saja kok kamu bisa merasakan masakan istrimu. Besok, besoknya lagi bahkan setiap hari kamu akan merasakan masakan yang kamu bilang sangat enak itu.'' seloroh Bu Sahidah dengan terus menggoda anaknya yang sudah merona menahan malu.

''Iya'kan Salma?'' imbuh Bu Sahidah pada menantunya.

''I..iya Ma'' sahut Salma dengan sedikit gugup sedangkan wajah Taufik sudah semakin memerah tak tahu sudah semerah apa.

🌟🌟🌟🌟

Setelah beberapa hari tinggal di rumah mertuanya, kini Salma sudah berada di rumah suaminya. Sebenarnya Salma masih terkejut, bagaimana tidak rumah suaminya ini sangatlah besar dan mewah. Gerbang yang tinggi, bangunan bertingkat dua yang besar dan kokoh ditambah dengan halaman depan yang sangat luas. Jika ia diminta berjalan dari pintu gerbang sampai ke pintu utama rumah mungkin ia tidak akan sanggup. Karena apa? Karena jarak antara pintu gerbang dengan rumah utama saja sudah seperti panjangnya jalanan komplek rumah ayah Salma, jika ia boleh bandingkan. Dulu ia sering bersepeda di sore hari untuk berkeliling komplek.

Belum lagi, ketika dia sampai di teras rumah pintu utama yang menjulang tinggi itu tiba - tiba terbuka dan memunculkan beberapa orang yang entah berapa jumlahnya, berbaris dengan pakaian yang sama. Mereka tersenyum ramah sambil sedikit membungkukan badan dan mengucapkan ''Selamat datang Nona'' secara bersamaan.

Sungguh Salma merasa berada di negeri dongeng yang ada didalam buku yang dulu sering ibunya bacakan ketika ia masih kecil.

Salma pun membalas senyum mereka dan mengucapkan terima kasih atas penyambutan mereka. Sebelum masuk tak lupa Salma mengucapkan salam, kemudian melangkah kedalam rumah ia disuguhkan dengan kerlap - kerlip barang - barang yang tak bisa dikatakan murah. Salma terus saja berucap '' MasyaAllah '' tiada henti disepanjang langkahnya, ketika lagi dan lagi melihat betapa indahnya rumah ini.

Seorang wanita paruh baya yang terlihat lebih berumur dari yang lain menghampiri Salma.

''Nona mari saya antar nona ke kamar tuan.'' ajak wanita tersebut, yang dijawab dengan anggukan Salma.

Mereka pun menaiki anak tangga diikuti oleh seorang supir yang mengantar Salma tadi untuk membawakan koper dan barang - barang Salma.

Memang tadi Salma diantar oleh seorang supir karena Taufik harus pergi untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang sempat tertunda beberapa hari yang lalu.

Sampai didepan pintu kamar yang dituju, wanita paruh baya itu pun membukakan pintunya kemudian mempersilahkan Salma masuk.

Salma melangkah masuk dan terlihatlah kamar yang dua kali lebih besar dari kamar Taufik yang ada di rumah Mama mertuanya.

''Jika ada yang nona butuhkan nona bisa memanggil saya, dengan menggunakan telpon yang ada diatas nakas. Nona hanya cukup menekan tombol angka satu maka itu sudah dapat terhubung kepada saya.'' jelas wanita tersebut hingga fokus Salma pun teralih padanya.

''Hmm.. baiklah. Tapi maaf, jika boleh saya tahu siapakah nama ibu ?'' tanya Salma karena sejak tadi wanita itu terus saja bicara tanpa mengenalkan namanya.

''Oh maaf nona saya lupa, nama saya Ati. Nona bisa memanggil saya Bi Ati.'' ujar Bi Ati dengan tersenyum dan dibalas dengan anggukan Salma.

''Baiklah nona, kalau begitu saya permisi dan nona silahkan beristirahat'' pamit Bi Ati setelah sebelumnya ia membantu Salma merapihkan pakaiannya yang masih didalam koper ke lemari pakaian yang ternyata telah disediakan untuknya.

''Iya Bi, terima kasih.'' sahut Salma dengan tersenyum ramah.

Setelah kepergian Bi Ati dan supir yang menyimpan koper Salma di ruang ganti, Salma pun melanjutkan melihat lihat isi kamar barunya tersebut, sejurus kemudian ia dibuat penasaran dengan satu pintu yang dapat ia tebak bukan kamar mandi maupun kamar ganti. Salma melangkah mendekati pintu itu, lalu memegang handle pintu selanjutnya pintu pun terbuka dan nampaklah sebuah balkon yang cukup luas yang menghadap langsung ke arah kolam renang dilantai bawah. Terdapat pula sebuah ayunan disana dengan mata berbinar Salma pun mendekati ayunan tersebut, kemudian mendudukinya. Pemandangan yang indah ditambah dengan angin sepoi - sepoi membuat Salma memejamkan matanya dengan terus berayun dianyunan tersebut. Sudah Salma pastikan tempat ini akan menjadi tempat favoritnya di rumah ini.

Hari pun semakin sore, Salma masuk untuk membersihkan diri. Kemudian duduk disofa yang terdapat di kamarnya untuk menunggu suaminya pulang. Namun, tiba - tiba...

Drtt.. drttt.. drtt.. drtt..

.

.

Bersambung...

Mohon kritik dan sarannya, juga jangan lupa dukung dengan cara like, coment dan vote ya..

Terima kasih😊😊

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!