NovelToon NovelToon

Magic You

Chapter 1

Aku Valentresia yang hidup di keluarga sederhana, ya sederhana... Hm... Hanya ada beberapa rumah yang di fasilitasi kolam berenang, 10 mobil Lamborghini (belum termasuk milik pribadiku) , 5 perusahaan elektronik (belum perusahaan kecil lainnya) dan apa ya? Ntahlah terlalu banyak jika di sebutkan. Hehehe, aku bercanda aku hidup dalam gemilang kekayaan keluargaku. Kalau di bandingkan dengan teman-temanku aku masih sangat standar di sekolah. Aku hidup bersama papa dan mama. Hidupku sangat bahagia.

Tapi itu dulu...

Sekarang telah berbeda tahun lalu papa dan mama meninggal, beberapa perusahaan bangkrut dan rumah banyak yang di jual untuk menutupi kerugian yang terjadi. Aku sangat bersyukur masih memiliki kakek dan nenek yang membantuku untuk tetap bersekolah. Mereka menolong dalam mengurus perusahaan yang di tangani papa.

Aku bersikeras untuk tetap bersekolah dan akan menjadi penggerak perusahaan papa kelak serta bahkan membuat perusahaan sendiri.

Di sekolah aku sangat periang dan mudah untuk bergaul. Aku memiliki banyak teman. Namun ada satu temanku yang sangat karib, namanya Tessa Burg. Dia anak campuran. Dia sangat terbuka tentang dirinya padaku begitu pun aku.

"Valen ke kantin yuk." Ajak Tessa.

"Ayuk." Aku menyetujui.

Oh ya, dari tadi aku di kelas dan sekarang jam istirahat, aku dan Tessa pun pergi ke kantin.

Kami berjalan melalui koridor sekolah.

Brukk.

"Maaf maaf kak saya tidak sengaja." Aku merapikan baju senior yang ngak sengaja aku tabrak. kemudian mendongakkan kepala.

Sial... Ini kak Jessen. Dia cowok yang kusuka.

Kak Jessen hanya menatapku dan pergi.

Huh... selamat.

"Gila ganteng banget ya kakak itu." Aku tersipu malu.

Tessa menatapku. "Valen jangan deketin dia, kan kau tau kakak itu sangat introvert."

Aku tersenyum. "Tapi aku suka."

Tessa menggelengkan kepala dan kami kembali berjalan.

***

Di kantin aku celingak-celinguk melihat kondisi di sini. Mataku terpaku oleh satu sosok...

Gilaaa itu kak Jessen!

Ya Tuhan apakah dia jodohku...

Karena terlalu excited aku mendatangi mejanya. "Hai kak."

Dia melirikku sekejap. "Aku sibuk, pergi. Dasar bodoh."

Kretekkk.

Rasanya dunia ini goyang. Aku shock.

Ternyata bener kata orang dia itu selain introvert dia juga tak punya perasaan.

Aku membuka mulut. "Denger ya kak, jangan sok ganteng deh. Ya aku tau kakak ganteng, tapi di atas langit masih ada langit jadi jangan merasa WOW!" Aku mengangkat kedua tanganku dengan bergetar kemudian aku turunkan.

Kutatap tajam matanya. "Aku juga bisa dapet yang lebih ganteng dari pada kakak tau ngak! Lihat aja nanti!" Aku pergi meninggalkannya dan menarik tangan Tessa. "Aku jadi ngak selera makan. Ayo balik ke kelas."

Hari ini adalah hari yang sangat menyebalkan plus malu plus plus emosi. Rasanya sangat kesal sekesal-kesalnya!

"Memang dia pikir dia siapa?" Aku mendengus. "Kalau ngak kakak kelas, udah aku pijak-pijak tu orang!"

Tessa yang menyaksikan aku mengamuk malah tertawa. "Makanya Val jadi orang jangan keganjenan... hahaha."

Aku kembali berdecak. "Kau ini teman apa lawan sih?!"

"Haha, jangan marah dong beb... Bercanda."

"Ngak. Lucu. Sama. Sekali." Ucapku emosi.

Catatan penulis:

hi guys.... mari di dukung ya shay karya aku... gimana caranya...

vote cerita aku

like dulu sebelum baca ya guys... (kenapa ngak habis baca aja? karena takutnya kalian baca dan lupa ngak terlike jadinya.)

beri hadiah ke cerita aku guys...

Rate bintang 5 cerita aku yauuu

thanks ya....

chapter 2

Kemarin adalah hari yang membuatku sangat jengkel. Kenapa bisa aku di tolak sama Jessen sedangkan aku sendiri bahkan belum mengungkapkan cinta padanya?!

Gila... Ini sangat gila!

Aku bahkan tak habis pikir tentang dia, dia lebih buruk dari pada perkataan orang.

Mungkin aku bukanlah tipe orang yang suka sama bad boy. Ya kau tau sendiri... Kenalan aja udah jahat gimana lagi kalau udah nikah, kelar hidupku!

Seumur hidupku Jassen adalah orang yang paling kubenci!

"Valen kau ngak apa? Wajahmu merah." Tessa menyadarkanku dari pemikiranku yang kesal sama Jessen.

Aku mengubah mimik wajahku menjadi tersenyum. "Ngak apa Tes, aku gereget aja sama kak Jessen. Dasar kurang ajar."

Tessa tertawa dan merangkulku. "Orang galak sepertinya ngak usah di ladenin... Nanti kau jadi cepat tua, hahaha."

"Udah deh, hari ini aku terakhir makan di kantin. Terserah kau mau makan apa. Pokoknya sepuasnya tanpa batas." Sambung Tessa.

Tessa tau aja kebahagiaanku. Kalau aku lagi stress, makan adalah kunci menaikkan moodku.

"Okayy."

Kami berjalan ke kantin.

Aku mengintip ke kanan ke kiri, apakah Jessen lewat atau ngak, kalau iya aku ngak bakal mau ke luar.

Ternyata tidak ada.

Ha... Senangnya tidak ada kehadirannya.

***

"Banyak amat pesananmu Val." Sindir Tessa sambil tersenyum.

"Aku stress banget Tes. Ntahlah, aku rasanya ingin makan banyak aja." Sambungku sambil melahap bakso.

"Ya udah makan dulu, ntar keselek kalau makan sambil ngomong."

Aku mengangguk setuju.

Rasanya bahagia dengan makan banyak.

Moodku naik dua kali lipat.

Tessa yang melihatku yang begitu rakus hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Valen Valen."

Tessa mengingat sesuatu. "Oh ya, kau udah siapkan tugas Bu Rina kemarin. Nanti di kumpul loh setelah istirahat."

"Oh iya! Belum siap!" Aku tersentak dan spontan berdiri.

"Sebentar ya Tes aku mau ambil bukuku. Biar aku kerjai di sini"

"Iya... Cepet."

"Oh iya sekaligus ambil buku tugasmu ya." Sambungku.

"Iya."

Aku berlari menuju kelas. Saat melewati koridor aku melihat kak Jessen.

Mata kami spontan bertemu. Mungkin karena suara langkah kakiku berlari.

Oalah.

Kenapalah harus jumpa di sini...

Aku mulai nenghentikan langkah kakiku yang yang berlari tadi menjadi berjalan tenang.

Aku pura-pura tidak melihat si Jessen.

Tapi mata ini memang kegatelan, dan akhirnya aku melihatnya. Namun aku berusaha untuk tetap cool. Aku melihatnya dengan sinis dalam sekejap, sedangkan dia menatapku datar.

Buset nih cowok memang ganteng luar biasa.

Tapi ngak boleh Valen... Dia itu psikopat!

Aku masuk ke kelasku dan duduk di kursiku.

Aku mengelus dadaku. "Deg-degan shit..."

Aku pun mengambil buku dan beranjak pergi ke luar kelas menuju kantin.

Aku keluar kelas dan melihat Jessen duduk di kursi ruang tunggu yang ada di seberang kelasku. Dia menatapku.

Aku melihatnya sinis. "Apa liat-liat?! Kau pikir aku takut samamu apa... "

Tanpa sepatah katapun dia masih menatapku.

Dari pada aku baper di lihatin sama dia lebih baik aku pergi.

Aku berjalan ke kantin dengan sedikit berlari.

***

Aku menyalin semua yang di tulis Tessa di bukunya ke bukuku. Rasanya jari tangan ini mau copot. Dan akhirnya selesai.

"Hu... Capek " Keluhku.

"Makanya, kalau ngerjain PR jangan di sekolah. Rasain." Tessa meledek.

"Biarin."

Tessa menyambung makannya. "Noh... Habisin tu makanan. Jangan sampai tersisa."

"Iya." aku makan sambil tertawa.

Aku melihat Jessen dari kejauhan datang.

Waduh... Kenapa nih?

Ngak mungkin kan mau menghampiriku.

Ah masa?

Atau dia mau mengancamku karena kalimatku tadi tidak sopan padanya?!

OMG

Tidak tidak, mana mungkin dia seperti itu.

Atau mungkin dia mau menghinaku di muka umum bahwa aku adik kelas terganjen sama kakak kelas yang pernah ada?!

Ah tidak tidak, itu tidak mungkin. Ya kan?

Aku mencoba menguatkan batinku. "Ngak ngak... dia ngak bakal ke sini." Kalimat itu terus kuucapkan dengan berbisik. Aku meyakini perkataan itu doa... Jadi semoga doa ini terkabul.

Aku menutup mataku berharap dia ngak ke sini. Ya Tuhan tolong aku...

Seseorang menjitakku. "He..."

Aku membuka mataku.

Sial ini beneran Jessen, astaga!

"Ini bukumu. Aku sudah baca." Sambungnya sambil berjalan pergi.

Tunggu ini apa? Kapan aku ngasih buku ke dia?

Aku membuka buku tulis yang di beri ya.

-Untuk kau yang ngak jelas semalam ngomong apa.

Dengar ya aku berharap ngak pernah bertemu denganmu lagi. Jangan muncul lagi di hadapanku. Kecuali memang unsur ketidaksengajaan, kalau tidak aku tak akan mengampunimu.

Kalau ada orang yang mengetahui isi surat ini selain kau, kau akan tamat.

-Jessen

Gila bet dah... Ngancemnya pake tulisan lagi. Ternyata dia serem banget.

"Kau pernah ngasih kak Jessen buku?" Tessa penasaran.

Kalau kuberitahu, kelar hidupku Tes...

"Eh pe pernah kok. Hehe." Sambungku kaku.

"Oh bagus deh kalau begitu. Soalnya ada rumor yang beredar kalau Jessen mengancam seseorang yang di bencinya menggunakan buku yang ada tulisan ancaman gitu... Setiap orang yang udah di kasih buku sama dia biasanya langsung pindah sekolah beberapa hari kemudian."

Ya iya lah Tes... Dia ngancem kalau aku menjumpainya aku akan kelar...

Tapi kupikir-pikir aku ngak mungkin pindah sekolah dan juga aku tidak mau menyusahkan kakek dan nenek mengurus perpindahanku. Kasihan mereka.

Mau ngak mau aku harus tetap sekolah di sini apa pun resikonya...

"Valen kau ngak apa?" Tessa kuatir.

"Oh ngak apa kok." Jawabku.

Aku harus bisa, memangnya dia akan ngapain aku rupanya.

Duh... Lagi pula kenapa sih kemarin aku sok dekat sama dia... Nyesel aku.

***

Hari ini aku datang ke sekolah lebih awal berharap tak berjumpa dengannya.

Walaupun di buku ada di tuliskan "Kecuali unsur ketidaksengajaan..."

Kan aku ngak tau apa pikiran dia kalau jumpa aku, saat aku jumpa dia tidak sengaja dan dia pikir itu sengaja... Bisa berabelah.

Aku berjalan melalui koridor sekolah, sangat sepi. Jam berapa ini ya?

Aku melihat jam tanganku mengarahkan pukul 06.30.

Salah perhitungan waktu berangkat aku, ini terlalu cepat. Tapi ya sudahlah, sudah terlanjur. Aku melanjutkan jalanku ke kelas.

Ketika aku hampir sampai ke kelas, aku melihat ada seseorang duduk di kursi tunggu di seberang kelas. Seorang laki-laki berpakaian seragam sekolah duduk dengan kepala merunduk kebawah, tangan yang di lipat di dada dan badan yang bersender di bahu bangku.

Kalau di lihat-lihat sepertinya tidak asing

Sial itu Jassen!

Aku berjalan pelan ke kelas agar tidak membangunkannya. Aku membuka pintu secara perlahan.

Kretektek

Bunyi pintu terbuka sangat kencang.

Terkutuk kau gagang pintu!

Jessen berdehem di selingi batuk dengan unsur kesengajaan. Dia sudah bangun!

Aku gelagapan dan mencoba menenangkan diri masih tidak membalik badanku agar tidak melihat Jessen. "Ha ha..." aku berpura-pura merentangkan tanganku dan bernapas.

"Pagi yang segar, sekolah masih kosong melompong... Tidak ada orang. Aku bahkan tidak melihat siapa pun." Aku sengaja bilang begitu agar dia menganggap aku tidak melihatnya terlebih dahulu melainkan dia yang pertama melihatku.

Aku membalikkan badan dan tertawa yang kuusahakan bahagia. "Eh... Kak Jessen. Kok baru lihat saya. Pagi yang cerah ya kak. A.. aku masuk dulu ke kelas, o.. oke kak." Aku kembali membalikkan badanku ke arah pintu dengan tegang dan berusaha untuk tidak gemetar.

Aku mendengar langkah kaki Jessen yang mendekat, aku langsung segera masuk dan menutup pintu...

Kaki Jessen yang berjalan ke arahku lebih cepat sampai sebelum aku menutup pintu, itu karena faktor kakinya yang panjang. Dia menyangkal pintu yang akan kututup.

Jessen menatapku tajam. "Kau tau siapa yang kau bodohi?"

"Ma maksudnya kak?" Aku masih menyangkal.

"Kau kira aku bodoh ya? Kau tau aku ada di depan duduk dan kau berusaha tidak melihatku." Sambungnya.

Aku menelan ludah berat.

Ya Tuhan cobaan apa lagi ini...

"Kau sengaja tidak melihatku padahal melihat. Dengan kata lain kau bertemu denganku dengan sengaja." Dengan senyuman kecil yang penuh misteri dia lontarkan padaku.

Benerkan dugaanku. Pasti dia mikir aku itu sengaja berjumpa dengannya.

Dia membuka pintu kelasku. Aku masih coba menahannya, tapi kekuatannya lebih besar dariku. Alhasil pintunya terbuka.

"Sekarang kau berurusan denganku." Dia berjalan maju di hadapanku dan  menyudutkanku ke sisi dinding kelas.

Aku mulai memberanikan diri. "Kau pikir aku takut denganmu."

Dia membulatkan matanya dan tersenyum licik.

"Aku ngak pernah takut sama siapapun! Aku juga tadi ngak sengaja tuh jumpa samamu. Kau saja yang kepedean!" Bantahku.

Dia menumpukan tangannya ke dinding yang membuatku spontan bersender pada dinding di belakangku dan mendekatkan wajahnya ke arahku. "Kau tau, sekarang kita hanya berdua di kelas dan... " Dia mulai mengarahkan pandangan matanya ke bawah menyisir tubuhku.

Tapi sebelum itu aku memegang wajahnya keras dan kuluruskan untuk menatapku. "Kalau bicara lihat mata!" Bentakku.

chapter 3

Jessen Luders adalah cowok idaman bagi setiap gadis yang menatapnya dalam pandangan pertama. Badan yang atletis di dukung dengan wajah yang rupawan sangat memikat hati. Tak jarang banyak wanita yang mendekatinya, namun pada awalnya saja.

Kau tau, Jessen sangatlah dingin. Setiap kalimat yang terucap dari bibirnya sangat kejam dan menusuk hati. Tak jarang banyak pula wanita yang atrek mundur. Iya mundur.

Setiap wanita yang mencoba mendekatinya selalu di ancam dengan tulisan dalam sebuah buku. Selalu!

-Untukmu

Kau tau aku sangat membenci orang yang sok dekat denganku. Kalau kau mendekat lagi, kau akan rasakan akibatnya!

-Jessen

Membacanya saja sudah membuat merinding wanita yang mencoba mendekatinya. Kejam? Ya memang.

Jessen hidup dalam keluarga broken home, Ayahnya seorang yang kaya raya dan ibunya seorang pembisnis yang sukses. Kedua orang tuanya sangat membuatnya terusik. Mereka selalu bertengkar dan akhirnya bercerai... Dan Jessen memilih untuk tinggal bersama ibunya. Chatty Luders.

Ibunya selalu tidak punya waktu untuk bersama dengannya. Hanya neneknya yang selalu bersamanya. Neneknya sangat penuh kasih dan sangat menyayangi Jessen. Jessen sangat bersyukur akan hal itu.

Namun semua hal berbeda setelah neneknya meninggal. Suasana rumah jadi kelam.

Jessen masih berusaha untuk menjalani hidupnya dan mencoba untuk menjadi seseorang yang sama. Namun semua nihil.

Setiap orang yang mendekat padanya hanya karena dia kaya dan tampan, tidak lebih. Kecuali ada satu teman Jessen yang benar berteman dengannya dengan tulus hati. Ken namanya.

Miris.

"Valen cepetan dong!" Pekik gadis yang ada di hadapan Jessen sedang menatap temannya yang ada di seberang jalan.

Pekikkan itu membuat temannya berlari ke arahnya sambil terengah-engah. "Sabar dong, kau ngak tau apa tadi ada kucing yang tersesat? Kasian tau ngak."

Jessen yang tidak peduli akan mereka. Mengalihkan pandangannya ke layar ponselnya serta mengambil headset mencoba memutar musik.

"Kau tau nanti kita terlambat!"

"Tenanglah... Kasian kucingnya terpisah dari orang tuanya. Dia sendirian"

Kalimat itu menusuk hati Jessen. Dia merasakan kalimat itu seperti mengarah kepadanya, padahal itu adalah kucing.

Jessen memasukkan kembali headsetnya ke saku celana. Entah apa yang membuatnya menjadi penasaran perbincangan dari mereka.

"Aku tau rasanya jadi seperti dia." Valen memandang Tessa dalam.

Tessa merangkulnya. "Sudahlah Val."

"Oh ya, kau apain kucing tadi?" Tessa mengalihkan pembicaraan.

Aura riang terlukis di wajah Valen. "Aku bawa!"

Tessa menyergit kaget. "Kau bawa?! Mana?!"

"Di tas, lihat aku ngak menutup tasku sepenuhnya biar dia bisa bernapas. Hehe."

Kepolosan Valen membuat Jessen menahan tawa yang membuat tubuhnya bergetar.

"Gila! Kenapa kau jadi pedulian gini sih?"

"Kasian loh sama dia, pokoknya aku harus bawa dia! Aku akan urus dan buat dia bahagia."

Senyuman kecil sinis pun terlukis di bibir Jessen. Memangnya kau tau apa yang membuat dia bahagia, huh? Dia hanya ingin orang tuanya kembali.

"Walupun aku ngak bisa jadi orang yang paling membuatnya bahagia. Setidaknya aku berusaha jadi bernilai di matanya."

Jessen tertegun karena kalimat yang keluar dari mulut Valen. Dia menatap gadis itu tajam.

Tessa menyenggol badan Valen kesal. "Ihh... Lebay."

"Terserahmulah mau buat apa ke dia. Yang penting kita harus cepat ke sekolah. Nanti telat, kena hukum lagi!" Tessa mengingatkan setelah melihat jam tangannya sudah mengarahkan ke jam 7.40

Mereka berlari meninggalkan Jessen seorang diri.

Jessen yang tidak peduli akan waktu terus melanjutkan langkahnya dengan santai.

***

Pelajaran yang memuakkan telah berakhir. Jessen benci pelajaran sekolah yang menurutnya tidak perlu di ajarkan lagi. Itu terlalu mudah.

Ya, Jessen itu seorang yang sangat pandai di kelasnya. Tidak... Di sekolahnya! Bagaimana tidak? Setiap harinya selalu di penuhi dengan membaca, menghitung dan menghapal. Semua sangat mudah baginya. Dia tidak pernah jemu akan hal itu karena dia merasa waktu tidak terbuang secara percuma.

Pandangannya mengarah ke luar pintu kelas. Mengumpulkan niat untuk pergi ke kantin hanya untuk sekedar minum dan langsung berangkat ke perpus. Itulah yang setiap hari ia lakukan.

Bagi orang biasa hal yang di lakukan Jessen terlihat berlebihan dan terlalu culun. Namun tidak baginya, hal itu yang selalu bisa membuatnya berarti.

Berjalan melewati koridor menuju kantin.

Brukk.

"Maaf maaf kak saya tidak sengaja." Jessen menatap dengan dingin wanita yang ada di hadapannya. "Ini cewek yang tadi." Pikir Jessen dalam hati.

Wanita ini sibuk merapikan baju Jessen.

Jessen yang tidak menginginkan terjadinya percakapan di antara mereka berjalan meninggalkannya.

Di kantin Jessen memesan minuman dan duduk tepat di sudut kantin kerena hanya tempat itu yang terlihat sepi. Jessen sangat benci keramaian, menurutnya itu sangat menganggu. Dia duduk dan mencoba menghabiskan minuman yang di genggamnya. Teringat akan kejadian tadi dan ucapan wanita itu. Sangat menganggu.

Kenapa aku harus mikirin dia?!

"Hai kak." Terdengar sahutan yang suaranya tidak asing.

Jessen meliriknya sekejap. Tak salah lagi, itu dia. "Aku sibuk, pergi. Dasar bodoh."

Jessen kembali meneguk minumannya dan terkaget karena wanita itu membentaknya.

"Denger ya kak, jangan sok ganteng deh. Ya aku tau kakak ganteng, tapi di atas langit masih ada langit jadi jangan merasa WOW." Wajah wanita itu terlihat sangat emosional.

Jessen sedikit terkejut melihat ekspresinya dan mulai menatapnya dingin.

"Aku juga bisa dapet yang lebih ganteng dari pada kakak tau ngak! Lihat aja nanti!" Valen meninggalkan Jessen tanpa peduli apa yang akan terjadi selanjutnya, pergi dengan kesal dan amarah.

"Aku jadi ngak selera makan. Ayo balik ke kelas." Sambungnya pada temannya.

Mereka pergi. Dan begitu pula setelah itu Jessen pun pergi menuju perpustakaan. Teringat akan wanita itu, membuat senyum sinis tergaris di wajah tampannya.

Menarik juga...

Jessen mulai menyusun rencana dengan membuat sepucuk surat yang akan menakuti Valen. Jessen tidak terima harus di jawab kasar oleh seorang wanita.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!