🥀Alia biasa dipanggil Lia, hidup berkeluarga selama dua tahun dan tengah hamil sembilan bulan, hidupnya sangat bahagia dan berkecukupan.
🌾 Waktu tak bisa di tebak dan rencana yang kuasa tak dapat di hindari. Lia harus menelan pil pahit dalam hidupnya. Kecelakaan saat menuju rumah sakit merenggut nyawa suami dan anaknya. Dan lebih menyakitkan lagi Lia divonis tidak bisa memiliki anak lagi seumur hidupnya.
🌾 Penderitaan Lia tak cukup sampai di situ. Lia terpaksa harus keluar dari rumah yang selama ini menjadi kenangan bersama suaminya. Mertua Lia memutuskan hubungan karena Lia tak bisa memberikan keturunan dari anaknya.
🌾Lia harus bertahan hidup dengan sisa uang yang ia miliki dan memilih untuk mencari pekerjaan. Berkat kecerdasannya dan pengalaman kerja tak sulit bagi Lia untuk mencari pekerjaan. Lia di terima di perusahaan Bara grup menjadi seorang sekretaris.
🌾Kondisi Lia yang belum terlalu pulih membuatnya terlalu cepat lelah di tambah payu*daranya yang terus membengkak saat Lia lupa memompa Asinya.Tak cukup sekali Lia untuk memompa asi-nya dia perlu empat sampai lima kali dalam sehari, karena terlalu banyak asi yang di produksi. Bahkan Lia terpaksa membuang ASI-nya saat sedang bekerja karena tak bisa menyimpannya.
🍁Bara, seorang pria terhormat yang sukses dalam karirnya ditambah menjadi pewaris tunggal kekayaan orangtuanya yang sudah meninggal. BARA GRUP adalah salah satu warisan orang tuanya yang bergerak di bidang konstruksi.
🌾Kisah asmara Bara tak semulus karirnya setelah mendapatkan seorang istri, Bara harus kehilangan istrinya karena meningal sesaat setelah melahirkan.
🌾Bara memiliki seorang bayi yang baru lahir, namun memiliki sedikit masalah . Anaknya tidak bisa minum susu formula karena akan menimbulkan alergi di tubuhnya. Sedangkan Asi dari ibu-ibu Menyusui Alfin sering menolaknya hingga membuat Bara kerepotan hanya untuk mencari ASI yang sesuai dengan kebutuhan Alfin.
🌺 Bunga, gadis manja dan matre dia sangat menyukai Bara, hatinya sangat bahagia saat mengetahui Bara menjadi duda.
🌾Orang tua bunga adalah salah satu mitra kerja dari perusahaan Bara Grup
🌸Akas, asisten pribadi Bara, Bara sudah sangat dipercaya Akas dalam segala hal.
🌾Bara menganggap Akas sudah seperti saudara sendiri, bahkan bisa menikmati fasilitas yang Bara miliki. Akas tinggal serumah dengan Bara sejak orang tua Bara meninggal.
🌺Toni mantan bos Lia. Lia sempat bekerja dengannya selama 6 bulan namun kejadian pahit membuat Lia hengkang dari perusahaan tempatnya bekerja.
💗Dimas mantan bos Lia yang pertama dan sempat menjalin asmara. namun hubungannya kandas saat Dimas kedapatan selingkuh.
****
Suatu hari, Alfin demam dan harus di larikan ke rumah sakit. Babysitter Alfin yang memberitahu Bara mengenai keadaan Alfin dengan panik, dan saat itu Bara dan Lia Hendak menghadiri rapat, Memutuskan untuk membatalkannya agar bisa segera pergi ke rumah sakit
Dengan tergopoh-gopoh Bara segera menuju tempat di mana Alfin di rawat. Sedangkan Lia yang tak tahu tujuan Bara ke rumah sakit hanya bisa mengikutinya dari belakang.
Sesaat setelah sampai, terdengar tangis seorang bayi yang berusia satu bulan membuat pilu hati Lia, bagaimana tidak, Jika anaknya hidup mungkin akan seusia Alfin.
Kondisi Alfin sangat memprihatikan, kekayaan tak menjadi jaminan Alfin hidup Terjamin, Badannya kurus dan pucat dan perutnya buncit seperti bayi yang busung lapar. Mungkin karena Alfin memilih -milih sesuatu yang masuk dalam tubuhnya.
Lia melihat babysitternya yang kerepotan menangani Alfin yang terus saja menangis. Bahkan saat Bara menggendong putranya pun tetap tidak mau berhenti menangis.
Lia merasa ragu untuk menyentuh bayi itu, Lia takut kerinduannya pada anaknya tak akan bisa ia lupakan, tapi mendengar tangis Alfin jiwa keibuannya tak dapat menutupi untuk bisa menenangkan Alfin.
Dengan memberanikan diri, Lia meminta izin mengendong putra atasannya itu.
Dari sinilah Kisah Alia di mulai bersama Alfin bayi yang ia beri ASI namun bukan darah dagingnya.
Namun siapa sangka perjalanan Lia tak selebar daun kelor dia harus mendapati rentetan kejadian masa lalu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Akankan Alia bisa menemukan kebahagiaannya kembali setelah begitu banyak cobaan harus ia lewati sendiri tanpa ada penompang saat dirinya lelah.
Bara memberikan Alfin pada Lia, saat Lia meminta untuk bisa menggendongnya.
Mata Lia berkaca-kaca melihat Alfin bayi mungil yang tak berdaya. Dengan naluri seorang ibu Lia mulai menenangkan Alfin yang terus menangis.
"Aku akan menemui dokter, tolong jaga Alfin sebentar untukku," pinta Bara dan segera pergi, Lia sendiri hanya mengangguk tanda setuju.
Dengan ragu-ragu untuk Lia mencoba memberi asi miliknya pada Alfin apa lagi secara langsung, tapi Lia merasa sangat kasihan dengan bayi yang ada di gendongan itu, seperti ia sangat kelaparan makanya tak berhenti menangis.
"Mbak, ada kain gak? tanya Lia.
"Buat apa mbak? ini ada kain bedong Alfin." tanya mbak Asiah seraya menunjukkan bedong Alfin.
"Gak papa mbak. Kenapa Alfin bisa demam mbak?" tanya Lia sambil mengambil kain bedong yang di berikan Asiah pada Lia.
"Dua hari ini dia kekurangan ASI mba, banyak ASI yang dia tolak, padahal bapak sudah menyiapkan banyak stok ASI yang di beli dari bank Asi, tapi Alfin-nya yang sangat susah minum ASI." Jelas Asiah.
Lia duduk di sofa dan mulai membuka beberapa kancing baju bagian atas dan mencoba memberikan Asi-nya pada Alfin walaupun dengan perasaan campur aduk.
Respon tak terduga yang terjadi. Alfin mau menghi*nap ASI yang idi produksi dari tubuhnya, seperti bayi yang memang kelaparan Alfin dengan rakus mnghi*sap.
Respon tak terduga membuat Lia menitikkan air mata, Untuk pertama kalinya ia bisa merasakan menjadi ibu yang sesungguhnya dengan meny*usui seorang bayi, walaupun bayi itu bukan darah dagingnya.
Asiah heran apa yang di lakukan Lia hingga membuat Alfin terdiam dari tangisnya. Karena Lia tak memperlihatkan jika dirinya sedang menyusui Alfin.
Karena sudah kenyang dan nyaman di dalam gendongan Lia, Alfin pun akhirnya bisa tidur.
Setelah tertidur Lia ingin melepaskan Alfin pu*tingnya dari mulut Alfin, namun gagal Alfin kembali menangis dan meminta lagi. Lia kembali memberikan yang sebelahnya pada Alfin dan membuat Alfin kembali tertidur.
Lia merebahkan tubuhnya di samping Alfin karena lelah dan membiarkan Alfin tertidur dengan posisi masih meny*usu dan ia ikut tertidur.
Dokter dan Bara datang untuk melihat perkembangan Alfin. Bara terkejut melihat Lia sekertarisnya sedang tidur dan di sampingnya ada Alfin putranya yang juga tidur.
"Mbak, apa-apaan ini kenapa putraku bisa tertidur dengan dia?" tanya Bara tak percaya.
"Jangan marah pak, mbak Lia tadi sepertinya memberikan Asi-nya pada Alfin dan ternyata Alfin mau makanya Alfin bisa tertidur." jelas Asiah.
"Lia memberikan Asi, memangnya Lia sudah memproduksi ASI." Bara heran.
"Tenang pak, nanti bisa kita periksa mbaknya kalau sudah bangun, yang penting demam anak bapak mulai turun. Dan sepertinya asi mbaknya di sukai anak bapak." Jelas dokter setelah memeriksa Alfin.
Bara menghampiri Lia dan menyelimuti tubuhnya dengan jasnya. Bara melihat putranya yang tertidur pulas di samping Lia.
Bara menunggu putranya yang sedang tidur sampai terbangun namun tak di sertai tangisnya lagi, membuat Bara sangat senang. Asiah segera mengambil Alfin dan menggendongnya.
Tak lama Lia pun bangun Dangan kancing baju masih terbuka. Lia menggeliat tak ingat dirinya sedang berada di mana.
"Mbak bajunya di kancing dulu, malu kelihatan bapak." Tegur Asiah dan Lia baru menyadarinya setelah melihat bosnya menutup wajahnya dengan koran.
"Maaf mbak, saya lupa." Lia pun segera mengancing bajunya dan segera merapikannya.
"Maaf pak, saya gak sengaja." ucap Lia pada Bara.
"Ikut aku sekarang."
"Kemana pak?" tanya Lia namun tak ada jawaban, namun dirinya harus tetap ikut bosnya.
Bara membawa Lia untuk di periksa Masalah ASI yang ia miliki. Saat sedang berhadapan dengan dokter itu Lia di cerca dengan banyak pertanyaan yang membuatnya harus mengingat kejadian yang baru saja menimpanya.
Lia belum sempat menjawab namun air mata lebih dahulu mengalir membasahi pipinya.
"Mbak, apa mba pernah memilikibanak? tanya dokter.
Lia menatap Bara yang juga penasaran. Lia menarik nafas panjang dan menjawab pertanyaan Dokter tersebut.
"Satu setengah bulan lalu saya saya mengalami kecelakaan bersama suami saya dan saat itu saya sedang hamil sembilan bulan dan akan melahirkan. Tuhan sayang dengan Suami dan anak saya dengan mengambilnya mendahului saya. Saat saya kehilangan putra pertama dan satu-satunya anak saya, hidup saya sangat menderita dengan ASI yang saya produksi, sehari sampai empat kali saya memompa ASI saya jika tak memompanya payu*dara saya bengkak dan itu membuat saya sakit sampai meriang. Jika ada obat untuk menghentikan ASI yang saya produksi lebih baik saya akan melakukan pengobatan itu, kerena ASI ini membuat hari-hari saya menderita." jelas Lia.
Bara yang mendengar ikut simpati dan bergumam, "Sayang jika dia harus menghentikan ASI-nya karena masih ada bayi lain yang membutuhkan."
Bara menatap Lia yang mencoba menenangkannya.
"Lia bisakah kamu keluar sebentar aku mau bicara dengan dokter sebentar tolong lihatkan kalau-kalau Alfin menangis lagi," Lia pun mengangguk dan pergi meninggalkan Bara dan dokter yang baru memeriksanya.
Tak lama Bara kembali keruang putranya dan mencari- cari keberadaan Lia namun tak didapatkannya.
"Lia mana mbak kok gak kelihatan?" tanya Bara sambil matanya terus mencari Lia.
"Mbak Lia, sudah pulang pak, bilangnya sudah selesai jam kerjanya." jawab Asiah.
"Alfin gimana apa demamnya sudah mulai turun?"
"Sudah pak, demamnya sudah turun."
"Bawa sini Alfin, Mba beres-beres saja, Alfin sudah bisa di bawa pulang."
Bara pun membawa Alfin pulang karena demamnya sudah turun, dan akan lebih baik jika di rawat di rumah untuk pemilihan.
Lia yang sudah pulang segera membersihkan diri, rasa perih di kedua pu*tingnya membuat dirinya ingat dengan Alfin yang begitu rakus meny*edot ASI-nya.
Setelah selesai membersihkan diri, Lia segera masak karena perutnya yang sangat lapar, siang hari dirinya tak sempat makan dan baru sekarang dirasakan perutnya perih.
Lia hanya memasak mie instan dan telur hanya itu yang dia miliki kerena sudah tanggal tua dan belum mendapatkan gaji pertamanya.
Setelah selesai makan, payudara kembali ngilu karena sudah penuh, makin sering di pompa semakin sering ASI-nya memenuhi ***********.
Tak butuh waktu lama Lia langsung memompa *********** agar tak menyakiti dirinya.
Setelah selesai Lia menangis menyandarkan dirinya di dinding. "Mas, kenapa mas begitu cepat ninggalin Lia dan membawa anak kita. Aku disini menderita mas, aku tersiksa." Lia menangis tersedu-sedu sendirian.
Setelah puas melampiaskan tangisnya Lia memilih tidur dan melupakan semua kejadian hari ini.
*****
Alfin kembali menangis tak hentinya dan tak mau tidur setelah di bawa pulang. Mbak Asiah mencoba menenangkan Alfin namun tetap tak bisa bahkan di berikan ASI yang ada pun tak mau.
"Pak, sepertinya Alfin butuh mbak Lia, soalnya tadi siang bak Lia yang bisa menidurkan Alfin," ucap Asiah.
"Tidak ada pilihan lagi mbak selain menjemput Lia, hanya dia harapkan terakhir kalau tidak Alfin bisa masuk rumah sakit lagi."
"Akas...." panggil Bara.
"iya ada apa Bara?"
"Kamu tahu rumahnya Lia kan, jemput dia dan bawa kemari."
"Ini dah malam Ra, Lia pasti sudah tidur. Memangnya Kenapa manggil Lia malam-malam gini."
"Jangan banyak tanya, jemput Lia sekarang kalau gak mau, kamu harus paksa ikut, aku butuh dia sekarang kalau tidak aku bisa stress."
"Ra, kamu masih waras kan, kamu gak ada niatan mau macam-macam sama Lia kan." Akas mulai berfikiran aneh tentang ucapan Bara.
"Ngeres amat pikiranmu, Cepat pergi sekarang." Bentak Bara dan Akas pun langsung pergi.
To be continued ☺️
Suara ketukan pintu mengusik tidur Lia. Tak ingin rasanya Lia turun dari ranjang , namun ketukan pintu itu tak juga berhenti.
Lia segera turun dari ranjang dan berjalan membukakan pintu. Akas adalah tamu yang tidak sopan, malam-malam bertamu di rumah seorang janda.
"Pak Akas, ngapain malam-malam kesini?" tanya Lia tapi Akas malah fokus memandang tubuh Lia yang terlihat jelas menonjolkan payudara yang besar dalam balutan piyama.
"Pak, kok malah bengong. Kalau gak ada yang penting lebih baik bapak pulang sudah malam gak baik bertamu," Lia ingin menutup pintu dan mengusir Akas
"Tunggu sebentar Lia, jangan di tutup dulu, aku mau bicara. Pak Bara memintaku menjemputmu sekarang untuk datang kerumahnya." jelas Akas.
"Memang ada penting apa pak? apa gak bisa besok pagi aja, soalnya ini sudah malam," tolak Lia
"Ayolah Lia, Pak Bara memintaku menjemputmu, bahkan kalau kamu gak mau dia berpesan untuk tetap memaksamu, jadi ikut ya, aku mohon." bujuk Akas.
"Baiklah, tunggu sebentar, aku ganti baju dulu, bapak tunggu di luar jangan masuk kedalam," Lia pun kembali kekamar dan berganti pakaian.
Sekarang Lia mengenakan baju kaos yang di lapisi cardian dan rok panjang dengan membawa tas.
Lia pun pergi bersama Akas menuju kediaman Bara.
Di rumah Bara sudah gelisah mondar-mandir tak menentu arah ditambah tangis Alfin yang terus saja mengusiknya.
Tak lama kemudian terdengar suara mobil masuk halaman dan Bara buru-buru menghampiri.
Lia keluar dari mobil dan langsung menghampiri Bara yang sudah berdiri di ambang pintu.
"Malam pak, ada apa ya pak, malam-malam gini manggil Lia?" tanya Lia penasaran.
"Untung kamu mau datang, ayo ikut aku sekarang." Bara menarik lengan Lia dan membawanya kekamar Alfin.
"Lia, tolong bantu aku, Alfin menagis terus, aku gak tahu lagi bagaimana caranya menenangkan dan menidurkan Alfin. Hanya kamu satu-satunya harapan ku, maukah kamu memberikan ASI mu untuk Alfin malam ini."
"Tapi pak, punya saya masih sakit karena hisapan Alfin tadi siang membuat kedua-duanya sakit." jelas Lia.
"Kalau begitu bisakah kamu memompanya dan memberikannya untuk Alfin." pinta Bara lagi dan Lia pun mengangguk.
Lia mengambil pompa asi yang tak pernah ia tinggalkan kemana pun ia pergi." Bisakah bapak menutup mata sebentar Sedangkan saya mau memompa ASI saya." Bara pun berbalik badan dan menutup matanya.
Setelah mendapat satu botol Asi, Lia memberikannya pada Ayu agar di berikan pada Alfin dan berharap Alfin mau.
Setelah di coba ternyata Alfin menolak dot yang di berikan dan kembali menangis.
Tak ada pilihan lain, jika masih gak mau juga, berarti Lia sudah tak bisa membantu.
Diambilnya Alfin dari tangan Ayu dan membawanya duduk dan segera saja Lia mengangkat kaosnya dan memberikan mencoba memberikan ASI-nya kepada Alfin. Ternyata Alfin memang anak pintar, bisa memilih mana yang alami.
Lia menutup bagian dirinya yang terbuka dengan cardian agar tak terlihat oleh Bara.
"Pak.. lihatlah Alfin memang cocok dengan mbak Lia, dan mintanya langsung ASI dari milik mbak Lia langsung." Ucap Ayu yang merasa lega Alfin mau terdiam begitu juga dengan Bara yang lega melihat putranya memilih ASI yang dia mau.
"Mbak, tolong buatkan Lia minuman dan sekalian saya juga." perintah Bara dan Ayu pun pergi.
Di tatapnya wajah Lia yang sedikit meringis kesakitan karena ulah Alfin yang rakus.
"Kenapa Lia, apa masih sakit?" tanya Bara
"Tambah sakit pak, Alfin rakus sekali nyusunya."
"Maafkan anakku, gara-gara dia kamu jadi kesakitan. Kalau begitu besok kerumah sakit untuk mengobati milikmu yang luka."
"Gak perlu pak, nanti juga sembuh sendiri."
"Oh.. begitu, ya sudahlah. Gimana Alfin tidur belum?"
"Sepertinya sudah tidur tapi belum nyenyak, soalnya masih sering ngisap."
"Malam ini kamu nginap disini aja, aku takut kalau Alfin terbangun lagi dan menangis gak tahu lagi apa yang akan aku lakukan. Lagian ini sudah malam."
"Tapi kan pak, besok saya harus masuk kerja?"
"Kamu libur aja dulu, lagian besok saya juga libur, biar Akas yang menghendel di kantor besok."
"Baiklah kalau itu perintah bapak." Lia pun mengangguk.
Ayu datang membawa dua gelas minuman dan meletakkan nya di meja.
"Mbak tolong angkat Alfin, sepertinya sudah tidur nyenyak."
"Iya mbak." Ayu langsung mengangkat tubuh Alfin dan meletakkannya di ranjangnya.Dan Ayu pun keluar meninggalkan Bara dan Lia.
"Lia, atas nama Alfin maukah kamu merawat Alfin dan memberikan ASI mu ada Alfin, aku sudah konsultasi dengan dokter, Alfin bisa mendapatkan nutrisi yang dia butuhkan dengan asi yang kau berikan, cukup kamu yang makan dan Alfin juga akan mendapatkan kebutuhan tubuhnya melalui ASI yang kamu miliki."
"Tapi kan saya bekerja di kantor bapak, dan itu belum ada satu bulan."
"Aku akan memberikan gaji lebih dari gaji di kantor asal kamu mau tinggal di sini agar aku bisa mengawasi apa yang kamu konsumsi. Berapapun gaji yang kamu mau akan aku berikan."
"Bukan masalah gaji yang jadi masalahnya, tapi saya berfikir bagaimana jika Alfin hanya mau asi saya dua atau tiga bulan saja, apakah saya nanti masih bisa berkerja di kantor bapak."
"Jangan kuatir, aku akan tetap menerima mu menjadi sekertaris bahkan kamu bisa bantu di rumah jika aku membutuhkan bantuanmu."
"Baiklah, kalau begitu saya mau, karena saya harus merencanakan sesuatunya jangka panjang, status saya yang janda membuat saya harus bekerja sendiri untuk menghidupi diri saya sendiri."
"Baiklah, kalau begitu kita dil, ayo aku antar ke kamar mu, agar kamu bisa istirahat, karena hari sudah malam." Bara mengantar Lia ke kamar tamu untuk istirahat.
Bara turun dan bersantai di ruang tamu sambil mengambil bir untuk menemaninya.
Akas datang menghampiri Bara.
"Habis ngapain dengan Lia?" tanya Akas.
"Pikiran mu selalu saja ngeres. Aku meminta Lia kesini buat memberikan Asinya pada Alfin."
"Apa, Emangnya Lia sudah memproduksi ASI?dia kan belum punya anak."
"Awalnya aku juga mikir begitu, rasanya aneh, tapi setelah tahu kisahnya aku merasa kasihan dan yang membuatku geleng kepala, Alfin hanya mau minum ASI langsung gak mau pakai dot."
"Wah, ada tanda-tanda, calon pengganti ibu Alfin kelihatannya."
"Apaan sih kamu, aku sama sekali gak tertarik."
"Kalau gitu biar aku aja yang dekatinya, pertama kali aku melihat dia, waktu masih pakai piyama bodynya membangunkan sesuatu yang ada di dalam sana. Rasanya pengen segera menerkamnya. Tapi aku masih bisa nahan soalnya bosku ini aku kira yang mau duluan menghantamnya." ucap Akas yang asal nyeplos.
"Jangan macam-macam dengan Lia selama Alfin masih membutuhkan Lia, jangan harap kamu bisa menggangu Lia." ucap tegas Bara.
"Iya-iya aku tahu, aku cuma bercanda aja."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!